Anda di halaman 1dari 2

Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam

perkantoran. Ada dua model komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan
perkantoran. Pertama, komunikasi yang bersifat koordinasi, yaitu proses komunikasi yang dibangun
untuk merekatkan bagian-bagian (subsistem) dalam perkantoran. Kedua, komunikasi yang bersifat
interaksi, yaitu proses pertukaran informasi yang berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap
yang dapat dipakai sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam perkantoran, maupun
antara perkantoran dengan mitra kerja. Frekuansi dan intensitas komunikasi sangat mempengaruhi
hasil dari dari proses komunikasi tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), koordinasi adalah perihal mengatur suatu
organisasi atau kegiatan. Tujuannya pasti, supaya aturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tak
saling bertentangan atau simpang siur. Pola koordinasi menjadi hal yang vital bagi semua pemimpin di
berbagai tingkatan untuk mencapai tujuan timnya. Seperti halnya, di tim Program Kota Tanpa Kumuh
(Kotaku). Ada tim satuan kerja, tim konsultan manajemen pusat (KMP) dan wilayah (KMW), tim
koordinator kota, tim fasilitator, tim Kelompok Kerja (Pokja) Perumahan dan Kawasan Permukiman
(PKP), tim pemerintah daerah, dan tentunya, tim dari masyarakat.

Koordinasi adalah satu dari beberapa fungsi penting dalam manajemen. Galibnya, kesuksesan
koordinasi akan menjamin keberhasilan pelaksanaan pekerjaan atau pencapaian tujuan organisasi
dalam kegiatan sehari-hari, apapun itu. Jika pola koordinasi baik, tujuan tim lebih besar kemungkinan
untuk tercapai. Sebaliknya, jika pola koordinasinya buruk, rata-rata kemungkinan tujuan bakal tercapai
akan lebih kecil.

Ada kalanya pula, koordinasi yang sudah direncanakan malah tidak teraplikasikan dengan baik.
Saat rembuk koordinasi perencanaan berjalan lancar, tapi waktu eksekusi acap tak berjalan sempurna.
Ada sejumlah poin yang masih luput dari perhatian saat berkoordinasi dengan tim. Karena itulah,
pemahaman yang mendalam tentang konsep koordinasi dirasakan perlu diketahui banyak pihak.

Contohnya saat rekan-rekan mahasiswa yang melakukan kegiatan magang dikelurahan 35 ilir,
pada saat melakukan pengambilan gambar dan vidio untuk tugas output yang diberikan dari mentor-
mentor kotaku, ada beberapa masyarakat yang mengeluh karena kegiatan pembangunan drainase ini
membuat beberapa rumah masyarakat terkena dampak banjir ketika hujan. Disini saya melihat
bahwasnya apakah pihak kotaku sudah melakukan sosialisasi atau tidak? Jika sudah kenapa mereka
protes terhadap kegiatan kotaku tersebut.

Kemudian, terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan oleh tim kotaku terkait masalah
kesiapan untuk protokol covid-19, contohnya di Karang Jaya, kurangnya penyediaan tempat cuci
tangan, sebenarnya ada cuman hanya di satu titik saja. Kemudian saat tim kotaku menghimbau untuk
para pekerja memakai masker namun beberapa tim kotaku juga ada yang tidak menggunakan masker.
Terkait dari komunikasi yang tidak lancar antara tim kotaku dan masyarakat in, saya menilai
bahwasannya terdapat beberapa indikator yang menyebabkan komunikasi tidak berjalan lancar, yang
pertama dari tim kotaku yang kurang melakukan sosialisasi terhadap masyarakat dan timnya dan yang
kedua juga masyarakat masih banyak yang minim masalah kegiatan kotaku ini.

Anda mungkin juga menyukai