Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

SINDROM NEFROTIK PADA AN.P DI BANGSAL ANAK


RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

DISUSUN OLEH :
NAMA : RHETIYA MEKIZA
NIM : G1B221010
KELOMPOK : II
PERIODE : MINGGU KE-1

PEMBIMBING AKADEMIK :
Ns. Fadliyana Ekawaty, M. Kep., S. Kep. An
Ns. Suryati, S. Kep., M. Kep

PEMBIMBING LAPANGAN :
Ns. Yesika Yasan, M. Kep

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
Sindrom Nefrotik
A. KONSEP DASAR TEORI
1. Definisi
Sindrom nefrotik adalah kerusakan pada ginjal yang menyebabkan kadar
protein di dalam urine meningkat. Tingginya kadar protein tersebut disebabkan
oleh kebocoran pada bagian ginjal (glomerulus) yang berfungsi menyaring
darah (Watson, 2017). Nefrotik sindrom adalah penyakit dengan gejala edema,
proteinuria, hipoalbuminea, dan hiperkolesterolemia. Kadang kadang terdapat
hematuria, hipertensi, penurunan fungsi ginjal (Nurarif dan Kusuma, 2016).
Sindrom Nefrotik adalah rusaknya membran kapiler glomerulus yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus.Sindrom Nefrotik dalah
merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerulus
yang terjadi pada anak dengan karakteristik: proteinuria, hipoproteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (Suriadi & Rita Yuliant, 2017).

2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2016). Penyebab sindrom nefrotik yang pasti
belum diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit auto imun,
yaitu suatu reaksi antigen anti body. Umumnya etiologi dibagi menjadi:
1) Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autonom atau karena reaksi maternofetal.
Resisten terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus.
Pernah dicoba pencangkokan ginjal pada neonates tetapi tidak berhasil.
Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan pertama
kehidupannya.
2) Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
a. Malaria quartana atau parasit lainnya
b. Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
c. Glomerulo nefritis akut atau glomerulon efritis kronis, thrombosis vena
renalis
d. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas,
sengatan lebah, racun otak, air raksa. Amiloidosis, penyakit sel sabit,
hiperprolinemia, nefritis membrane proliferatif hipo komplemen temik.
3) Sindrom nefrotik idiopatik
Sindrom nefrotik adalah Sindrom yang tidak diketahui penyebabnya
ataujuga disebut sindrom nefrotik primer. Berdasarkan
histo patologis yang tampak pada biopsy ginjal dengan pemeriksaan
mikroskopi biasa dan mikroskopi electron membagi dalam 4 golongan yaitu
kelainan minimal, nefropati membranosa, glomerulo nefritis proliferatif,
glomerulo sklerosis fokal segmental.

3. Klasifikasi
Secara klinis Nefrotik sindrom dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1) Nefrotik Sindrom Primer atau Idiopatik
Dikatakan sindrom nefrotik primer oleh karena sindrom nefrotik ini
secara primer terjadi akibat kelainan pada glomerulus itu sendiri tanpa ada
penyebab lain. Sekitar 90% anak dengan sindrom nefrotik merupakan
sindrom nefrotik idiopatik. Termasuk dalam sindromnefrotik primer adalah
Nefrotik sindrom kongenital, yaitu salah satu jenis sindrom nefrotik yang
ditemukan sejak anak itu lahir atau usia di bawah 1 tahun. Penyakit ini
diturunkan secara resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal. Resisten
terhadap semua pengobatan. Gejalanya adalah edema pada masa neonatus.
Pencangkokan ginjal pada masa neonatus telah dicoba, tapi tidak berhasil.
Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama
kehidupannya (Yuliandra,2018).
2) Nefrotik Sindrom Sekunder
Timbul sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik atau sebagai akibat
dari berbagai sebab lain yang nyata. Penyebab yang sering dijumpai antara
lain :
a. Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus, amiloidosis,
sindrom Alport, miksedema
b. Infeksi : hepatitis B, malaria, schistosomiasis, lepra, sifilis,
streptokokus, AIDS
c. Toksin dan alergen: logam berat (Hg), penisillamin, probenesid,racun
serangga, bisa ular
d. Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus eritematosussistemik,
purpura Henoch-Schönlein, sarkoidosis (Yuliandra, 2018).

4. Manifestasi Klinik
Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya
bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan
cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata
(periorbital) yang tampak pada pagi hari, dan berlanjut ke abdomen terjadi
penumpukan cairan pada rongga pleura yang menyebabkan efusi pleura, daerah
genitalia dan ekstermitas bawah yaitu pitting (penumpukan cairan) pada kaki
bagian atas, penumpukan cairan pada rongga peritoneal yang menyebabkan
asites.
Menurut International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC), pada
SNKM ditemukan 22% dengan hematuria mikroskopi, 15- 20% dengan
hipertensi, dan 32% dengan peningkatan kadar kreatinin dan ureum darah yang
bersifat sementara. Pasien Nefrotik Sindrom biasanya datang dengan edema
palpebra atau pretibia. Bila lebih berat akan disertai asites, efusi pleura, dan
edema skrotum (pada laki-laki). Kadang-kadang disertai oligouria dan gejala
infeksi, nafsu makan berkurang dan diare. Bila disertai sakit perut, hati-hati
terhadap kemungkinan terjadinya peritonitis. Adapun tanda dan gejala lainnya
adalah:
1) Proteinuria
Proteinuria disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapilerterhadap
protein akibat kerusakan glomerulus. Dalam keadaan normalmembran
basal glomerulus mempunyai mekanisme penghalang untuk mencegah
kebocoran protein. Mekanisme penghalang pertama berdasarkan ukuran
molekul (size barrier) dan yang kedua berdasarkan muatan listrik (charge
barrier). Pada Nefrotik Sindrom mekanisme barrier tersebut akan
terganggu. Selain itu konfigurasi molekul proteinjuga menentukan lolos
tidaknya protein melalui membran basal glomerulus (Kharisma, 2017).
2) Hipolbuminemia
Konsentrasi albumin plasma ditentukanoleh asupan protein, sintesis
albumin hati dan kehilangan protein melalui urin. Pada Nefrotik Sindrom
hipoalbuminemia disebabkan oleh proteinuria masif dengan akibat
penurunan tekanan onkotik plasma. Untuk mempertahankan tekanan
onkotik plasma maka hati berusaha meningkatkan sintesis albumin.
Peningkatan sintesis albumin hati tidak berhasil menghalangi timbulnya
hipoalbuminemia. Diet tinggi protein dapat meningkatkan sintesis albumin
hati akan tetapi dapat mendorongpeningkatan ekskresi albumin melalui urin
(Kharisma, 2017).
3) Edema
Edema pada Nefrotik Sindrom dapat diterangkan dengan teori
underfill dan overfill. Teori underfill menjelaskan bahwa hipoalbuminemia
merupakan faktor kunci terjadinya edema pada Nefrotik sindrom.
Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma dan
bergesernya cairan plasma sehingga terjadi hipovolemiadan ginjal
melakukan kompensasi dengan meningkatkan retensi air dan natrium.
Mekanisme kompensasi ini akan memperbaiki volume inravaskular tetapi
juga mengeksaserbasi terjadinya hipoalbuminemia sehingga edema
semakin berlanjut.
Teori overfill menjelaskan bahwa retensi natrium sebagai defek renal
utama. Retensi natrium oleh ginjal menyebabkan cairan ekstraseluler
meningkat sehingga terjadi edema. Penurunan laju filtrasiglomerulus akibat
kerusakan ginjal akan menambah terjadinya retensi natrium dan edema.
Kedua mekanisme tersebut ditemukan pada pasien Nefrotik Sindrom.
Faktor seperti asupan natrium, efek diuretik atau terapi steroid, derajat
gangguanfungsi ginjal, jenis lesi glomerulus, dan keterkaitan dengan
penyakit jantung dan hati akan menentukan mekanisme mana yang lebih
berperan.
5. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat
pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan
intravaskular berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut
menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan
jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi
dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresihormon
ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian terjaddi retensi natrium dan air.
Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasmaalbumin
atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari
meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena
kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria.
Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan
oleh karena hypoalbuminemia, hiperlipidemia (Kharisma, 2017).
6. Pathway
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Betz & Sowden (2017), pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
1) Uji urine
a. Urinalisis: proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2g/m2/hari), bentuk
hialin dan granular, hematuria
b. Uji dipstick urine: hasilpositif untuk protein dan darah
c. Berat jenis urine: meningkat palsu karena proteinuria
d. Osmolalitas urine: meningkat
2) Uji darah
a. Kadar albumin serum: menurun (kurang dari 2 g/dl)
b. Kadar kolesterol serum: meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000
mg/dl)
c. Kadar trigliserid serum: meningkat
d. Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat
e. Hitung trombosit: meningkat (mencapai 500.000 sampai1.000.000/ul)
f. Kadar elektrolit serum: bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan
3) Uji diagnostik
Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin)

8. Komplikasi
1) Meningkatnya degradasi renal dan hilangnya protein di dalam urin seperti
antithrombin III (AT III), protein S bebas, plasminogen dan α antiplasmin.
2) Hipoalbuminemia menimbulkan aktivasi trombosit lewat tromboksan A2.
3) Meningkatnya sintesis protein prokoagulan dan tertekannya fibrinolisis.
4) Aktivasi sistem hemostatik di dalam ginjal dirangsang oleh faktor jaringan
monosit dan oleh paparan matriks subendotel pada kapiler glomerolus yang
selanjutnya mengakibatkan pembentukan fibrin danagregasi trombosit.
5) Infeksi sekunder terutama infeksi kulit oleh streptococcus, staphylococcus,
bronkopneumonia, TBC. Erupsi erisipelas pada kulit perut atau paha
sering ditemukan. Pinggiran kelainan kulit ini batasnya tegas, tapi kurang
menonjol seperti erisipelas dan biasanya tidak ditemukan organisme apabila
kelainan kulit dibiakan.
6) Gangguan klirens renali pada pasien sindrom nefrotik mungkin disebabkan
kurangnya reabsorbsi natrium di tubulus proksimal dan berkurangnya
hantaran natrium dan air ke ansa henle tebal. Gangguan pengasaman urin
ditandai dengan ketidakmampuan menurunkan pH urinsesudah pemberian
beban asam.
7) Gagal ginjal akut terjadi bukan karena nekrosis tubulus atau fraksi filtrasi
berkurang, tapi karena edema interstisial dengan akibatnya meningkatnya
tekanan tubulus proksimalis yang menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG).
8) Anemia yang disebabkan protein pengangkut Fe yaitu transferin serum
yang menurun akibat proteinuria. Anemia hipokrom mikrositik, karena
defisiensi besi yang tipikal, namun resisten terhadap pengobatan preparat
Fe. Universitas Sumatera Utara
9) Peritonitis karena adanya edema di mukosa usus membentuk mediayang
baik untuk perkembangan kuman-kuman komensal usus. Biasanya akibat
infeksi streptokokus pneumonia, E.coli.
10) Gangguan keseimbangan hormon dan mineral karena protein pengikat
hormon hilang melalui urin . Hilangnya globulin pengikat tiroid (TBG)
dalam urin pada beberapa pasien sindrom nefrotik dan laju ekskresi
globulin umumnya berkaitan dengan beratnya proteinuria.
11) Hipokalsemia disebabkan albumin serum yang rendah, dan berakibat
menurunkan kalsium terikat, tetapi fraksi yang terionisasi normal dan
menetap. Disamping itu pasien sering mengalami hipokalsiuria, yang
kembali menjadi normal dengan membaiknya proteinuria. Absorbsi
kalsium yang menurun di GIT, dengan eksresi kalsium dalam feses lebih
besar daripada pemasukan. Hal-hal seperti di atas dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan serta mental anak pada fasa
pertumbuhan. Hubungan antara hipokalsemia, hipokalsiuria, dan
menurunnya absorpsi kalsium dalam GIT menunjukan kemungkinanadanya
kelainan metabolisme vitamin D namun penyakit tulang yang nyata pada
penderita sindrom nefrotik jarang ditemukan (Dr.Trihono, 2012).

9. Penatalaksanaan Medis
Menurut Wong (2016), Penatalaksanaan medis untuk Sindrom nefrotik
mencakup :
1. Pemberian kortikosteroid (prednison atau prednisolon) untuk
menginduksi remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu
terapi. Kekambuhan diatasi dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk
beberapa hari.
2. Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)
3. Pengurangan edema
a. Terapi diuretic (diuretic hendaknya digunakaan secara cermat untuk
mencegah terjadinya penurunan volume intra vaskular, pembentukan
trombus, dan atau ketidakseimbangan elektrolit)
b. Pembatasan natrium (mengurangi edema)
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan edema dan terapi invasif)
6. Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agenslain)
7. Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin)Untuk
anak yang gagal berespons terhadap steroid

10. Penatalaksanaan Keperawatan


1. Tirah baring: Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa
harimungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi
edema. Baringkan pasien setengah duduk, karena adanya cairan di rongga
thoraks akan menyebabkan sesak nafas. Berikan alas bantal pada kedua
kakinya sampai pada tumit (bantal diletakkan memanjang, karena jika
bantal melintang maka ujung kaki akan lebih rendah dan akan menyebabkan
edema hebat).
2. Terapi cairan: Jika klien dirawat di rumah sakit, maka intake dan output
diukur secara cermat dan dicatat. Cairan diberikan untuk mengatasi
kehilangan cairan dan berat badan harian.
3. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit.
Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester
atau verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester
harus diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan bukan dengan cara
mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan
scrotum harus disokong dengan popok yang tidak menimbulkan kontriksi,
hindarkan menggosok kulit.
4. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak
mata dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab
dengan air hangat.
5. Penatalaksanaan krisis hipovolemik. Anak akan mengeluh nyeri abdomen
dan mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya dengan memberikan
infus plasma intravena. Monitor nadi dan tekanan darah.
6. Pencegahan infeksi. Anak yang mengalami sindrom nefrotik cenderung
mengalami infeksi dengan pneumokokus kendatipun infeksi virus juga
merupakan hal yang menganggu pada anak dengan steroid dan
siklofosfamid.
7. Perawatan spesifik meliputi: mempertahankan grafik cairan yang tepat,
penimbnagan harian, pencatatan tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
8. Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali tergangu
dengan penampilan anak. Pengertian akan perasan ini merupakan hal yang
penting. Penyakit ini menimbulkan tegangan yang berta pada keluarga
dengan masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah sakit secara periodik.
Kondisi ini harus diterangkan pada orang tua sehingga mereka mereka dapat
mengerti perjalanan penyakit ini. Keadaan depresi dan frustasi akan timbul
pada mereka karena mengalami relaps yang memaksa perawatan di rumahn
sakit.
9. Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum untuk
mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung (pernah terjadi
keadaan skrotum akhirnya pecah dan menjadi penyebab kematian pasien).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus Sindroma Nefrotik meliputi:
1) Identitas, seperti :nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir,
panjang badan lahir, serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis
kelamin, anak ke, jumlah saudara dan identitas orang tua.
2) Keluhan Utama
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada beberapa bagian
tubuh anak seperti pada wajah, mata, tungkai serta bagian genitalia.
Orang tua anak biasanya juga mengeluhkan anaknya mudah demam dan
daya tahan tubuh anaknya terbilang rendah.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak dahulu untuk menilai
adanya peningkatan berat badan. Perlu dikaji riwayat keluarga dengan
sindroma nefrotik seperti adakah saudara- saudaranya yang memiliki
riwayat penyakit ginjal dan riwayat tumbuh kembang anak yang
terganggu, apakah anak pernah mengalami diare atau sesak napas
sebelumnya, serta adanyapenurunan volume haluaran urine.
c) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Perlu dikaji adanya penyakit pada ibu saat masa kehamilan adakah
menderita penyakit lupus eritematosus sistemik atau kencing manis,
konsumsi obat-obatan maupun jamu tradisional yang diminum serta
kebiasaan merokok dan minum alkoholselama hamil.
d) Riwayat Pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena keletihan akibat lambung yang mengalami tekanan oleh cairan
intrastisial dan memberikan persepsi kenyang pada anak.
e) Riwayat Psikososial dan Perkembangan
Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan perfusi
darah ke otak. Hal ini dapat berdampak pada ketidakseimbangan perfusi
jaringan cerebral pada anak. Sehingga anak perlu mendapatkan
stimulasi tumbuh kembang dengan baik.
3) Pemeriksaan Fisik
a. TTV
a. Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah sistole normal
80 sampai 100 mmHg dan nilai diastole normal 60 mmHg. Anak
dengan hipovolemik akan mengalami hipotensi, maka akan
ditemukan tekanan darah kurang dari nilai normal atau dapat
ditemukan anak dengan hipertensi apabila kolesterol anak
meningkat.
b. Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun 105x/
menit, frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun 95x/menit, frekuensi nadi
anak usia 10-14 tahun 85x/menitdan frekuensi nadi anak usia 14-18
tahun 82x/menit.
c. Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21- 30x/menit,
anak 6 sampai 10 tahun 20-26x/menit dan anakusia 10-14 tahun 18-
22x/menit.
b. Postur
BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur dalam tahun)
+ 8. Perlu ditanyakan kepada orangtua, BB anak sebelum sakit untuk
menentukan adanya peningkatan BB pada anak dengan sindroma
nefrotik. Edema pada anak juga dapat ditandai dengan peningkatan
Berat Badan >30%.
c. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya Jugularis
Vein Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulus sternalis pada
posisi 450, pada anak dengan hipovolemik akan ditemukan JVD datar
pada posisi supinasi, namun pada anak dengan hipervolemik akan
ditemukan JVD melebar sampai ke angulus mandibularis pada posisi
anak 450.
d. Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami edema
pada periorbital yang akan muncul pada pagi hari setelah bangun tidur
atau konjunctiva terlihat kering pada anak dengan hipovolemik.
e. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun
anak dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan memiliki pola napas
yang tidak teratur sehingga akan ditemukan pernapasan cuping hidung.
f. Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat
penurunan saturasi oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula bibir kering
serta pecah-pecah pada anak dengan hipovolemik .
g. Kardiovaskuler
a) Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola napas
yang tidak teratur
b) Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut jantung
c) Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
d) Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta
penurunan bunyi napas pada lobus bagian bawah. Bila dilakukan
EKG, maka akan ditemukan aritmia, pendataran gelombang T,
penurunan segmen ST, pelebaran QRS, serta peningkatan interval
PR.
h. Paru-Paru
a) Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan
b) Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak
simetris bila anak mengalami dispnea
c) Perkusi, biasanya ditemukan sonor
d) Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan.
Namun, frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan abdomen
kerongga dada.
i. Abdomen
a) Inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat
bila anakasites
b) Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur
lingkar
c) perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
d) Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
e) Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting dullness
j. Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare akan
tampak pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit anak tegang
akibat edema dan berdampak pada risiko kerusakan integritas kulit.
k. Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila edema
anasarka atau hanya edema lokal pada ektremitas saja. Selain itu dapat
ditemukan CRT > 2 detik akibat dehidrasi.
l. Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada skrotum dan
pada anak perempuan akan mengalami edema
pada labia mayora.
4) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Urine
a) Urinalisis
1. Proteinuria, dapat ditemukan sejumlah protein dalam urine
lebih dari 2 gr/m2/hari.
2. Ditemukan bentuk hialin dan granular.
3. Terkadang pasien mengalami hematuri.
b) Uji Dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dandarah.
c) Berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanyaproteinuria
( normalnya 50-1.400 mOsm).
d) Osmolaritas urine akan meningkat.
b. Uji Darah
a) Kadar albumin serum akan menurun, dengan hasil kurangdari 2
gr/dl (normalnya 3,5-5,5 gr/dl).
b) Kadar kolesterol serum akan meningkat, dapat mencapai450-1000
mg/dl (normalnya <200 mg/dl).
c) Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau mengalami
hemokonsentrasi ( normalnya Ht pada laki-laki 44-52% dan pada
Perempuan 39-47% ).
d) Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000- 1.000.000/ µl
(normalnya 150.000-400.000/µl).
e) Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan (normalnya K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+ 135-145 mEq/L,
Kalsium 4-5,5 mEq/L, Klorida 98-106 mEq/L )
c. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan status
glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon terhadap penatalaksanaan
medis dan melihat proses perjalanan penyakit.(Betz & Sowden, 2017)

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI)


1. SDKI : Bersihan jalan napas tidak efektif
Batasan karakteristik :
a. Batuk tidak efektif
b. Sputum berlebih
c. Mengi, wheezing dan ronkhi kering
SLKI : Bersihan jalan napas
Defenisi : Kemampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas
untukmemepertahankan jalan nafas.
Kriteria hasil :
1. Batuk efektif menurun (1)
2. Produksi sputum sedang (3)
3. Mengi sedang (3)
4. Wheezing sedang (3)
5. Dispnea cukup membaik (4)
6. Ortopnea cukup membaik (4)
7. Frekuensi napas cukup membaik (4)
8. Pola napas sedang (3)
SIKI : Latihan Batuk Efektif
Defenisi : melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara
efektifuntuk membersihkan laring, trakea dan bronkiolus dari sekret dan
benda asingdi jalan nafas.
Tindakan :
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Monitor adanya sputum
3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
4. Monitor output dan input cairan
5. Atur posisi semi fowler atau fowler
6. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
7. Anjurkan tarik napas dalam hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detikkeluarkan dari mulut dengan bibir mecucu selama 8 detik
8. Anjurkan mengualngi tarik napas dalam hingga 3 kali
9. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
2. SDKI : Hipervolemia
Batasan karakterisitik :
a. Oliguria
b. Intake lebih banyak dari output
c. Terdengar suara napas tambahan
SLKI : Keseimbangan cairan

Defenisi : Ekuilibrrium antara volume cairan di ruang intraseluler dan


ekstraseluler tubuh.
Kriteria hasil :
1. Asupan cairan cukup menurun (2)
2. Keluaran urin cukup menurun (2)
3. Edema sedang (3)
4. Asupan makanan sedang (3)
5. Tekanan darah sedang (3)
6. Tekanan darah sedang (3)
SIKI : Manajemen Hipervolemia

Defenisi : mengidentifikasi dan mengelola volume cairan intravaskuler


danekstraseluler serta mencegah terjadinya komplikasi.
Tindakan :
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. Ortopnea, dispnea,
edema,JVP/CVP meningkat,suara napas tambahan)
2. Identifikikasi penyebab hipervolemia
3. Monitor status hemodinamik (mis. Frekuensi jantung, tekanna darah)
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor tanda peningkatana tekanan onkotik plasma (mis. Kadar
proteindan albumin meningkat)
6. Batasi asupan cairan dan garam
7. Anjurkan cara mengukur dan mencata asupan dan haluaran cairan
8. Kolaborasi pemberian diuretik
3. SDKI : Gangguan citra tubuh
Batasan karakteristik :
a. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
b. Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
c. Respon nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh
SLKI : Kesadaran Diri

Defenisi : Kemampuan menilai kekuatan, kelemahan, pkiran, sikap,


kepercayaan, emosi, motivasi seseorang berkaitan dengan diri, lingkungan
danorang lain.
Kriteria hasil :
1. Mengakui kemampuan fisik cukup meningkat (4)
2. Mengakui kemampuan mental cukup meningkat (4)
3. Mengenali keterbatasan fisik meningkat (5)
4. Menerima perasaaan sendiri cukup meningkat (4)
5. Mengenali respon sibjektif terhadap situasi meningkat (5)
SIKI : Edukasi Teknik Adaptasi

Defenisi : mengajarkan melakukan proses adaptasi terhadap perubahan.


Tindakan :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Jelaskan tindakan terapeutik untuk mengatasi masalah atau gangguan
fisikyang dialami
4. Jelaskan efek samping kemungkinan akibat terapi/pengobatan saaat ini
5. Ajarkan cara mengidentifikasi kemampuan beradaptasi terhadap
tuntutankondisi saat ini
6. Ajarkan cara meengidentifikasi adanya depresi, gangguan proses
pikir,dan ekspresi ide bunuh diri
7. Ajarkan melakukan teknik proses reminisens (mis. Mendengarkan
lagu lama, mengingat peristiwa masa lalu, dan melihat foto / benda
kenangan)
8. Informasikan ketersediaan sumber sumber (mis. Konseling psikatrik
ataueksual , ahli protesa, terapis okupasi)
4. SDKI : Defisit nutrisi
Batasan karakteristik :
a. Cepat kenyang setalah makan
b. Kram / nyeri abdomen
c. Berat badan menurun
SLKI : Status Nutrisi
Defenisi : Keadekuatan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Kriteria hasil :
1. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat (5)
2. Pengetahuan tentang makanan yang sehat meningkat (5)
3. Berat badan sedang (3)
4. Nafsu makan sedang (3)
SIKI : Manajemen Nutrisi

Defenisi : mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang.


Tindakan :
1. Identifikasi alergi dan status makanan
2. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
3. Monitor berat badan
4. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenisnutrien yang dibutuhkan.
5. SDKI : Intoleransi aktivitas
Batasan karakteristik :
a. Dispnea saat/setelah aktivitas
b. Merasa tidak nyaman setelah aktivitas
c. Merasa lemah
SLKI : Toleransi Aktivitas

Defenisi : respon biologis terhadap aktivitas yang membutuhkan tenaga.


Kriteria Hasil :
1. Frekuensi nadi cukup menurun (2)
2. Keluhan lelah cukup meningkat (4)
3. Dispnea saat beraktivitas sedang (3)
4. Dispnea setelah beraktivitas cukup meningkat (4)
5. Perasaan lema sedang (3)
SIKI : Terapi aktivitas
Defenisi : mengguankan aktivitas fisik kognitif, sosial dan spiritual tertentu
untuk memulihkan keterlibatan frekuensi atau durasi aktivitas individu atau
kelompok.
Tindakan :
1. Identifikasi defisi tingkat aktivitas
2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
3. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
4. Fasilitasi aktivitas rutin (mis. Ambulasi, mobilisasi, dan perawatan
diri)sesuai kebutuhan
5. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
6. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
7. Kolaborasikan dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas
6. SDKI : Penurunan curah jantung
Batasan karakteristik :
a. Perubahan preload
b. Perubahan anterload
c. Perubahan kontraktilitas
SLKI : Curah Jantung

Defenisi :keadekuaatan jantung memompa darah untuk memenuhi


kebutuhan metabolisme tubuh.
Kriteria Hasil :
1. Palpitasi sedang (3)
2. Edema sedang (3)
3. Dispnea sedang (3)
4. Hepatomegali sedang (3)
5. Pulmonary vascular resistance sedang (3)
SIKI : Perawatan jantung

Defenisi : mengidentifikasi, merawat dan membatasi komplikasi akibat


ketidakseimbangan antara suplai dan konsumsi oksigen miokard.
Tindakan :
1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, peningkatan CVP)
2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah, batuk)
3. Monitor intake dan output cairan
4. Monitor keluhan nyeri dada
5. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke bawah
atauposisi nyaman
6. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres
7. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
8. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
7. SDKI : Risiko perfusi perifer tidak efektif
Batasan karakteristik :
1. Gaya hidup yang kurang gerak
2. Trauma
3. Kurang terpapar informasi
SLKI : Perfusi Perifer

Defenisi : keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk


mempertahankan jaringan.
Kriteria Hasil :
1. Denyut nadi perifer sedang (3)
2. Edema perifer cukup meningkat (4)
3. Nyeri ekstremitas sedang (3)
4. Kelemahan otot sedang (3)
5. Kram otot sedang (3)
6. Nekrosis sedang (3)
SIKI : Perawatan sirkulasi

Defenisi : mengidentifikasi dan merawat area lokal dengan keterbatasan


sirkulasi perifer.
Tindakan :
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian
kapiler,suhu)
2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
3. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
keterbatasanperfusi
4. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera
5. Hindari pengukuran tekanan darah pada ektremitas dengan
keterbatasanperfusi
6. Anjurkan berolahraga secara rutin
7. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah
lemakjenuh, minyak ikan, omega 3
8. Informasihkan tanda dan gejala darurat yang harus dialporkan
3. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, kegiatannya meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan
(Purnomo, 2016).
4. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom
nefrotikdiharapkan sebagai berikut :
a) Kelebihan volume cairan teratasi
b) Meningkatnya asupan nutrisi
c) Meningkatnya citra tubuh
d) Bersihan jalan nafas efektif
e) Perfusi jaringan perifer efektif
f) Pola nafas efektif
g) Aktivitas dapat ditoleransi
h) Curah jantung mengalami peningkatan
DAFTAR PUSTAKA

Bets & Sowden 2017.Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta :Nuha


Medika.

Kharisma, Y. 2017. Tinjauan Umum Penyakit Sindrom Nefrotik. Bandung:


Universitas Islam Bandung

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan.


Penerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta:
MediAction

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. 2017. Jakarta: Tim Pokja SDKI
DPP PPNI

Suriadi & Rita Yuliant, 2017.Dasar- dasar Sistem Perkemihan.Yogyakarta : Nuha


Medika.

Watson, 2017. What is Nephrotic Syndrome? https://www.healthline.com

Wong, 2016.Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta : EGC.


ASUHANKEPERAWATAN PADA ANAK P

Tanggal Pengkajian : 6 Oktober 2021


Tanggal Klien Masuk : 24 September 2021
No. Register : 977761
DX. Medis : Sindrom Nefrotik

I. IDENTITAS BAYI/KELUARGA
a. Klien
Nama : An. P
Tgl/umur : 10 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan

b. Orang Tua
Nama ayah : Tn. P
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTP
Alamat : Desa rantau alai, Kec.Batang Masumai, Kab. Merangin
No. Telp : 085213898005

Nama Ibu : Ny. S


Umur : 49 tahun
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Alamat : Desa rantau alai, Kec.Batang Masumai, Kab. Merangin
No. Telp :-

I. ALASAN MASUK RS :
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bengkak seluruh badan, mata sembab.
II. KELUHAN UTAMA
Anak Mengeluh lemas, keadaan umum lemah
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Anak mengeluh lemas, keluarga mengatakan untuk ke kamar mandi anak masih dibantu. Saat
pengkajian anak terlihat lemah, tampak Ny. S membantu anaknya ke kamar mandi, badan lemah
saat berjalan.

1. Penyakit dahulu : Klien pernah mengalami penyakit yang


sama(Nefrotik Sindrom)
2. Pernah dirawat di RS : Pernah
▪ Kapan : 1 bulan yang lalu dibulan agustus
▪ Berapa lama : 3 hari di rawat dirumah sakit raudah bangko
IV. PENGKAJIAN KEMAMPUAN KONSERVASI ENERGI
a. kesadaran : CM
b. Tanda-tanda Vital :
▪ Tekanan darah : 110/70 mmHg
▪ Suhu : 36 oC
▪ Denyut nadi : 75
▪ Pernafaan : 22 x/mnt
c. Penampilan umum : Rapi dan bersih
d. TB/BB : 104/17,12
e. Lingkar kepala :-

MAKANAN
- Jenis Makanan : Nasi, Ikan, susu
- Nafsu makan : Baik
- Pola makan (jumlah/frekuensi) : 3 x sehari
- Makanan yang disukai : ayam
- Makanan yang tidak disukai : brokoli

ISTIRAHAT TUDUR
- Jam tidur malam : 21.00
- Jam tidur siang : 13.00
- Gangguan/hambatan tidur : Tidak ada hambatan tidur
- Kebiasaan sebelum tidur : Sebelum tidur anak sering bermain Smartphone
(perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur, dll)

V. PENGKAJIAN KEMAMPUAN INTEGRITAS STRUKTUR

a. Kepala
- Struktur : Simetris
- Rambut : Bersih, warna hitam
- Kulit kepala : Bersih
- Nyeri/pusing : Tidak Ada
- Haematum : Tidak Ada
- Lesi : Tidak Ada
- Lain-lain :-

b. Mata
- Kelopak mata : Normal
- Schelera : Ikterik (-)
- Pupil : Isokor
- Konjungtiva : Tidak Anemis
- Pergerakan bola mata : Normal
- Lapangan pandang : Baik, klien tidak menggunakan kaca mata
- Peradangan : Tidak
- Alat bantu : Tidak ada
- Keluhan : Tidak ada keluhan
c. Hidung
- Struktur : Simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada polip
- Fungsi penciuman : Normal
- Membran mukosa : Lembab
- Perdarahan : Tidak ada
- Keluhan : Tidak ada keluhan

d. Telinga
- Struktur : Simetris
- Fungsi : Normal, Klien dapat mendengar dengan baik
- Cerumen : Tidak ada
- Cairan telinga : Tidak ada
- Nyeri telinga : Tidak ada
- Alat bantu : Tidak ada
- Keluhan : Tidak ada keluhan

e. Mulut dan Kerongkongan


- Keadaan bibir : Lembab, Tidak ada lesi
- Keadaan gusi : Tidak ada pendarahan, tidak bengkak
- Keadaan gigi : Berlubang
- Keadaan lidah : Tidak ada lesi
- Kemampuan bicara : Baik
- Fungsi mengunyah : Baik
- Fungsi menelan : Tidak ada gangguan menelan
- Fungsi mengecap : Baik
- Kerongkongan : Tidak ada hambatan dalam menelan
- Keluhan : Tidak ada keluhan

f. Leher
- Struktur : Simetris
- Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
- Vena jugularis : Tidak ada peningkatan JVP
- Kelenjar getah bening : Tidak ada
- Keluhan : Tidak ada keluhan

g. Dada
1) Struktur : Simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi maupun massa
2) Payudara : Baik tidak benjolan
3) Aksila : Tampak bersih, tidak ada pembengkakan
4) Pernafasan
a) Pola nafas : Baik
b) Frekuensi nafas : 22 x/mnt
c) Kualitas nafas : Tidak sesak
d) Bunyi nafas : Vesikuler
e) Penggunaan otot pernafasan tambahan: Tidak ada
f) Batuk : (-)
g) Sputum : (-)
h) Keluhan lain : Tidak ada keluhan

5) Kardiovaskuler
a) Ukuran jantung : Tidak Kardiomegali
b) Denyut jantung : Normal
c) Bunyi jantung : S1/S2 Reg. Murmur(-), Gallop(-)
d) Palpitasi : Tidak ada
e) Edema : Tidak ada
f) Sianosis : Tidak ada
g) Jari-jari tabuh : Normal tidak ada clubbing finger
i) Keluhan lain : Tidak ada keluhan

H. Abdomen
- Struktur : Simetris
- Bising usus : 11 x/mnt
- Keadaan hepar : Tidak ada hepatomegali
- Keadaan lambung : Tidak ada nyeri lambung
- Keadaan ginjal : Terdapat protein dalam urin
- Kandung kemih : Kosong
- Nyeri tekan : Tidak ada
- Benjolan : Tidak ada
- Kembung : Tidak ada
- Ascites : Tidak ada
- Mual : Tidak ada
- Muntah : Tidak ada
- Keluhan lain : Tidak ada keluhan

I. Genetalia
1) Laki-laki
- Struktur :-
- Skrotum :-
- Penis :-
- Testis :-
- Keluhan lain :-

2) Wanita
- Struktur : Normal
- Vagina : Tidak ada keluhan
- Peradangan : (-)
- Keluhan lain : Tidak ada keluhan

B. Rectum
- Struktur : Normal
- Haemorrhoid : (-)
- Abses : (-)
- Kista/massa : (-)
- Lesi : (-)
- Keluhan : Tidak ada keluhan

C. Ekstremitas
1) Atas
- Struktur : Normal
- Kekuatan otot : 5/5
- Tonus otot : baik
- Kecacatan : (-)
- Nyeri : (-)
- Trauma/fraktur : (-)
- Deformitas : (-)
- Kejang : (-)
- Gangguan motorik (kelumpuhan) : (-)
- Pemasangan infuse : klien tidak terpasang infuse
- Lain-lain : Tidak ada

2) Bawah
- Struktur : Normal
- Kekuatan otot : 5/5
- Tonus otot : baik
- Keterbatasan gerak : (-)
- Kecacatan : (-)
- Nyeri : (-)
- Trauma/fraktur : (-)
- Deformitas : (-)
- Kejang : (-)
- Gangguan motorik (kelumpuhan) : (-)
- Pemasangan infuse : klien tidak terpasang infuse
- Lain-lain :-

D. Punggung
- Struktur : Normal
- Skar : (-)
- Pembengkakan : (-)
- Lesi : (-)
- Nyeri : (-)
- Lain-lain :-

E. Kulit
- Warna : sawo matang
- Turgor : baik
- Perasaan terhadap rangsangan
a. Nyeri : (+)
b. Suhu : (+)
c. Raba : (+)
d. Tekan : (+)
- Lesi : (-)
- Lain-lain : (-)

VI. PENGAJIAN KEMAMPUAN INTEGRITAS PERSONAL

Anak lebih mandiri dalam aktivitas dan menggunakan kekuatan mental untuk menolak

suatu keputusan, bersifat egosentris.

Anak merasa malu & ragu jika merasa tidak mampu mengatasi tindakan yang dipilihnya
sendiri serta kurang support dari orang tua & lingkungan

✓ Anak menggunakan inisiatif dan banyak belajar serta mencoba hal-hal yang baru

Anak merasa bersalah jika melakukan tindakan yang tidak tepat atau melakuakn sesuatu

yang berlawanan dengan perilaku yang diharapkan

Anak lebih bertanggung jawab & dapat mengikuti aturan



Anak mengembangkan kemandirian dan ingin menyelesaikan suatu tugas yang dapat
✓ menjadikan dia menjadi seseorang yang berprestasi secara sosial.

✓ Anak memiliki keinginan untuk bekerja sama, berkompetisi dengan orang lain

Perkembangan identitas diri. Identitas kelompok penting untuk mengembangkan identitas


dirinya. Anak mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga dan cendrung
memilih menggunakan nilai, kebiasaan yang dianut oleh kelompok sebayanya.
Emosional mengalami pasang surut , terkadang mengalami kematangan emosional,
✓ terkadang berperilaku seperti anak-anak. kadang gembira dan bersemangat, pada waktu
yang lain dapat tiba-tiba depresi dan menarik diri.

VII. PENGKAJIAN KEMAMPUAN INTEGRITAS SOSIAL

1. Siapa yang mengasuh : Orang tua ( Tn.P dan Ny. S)


2. Hubungan dengan anggota keluarga : Harmonis anak mendengarkan nasehat dan saran
orang tuanya
3. Hubungan dengan teman sebaya : klien memiliki hubungan baik dengan teman
sebayanya, klien memiliki banyak teman
4. Pembawaan anak secara umum : anak tampak ramah, saat dilakukan pengkajian anak
terbuka dengan perawat

VIII. DATA PENUNJANG

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

1. Pre Natal
a. Berapa kali memeriksa kehamilan : 3 x pemeriksaan selama kehamilan
b. Tempat pemeriksaan kehamilan : bidan di puskesmas
c. Adakah dalam pengobatan
- Diet : Tidak ada
- Infeksi : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
d. Pemeriksaan Rontgen : Tidak ada
e. Ketergantungan obat-obatan : Tidak ada
f. Adakah tanda-tanda pre-eklampsia : Tidak ada
g. Adakah masalah lain : Tidak ada

2. Natal
a. Usia kehamilan : 9 bulan (Aterm)
b. BB/PB Lahir :-
c. Jenis persalinan : Normal
d. Lama persalinan :-
e. Keadaan anak setelah lahir
- Segera menangis : (+)
- Resusitasi : Tidak ada
f. Masalah waktu persalinan : Tidak ada

a. Post Natal
• IBU
a. Perawatan pasca persalinan :-
b. Masalah pasca persalinan : Tidak ada

• Bayi
a. Apgar Score :
b. Kelainan kongenital :
c. Warna kulit
- Cyanosis :
- Pucat :
- Kuning :
d. Panas :
e. Kejang :
f. Kesulitan dalam menelan, :
mengisap/minum

RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU


1. Penyakit dahulu : Klien pernah mengalami penyakit yang
sama(Nefrotik Sindrom)
2. Pernah dirawat di RS : Pernah
▪ Kapan : 1 bulan yang lalu dibulan agustus
▪ Berapa lama : 3 hari di rawat dirumah sakit raudah bangko
3. Tindakan pembedahan : Tidak ada
▪ Kapan :-
▪ Jenis pembedahan :-
4. Pernah kecelakaan/trauma : Tidak
▪ Kapan :-
▪ Jenis kecelakaan :-
5. Adakah alergi : Tidak ada
▪ Jenis alergi :-
6. Imunisasi :
▪ Apakah imunisasi lengkap : ada
▪ Jenis imunisasi : Polio, DPT, MR, BCG
▪ Alasan tidak imunisasi :-
7. Obat-obatan yang dikonsumsi : tidak ada

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium Urinalisa
Hari Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Ket
04 – 10 -21 Urine rutin
Warna Kuning Muda Kuning Muda Normal
Kejernihan Jernih Jernih Normal
pH 6,5 4 – 8,5 Normal
Berat Jenis 1015 1005 - 1030 Normal
Protein +3 Negative TN
Glukosa Normal Normal Normal
Keton Negative Negative Normal
Bilirubin Negative Negative Normal
Eritrosit +1 Negative TN
Sedimen urin
Leukosit 2–4 0-3 TN
Eritrosit 4-6 0-2 TN
07 – 10 -21 Urine rutin
Warna Kuning Muda Kuning Muda Normal
Kejernihan Keruh Jernih TN
pH 7 4 – 8,5 Normal
Berat Jenis 1015 1005 - 1030 Normal
Protein +2 Negative TN
Glukosa Normal Normal Normal
Keton Negative Negative Normal
Bilirubin Negative Negative Normal
Eritrosit Negative Negative Normal
Sedimen urin
Leukosit 0–2 0-3 Normal
Eritrosit 0–2 0-2 Normal
08 – 10 - 21 Urine rutin
Warna Kuning Kuning Muda TN
Kejernihan Jernih Jernih Normal
pH 6,5 4 – 8,5 Normal
Berat Jenis 1015 1005 - 1030 Normal
Protein +1 Negative TN
Glukosa Normal Normal Normal
Keton Negative Negative Normal
Bilirubin Negative Negative Normal
Eritrosit Negative Negative Normal
Sedimen urin
Leukosit 1–2 0-3 Normal
Eritrosit 2–3 0-2 TN

PROGRAM PENGOBATAN MEDIS


Methylprednisolone (meredakan peradangan), Captopril (menangani hipertensi, efek
perlindungan pada ginjal)

CATATAN TAMBAHAN

Yang melakukan pengkajian

(……...........................)
ANALISA DATA
DATA PENYEBAB MASALAH
DS : Anak mengeluh lemas, Kelemahan Intoleransi Aktivitas
keluarga mengatakan untuk ke berhubungan dengan
kamar mandi anak masih kelemahan
dibantu.

DO : k/u lemah, Tampak Ny. S


membantu anaknya ke kamar
mandi, badan lemah saat
berjalan.
1. TD : 110/70 mmHg
2. N : 75
3. RR : 22 x/mnt

DS : Keluarga mengatakan Imunitas tubuh yang menurun Resiko Infeksi


An.P pernah dirawat di rumah
sakit 1 bulan yang lalu dengan
penyakit yang sama.

DO : Leukosit : 2- 4 (LPB)
DS : Keluarga mengatakan Glumerulonefritis Resiko Perfusi Renal Tidak
An.P pernah dirawat di rumah Efektif
sakit 1 bulan yang lalu dengan
penyakit yang sama

DO : protein urin +3, Edema(-)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
DITEGAKKAN DX
06 Oktober 2021 1 Resiko Perfusi Renal Tidak Efektif berhubungan
dengan glumerulonefritis

06 Oktober 2021 2 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan


kelemahan

06 Oktober 2021 3 Resiko Infeksi berhubungan dengan Imunitas tubuh


yang menurun

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Perfusi Renal Tidak Efektif berhubungan dengan glumerulonefritis


2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun
INTERVENSI KEPERAWATAN

No DIAGNOSA TUJUAN/ INTERVENSI


KRITERIA
HASIL
1 Resiko Perfusi Renal SLKI : SIKI :
Tidak Efektif Perfusi Renal : Manajemen cairan
berhubungan dengan
Manajemen 1. Monitor status dehidrasi
glumerulonefritis
cairan, edukasi 2. Monitor berat badan harian
diet 3. Monitor hasil pemeriksaan lab (Urinalisa)
Kriteria hasil: 4. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
1. Jumlah urine 5. Kolaborasi pemberian diuretik
meningkat
2. TTV dalam Edukasi diet
rentang 1. Identifikasi kemampuan pasien dan keluarga
normal menerima informasi
2. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini
dan masa lalu
3. Jelaskan tujuan diet terhadap kesehatan
4. Informasikan makanan yang diperbolehkan
dan dilarang

2 Intoleransi aktifitas SLKI: SIKI:


berhubungan dengan
kelemahan Toleransi Manajemen Energi
aktivitas : 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Manajemen 2. Pantau keadaan umum
energi 3. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Kriteria hasil: stimulus
Anak dapat 4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
melakukan
aktifitas sesuai kelelahan
dengan a. Rencanakan dan berikan aktivitas tenang
kemampuan dan b. Instruksikan istirahat bila anak mulai
mendapatkan
merasa lelah
istirahat dan tidur
yang adekuat c. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
3 Resiko Infeksi SLKI: SIKI:
berhubungan dengan Status Imun : Pencegahan Infeksi
Imunitas tubuh yang Pencegahan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
menurun Infeksi 2. Cuci tangan sebelum dan setelah kontak
Kriteria hasil: dengan pasien dan lingkungan pasien
Anak dapat 3. Lakukan edukasi ke pasien dan keluarga
melakukan
aktifitas sesuai a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
dengan b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
kemampuan dan benar
mendapatkan
c. Anjurkan untuk menjaga personal hygine
istirahat dan tidur
yang adekuat d. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
TANGGAL/JAM DX IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
06 – 10 – 2021 1 Manajemen cairan S:-
1. Memonitor status O : tidak ada tanda
dehidrasi dehidrasi. BB 17 Kg,
2. Memonitor berat badan protein urine +3
Klien tampak
harian
memperhatikan
3. Memonitor hasil penjelasan perawat
pemeriksaan lab
(Urinalisa) A : masalah teratasi
sebagian
4. memberikan asupan
cairan sesuai kebutuhan P : lanjutkan intervensi
Edukasi diet
1. Mengidentifikasi
kemampuan pasien dan
keluarga menerima
informasi
2. Mengidentifikasi
kebiasaan pola makan
saat ini dan masa lalu
3. Menjelaskan tujuan diet
terhadap kesehatan
4. Menginformasikan
makanan yang
diperbolehkan dan
dilarang
2 1. Memonitor kelelahan fisik S : klien mengatakan
masih merasa lemah.
dan emosional Klien mengatakan
2. Pantau keadaan umum nyaman dengan
3. menyediakan lingkungan ruangannya
nyaman dan rendah
O : klien tampak lemah,
stimulus klien tampak
4. Mengajarkan strategi mendengarkan penjelasan
koping untuk mengurangi perawat.
kelelahan : A : masalah teratasi
a. merencanakan dan sebagian
berikan aktivitas
P : lanjutkan intervensi
tenang
b. menginstruksikan
istirahat bila anak
mulai merasa lelah
c. memberikan periode
istirahat tanpa
gangguan
3 1. Memonitor tanda dan S : klien dan keluarga
mengatakan akan
gejala infeksi mengikuti saran perawat
2. Mencuci tangan
sebelum dan setelah O : Leukosit : 2- 4 (LPB)
Klien tampak
kontak dengan pasien
mendengarkan penjelasan
dan lingkungan pasien perawat, klien dapat
3. Melakukan edukasi ke melakukan cuci tangan
pasien dan keluarga yang diajarkan
a. Menjelaskan tanda A : masalah teratasi
dan gejala infeksi sebagian
b. Mengajarkan cara
P : lanjutkan intervensi
mencuci tangan
dengan benar
c. Menganjurkan untuk
menjaga personal
hygine
d. Menganjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
07 – 10 - 2021 1 1. Memantau k/u dan S:-
keluhan klien O : k/u sedang, tidak ada
2. Memonitor status tanda dehidrasi, TD
dehidrasi 110/70, S 36 oC, N
100x/mnt, RR 21, BB 17
3. Memantau ttv
Kg. protein urine +2
4. Memantau berat badan Klien dan keluarga
tampak memperhatikan
harian penjelasan perawat
5. Memantau hasil
pemeriksaan Lab
A : masalah sebagian
6. Menjelaskan tujuan diet
teratasi
terhadap kesehatan
7. Menginformasikan P : Lanjutkan intervensi
makanan yang
diperbolehkan dan
dilarang
2 1. Memantau keadaan S:-
umum O : klien masih tampak
2. Mengatur posisi nyaman sedikit lemah, klien sudah
3. Menganjurkan untuk mulai dapat beraktivitas
dengan nyaman
istirahat
A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi

3 1. Memantau k/u dan S:-


keluhan klien O : k/u sedang,
2. Memonitor tanda Leukosit :0 - 2 (LPB
dangejala infeksi TD 110/70, S 36 oC, N
100x/mnt, RR 21,
3. Memantau ttv
Klien dan keluarga
4. Menganjurkan untuk tampak memperhatikan
selalu menjaga personal penjelasan perawat
hygine
A : masalah teratasi
5. Memantau hasil
pemeriksaan Lab P : hentikan intervensi
08 – 10 - 2021 1 1. Memantau k/u dan S:-
keluhan klien O : k/u CM , TD 100/70,
2. Memantau ttv S 36,2 oC, N 100x/mnt,
3. Memantau berat badan RR 22, BB 17,12 Kg.
protein urine +1
harian
6. Memantau hasil
pemeriksaan Lab A : masalah sebagian
teratasi

P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai