OLEH :
III D
05.03.19.1838
1
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen Dr. Muh. Taufik, S.Pt, M.Si
yang telah memberikan materi tentang Teknik Penyembelihan Halal dan Abbatoir dan juga
memberikan tugas laporan ini, sehingga penulis lebih paham tentang
Teknik Penyembelihan Halal dan Abbatoir.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Potong Hewan adalah kegiatan mematikan hewan dengan cara
memotongnya dengan aturan-aturan tertentu sehingga diperoleh daging yang utuh dan
baik serta berdaya saing tinggi. Peranan RPH ialah pencipta lapangan kerja, dan
pengembnagan industry hasil ternak. Syarat pendirian RPH untuk kebutuhan ekspr adalah
syarat pendirian RPH yang diatur dalam permentan Nomor
13/PERMENTAN/OT.140/1/2010.
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) memiliki peranan penting sebagai mata rantai
untuk memperoleh kualitas daging yang baik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
menerapkan animalwelfare pada setiap RPH. Animalwelfare merupakan suatu usaha
4
kepedulian yang dilakukan oleh manusia untuk memberikan kenyamanan kehidupan
terhadap hewan. Manusia sebaiknya mampu bertanggung jawab terhadap seluruh hewan
yang hidup dipelihara maupun hidup liar. Selayaknya manusia, hewan juga mempunyai
perasaan kebosanan, kenyamanan, kesenangan, atau penderitaan (Eccleston, 2009).
Dalam konsep animalwelfare terdapat lima aspek kebebasan hewan yang telah diterapkan
untuk meningkatkan kualitas hidup bagi semua hewan yakni kebebasan dari kelaparan
dan kehausan, kebebasan dari ketidaknyamanan, kebebasan dari kesakitan, cedera, dan
penyakit, kebebasan untuk mengekspresikan tingkah laku secara alamiah, kebebasan dari
ketakutan dan stres (Main, 2003).
Pada hakakatnya RPH memiliki fungsi juga sebagai pelayanan kegiatan bagi
masyarakat yang meliputi
1. Aspek Teknis
a. Sebagai tempat dilaksanakannya pemotongan hewan secara benar sesuai standar
yang berlaku
b. Sebagai tempat dilaksanakannya pemeriksaan Antemorterm dan Postmorterm
untuk mencegah penularan penyakit zoonosis
c. Sebagai tempat mendeteksi/memonitor penyakit hewan.
d. Sebagai tempat untuk melaksanakan seleksi dan pengendalian pemotongan hewan
betina produktif serta untuk menekan pengurangan populasi
2. Aspek Sosial
a. Meemberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menyediakan daging layak
konsumsi
b. Memberikan jaminan bahwa sistem pemotongan yang dilakukan secara islami dan
halal
3. Aspek Kesehatan Masyarakat
Peraturan Pemerintah NO.22 Tahun 1998 : Kesmavet bukan hanya mengurangi
produk asal hewan saja, tetapi juga menangani permasalahan-permasalahan seputar
penyakit menular/ mempengaruhi esehatan manusia.
4. Aspek Regulasi dan Standar
5
Beberapa aspek dan standar RPH telah banyak diterbitkan dalam UU, Peraturan
Pemerintah, Kementrian Pertanian dan SNI.
Pihak pengusaha setiap orang badan yang bergerak dalam usaha pemotonga
hewan untuk memenuhi kebutuhan ekspor harus mendapatkan izin dari Dijernak, kelas
A, sedang menurut kegiatannya sebagai kategori, I, II; I dan II atau III.
Pembinaan :
1. Agar kegiatan pengadaan daging untuk keutuhan ekspor ini dapat berjalan lancer, perlu
pembinaan oleh Dijernak.
2. Pembinaan terhadap petugas / aparat dinas dari ii, dapat berupa:
6
a. Penyiapan aparat/petugas yang terampil dalam kegiatan pelayanan pemotongan
hewan.
b. Menyiapkan certificate pf helath and origin
c. Menetapkan ORH pemeriksaan yang berwenang (meat inspector) di RPH
d. Menyiapkan stempel daging yang diperlukan
e. Bagi para pengusaha atau pedagang diberikan pengarahan agar produk yang
dihasilkan memenuhi persyaratan yang diminta dengan cara berusaha mendapatkan
ternak yang memenuhi standar kualitas ekspor.
B. Tujuan
Untuk mengetahui tata cara penanganan hewan sebelum dans etelah disembelihdi lokasi
pemotongan hewan
C. Manfaat
Untuk mengetahui tata cara penanganan hewan sebelum dan setelah disembelihdi lokasi
pemotongan hewan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah Potong Hewan yang selanjutnya disebut RPH adalah suatu bangunanatau
kompleks bangunan dengan desain dan syarat tertentu yang digunakan sebagaitempat
memotong hewan bagi konsumsi masyarakat umum (Permentan No. 13 tahun2010).
8
sebelum disembelih yang dilakukan oleh petugas pemeriksa berwewenang (PermentanNo.
13 tahun2010).
Daging adalah bagian–bagian hewan yang disembelih atau dibunuh dan lazim
dimakan manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain dari pada pendinginan
atau bagian–bagian hewan potong yang disembelih termasuk isi rongga perut dan dada
yang lazim dimakan manusia (Manual kesmavet. 1993).
Daging adalah bagian dari otot skeletal karkas yang lazim, aman dan layak
dikonsumsi oleh manusia, terdiri atas potongan daging bertulang dan daging tanpatulang,
berupa daging segar hangat, segar dingin (chilled), atau karkas beku
(PermentanNo.13tahun2010).
Petugas pemeriksa berwenang adalah dokter hewan pemerintah yang ditunjuk oleh
Menteri atau petugas lain yang memiliki pengetahuan dan keterampilan pemeriksaan
antemortem dan postmortem serta pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat veteriner
yang berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab dokter hewan yang dimaksud.
9
lebih rendah dari pemukiman penduduk, tidak menimbulkan gangguan atau
pencemaran lingkungan. Tidak berada dekat industri logam dan kimia, tidak
berada di daerah rawan banjir, bebas dari asap, bau, debu dan kontaminan lainnya.
Memiliki lahan yang relatif datar dan cukup luas untuk pengembangan rumah
pemotongan hewan.
b. Persyaratan Sarana
10
oleh karyawan yang bekerja di masing-masing tempat tersebut, dokter hewan dan
petugas pemeriksa yang berwenang.
1. Dinding
Tinggi dinding pada tempat proses pemotongan dan pengerjaan karkas
minimum 3 meter. Dinding bagian dalam berwarna terang, terbuat dari bahan
yang kedap air, memiliki insulasi yang baik, tidak mudah korosif, tidak toksik,
tahan terhadap benturan keras, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta tidak
mudahmengelupas.
h. Ruang beku
11
kipas (blastfreezer). Suhu dalam ruang di bawah –18 oC dengan kecepatan udara
minimum 2 meter per detik (SNI 01 - 6159 – 1999).
j. Laboratorium
12
BAB III
METODOLOGI
C. Metode Pelaksanaan
Pada praktikan ini, setiap praktikan membuat laporan:
1. Laporan yang membahas mengenai prosedur rph yang dikunjungi
2. Laporan dikirim melalui google classroom
13
BAB IV
A. HASIL
Peralatan TPH
1. Tph masih dalam renovasi
2. Alat penggantung terbuat dari tali
3. Kran air
4. Pisau menyembelih, golok belah sapi
14
1. Tidak terdapat kandang istirahat
2. Tidak terdapat ruang pemingsanan
15
B. PEMBAHASAN
1. Darurat
2. Hajat khusus
Peralatan RPH
a. Timbangan RPH
Timbangan Ternak – Livestock Portable Scale
Timbangan Karkas Rail,
Timbangan Karkas Gantung
Timbangan Karkas Meja, Timbangan Duduk
b. Pengendali – Kandang Jepit – Restraining BOX
Kandang Jepit
Kandang Jepit dilengkapi timbangan
Perebah Sapi – Restraining Box
c. PERALATAN POTONG RPH
Pisau Set RPH, GOLOK BELAH SAPI, Gergaji Karkas / Carcass Hand Saw
Glove Mesh Stainless, APRON Sintetik
Boning Hook, Meat Slicer, Meatbone Saw Electric, Bone Saw
d. Penggantung
T meat – Hand hook, Meat Hanger Hook, S Meat Hanger, Carcas Hanger Hook
Offal Hanger, Cattle Hanger
Manual Hoist Spreader Set , Electric Hoist Spreader Set
e. MESIN RPH MODERN
Pemingsan / Stunning,
Mesin pengulitan
Mesin Pembelah
16
Mesin potong kaki
250 BRISKET OPENER SAW.
8-ES PRIMAL CUT SAW
GT 40 MULTI PURPOSE SAW
f. SANITASI dan KUALITAS DAGING
Topi Kerja, Boot Brush Station, Knee Handwash Basin, Stempel Inspeksi
Power Sprayer, Post Mortem Set, pH Meter daging, Uji Kadar Air Daging, Infrared
Meat Moisture Analyzer
Lemari Alat, Vacuum Packing Machine, Alat Sterilisasi Pisau
g. GEROBAK DAN TROLLEY
Skinning cradle,
Gerobak Daging, Gerobak Jeroan
Gerobak Kotoran
Pembersih Rumen
h. MEJA KERJA
Meja Post Mortem, Meja Proses Stainless, Meja Tulang,
Meja Deboning Medium
Meja Deboning Large, Platform Manual, Platform Hidrolik
i. Railing System
j. RUANGAN PENDINGIN
Cooler Box
Air Blast Freezer
Chilling Room
Cold Storage
Pemotongan hewan di Rumah Potong Hewan antara lain melewati beberapa tahap
antara lain Kandang Penampungan (Kandang Istirahat), daerah kotor dan daerah bersih.
Adapun yang termasuk daerah kotor yaitu tempat pemingsanan, tempat pemotongan,
tempat pengeluaran darah, tempat penyelesaian penyemblihan, ruang jeroan, ruang
17
kepala dan kaki, ruang kulit dan tempat pemeriksaan post mortem. Sedangkan daerah
bersih yaitu ruang pendinginan atau pelayuan, ruang pembekuan, ruang pembagian
karkas, ruang penimbangan karkas dan ruang pengemasan daging. Adapun alur yang
dilewati antara lain :
Daerah Kotor
Daerah kotor merupakan daerah atau ruangan di rumah potong hewan yang
memiliki tingkat kontaminasi yang tinggi. Daerah Kotor di rumah potong hewan Malang
seluruhnya menyatu kecuali ruang jeroan. Hal ini sudah baik mengingat RPH Malang
sudah menggunakan alat – alat yang memenuhi syarat sehingga kontaminasi antara
ruangan dapat dihindarkan/dikurangi.
1) Ruang Pemingsanan
Ruang pemingsanan di RPH Malang dilengkapi kandang jepit dan tirai.
Pemingsanan dilakukan dengan senjata seperti pistol dengan bubuk mesiu. Akan tetapi
pada saat dilakukan Ko. Asistensi tidak ditemukan adanya kegiatan di ruang
pemingsanan karena hanya dikhususkan untuk sapi import. Sedangkan untuk sapi lokal
dilakukan dengan cara konvensional yaitu dengan merobohkan sapi dan diikat
18
menggunakan tali. Hal ini sedikit bertentangan dengan kesejahteraan hewan karena
hewan sedikit atau banyak akan mengalami stress dan membuat pengeluaran darah tidak
sempurna.
4) Ruang Jeroan
Setelah isi perut dan isi dada dikeluarkan kemudian di bawa ke ruangan jeroan.
Ruang jeroan dilengkapi beberapa bak air yang digunakan untuk mencuci jeroan. Tata
cara yang dilakukan di RPH Malang yaitu membuka jeroan dan mengeluarkan isi usus,
rumen, retikulum, omasum dan abomasum, kemudian di bilas menggunakan air yang
mengalir. Jeroan rongga dada dimasukkan ke dalam air dan dicuci secukupnya
menggunakan air di dalam tong – tong air yang sudah tersedia.
19
6) Ruang Kulit
Ruang kulit di RPH Malang tidak dibedakan dengan daerah kotor lainnya. Setelah
hewan dikuliti kemudian kulit diikat sampai kecil kemudian langsung di bawa oleh
pembeli kulit, selain itu RPH juga melakukan pengolahan kulit yang dilakukan di ruang
pengolahan kulit yang sudah terpisah dari ruangan pemotongan.
Daerah Bersih
Daerah bersih adalah ruangan dengan tingkat pencemaran yang rendah. RPH
Malang memiliki dua buah ruangan yang dijadikan daerah bersih antara lain ruang
pendinginan (pelayuan), pembekuan, dan ruangan pembagian karkas, penimbangan dan
pengemasan dilakukan di ruangan berikutnya. Akan tetapi beberapa fasilitas tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh RPH Malang, antara lain ruang pelayuan, alat
pemotongan karkas yang modern dan alat pembekuan yang terletak di ruangan bersih.
Hal ini sangat disayangkan karena teknologi ini dapat meminimalisir kontaminasi pada
daging.
1) Ruang Pendinginan/Pelayuan
Ruang pelayuan di RPH Malang sangat jarang digunakan. Hal ini disebabkan
keterbatasan waktu karena pemilik hewan sudah harus menjual daging di pasar pada
pagi harinya. Sehingga pelayuan dapat dilakukan di tempat penjualan. Hal ini sangat
bertolak belakang dengan SNI tentang aturan RPH. Karena pelayuan sangat penting
dilakukan untuk mengurangi proses pembusukan.
20
2) Ruang Pembekuan
Ruang pembekuan terdapat di sebelah ruangan pelayuan di RPH Malang. Di
dalam satu ruangan juga terdapat alat pemotongan untuk pembagian karkas dan
pengemasan karkas. Akan tetapi di RPH Malang tidak pernah digunakan. Hal ini sangat
disayangkan karena menggunakan alat – alat modern kontaminasi dapat dikurangi dan
diminimalisir dibandingkan menggunakan metode konvensional.
21
penyemblihan sampai pemotongan. Dari segi peralatan RPH Malang sudah sangat baik
namun belum didukung oleh kesadaran SDM yang baik sehingga harus dilakukan
penyuluhan tentang kontaminasi terhadap petugas RPH. Selain itu, fasilitas yang
tersedia sebaiknya dipakai agar menjadi RPH terbaharukan dan menjadi percontohan di
RPH lain se Indonesia, karena menggunakan peralatan modern selain lebih cepat juga
mudah dalam mengendalikan jumlah kontaminasi dibandingkan metode konvensional.
Cara pemotongan dilakukan menurut tata cara agama islam dengan prosedur sebagai berikut:
22
a. Bentuk karkas dingin/beku
b. Dalam bentuk potongan daging tertentu(meatcuis)dingin/beku
4. Pengangkutan
Kendaraan yang digunakan dapat menjamin kesehatan dan mutu daging serta tidak
digunakan untuk tujuan lain selain pengangkutan daging. Pengangkutan digin suhu 7 o C,
pengangkutan beku suhu -15o C.
23
2. Kode bagi dokter hewan yang memeriksa untuk penelusuran identitas
3. Wilayah tempat pemotongan
4. Logo RPH
- Sapi : Bulat
- Kerbau : Segiempat
- Kuda : Segitiga
- Kambing/domba : Bulat ( ≤ dari cap sapi)
- Babi : Segienam beraturan
Warna Cap
- Alkohol : 50 CC
- Gliserin : 250 CC
- Kristal Violet : 50 CC
- AQUADES : 1000 CC
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan di RPH tamangapa, mulai dari
ruangan yang ada disana, peralatan, seerta tata cara penanganan pemotongan sebelum dan
setelah pemotongan yaitu : berbanding terbailk dengan materi perkuliahan yang telah
diberikan, artinya belum optimal 100%. Serta kebersihan yang ada disana tidak terjaga dan
masih banyak yang perlu dibenahi.
B. Saran
1. Kebersihan diutamakan agar tidak terdampak pada karkas dan manusia
2. Petugas RPH perlu ditambah yang berfokus pada kebersihan sehingga
kebersihan RPH lebih terjaga dan dapat menghasilkan daging-daging yang
higienisdan halal.
3. Teknik penyembelihan yang dilakukan oleh petugas agar memenuhi ketetapan
animal welfare dan
4. Teknik penyembelihan yang dilakukan oleh petugas agar melakukan
pemeriksan antemorterm dan postmorterm
5. Ruangan yang seharusnya dipisah jangan digabung (ruangan pemotongan
hewan, ruangan pengeluaran darah secara tuntas, pengulitan, pelyaun danlain
sebagainya)
6. Perlunya disiapkan desinfektan pada pintu utama
25
DAFTAR PUSTAKA
http://www.dokter-hewan.net/2015/03/alur-pemotongan-hewan-di-rph.html (diakses
pada hari Rabu, 20 November 2021)
Sarekha,ekha.2018.laporanpraktikum.https://mahasiswa.ung.ac.id/621414036/hom
2018/7/17/tugas-satwa-harapan-seme.html (diakses pada hari Rabu, 19 Februari
2021)
26
LAMPIRAN
27
28