Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ririn Trias Putri

Unit : Kendali Biaya

KISAH SAHABAT NABI SUHAIB AR-RUMI RADHIALLAHU ‘ANHU

Suhaib ar-Rumi radhiallahu ‘anhu adalah salah seorang di antara sahabat senior
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mungkin tidak dikenal oleh banyak kaum
muslimin. Ia merupakan as-sabiquna-l awwalun (orang-orang yang pertama memeluk Islam).
Saat jumlah kaum muslimin masih sekitar 30-an orang, Suhaib telah menyatakan
keislamannya di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan takut akan
ancaman kafir Quraisy Mekah. Suhaib bukanlah penduduk asli Mekah, ia adalah perantau
yang datang ke Kota suci tersebut dari kampung halamannya di Bashrah. Nama belakangnya
ar-Rumi yang artinya orang Romawi, juga bukanlah menunjukkan jati dirinya yang asli,
karena dia adalah orang Arab.

Suhaib adalah anak dari salah seorang hakim di wilayah dekat Bashrah. Saat orang-
orang Romawi menyerang daerah tersebut, Suhaib pun menjadi seorang budak Romawi. Ia
tumbuh besar di wilayah Romawi tersebut, karena itulah ia dipanggil Suhaib ar-Rumi. Nama
aslinya adalah Suhaib bin Sinan bin Malik, kun-yahnya Abu Yahya. Banyak versi tentang
nama aslinya, ada yang mengatakan Khalid bin Abdu Amr bin Aqil, ada juga yang
mengatakan Thufail bin Amir bin Jandalah bin Saad bin Khuzaimah. Namun, insya Allah
yang lebih tepat Suhaib bin Sinan bin Malik adalah nama asli beliau radhiallahu ‘anhu.
Ternyata, kisah pilunya sebagai budak membawanya kepada suatu hikmah yang tidak dia
sangka-sangka. Seorang penjual budak menjualnya kepada salah satu orang kaya Mekah,
namanya Abdullah bin Jad’an. Beberapa lama bersama tuan barunya tersebut, Suhaib
memperlihatkan kualitas diri yang menunjukkan dia tidak layak menjadi seorang budak. Ia
memiliki kecerdasan, etos kerja yang tinggi, dan ketulusan hati. Lalu Abdullah bin Jad’an
pun membebaskan Suhaib ar-Rumi, dan berubahlah statusnya dari seorang budak menjadi
orang merdeka. Setelah merdeka, Suhaib memulai jalan hidupnya di Mekah sebagai
pedagang sehingga ia menjadi salah seorang pedangang yang sukses di Ummul Qura
tersebut. Aku berjumpa dengan Suhaib bin Sinan di depan pintu rumah al-Arqam, saat itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di dalam rumah itu. Aku berkata kepada
Suhaib, “Apa yang kau inginkan?” Namun Suhaib malah balik bertanya, “Kamu juga, apa
yang kau inginkan?” Lalu kujawab, “Aku ingin masuk ke dalam rumah ini menemui
Muhammad, lalu mendengarkan apa yang ia sampaikan.” Kata Suhaib, “Aku juga
menginginkan hal yang sama.”Ammar melanjutkan, “Kami berdua pun masuk ke dalam
rumah al-Arqm, lalu menyatakan keislaman kami. Lalu kami berdiam di rumah hingga tiba
sore hari, kemudian keluar dari rumah dalam keadaan takut.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

‫ وسلمان سابق الفرس‬،‫ وبالل سابق الحبشة‬،‫ وصهيب سابق الروم‬،‫ أنا سابق العرب‬:‫السباق أربعة‬

“Empat orang pendahulu: Aku adalah yang paling awal dari kalangan Arab, Suhaib paling
awal dari kalangan Romawi, Bilal paling awal dari orang-orang Habasyah, dan Salam yang
paling awal dari orang Persia.”Salah satu peristiwa yang paling terkenal dan sangat
mengagumkan dari perjalanan hidup Suhaib adalah kisah hijrahnya beliau radhiallahu ‘anhu.
Sebagaimana telah disebutkan, Suhaib adalah seorang yang tidak memiliki apa-apa, lalu
datang ke Mekah dan menjadi salah seorang pedagang yang kaya. Lalu datanglah panggilan
hijrah, dan Suhaib pun menyambut panggilan tersebut.

Saat dalam perjalanan dari Mekah menuju Madinah, Suhaib dicegat oleh orang-orang
Mekah. “Wahai Suhaib, engkau datang kepada kami dalam keadaan miskin dan hina,
kemudian hartamu menjadi banyak setelah tinggal di daerah kami. Setelah itu terjadilah di
antara kita apa yang terjadi (perselisihan karena Islam). Engkau boleh pergi, tapi tidak
dengan semua hartamu.” Suhaib pun meninggalkan hartanya tanpa ia pedulikan sedikit pun.
Nama : Ririn Trias Putri
Unit : Kendali Biaya

Kemudian sampailah Suhaib di Madinah, lau ia berjumpa dengan Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam yang langsung mengucapkan,

‫ ربح البيع أبا يحيى‬..‫ربح البيع أبا يحيى‬

“Perdagangan yang amat menguntungkan wahai Abu Yahya, perdagangan yang amat
menguntungkan wahai Abu Yahya.”

Suhaib berkata, “Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun yang melihat apa yang kualami.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jibril yang memberi tahuku.” Lalu turunlah
ayat,

‫وف بِ ْال ِعبَا ِد‬


ٌ ‫ت هَّللا ِ َوهَّللا ُ َر ُء‬ َ ْ‫اس َم ْن يَ ْش ِري نَ ْف َسهُ ا ْبتِغَا َء َمر‬
ِ ‫ضا‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan
Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 207)

Suhaib dikenal sebagai seorang sahabat yang sangat dermawan dan sangat suka memberi
orang-orang miskin makan. Saking rajinnya Suhaib dalam bersedakah, sampai-sampai Umar
bin Khattab menganggapnya mubadzir (karena sedekah tidak tepat sasaran .pen). Kata Umar,
“Wahai Suhaib, aku tidak melihat kekurangan pada dirimu kecuali dalam tiga hal: (1) Engkau
menisbatkan diri sebagai orang Arab, padahal logatmu logat Romawi, (2) engkau berkun-yah
dengan nama Nabi, (3) dan engkau orang yang mubadzir.”  Suhaib menanggapi, “Aku
seorang yang mubadzir? Tidaklah aku berinfak kecuali dalam kebenaran. Adapun kun-yahku,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang memberinya. Dan logatku logat
Romawi, karena sejak kecil aku ditawan orang-orang Romawi. Sehingga logat mereka sangat
berpengaruh padaku.” Saat Umar wafat, beliau mewasiatkan agar Suhaib yang menjadi imam
shalat jenazahnya. Ia juga selalu turut serta dalam peperangan yang diikuti oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Suhaib wafat di Kota Madinah pada bulan Syawal tahun 38 H.
Saat itu usia beliau 70 tahun. Semoga Allah Ta’ala meridhai beliau dan menempatkannya di
dalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Kisah awal perjalanan hidup Suhaib
radhiallahu ‘anhu sama halnya dengan apa yang terjadi dengan Nabi Yusuf ‘alaihissalam.
Beliau awalnya orang yang merdeka, lalu dijadikan budak dan dijual kepada salah seorang
pembesar di negeri Mesir sampai akhirnya menjadi pemimpin di negeri tersebut.

Kesimpulan :

1. Terkadang Allah menimpakan musibah kepada umat nya, namun musibah tersebut
adalah jalan yang harus kita lalui menjadi orang yang lebih baik atau bahkan orang
yang hebat
2. Jangan lah berprasangka buruk kepada ALLAH atas musibah yang menimpa kita
3. Ambil hikmah atas setiap kejadian yang ALLAH berikan kepada kita. Bisa jadi Allah
simpan hikmah yang besar atau Allah persiapkan sesuatu yang istimewa di balik
musibah yang kita derita
4. Tidak ada rugi nya kalau kita menghabiskan harta untuk jalan ALLAH
5. Rajin bersedakah sangat di sukai oleh ALLAH

Referensi : https://kisahmuslim.com/4441-suhaib-ar-rumi-radhiallahu-anhu.html

Anda mungkin juga menyukai