Anda di halaman 1dari 12

120 Febriantina et al.

Pengaruh budaya organisasi

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU

THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CULTURE ON TEACHER PERFORMANCE


S Febriantina1a, FN Lutfiani1, dan N Zein1
1 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
a Korespondensi: Susan Febriantina, Email: susanfebriantina@unj.ac.id

(Diterima: 22-09-2018; Ditelaah: 23-09-2018; Disetujui: 28-10-2018)

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine whether there is a positive and significant
influence of organizational culture on teacher performance in SMK Negeri 40 Jakarta. The
research methodology used was survey method which was selected by saturated sample
technique. The result shows that there is positive influence between teacher’s performance
and organizational culture with Tcount of 6.81 and Ttabel of 1.70. It is also expressed normal
and linearly distribution with regression equation Ŷ = 27.24 + 0.408X. Based on correlation
coefficient of organizational culture variables with teacher performance obtained a strong
influence that is equal to 0.741. Based on the calculation of coefficient of determination made
to produce 0.5497 or equal to 54.97%, this means that as much as 54.97% of organizational
culture affects teacher performance, while the remaining 45.03% was influenced by other
variables not described in this model.
Keywords: organizational culture, teacher performance, vocational school.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif dan signifikan
antara budaya organisasi terhadap kinerja guru di SMK Negeri 40 Jakarta. Metodologi
penelitian yang digunakan adalah metode survei yang dipilih dengan teknik sampel jenuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara kinerja guru dan
budaya organisasi dengan Thitung 6,81 dan Ttabel 1,70. Dari uji persyaratan analisis yang
dilakukan, dapat dinyatakan bahwa penelitian ini terdistribusi normal dan linier dengan
persamaan regresi Ŷ = 27,24 + 0,408X. Berdasarkan koefisien korelasi variabel budaya
organisasi dengan kinerja guru, diperoleh pengaruh yang kuat yaitu sebesar 0,741.
Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi yang dibuat menghasilkan 0,5497 atau
sebesar 54,97%, ini berarti bahwa sebanyak 54,97% budaya organisasi mempengaruhi
kinerja guru, sedangkan sisanya 45,03% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan
dalam model ini.
Kata kunci: budaya organisasi, kinerja guru, sekolah kejuruan.

Febriantina, S., Lutfiani, F. N., & Zein, N. (2018). Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Guru. Tadbir Muwahhid, 2(2), 120-131.

belum menunjukkan hasil yang signifikan.


PENDAHULUAN Secara kuantitatif, sebenarnya jumlah guru
Secara kuantitas jumlah guru di Indonesia di Indonesia relatif tidak terlalu rendah, hal
cukup memadai, namun secara kualitas ini dapat dilihat dari rasio guru dengan
Tadbir Muwahhid ISSN 2579-4876 e-ISSN 2579-3470 Volume 2 Nomor 2, Oktober 2018 121

siswa. Tetapi dalam hal distribusi guru tergantung kebutuhan dan penduduk yang
ternyata masih mengandung kelemahan, tinggal di daerah tersebut. Jakarta Timur
diantaranya belum meratanya penyebaran merupakan salah satu wilayah di DKI
jumlah guru di daerah. Apabila diukur dari Jakarta dengan jumlah SMK sebanyak 12
persyaratan akademis, baik menyangkut sekolah. Adapun peringkat sekolah di kota
pendidikan minimal maupun kesesuaian Jakarta Timur tertera pada Tabel 1.
bidang studi dengan pelajaran yang harus
Tabel 1 Daftar peringkat SMK Negeri se-
diberikan kepada anak didik, ternyata masih
Jakarta Timur tahun 2017
banyak guru yang belum memenuhi kualitas
mengajar. Hal itu dapat dibuktikan dengan Peringkat Nama SMKN
masih banyaknya guru yang belum sarjana 1 SMKN 48
namun bisa mengajar di SMA/SMK, serta 2 SMKN 50
banyak guru yang mengajar yang tidak 3 SMKN 10
sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka 4 SMKN 51
miliki. Keadaan seperti ini terjadi lebih dari 5 SMKN 46
setengah guru di Indonesia, baik di SD, SMP, 6 SMKN 40
dan SMA/SMK. Artinya lebih dari 50 persen 7 SMKN 52
guru SD, SMP, dan SMA/SMK di Indonesia 8 SMKN 7
ternyata belum memenuhi kelayakan 9 SMKN 22
mengajar. 10 SMKN 24
11 SMKN 5
Rendahnya kinerja guru dapat
12 SMKN 58
diakibatkan oleh berbagai faktor,
diantaranya ketidakdisplinan perilaku guru
dan rendahnya kesejahteraan. Hal ini Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa
dikarenakan banyak guru-guru yang tidak SMKN 40 Jakarta hanya menduduki
hanya fokus pada satu profesi saja. peringkat 6 se-Kota Jakarta Timur. Hal ini
Contohnya seorang guru mencari pekerjaan membuktikan bahwa SMKN 40 Jakarta
sampingan seperti berdagang. Masalah ini belum dapat bersaing secara maskimal
berdampak kepada rendahnya mutu dengan sekolah yang di favoritkan di
pendidikan di Indonesia. Alasan seorang wilayah Kota Jakarta Timur lainnya.
guru mencari pekerjaan sampingan ialah Peringkat pada suatu sekolah dapat
minimnya gaji guru sehingga seorang guru dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
memutuskan untuk mencari mata pencarian satunya ialah faktor dari kinerja guru dan
lain guna mencukupi kebutuhannya. budaya organisasi yang diterapkan di
sekolah.
Walaupun guru bukan satu-satunya
faktor penentu keberhasilan Pendidikan, Sebagian guru di SMKN 40 Jakarta masih
tetapi pengajaran merupakan titik sentral banyak yang belum memiliki pengalaman
pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin lapangan yang mumpuni. Hal ini dapat
kualitas, tenaga pengajar memberikan andil dilihat dari survei yang peneliti lakukan
sangat besar pada kualitas pendidikan yang kepada 10 orang guru di SMKN 40 Jakarta.
menjadi tanggung jawabnya. Di Provinsi DKI Rata-rata guru di SMKN 40 Jakarta memiliki
Jakarta terdapat 63 SMK Negeri yang pengalaman mengajar kurang dari 5 (lima)
tersebar di 5 kota yang setiap kota memiliki tahun. Di samping itu, sebagian besar guru
sekolah dengan jurusan yang berbeda-beda juga mengaku masih belum mampu
122 Febriantina et al. Pengaruh budaya organisasi

menunjukkan kinerja yang maksimal, Dalam satuan pendidikan, guru memiliki


terbukti dari masih kurang tepat waktunya peran yang sangat menentukan dalam
para guru dalam menyelesaikan tugas proses pembelajaran di sekolah. Tidak
administratif, dan pengelolaan hanya sebagai pendidik, namun juga juga
pembelajaran yang dirasa masih bersifat sebagai pengajar, pelatih, dan pembimbing.
konvensional. Demikian juga dengan budaya Seorang guru yang memiliki kinerja yang
organisasi yang dibangun, di SMKN 40 tinggi merupakan hasil dari kombinasi
Jakarta masih banyak terjadi guru yang upaya dalam melaksanakan pekerjaan,
sering datang terlambat, guru tidak masuk bagaimana kompetensi yang tinggi untuk
ke kelas pada saat jam mengajar, dan guru melakukan pekerjaan, serta sejauh mana
yang kurang menerapkan kerjasama tim dari tujuan pekerjaan dipahami dengan
pada saat ada acara atau kegiatan sekolah. baik. Husaini (2009) menjelaskan bahwa
Berbagai permasalahan yang muncul guru memiliki peran sangat penting dalam
tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru menentukan kuantitas dan kualitas
dan pembiasaan budaya organisasi belum pembelajaran. Prinsip-prinsip pekerjaan
menunjukkan hasil yang maskimal. dalam berkinerja baik adalah untuk
menjunjung tinggi kejujuran, untuk
melakukan proses pembelajaran yang
MATERI DAN METODE maksimal, memiliki rasa tanggung jawab
yang tinggi, memiliki tujuan yang jelas,
Materi untuk berkonsentrasi pada hasil dan untuk
bekerja sama, memiliki pola kerja yang
Kinerja Guru
terus menerus, dan selalu melakukan
Robbins dan Coulter (2010) menyatakan perbaikan terus menerus. Peraturan
bahwa performance is the end result of an Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35
activity, hasil dari sebuah aktifitas yang bisa Tahun 2010 menyatakan bahwa kinerja
didefinisikan sebagai prestasi kerja. guru merupakan hasil penilaian terhadap
Sementara Bernardin dan John (2007) proses dan hasil kerja yang dicapai guru
memberikan definisi tentang performance dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan
sebagai the record of autcomes produced on menurut Supardi (2013), kinerja guru
a specified job function or activity during a merupakan kemampuan seorang guru
specified time period, yang berarti kinerja dalam melaksanakan tugas pembelajaran di
adalah catatan tentang hasil-hasil yang madrasah dan bertanggung jawab atas
diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan peserta didik di bawah bimbingannya
tertentu atau kegiatan tertentu selama dengan meningkatkan prestasi belajar
kurun waktu tertentu. Veithzal (2005) peserta didik. Rusyan (2005) berpendapat
menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil bahwa kinerja guru artinya melaksanakan
atau tingkat keberhasilan seseorang secara proses pembelajaran baik dilakukan di
keseluruhan selama periode tertentu di dalam kelas maupun di luar kelas di
dalam melaksanakan tugas dibandingkan samping mengerjakan kegiatan-kegiatan
dengan berbagai kemungkinan, seperti lainnya, seperti mengerjakan administrasi
standar hasil kerja, target atau sasaran, atau sekolah dan administrasi pembelajaran,
kriteria yang telah ditentukan terlebih melaksanakan bimbingan dan layanan pada
dahulu dan telah disepakati bersama. para siswa, serta melaksanakan penilaian.
Tadbir Muwahhid ISSN 2579-4876 e-ISSN 2579-3470 Volume 2 Nomor 2, Oktober 2018 123

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, Siswandi (2012) mengemukakan bahwa


dapat disintesiskan bahwa kinerja guru budaya organisasi adalah “norma,
merupakan tingkat keberhasilan guru dalam keyakinan, sikap dan filosofi organisasi”.
melaksanakan tugas pendidikan sesuai Sementara itu, budaya organisasi di
dengan tanggung jawab dan wewenangnya definisikan sebagai sebuah corak dari
berdasarkan standar kinerja yang telah asumsi-asumsi dasar yang ditemukan atau
ditetapkan selama periode tertentu dalam dikembangkan oleh sebuah kelompok
rangka mencapai tujuan pendidikan. Kinerja tertentu untuk belajar mengatasi problem-
guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan problem kelompok dari adaptasi eksternal
spesifikasi kompetensi yang harus dimiliki dan integrasi internal yang telah bekerja
oleh setiap guru. dengan baik (Muchlas, 2008). Sedangkan
Sutrisno (2010) mendefinisikan budaya
Budaya Organisasi organisasi sebagai perangkat sistem nilai-
Manusia baik secara individu, dalam nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs),
kelompok, dan organisasi memiliki naluri asumsi-asumsi (assumptions), atau norma-
untuk dikenal oleh manusia lainnya atau norma yang telah lama berlaku, disepakati,
lingkungannya. Oleh karena itu, manusia dan diikuti oleh para anggota suatu
akan selalu berusaha melakukan sesuatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan
yang berbeda, baik dalam sikap ataupun pemecahan masalah-masalah organisasinya.
perilaku yang khas maupun dalam bentuk Sedangkan menurut Tampubolon (2004),
hasil karya tertentu. Perilaku tertentu atau budaya organisasi merupakan kesepakatan
hasil karya tersebut akan menjelma menjadi perilaku anggota dalam organisasi yang
identitas dan citra manusia, baik secara selalu berusaha menciptakan efisiensi,
individu, kelompok organisasi, bahkan kreatif, bebas dari kesalahan dan berfokus
komunitas masyarakat terentu. Robbins dan pada hasil. Budaya organisasi juga disebut
Coulter (2010) mengemukakan bahwa, budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai-
“budaya organisasi atau organizational nilai atau norma-norma yang telah relatif
culture adalah sehimpunan nilai, prinsip, lama berlakunya, dan dianut bersama oleh
tradisi, dan cara bekerja yang dianut para anggota organisasi (karyawan) sebagai
bersama yang mempengaruhi perilaku serta norma perilaku dalam menyelesaikan
tindakan para anggota organisasi”. Dalam masalah-masalah organisasi (perusahaan).
kebanyakan organisasi, nilai-nilai dan Budaya organisasi identik dengan studi
praktik-praktik yang dianut Bersama ini individu dan kelompok dalam sebuah
telah berkembang pesat seiring dengan organisasi yang senada sengan pendapat
perkembangan zaman dan benar-benar Devi (2009), bahwa organizational culture
sangat mempengaruhi bagaimana sebuah marked by teamwork, pleasant working
organisasi dijalankan. Kreitner (2005) conditions, attention of employees,
menyebutkan “organizational culture can be development opportunities, flexible-working
defined as the similarity in perception, practices, and good leadership and
perspective, value, and behavior that are management practices may influence work
believed, studied, applied, and developed engagement.
simultaneously by all of the organization Demikian pula dalam sebuah organisasi
members resulting in an organization pendidikan bernama sekolah, akan banyak
identity”. ditemukan budaya, perilaku khas setiap
124 Febriantina et al. Pengaruh budaya organisasi

sekolah unik. Yang dalam Maslowski (2006) antar variabel X dan Y ditunjukkan pada
menyebutkan the elements of organizational Gambar 1.
culture in schools used in this study
encompass formality, rationality,
achievement orientation, participation and
collaboration, communication, professional
orientation, and teacher autonomy.
Dari paparan menurut para ahli di atas,
dapat disintesiskan bahwa budaya Gambar 1 Konstelasi hubungan antar
organisasi merupakan sistem nilai dan variabel X dan Y
kepercayaan yang dianut bersama oleh Adapun yang menjadi populasi target
anggota organisasi yang membedakan adalah seluruh tenaga pendidik dan
organisasi itu dengan organisasi lainnya. kependidikan SMKN 40 Jakarta yang
Interaksi orang dalam sebuah organisasi berjumlah 60 orang pada tahun 2017/2018.
menggambarkan budaya pada organisasi Populasi terjangkau dari penelitian ini
tersebut. Budaya organisasi yang kuat adalah guru yang berjumlah 40 orang.
mendukung tujuan-tujuan perusahaan, Dalam pengambilan sampel digunakan
sebaliknya yang lemah atau negatif sampling jenuh, yaitu teknik penentuan
menghambat atau bertentangan dengan sampel dengan semua anggota digunakan
tujuan sebuah organisasi. sebagai sampel. Data-data yang diperoleh
dalam penelitian ini diambil dari instrumen
Metode penelitian berupa kuesioner, sehingga
Metode yang digunakan dalam penelitian ini respondennya adalah semua guru yang ada
adalah metode survei. Metode ini dipilih di SMK Negeri 40 Jakarta yang berjumlah 40
karena sesuai dengan tujuan dari penelitian guru.
yaitu untuk memperoleh data yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi dan fakta yang diperlukan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian. Melalui metode ini, peneliti
mendapatkan data melalui pengamatan
Hasil
dengan pendekatan korelasional. Alasan Kinerja Guru
peneliti menggunakan metode ini karena
Berdasarkan hasil penelitian, variabel
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
kinerja memperoleh jumlah skor
yaitu untuk mengetahui pengaruh antar
keseluruhan sebesar 3.180,5, skor rata-rata
variabel bebas dengan variabel terikat. Data
sebesar 79,5125, nilai terendah 67,5, nilai
yang digunakan oleh peneliti untuk kedua
tertinggi 90, varians (S2) sebesar 30,032,
veriabel penelitian ini terdiri dari variabel
dan nilai standar deviasi (S) sebesar 5,480
bebas yaitu Budaya Organisasi (X) dan
dengan data rentang sebesar 22,5, interval
variabel terikat yaitu Kinerja Guru (Y).
sebesar 6 dan panjang kelas sebesar 4. Data
Sesuai dengan hipotesis yang diajukan
yang didapatkan menghasilkan deskripsi
bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
data variabel kinerja guru yang dapat dilihat
signifikan antara budaya organisasi dengan
pada Tabel 2.
kinerja guru. Maka, konstelasi hubungan
Tadbir Muwahhid ISSN 2579-4876 e-ISSN 2579-3470 Volume 2 Nomor 2, Oktober 2018 125

Tabel 2 Deskripsi data kinerja guru (Y) Dari data yang ada dibuatkanlah
Jumlah Sampel 40 distribusi frekuensi untuk variabel Y dengan
Jumlah Skor Keseluruhan 3180,5 cara menghitung range, banyaknya kelas
interval, panjang kelas interval dan juga
Rata–rata Skor Keseluruhan 79,5125
panjang kelas dengan rumus Sturges. Range
Skor Terendah 67,5
dari variabel Y adalah sebesar 22,5 dengan
Skor Tertinggi 90
banyaknya kelas interval (K) sebanyak 6
Varians 30,032
dengan menggunakan rumus Sturges (K =
Standar Deviasi 5,480
1+ 3,3 log n) dan panjang kelas 4. Data
Median 80 selengkapnya tentang kinerja guru dapat
Modus 80 dilihat dalam Tabel 3 tentang distribusi
frekuensi dan histogram.
Tabel 3 Distribusi frekuensi variabel kinerja guru
Kelas Interval Batas Bawah Batas Atas Frek. Absolut Frek. Relatif
67 – 70 66.5 70.5 3 8%
71 – 74 70.5 74.5 4 10%
75 – 78 74.5 78.5 10 25%
79 – 82 78.5 82.5 13 33%
83 – 86 82.5 86.5 7 18%
87 - 90 86.5 90.5 3 8%
Jumlah 40 100%

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa 151, varians (S2) sebesar 99, nilai standar
frekuensi kelas tertinggi variabel Kinerja deviasi (S) sebesar 10 dengan data rentang
Guru yaitu 13 guru yang terletak pada sebesar 41, interval sebesar 6, dan panjang
interval kelas keempat yaitu berada kelas sebesar 7. Untuk lebih jelas informasi
diantara 79 – 82 dengan frekuensi relatif mengenai deskripsi data variabel budaya
sebesar 33%. Sedangkan frekuensi terendah organisasi dapat dilihat pada Table 4.
variabel kinerja guru yaitu 3 guru yang
terletak pada interval kelas kesatu dan Tabel 4 Deskripsi data budaya organisasi
keenam yaitu di antara 67 – 70 dan 87 – 90 Jumlah Sampel 40
dengan frekuensi relatif sebesar 8%. Jumlah Skor Keseluruhan 5127
Rata – rata Skor Keseluruhan 128,175
Budaya Organisasi Skor Terendah 110
Data mengenai budaya organisasi Skor Tertinggi 151
merupakan data primer yang diperoleh Varians 99
melalui pengukuran dengan skala likert Standar Deviasi 10
sebanyak 40 butir pernyataan dan diisi oleh Median 126
40 responden yang berasal dari semua guru Modus 126
di SMK Negeri 40 Jakarta. Berdasarkan data
yang tekumpul, diperoleh jumlah skor Dari data yang ada, dibuatkanlah
keseluruhan sebesar 5,127, skor rata-rata distribusi frekuensi untuk variabel X dengan
128,175, nilai terendah 110, nilai teringgi cara menghitung range, banyaknya kelas
126 Febriantina et al. Pengaruh budaya organisasi

interval, panjang kelas interval, dan juga rumus Sturges (K = 1 + 3,3 log n) dan
panjang kelas dengan menggunkan rumus panjang kelas 7. Data selengkapnya tentang
Sturges. Range dari variabel X adalah budaya organisasi dapat dilihat dalam Tabel
sebesar 41 dengan banyaknya kelas interval 5.
(K) sebanyak 6 dengan menggunakan
Tabel 5 Distribusi frekuensi variabel X (budaya organisasi)
Kelas Interval Batas Bawah Batas Atas Frek. Absolut Frek. Relatif
110 – 116 109.5 116.5 4 10%
117 – 123 116.5 123.5 7 18%
124 – 130 123.5 130.5 15 38%
131 – 137 130.5 137.5 6 15%
138 – 144 137.5 144.5 5 13%
145 – 151 144.5 151.5 3 8%
Jumlah 40 100%

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa sebesar 38%. Sedangkan frekuensi kelas
frekuensi kelas tertinggi variabel budaya terendah variabel budaya organisasi yaitu 3
organisasi yaitu 15 guru yang terletak pada guru yang terletak pada interval kelas ke- 6
interval kelas ke- 3 (tiga) yaitu berada (enam) yaitu berada diantara 145 – 151
diantara 124 - 130 dengan frekuensi relatif dengan frekuensi relatif sebesar 8%.
Tabel 6 Rata-rata hitung skor indikator pada variabel budaya organisasi
Total Total
No Indikator Sub Indikator Butir Skor Mean %
Skor Butir
1 Inovasi dan Dorongan 1 174 605 4 151.25 11.87%
Pengambilan mengembang 2 173
resiko kan ide 3 152
4 106
Jeli terhadap 5 179 617 4 154.25 12.11%
masalah 6 112
7 160
8 166
2 Memberikan Kecermatan 9 164 326 2 163.00 12.80%
perhatian pada 10 162
setiap masalah Ketelitian 11 154 470 3 156.67 12.30%
secara detail 12 152
13 164
3 Berorientasi Fokus 14 165 841 5 168.20 13.21%
terhadap hasil terhadap 15 166
yang akan dicapai target hasil 16 165
17 166
18 179
Kecepatan 19 160 313 2 156.50 12.29%
20 153
4 Agresif dalam Disiplin 21 166 490 3 163.33 12.82%
bekerja 22 166
23 158
Tadbir Muwahhid ISSN 2579-4876 e-ISSN 2579-3470 Volume 2 Nomor 2, Oktober 2018 127

24 156 321 2 160.50 12.60%


Rajin 25 165

5 Berorientasi pada Kerjasama 26 167 662 4 165.50 12.99%


Anggota 27 170
28 161
29 164
Fokus 30 167 482 3 160.67 12.61%
terhadap 31 155
target 32 160
organisasi
Total 3983 25 1273.70 100%

Berdasarkan perhitungan Tabel 6, total


rata-rata hitung skor variabel budaya
organisasi terbesar adalah sub indikator
target hasil sebesar 13,21%. Sedangkan
skor rata-rata hitung terendah adalah sub
indikator dorongan mengembangkan ide
sebesar 11,87%. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa budaya organisasi yang kuat dapat
dilihat dari target hasil yang dilakukan oleh Gambar 2 Grafik persamaan regresi
gurunya. Uji Persyaratan Analisis
Uji prasyarat analisis dilakukan dengan uji
Pengujian Hipotesis normalitas galat taksiran dan uji linieritas
Persamaan Regresi regresi. Untuk pengujian normalitas galat
Persamaan regresi yang digunakan adalah taksiran, data digunakan untuk mengetahui
regresi linear sederhana, pengujian apakah galat taksiran Y dan X berdistribusi
hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui normal atau tidak. Pengujian galat taksiran
apakah terdapat pengaruh diantara variabel dilakukan dengan menggunakan uji liliefors
X dan variabel Y atau sebaliknya. Dari pada taraf signifikan α = 0,05 untuk sampel
perhitungan yang dilakukan, diperoleh sebnayak 40 guru, dengan kriteria
persamaan regresi linier Ŷ = 27,24 + 0,408X pengujian data berdistribusi normal, apabila
dimana a = 27,24 dan b = 0,408. Persamaan Lhitung < Ltabel dan jika sebaliknya maka galat
Ŷ = 27,24 + 0,408X dapat diinterpretasikan taksiran regresi Y atas X tidak berdistribusi
seperti pada Gambar 2. normal. Dari hasil perhitungan uji
Persamaan regresi tersebut menunjukan normalitas data dapat diperoleh nilai Lhitung
bahwa setiap kenaikan 1 (satu) skor budaya terbesar 0,120 dan Ltabel untuk n = 40 pada
organisasi (X) dapat menyebabkan kenaikan taraf signifikan α = 0,05 adalah 0,140.
kinerja guru sebesar 0,408 pada konstanta Karena Lhitung < Ltabel maka Ho diterima,
27,24. artinya galat taksiran Y atas X berdistribusi
normal dan penelitian dapat dilanjutkan
pada pengujian hipotesis.
128 Febriantina et al. Pengaruh budaya organisasi

Tabel 7 Perhitungan uji normalitas


N Galat Taksiran Lhitung Ltabel α = 0,05 Keputusan Keterangan
40 Y atas X 0,120 0,140 Terima Ho Normal

Selanjutnya dilakukan uji linieritas keberartian koefisien korelasi (uji t). Uji
regresi. Uji kelinieran regresi bertujuan keberartian regresi bertujuan untuk
untuk mengetahui apakah regresi yang mengetahui apakah model regresi yang
digunakan linier atau tidak. Kriteria digunakan berarti atau tidak. Kriteria
pengujian, terima Ho jika Fhitung (Fh) < Ftabel pengujian yaitu Ho diterima jika Fhitung (Fh) <
(Ft) dan tolak jika (Fh) > (Ft). dimana Ho Ftabel (Ft) dan ditolak Ho jika Fhitung (Fh) >
adalah model regresi linier dan Ha adalah Ftabel (Ft), dimana Ho adalah model regresi
model regresi berarti/signifikan, maka tidak berarti dan Ha adalah model regresi
dalam hal ini kita harus menolah Ho. Hasil berarti/signifikan, maka dalam hal ini kita
perhitungan menunjukan (Fh) 0,62 < (Ft) harus menolak Ho. Berdasarkan hasil
2,30 ini berarti Ho diterima. Pengujian ini perhitungan Fh sebesar 46,40 dan untuk Ft
dilakukan dengan menggunakan tabel adalah 4,03, sehingga dalam pengujian ini
ANAVA. dapat disimpulkan (Fh) 46,40 > (Ft) 4,03 ini
berarti Ho ditolak dan sampel dinyatakan
Uji Hipotesis
memiliki regresi berarti. Pengujian ini
Dalam uji hipotesis terdapat uji keberartian
dilakukan dengan tabel ANAVA.
regresi, uji koefisien korelasi, dan uji
Tabel 8 Tabel ANAVA untuk uji keberartian dan uji kelinieran regresi
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Rata-rata Jumlah
Fhitung Ftabel
Varians Kebebasan (Dk) (JK) Kuadrat (RJK)
Total 40 254060.75
Regresi (a) 1 252889.51
Regresi (b/a) 1 643.88 643.88
46.40 4.03
Sisa 38 527.36 13.88
Tuna Cocok 23 256.31 11.14
Galat 0.62 2.30
15 271.05 18.07
Kelinieran

Uji hipotesis selanjutnya adalah uji interprestasi nilai dapat dilihat pada Tabel
koefisien korelasi. Perhitungan koefisien 9.
korelasi dilakukan dengan menggunakan
Tabel 9 Tabel interpretasi nilai R
rumus rxy Product Moment dari Pearson.
Berdasarkan perhitungan dengan Interval Koefisien Tingkat Hubungan
menggunakan rumus tersebut, diperoleh 0,8000 – 1,0000 Sangat kuat
nilai rxy sebesar 0,741. Dengan mengacu 0,6000 – 7,9999 Kuat
0,4000 – 0,5999 Sedang / Cukup Kuat
pada tabel interprestasi nilai r, maka
0,2000 – 0,3999 Rendah
koefisien korelasi yang dihasilkan sebesar 0,0000 – 1,9999 Sangat rendah (tidak
0,741 termasuk pada kategori kuat. Jadi berkorelasi)
terdapat pengaruh yang kuat antara budaya
organisasi dengan kinerja guru. Tabel
Tadbir Muwahhid ISSN 2579-4876 e-ISSN 2579-3470 Volume 2 Nomor 2, Oktober 2018 129

Tahap terakhir dalam uji hipotesis adalah model regresi adalah berdistribusi normal,
uji keberartian koefisien korelasi atau uji t. berbentuk linier dan berarti.
Pengujian keberartian koefisien korelasi Hasil yang telah dilakukan juga
digunakan untuk mengetahui pengaruh menunjukan bahwa adanya pengaruh yang
yang terjadi positif atau negatif, signifikan positif antara budaya organisasi dengan
atau tidak signifikan antara variabel X dan kinerja guru. Hal ini dapat dilihat dari
variabel Y dengan menggunakan uji t thitung lebih besar dari ttabel (46,40 > 4,10)
dengan taraf dk = 40. Kiriteria pengujiannya yang menandakan adanya hubungan yang
yaitu, tolak Ho jika thitung > ttabel maka signifikan antara budaya organisasi dengan
terdapat korelasi yang signifikan, terima kinerja guru. Hal ini sebagaimana
jika thitung < ttabel maka korelasi yang terjadi Bernardin dan John (2007) sampaikan
tidak berarti (tidak signifikan). Dari hasil bahwa budaya organisasi yang baik akan
perhitungan diperoleh thitung (th) sebesar menciptakan kinerja yang optimal seperti
6,81 sedangan ttabel (tb) dengan taraf 0,05 halnya kinerja adalah sebagai catatan hasil
dan dk = 38, diperoleh nilai sebesar 1,70, keluaran pada fungsi kerja tertentu atau
karena thitung 6,81 > ttabel 1,70 maka Ho aktifitas selama periode waktu tertentu.
ditolak. Sejalan dengan pernyataan tersebut Arifin
Perhitungan Koefisien Determasi (2014) berpendapat bahwa organizational
culture will relate positively to teacher’s
Koefisien determinasi merupakan ukuran
performance. Inayatullah dan Jehangir
(besaran) untuk menyatakan tingkat
(2012) berpendapat, when organization do
kekuatan pengaruh antara suatau variabel
not make a proper culture in organization so
dengan variabel lainnya dalam bentuk
definitely employees will feel stress because
persen (%). Dari hasil perhitungan
of bad communication in between
diperoleh koefisien determinasai sebesar
employees and their superiors and their
54,97%, sehingga dapat dikatakan bahwa
performance towards their job will not meet
variabel kinerja guru ditentukan oleh
the set standards. This study found that the
variabel budaya organisasi sebesar 54,97%
bad working and living conditions have an
dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
adverse effect on the teacher’s performance.
Pembahasan Bentuk hubungan antara variabel kinerja
Berdasarkan hasil penelitian yang telah guru dengan budaya organisasi di SMK
dilakukan, rata-rata kinerja guru di SMK Negeri 40 Jakarta memiliki persamaan
Negeri 40 Jakarta sebesar 79,51 sementara regresi Ŷ = 27,24 + 0,408X. Adapun
rata-rata budaya organisasi sebesar 128,18. persamaan regresi tersebut dapat dimaknai
Hasil perhitungan uji normalitas kinerja bahwa setiap kenaikan satu skor pada
guru dan budaya organisasi terbesar adalah budaya organisasi (X) akan mengakibatkan
0,140, dimana berdasarkan perhitungan peningkatan kinerja guru sebesar 0,408
Lhitung < Ltabel yang berarti kedua data pada konstanta 27,24. Besarnya pengaruh
berdistribusi normal. Hasil yang diperoleh variabel budaya organisasi dengan kinerja
menunjukan bahwa nilai koefisien dari guru di SMK Negeri 40 Jakarta dapat
model persamaan regresi dapat diartkan diketahui dengan melihat hasil perhitungan
bahwa setiap kenaikan variabel X (budaya uji koefisien determinasi sebesar 54,97%
organisasi) akan menaikan variabel Y yang berarti bahwa kinerja guru di SMK
(kinerja guru). Data yang digunakan dalam Negeri 40 Jakarta ditentukan oleh budaya
130 Febriantina et al. Pengaruh budaya organisasi

organisasi. Dengan demikian budaya Penerapan budaya organisasi sangat


organisasi terkait dengan kinerja membantu bagi karyawan untuk melakukan
dididasarkan pada temuan bahwa budaya pekerjaan mereka secara efisien dan efektif.
dapat menghasilkan keuanggulan yang
komperatif. Hal ini ditunjukan bahwa cara
dimana organisasi dapat menciptakan KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
keunggulan komperatif adalah dengan
perencanaan organisasi dengan Kesimpulan
memfasilitasi interaksi individu dengan Berdasarkan hasil penelitian dan
membatasi lingkup pengelolaan informasi pembahasan yang telah dilakukan maka
pada lingkup yang sesuai. Davidson (2005) dapat ditarik kesimpulan umum yaitu: (1)
berpendapat bahwa the organizational rendahnya kinerja guru di SMK Negeri 40
culture affects the performance of the Jakarta disebabkan oleh 2 (dua) faktor yaitu
employees positively or negatively. As in faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
organization different employees from internal meliputi kurangnya pengalaman
different culture and background and with lapangannya guru di SMK Negeri 40 Jakarta.
different languages. Hal ini dapat diartikan Sedangkan faktor eksternal seperti
bahwa ketika sebuah organisasi tidak lemahnya budaya organisasi, rendahnya gaji
menciptakan budaya organisasi yang tepat, guru dan kurangnya sarana prasarana guru
maka para karyawan akan merasa tidak di SMK Negeri 40 Jakarta; (2) terdapat
nyaman bahkan stress, dan hal ini dapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
menyebabkan kinerja mereka menjadi tidak budaya organisasi dan kinerja guru di SMK
maksimal. Negeri 40 Jakarta; (3) Uji koefisien korelasi
Dari hasil penelitian beberapa peneliti, dengan menggunakan rumus korelasi
jelas terlihat bahwa budaya sekolah di Product Moment dari Pearson menghasilkan
SMKN 40 jakarta akan sangat menentukan koefisien korelasi sebesar 0,741 yang
kinerja guru. Maslowski (2006) menyatakan berarti terdapat pengaruh yang positif
terkait hal ini, bahwa school culture is antara budaya organisasi dengan kinerja
conceptualized as shared beliefs about how guru. Hal ini berarti semakin kuatnya
the school should operate, core values budaya organisasi, maka semakin tinggi
reflecting what the school wants for its pula tingkat kinerja guru; (4) Kinerja guru di
students, and behavioural norms reflecting SMK Negeri 40 Jakarta dipengaruhi oleh
teacher perceptions of the school budaya organisasi sebesar 54,97%,
environment. Sementara Brooks (2006) sedangkan 45,03% dipengaruhi oleh faktor
menyatakan bahwa the complete knowledge lain di luar dari variabel dalam penelitian
and awareness of organizational culture yang digunakan.
should help to improve the ability to
Implikasi
examine the behavior of organization which
assists to manage and lead. Budaya Sehubungan dengan beberapa kesimpulan
organisasi memiliki dampak positif pada dan implikasi penelitian yang telah
kinerja kerja karyawan. Setiap individu dikemukakan dan keterbatasan jangkauan
dalam organisasi memiliki budaya yang penelitian maka berikut disampaikan
berbeda yang kemudian akan dia sesuaikan beberapa saran: (1) Bagi Dinas Pendidikan,
dengan norma dan nilai organisasi. hendaknya memberikan bimbingan intensif
Tadbir Muwahhid ISSN 2579-4876 e-ISSN 2579-3470 Volume 2 Nomor 2, Oktober 2018 131

kepada para guru dalam mengembangkan Husaini, U. (2009). Motivasi dalam Bekerja
kompetensinya dengan berbagai pelatihan Karyawan. Jakarta: PT Gramedia
dan Pendidikan; (2) Bagi Kepala Sekolah, Widiasaran Indonesia.
hendaknya dapat menciptakan budaya Inayatullah, A., & Jehangir, P. (2012).
organisasi yang mendukung dengan Teacher's Job Performance: The Role of
peningkatan program-program sekolah Motivation. Abasyn Journal of Social
yang inovatif; dan (3) Bagi para guru, Science, 5(2).
hendaknya dapat meningkatkan kinerjanya Kreitner, R. (2005). An Organizational
dengan memaksimalkan kompetensinya Behavior 7th Edition. New York: McGraw-
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan Hill Irwin.
evaluasi pembelajaran. Maslowski. (2006). A Review of Inventories
for Diagnosing School Culture. Journal of
Educational Administration, 44(1), 6-35.
DAFTAR PUSTAKA Muchlas, M. (2008). Perilaku Organisasi.
Arifin. (2014). Organizational Culture, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Traditional Leadership, Work Robbins, S., & Coulter, M. (2010).
Engagement, and Teacher's Performance; Manajemen (edisi kesepuluh). Jakarta:
Test of A Model. International Journal of Erlangga.
Education and Research, 2(1). Rusyan, A. (2005). Pendekatan dalam Proses
Bernardin, H., & John, H. (2007). Human Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Resources Management, An Experiential Karya.
Approach, 3rd edition. New York: Siswandi, E. (2012). Birokrasi Masa Depan.
McGraw-Hill Irwin. Bandung: Mutiara Press.
Brooks, I. (2006). Organizational Behavior: Supardi. (2013). Kinerja Guru. Jakarta:
Individuals, Groups, and Organizational. Rajawali Pers.
Essex: Pearson Education Limited. Sutrisno, E. (2010). Manajemen Sumber
Davidson, E. (2005). The Pivotal Role of Daya Manusia. Jakarta: Kencana.
Teacher Motivation in Tanzania. Haki Tampubolon, M. P. (2004). Manajemen
Elimu Working Papers, 1-10. Operasional (Operations Management).
Devi, V. (2009). Employee Engagement is A Jakarta: Ghalia Indonesia.
Two-Way Street. Human Resource Veithzal, R. (2005). Manajemen Sumber
Management International Digest, 17(2), Daya Manusia. Jakarta: Raja Grafindo
3-4. Persada.

Anda mungkin juga menyukai