Epis I Otomi
Epis I Otomi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
praktik ini harus dibatasi sesuai kebutuhan klinis (Baston Hellen dkk,
2016).
instrument
8
9
2.1.3 Etiologi
a. Janin prematur
2017).
lalu.
semakin kecil
f) Sulit dijahit
2. Episiotomi Medialis
syaraf
lebih mudah
2.1.5 Patofisiologi
janin dengan ukuran besar, selain itu tindakan ini dilakukan karena
syaraf sehingga timbul rasa nyeri, pada kondisi seperti ini ibu pasti akan
merasa cemas bahkan untuk BAB pun takut, kondisi seperti ini
volume cairan, apabila tidak dirawat dengan baik ibu akan mengalami
berkembang.
In, Taking Hold, dan Letting Go. pada fase Taking In biasanya ibu
mengalami kondisi yang lemah terfokus pada diri sendiri sehingga ibu
defisit perawatan diri, sedangkan pada fase Taking Hold ibu akan
orang lain, setelah itu perlahan ibu mampu menyesuaikan diri dengan
12
peran baru sebagai orang tua fase ini disebut Letting Go.
1. Laserisasi perineum
2. Cedera Serviks
3. Laserasi Vagina
Ai dkk, 2014).
dengan memotong jaringan otot dan kulit, selain itu Episiotomi juga
sayatan dan waktu yang lebih lama untuk pulih, sayatannya juga
(Pratami, 2016).
14
2.1.10 Komplikasi
1. Kehilangan Darah
2. Dispareunia
3. Infeksi
kembali.
4. Gangguan Psikososial
5. Hematoma lokal
menimbulkan hematoma
15
2015)
2. Pemantauan EKG
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan Darah
7. Urinalis
kontraindikasi.
(Fraser, 2012).
2.1.13 Pathway
Persalinan dengan Episiotomi
Masa Nifas
Terputusnya Jaringan
Perubahan Perubahan
Fisiologis Fisiologis
Trauma Merusak Resiko
Jaringan pembuluh infeksi Uterus Taking Taking Letting
darah berkontraksi IN Hold Go
Nyeri
Perdarahan Menimbulkan Kondisi Mengenal Mampu
Nyeri lemah hal baru beradaptasi
Cemas Resiko
ketidakseimbangan
Defisit Defisit Mandiri
cairan
Takut Perawatan pengetahuan
BAB diri
Konstipasi
17
Sumber :
1. Bobak, L.M, 2014
2. Doengoes, E.M. 2011
17
18
2.2.1 Pengertian
1. Fisik
luka.
2) Traumu Termis
3) Trauma Kimiawi
18
19
4) Trauma Elektrik
pembengkakan.
2. Psikologis
1. Usia
gangguan abdomen.
3. Jenis kelamin
4. Kepercayaan
5. Perhatian
6. Ansiestas (kecemasan)
nyerinya.
kesepian.
22
8. Pola koping
9. Kebudayaan
kronis :
1. Nyeri akut
cedera spesifik, jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada
tegangan otot.
23
2. Nyeri kronis
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan,
a. nyeri akut
3. serangan : mendadak
lebih jelas
7. pola : terbatas
b. nyeri kronis
dievaluasi
24
(adaptasi)
selain klasifikasi nyeri diatas, terdapat lagi jenis nyeri yang lebih
kita, respon tubuh tersebut akan berespon pada seluruh sistem organ
tubuh, mulai dari respon fisiologi, psikologi dan metabolik pada pasien
Pada awalnya saraf simpatik pada tubuh kita akan berespon melawan
atau menghindar rasa nyeri, apabila rasa nyeri terus berlanjut maka
terjadi apabila sudah lama, beberapa jam atau beberapa hari setelah
terhadap area nyeri dan berolahraga akan mengurangi rasa nyeri yang
timbul.
membuat penderita terlalu letih untuk merintih dan menangis, tak jarang
dirinya dengan baik, sudah tampak rileks karena sudah mahir dalam
ketidaknyamanan.
yang dialami pasien, dapat diukur denngan lokasi nyeri, durasi nyeri
1. P Provocate
mengatasi nyerinya.
2. Q Quality
3. R Region
nyeri yang dirasakan dari rasa nyeri minimal sampai kearah nyeri
4. S Scale
5. T Time
Tanda yang terdapat pada kedua ujung garis liner dapat berupa
dirasakan klien, digunakan pada pasien anak >8 tahun dan dewasa.
berbeda jauh dengan VAS atau skala pereda nyeri lainnya, skala
Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri, sedang dan
hilang, karena VRS membatasi pilihan kata pasien, skala ini dapat
Keterangan :
0 = No Pain 0 = No Pain
akut.
analgesic.
Pengukuran ini digunakan pada pasien dewasa dan anak dengan usia
dengan angka
1. Specificity Theory
2. Pattern Theory
Melzakda Wall pada tahun 1965 tahun yang lalu, para pakar
nyeri.
33
rasa nyeri.
akupresur/acupressure
visualisasi.
kesadaran.
yang hebat.
sebagai berikut :
reseptor opiate pada otak dan tulang belakang dan juga akan
nyeri.
36
2.3.1 Pengkajian
verifikasi dan komuniakasi data tentang klien (Potter & Perry, 2010).
(Padila,2015).
1. Identitas Umum
2. Riwayat Perawatan
Saied, 2012).
37
tempat?
5. T Time : waktu
abortus.
Perry, 2010)
d. Riwayat Reproduksi
keberapa.
keluarga.
3. Pengkajian Psikososial
Hal yang dikaji meliputi emosional, perilaku dan sosial pada masa
4. Pemeriksaan Fisik
b. Tanda-tanda Vital
2015).
atau tidak. dan juga perhatikan raut muka ibu, bagaimana raut
d. Rambut
e. Mata
mengecil),
f. Hidung
bernafas ibu.
g. Mulut
lesi, amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang atau tidak,
h. Telinga
i. Leher
j. Thorak
a) Paru-paru
penonjolan.
b) Jantung
c) Payudara
payudara.
44
k. Abdomen
lunak/keras/kenyal.
Perkusi : Thympani/Hipertimpani.
l. Genetalia
adanya lesi atau nodul, kaji juga keadaan loche ibu. Lochea
(Handayani, 2011).
benjolan. Kaji lochea warna bau dan jenis, hitung pembalut yang
dipakai ibu.
m. Ektremitas bawah
varises
45
menyebabkan nyeri dan nyeri tekan pada bagian distal paha dan
gerakan dorsofleksi.
n. Anus
hemoroid.
5. Nutrisi
ibu minum pil zat besi untuk menambah zat gizi ibu, makan dengan
lewat Asi (Saifuddin 2001 dalam siti dkk, 2013). Makanan bergizi
terdapat pada sayur seperti bayam, sawi, dan sayur hijau lainnya,
sedangkan untuk lauk pauk ibu dapat memilih ikan, daging telur
dibutuhkan bayinya.
46
6. Eliminasi
bau serta masalah eliminasi ibu (Anggraini, 2010). Pada klien post
akan rasa sakit pada daerah jahitan atau khawatir jahitannya bisa
7. Pemeriksaan Laboratorium
anemia prenatal.
proses infeksi kecuali jika jumlah sel darah putih lebih tinggi dari
jumlah fisiologis.
social dan spiritual dari pengkajian tadi (Wilkins dan Williams, 2015).
Masalah potensial dan aktual yang sering muncul pada ibu post partum
sebagai berikut :
luka Episiotomi
tindakan Episiotomi
bayi
pada diri sendiri dan diaforesis. Kondisi klinis terkait diagnosis diatas
dalam secara
perlahan melalui
hidung dan tahan
selama tujuh
hitungan
5. Hitungan ke
delapan
hembuskan
melalui mulut
dengan perlahan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
latian pernapasan
2. Anjurkan
mengulangi
latihan 4-5 kali
I.08247
Intervensi Tambahan
Teknik Distraksi
Observasi :
1. Identifikasi
pilihan teknik
distraksi yang
diinginkan
Terpeutik :
1. Gunakan teknik
distraksi
(membaca buku,
aktivitas terapi)
Edukasi :
1. Anjurkan
menggunakan
teknik sesuai
dengan tingkat
energi
2. Anjurkan berlatih
teknik distraksi
(sumber SDKI-SLKI-SIKI, 2018)
2.3.4 Implementasi
intensitas nyeri
2.3.5 Evaluasi
P : Perencanan
2. Meringis menurun
4. Gelisah menurun
proses persalinan, ibu harus menanggung rasa sakit yang luar biasa
bahkan ibu juga harus rela vaginanya digunting dan dijahit agar bayi
53
betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang
Ayat ini menjelaskan bahwa atas kuasa Allah SWT memberikan rasa
sakit luar biasa yang dirasakan oleh setiap perempuan untuk membantu
masih harus merasakan sakit atau nyeri pasca persalinan, oleh karena
Episiotomi
Trauma Jaringan
Nyeri Akut
Farmakologi Non-Farmakologis
Keterangan :
: Diteliti
: Berhubungan
: Berpengaruh