Anda di halaman 1dari 10

CURRICULUM VITAE

Nama : Latif Barun Abdullah


Tempat dan Tanggal Lahir : Brebes, 09 Oktober 1990
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : 1. Semarang : Jl. Menoreh Tengah II/14 Sampangan Semarang
2. Rumah : Jl. Karmayuda No.5 Desa Salem RT/W 07/01 Salem Brebes
No. HP/ E-Mail : 085 727 424 915 / aalatif75@gmail.com
Pendidikan : 1. S1 Ilmu Politik Universitas Wahid Hasyim Semarang (2014)
2. SMA N 1 Salem (2009)
3. SMP N 1 Salem (2006)
4. SD N Salem 2 (2003)
Pengalaman Organisasi :
1. Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Wahid Hasyim Semarang (2013-2014).
2. Koordinator Dept. Wacana Sosial dan Politik, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
Komisariatt Wahid Hasyim Semarang (2013-2014)
3. Sekretaris Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Sosial Komisariat Wahid
Hasyim Semarang (2014-2013).
4. Ketua/Sekjen Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HIMAPOL) FISIP Unwahas (2014-2013).
Motto : “Hiduplah dengan jujur dan berguna untuk orang lain”

Semarang, 31 Januari 2015

Latif Barun Abdullah


Teknik Sidang dan Simulasi1
Oleh : Latif Barun Abdullah

A. Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya dalam berinteraksi senantiasa berbenturan dengan
berbagai kepentingan baik yang datangnya dari dalam maupun di luar dirinya, tentunya ketiak
berhadapan dengan persoalan ini maka diperlukan aturan mainnya, sehingga persoalan tadi dapat
diatasi sebagaimana mestinya. Dalam konteks berorganisasi hal semacam itu tidak mustahil akan kita
jumpai oleh karena itu persidangan harus ada dalam organisasi untuk menjembatani kepentingan-
kepentingan tersebut.
Sebagai insan akademis, kita yang selalu berkecimpung dan bergelut dalam dunia aktivisme
mahasiswa, tentunya kita sudah tidak asing mendengar kata/istilah “Sidang” ditelinga. Bahkan
sebagian besar atau bahkan semua elemen masyarakat pun sudah mendengar istilah itu sudah
menjadi konsumsi informasi sehari-hari. Sebagai contohnya adalah sidang-sidang (sidang komisi,
sidang paripurna, dan lain sebagainya) yang dilaksanakan oleh lembaga legisltaif. Dalam sebuah
persidangan sendiri pertengkaran mulut, idiologi, bahkan adu jotos menjadi hal yang lumrah terjadi ,
yang selalu diekspos oleh media massa, baik cetak maupun elektronik. Contoh lainnya adalah sidang
tilang, sidang perkara korupsi, sidang istimewa dan lain-lain.
Sidang-sidang yang biasanya dilaksanakan oleh lembaga/organisasi intra mapun ekstra kampus
adalah sidang-sidang dalam menentukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART),
sidang menentukan rekomendasi-rekomendasi organisasi serta sidang pemilihan pimpinan (ketua)
organisasi. Itu semua tentunya menjadi hal biasa dan menjadi konsumsi serta menjadi bagian/subyek
pelaku dari persidangan bagi seorang aktivis mahasiswa dimanapun berada.
Setiap permusyawaratan dalam sebuah organisasi formal pasti membutuhkan persidangan-
persidangan. Hal ini dilakukan secara fokus dan berimbang untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Keputusan terbaik pada akhirnya akan lahir dari pemahaman dan ketaatan terhadap aturan didalam
sebuah persidangan. Artinya aturan-aturan/mekanisme-mekanisme yang dibuat dan diberlakukan di
sidang harus jelas. Hal ini bertujuan agar sidang yang dilakukan berjalan aman, aspiratif, dan
demokratis. Maka dari itu, persidangan dengan segala macam unsurnya adalah suatu pengetahuan
dan wawasan yang harus dimiliki oleh para aktifis, organisatoris, fungsionaris, juga orang banyak
berhadapan dengan situasi formal.

B. Pengertian Sidang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sidang didefinisikan sebagai sebuah kegiatan
berkumpulnya sekelompok orang untuk membicarakan sesuatu permasalahan. Selanjutnya Hornby
Oxford Dictionary (1087:529) mendefinisikan meeting dengan coming together of a number of persons

1
Materi disampaikan dalam kegiatan “ Latihan Kepemimpinan dan Manajerial Mahasiswa II (LKMM II) ” Jaringan Mahasiswa
Kesehatan Indonesia (JMKI) Wilayah Jawa Tengah, yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang, pada tanggal 30 Januari s.d. 1 Februari 2015.

1
at certain time and place, esp. For discussion a certain topic  (berkumpulnya sekelompok orang pada
suatu waktu dan tempat, biasanya untuk mendiskusikan suatu permasalahan).
Dengan demikian sidang dalam konteks organisasi merupakan pertemuan formal suatu
organisasi (yang diikuti oleh seluruh anggota) untuk membahas masalah-masalah tertentu supaya
menghasilkan keputusan dan ketetapan dengan cara musyawarah mufakat, yang selanjutnya dijadikan
sebagai sebuah kebijakan organisasi dengan mengikuti mekanisme-mekanisme dan aturan yang jelas.
Keputusan, ketetapan dan kebijakan ini mengikat kepada seluruh elemen organisasi.

C. Macam – Macam Sidang


1. Sidang Paripurna
Merupakan sidang yang dihadiri oleh seluruh anggota organisasi dan peserta peninjau (jika ada)
yang dipimpin oleh presidium sidang/majelis ketua organisasi yang bertujuan untuk mengesahkan
dan menetapkan segala keputusan dan ketetapan yang berhubungan dengan permusyawaratan.
Contohnya adalah Sidang Paripurna DPR RI.
2. Sidang Pleno
Merupakan sidang yang dihadiri oleh seluruh anggota organisasi dan peserta peninjau (jika ada)
yang dipimpin oleh presidium sidang (dipilih dari dan oleh peserta sidang). Sidang Pleno
membahas dan memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan Permusyawaratan atau
sesutau yang telah dirumuskan sebelumnya. Contohnya adalah pembahasan manual acara
sidang, tata tertib sidang, sidang pleno komisi dan lain-lain.
3. Sidang Komisi
Merupakan sidang yang diikuti oleh anggota masing-masing Komisi yang dipimpin oleh seorang
pimpinan dibantu seorang Sekretaris Sidang Komisi (dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam
Komisi tersebut). Sidang Komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari Komisi yang
bersangkutan. Keputusan yang dihasilkan oleh sidang komisi sifatnya sementara karena hasil
sidang ini akan diputuskan dalam sidang pleno. Contohnya adalah sidang komisi yang membahas
Garis-garis Besar Haluan Organisasi, Pokok-pokok Rekomendasi, dan lain-lain.

D. Perangkat Sidang
Dalam sebuah persidangan organisasi harus terdapat beberapa perangkat/kelengkapan sidang.
Kelengkapan ini bertujuan untuk memudahkan dan memperlancar jalannya persidangan. Kelengkapan
tersebut antara lain:
1. Tempat/Ruang Sidang
Dalam persidangan dibutuhkan tempat yang nyaman, bersih dan kondusif serta tersedianya alat-
alat lainnya yang dapat menunjang kelancaran persidang seperti LCD Projektor, Laptop, Meja,
Kursi, dan lain sebagainya.

2
2. Agenda/Materi/Draf Sidang
Meliputi bahan-bahan yang akan dibahas dalam persidangan. Biasanya terdiri dari draft tata tertib,
AD/ART, PPO, GBHK, dan lain-lain yang disusun sebelumnya oleh tim perumus sidang atau panitia
khusus.
3. Aturan/Tata Tertib Sidang
Aturan/tata tertib yang dibuat dan diberlakukan dalam sebuah persidangan yang telah disepakati
seluruh peserta sidang/forum. Dengan demikian aturan/tata tertib ini harus dipatuhi oleh
forum/peserta sidang. Hal ini bertujuan supaya sidang yang dilaksanakan berjalan lancar, disiplin,
terarah, aman, aspiratif, dan demokratis. Oleh karena itu aturan main sidang harus jelas dan bisa
dipahami oleh semua peserta sidang.
4. Presidium/Pimpinan Sidang
Pimpinan sidang dipilih dari dan oleh peserta sidang dengan sebuah mekanisme yang telah
disepakati oleh forum/peserta sidang dan biasanya berjumlah ganjil. Satu orang sebagai ketua
sidang (presidium I), satu orang sebagai anggota (presidium II) dan satu orang sebagai
sekretaris/notulen (presidium III). Dua orang pimpinan sidang (presidium I dan II) dapat bergantian
memimpin sidang secara bergantian sesuai kesepakatan peserta sidang.
Presidium/Pimpinan sidang berperan sebagai pengatur dan pengarah supaya jalannya sidang dapat
berjalan dengan kondusif dari awal sampai akhir sehingga menghasilkan keputusan-keputusan yang
disepakati bersama berdasrkan musyawarah mufakat. Dengan demikian pimpinan sidang tidak boleh
berpihak pada salah satu pihak peserta dan hanya boleh memutuskan sesuatu atas kesepakatan dan
persetujuan dari peserta sidang. Adapun Kriteria yang harus dimiliki oleh presidium/pimpinan sidang adalah
sebagai berikut :
 Berwawasan luas (memiliki pengetahuan yang cukup tentang persidangan);
 Adil, netral, demokratis dan bijaksana;
 Tegas, disiplin dan bertanggungjawab;
 Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis.
5. Peserta sidang
Peserta sidang adalah orang yang berhak mengikuti persidangan. Peserta sidang biasanya dibagi 2
(dua) yaitu peserta penuh dan peserta peninjau (undangan dan pers). Peserta penuh mempunyai
Hak bicara dan hak suara, sedangkan peserta peninjau hanya mempunyai hak bicara atau
ditentukan dengan kesepakatan forum.
6. Palu sidang
Palu merupakan alat yang paling identik dalam sebuah persidangan. Palu sidang dipergunakan
sebagai alat bantu pimpinan sidang dalam memimpin persidangan. Sehingga demi kelancaran
sebuah persidangan maka diperlukan palu sidang yang telah disepakati bersama baik bentuk
maupun wujudnya. Mengenai jumlah ketukan palu sebenarnya tidak ada aturan baku atau standar
yang digunakan. Namun biasanya dalam banyak sidang yang diadakan oleh organisasi, aturan
ketukan yang digunakan adalah sebagai berikut:

3
 1X (satu kali) ketukan
1. Untuk memindahkan palu, menerima dan menyerahkan pimpinan sidang.
2. Mengesahkan keputusan/kesepakatan peserta sidang poin perpoin, pasal perpasal maupun
bab perbab (keputusan sementara)
3. Digunakan untuk skorsing dan Mencabut kembali skorsing sidang yang waktunya tidak terlalu lama
sehingga peserta sidang tidak perlu meninggalkan tempat sidang
 2X (dua kali) ketukan
1. Untuk mempending/menunda/menskorsing sidang dalam waktu yang relatif lama, (untuk
lobby, istirahat, sholat dan lain-lain).
2. Digunakan untuk mencabut pending/skorsing sidang.
 3X (tiga kali) ketukan
1. Dipergunakan untuk menetapkan keputusan, membuka dan menutup sidang.
 Ketukan Berkali-kali
1. Dipergunakan untuk untuk menegur dan menenangkan peserta sidang atau meminta
peserta memperhatikan jalannya sidang.
7. Notulensi
Sebuah persidangan harus memastikan adanya orang-orang tertentu yang merekap risalah
persidangan (jalannya prosesi persidangan), hal ini sebagai tanda bukti bahwa bilamana ada hal
yang perlu ditinjau kembali.

E. Mekanisme Pengambilan Keputusan


Lazim berlaku dalam banyak persidangan organisasi bahwa untuk mengambil sebuah keputusan,
melalui 2 (dua) cara yaitu sebagai berikut:
a. Mengambil keputusan dengan cara ”musyawarah mufakat”
Hal ini adalah mekanisme yang paling baik dimanan semua orang yang hadir sama-sama setuju
dengan keputusan yang akan diambil tanpa adanya paksaan dari orang lain.
b. Mengambil keputusan dengan suara terbanyak (Vooting)
Tidak jarang terjadi kebuntuan peserta sidang tentang suatu permasalahan yang
seharusnya segera diputuskan. Artinya  ada banyak pendapat tentang permasalahan tersebut,
maka ketika ”musyawarah mufakat” sudah diusahakan secara maksimal, termasuk Lobying  namun
ternyata gagal (tidak bisa lagi dicapai), maka tidak ada pilihan lain kecuali keputusan harus diambil
dengan cara pemungutan suara (Vooting). Karena ini adalah mekanisme yang telah disepakati, bagi
pihak yang tidak memiliki suara terbanyak harus (kalah vooting) harus tetap konsisten dan
menghormati keputusan tersebut. Ada 2 (dua) jenis vooting yaitu 1) Vooting Terbuka, (biasanya
dilakukan dengan cara mengacungkan tangan); dan 2) Vooting Tertutup (biasanya dilakukan
dengan menulis di atas kertas yang telah disediakan oleh panitia/OC).

4
F. Etika persidangan
Karena persidagan dimaksudkan untuk pemecahan masalah demi kepentingan bersama, maka semua
komponen yang terlibat dalam prosesi persidangan semestinya menghormati beberapa etika yang
berlaku dalam persidangan atau musyawarah yaitu:
1. Menciptakan suasana yang kondusif;
2. Mengakui dan menghormati perbedaan pendapat;
3. Tidak mendominasi pembicaraan;
4. Mendengarkan dengan baik;
5. Berbicara singkat dan jelas;
6. Tidak fanatik dengan diri sendiri dan mengakui kesalahan (tidak egois);
7. Menahan amarah dan tidak bertindak anarkis;
8. Tidak menyerang dan mematahkan.

G. Istilah-istilah dalam Persidangan


No Istilah Arti
1 Skorsing Skorsing ialah penundaan persidangan untuk sementara waktu guna
menyegarkan suasana sidang.
2 Lobbying Menghentikan jalannya sidang dalam bentuk kompromi tetapi dalam
tempo singkat untuk mencari persesuaian paham guna mencari
kesepakatan yang tidak bisa diambil diruang persidangan.
3 Mohon Bicara Digunakan untuk meminta izin ketika akan mengemukakan pendapat
kepada pimpinan sidang.
4 Pending memberhentikan sidang untuk sementara waktu dengan tujuan
tertentu seperti istirahat, lobby, penundaan sidang.
5 PK (Peninjauan Kembali) mekanisme yang digunakan untuk mengulang kembali pembahasan/
putusan yang telah ditetapkan.
6 Interupsi memotong/menyela pembicaraan dikarenakan ada hal-hal yang
sangat penting untuk diungkapkan.
7 Walk Out keluar sidang dengan maksud dan tujuan untuk tidak menerima
keputusan sidang.
8 Demisioner Demisioner adalah Kondisi ketika kepengurusan dinon-aktifkan
setelah pertanggung jawabannya diterima persidangan.
9 Quorum Adalah syarat sahnya sidang untuk dapat diadakan, karena tingkat
quorum menunjukkan sejauh mana tingkat representasi dari peserta
sidang. Semakin tinggi jumlah quorum, semakin tinggi pula tingkat
representasi dari sidang tersebut.

5
Contoh : Simulasi Sidang

TATA TERTIB
MUSYAWARAH WILAYAH (MUSWIL) VIII
JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
JAWA TENGAH

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
STATUS
a. Musyawarah Wilayah Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia Jawa Tengah VIII selanjutnya
disingkat Muswil JMKI Jateng VIIII, merupakan pemegang forum kekuasaan tertinggi organisasi
Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia Jawa Tengah periode 2014 yang selanjutnya disingkat JMKI
Jateng periode 2014.
b. Muswil JMKI Jateng VIII merupakan musyawarah delegasi-delegasi anggota JMKI Jateng.
c. Muswil JMKI Jateng VIII diselenggarakan sekali dalam kepengurusan JMKI Jateng periode 2014-2015.

Pasal 2
KEWENANGAN
a. Menetapkan rekomendasi program kerja JMKI Wilayah Jateng periode 2014-2015 kepada koordinator
wilayah untuk periode 2014.
b. Menetapkan kebijakan yang tidak bertentangan dengan kebijakan nasional JMKI.
c. Memilih dan menetapkan BPW dan Koordinator Wilayah JMKI Jateng periode 2014.
d. Mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Koordinator Wilayah JMKI Jateng periode 2011-2014.
e. Memilih dan menetapkan calon penyelenggara Rakerwil dan Muswil JMKI Jateng IX.

Pasal 3
PESERTA
a. Muswil JMKI Jateng VIII diikuti oleh peserta penuh dan peserta peninjau.
b. Peserta penuh terdiri dari delegasi atau perwakilan institusi anggota JMKI Jateng dan Pengurus JMKI
Wilayah Jateng periode 2014.
c. Peserta peninjau terdiri dari:
1 BPW JMKI Wilayah Jateng periode 2014
2 Panitia pengarah (Sterring Comittee)
3 Calon anggota
4 Undangan

Pasal 4
HAK PESERTA
a. Peserta penuh mempunyai hak suara dan hak bicara
b. Peserta peninjau memiliki hak bicara

Pasal 5
KEWAJIBAN PESERTA
a. Mentaati tata tertib peserta serta segala keputusan yang telah ditetapkan dalam sidang Muswil JMKI
Jateng VIII.
b. Mengikuti dan berperan aktif dalam seluruh rangkaian persidangan Muswil JMKI Jateng VIII.

Pasal 6
TATA TERTIB PESERTA
a. Menyelesaikan administrasi registrasi peserta Muswil JMKI Jateng VIII.
b. Tidak merokok di dalam ruang sidang.
c. Mengenakan pakaian sopan dan rapi (bersepatu dan memakai jas almamater).
d. Mengenakan tanda pengenal yang telah disediakan panitia dalam setiap persidangan.
e. Berada di tempat pesidangan 5 menit sebelum sidang dimulai.
f. Bersikap sopan dan tidak menganggu jalannya seluruh rangkaian persidangan.
g. Tidak diperkenankan masuk dan keluar ruang sidang kecuali atas izin presidium sidang.
Contoh : Simulasi Sidang

h. Peserta sidang boleh berbicara di dalam forum setelah mendapatkan izin dari presidium sidang.
i. Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh peserta sidang, presidium sidang berhak:
1 Memberikan peringatan pertama.
2 Memberikan peringatan kedua jika peringatan pertama diabaikan.
3 Mengeluarkan peserta sidang yang tidak mengindahkan peringatan ketiga dengan durasi yang
disepakati peserta sidang.

BAB II
PERSIDANGAN
Pasal 7
JENIS PERSIDANGAN
a. Sidang Pleno
b. Sidang Komisi

Pasal 8
PRESIDIUM SIDANG
a. Presidium sidang terdiri dari presidium sidang sementara, presidium sidang tetap, dan ketua sidang
komisi.
b. Presidium sidang sementara adalah panitia pengarah ( steering comittee)
c. Presidium sidang tetap berjumlah tiga (3) orang yang dipilih dari peserta.
d. Ketua sidang komisi adalah pimpinan sidang komisi yang dipilih dari peserta yang bersangkutan.

Pasal 9
TUGAS-TUGAS PRESIDIUM SIDANG
a. Presidium Sidang Sementara
1 Memimpin sidang pleno Muswil JMKI Jateng VIII sampai terpilihnya presidium sidang tetap.
2 Membantu tugas presidium sidang tetap.
3 Membantu tugas ketua sidang komisi.
4 Menyiapkan seluruh formulir ketetapan Muswil JMKI Jateng VIII.
b. Presidium Sidang Tetap
1 Memimpin sidang pleno
2 Mengatur pembagian komisi
c. Ketua Sidang Komisi
1 Memimpin sidang komisi

Pasal 10
QUORUM
a. Muswil JMKI Jateng VIII dinyatakan sah bila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah institusi anggota
JMKI Jateng.
b. Apabila point a tidak terpenuhi maka Muswil JMKI Jateng VIII dianggap sah berdasarkan kesepakatan
peserta yang hadir.
c. Sidang pleno Muswil JMKI Jateng VIII dinyatakan sah apabila dihadiri lebih dari 2/3 peserta yang
terdaftar dan apabila tidak terpenuhi maka sidang ditunda 1 x 10 menit kemudian selanjutnya dianggap
sah.
d. Sidang komisi dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari 2/3 jumlah anggota komisi yang terdaftar
dan apabila tidak terpenuhi maka sidang ditunda selama 1 x 10 menit kemudian selanjutnya dianggap
sah.

Pasal 11
KEPUTUSAN
a. Keputusan diambil dengan musyawarah untuk mencapai mufakat
b. Apabila point a tidak terpenuhi, dilakukan mekanisme lobbying selama maksimal 2 x 5 menit, dan
apabila masih belum mencapai keputusan, keputusan diambil dengan mekanisme voting.
c. Pemungutan suara dilakukan secara tertutup.
Contoh : Simulasi Sidang

Pasal 12
KOMISI-KOMISI MUSWIL JMKI JATENG VIII
a. Komisi A : Pedoman kerja JMKI Wilayah Jateng periode 2013-2014.
b. Komisi B : Penentuan kriteria calon Koordinator Wilayah JMKI Jateng periode 2013-2014
c. Komisi C : Rekomendasi eksternal serta internal.

BAB III
LAIN-LAIN
Pasal 13
PENUTUP
a. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur kemudian berdasarkan kesepakatan peserta
sidang.
b. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkannya hingga selesainya seluruh rangkaian persidangan dan akan
ditinjau bila terdapat kekeliruan didalamnya sesuai kesepakatan peserta sidang.

Ditetapkan di :
Tanggal :
Pukul :

Presidium Sidang
Musyawarah Wilayah VIII
Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia
Jawa Tengah

Ketua Anggota Sekretaris

(.......................................) (.......................................) (.......................................)


Contoh : Simulasi Sidang

SURAT KETETAPAN
MUSYAWARAH WILAYAH VIII
JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA
JAWA TENGAH

Nomor : 001/Muswil VIII/JMKI/Semarang/V/2014

Tentang :

Tata tertib Muswil VIII JMKI Jateng

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa


Musyawarah Wilayah VIII (Muswil VIII)
Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI) Jawa Tengah

Mengingat : Perlu adanya ketetapan yang mengatur tentang tata tertib sidang demi ketertiban
lancarnya pelaksanaan Muswil VIII JMKI Jateng
Menimbang : Tata tertib Muswil VIII JMKI Jateng yang telah disusun oleh panitia pengarah Muswil
VIII JMKI Jateng
Memperhatikan : Hasil kesepakatan bersama forum sidang sementara Muswil VIII JMKI Jateng

Memutuskan :
Menetapkan : Tata tertib sidang Musyawarah Wilayah VIII JMKI Jateng telah disepakati oleh forum

Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan.

Ditetapkan di : Semarang
Hari, tanggal : Jum’at, 30 Januari 2015
Pukul : ...:... WIB

Presidium Sidang
Musyawarah Wilayah VIII
Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia
Jawa Tengah

Ketua Anggota Sekretaris

(.......................................) (.......................................) (.......................................)

Anda mungkin juga menyukai