Anda di halaman 1dari 5

Advokasi Administratif (Administrative Advocacy)

Dalam bab ini, kita akan membahas dua jenis advokasi administrative: (1) administrator lembaga yang
melibatkan diri mereka atau lembaga mereka secara aktif dalam advokasi, dan (2) “advokat internal”
yang ditunjuk secara administrative yang bertanggungjawab untuk meningkatkan efektivtas dari
pelayanan klien atau mengatasi praktek dan prosedur lembaga yang merusak pda klien (Patti, 1974).
Dalam kenyataan, administrator seringkali berada pada posisi kunci untuk mengarahkan upaya advokasi.
Sama halnya,terdapat advokat internal yang dapat mempengaruhi perubahan yang besar dalam
sebuah lembaga. Posisi ini disebut dengan nama yang berbeda: ombudsman, perwakilan klien,
dan/atau unit advokat. Gambaran tugas mereka mencakup mengatasi kebijakan atau prosedur
lembaga yang berbahaya bagi klien, menginvestigasi keluhan/pengaduan internal oleh klien atau
keluarga, mengevaluasi peristiwa atau kejadian yang mempengaruhi klien dan staf, dan meminta
perhatian terhadap pelanggaran hak-hak klien.

REPRESENTASI
Dalam konteks sekarang dari tekanan pemotongan-biaya terhadap administrator dalam lembaga public
dan non profit, “berbicara” atas nama klien memerlukan keseimbangan yang besar antara
memfokukan pada kebutuhan saat ini dan menjamin kemampuan lembaga kedepan untuk memenuhi
misinya (Perlmutter & Adams, 1994). Administrator, pegawai lembaga, dan advokat internal semua
mengalami tuntutan untuk kompromi dalam perjuangan untuk mengatasi tuntutan klien sementara
secara bersamaan menghadapi sumber yang tidak memadai dan tekanan administrative (Patti, 1980).

Ekslusivitas
Ekslusivitas menggambarkan advokat pekerjaan sosial sebagai “memfokuskan secara khusus, secara
istimewa, dn semata-mata pada klien dan kebutuhan mereka.” Sedangkan mewakili klien secara
ekslusif, terdapat isu-isu tertentu untuk advokat administrative dan internal. Diantaranya adalah : (1)
perintah etik untuk mewakili klien secara ekslusif didalam sebuah lembaga, (2) stress bekerja
bertentangan dalam sebuah lembaga, (3) ko-optasi oleh birokrasi, dan (4) tiga tahap yang dapat
diambil oleh advokt internal untuk membenarkan aktivitas mereka pada eksekutif lembaga.
Bagi administrator dan advokat internal, Patti (1974) dan Mailick dan Ashley (1981) menyatakan bahwa
sumber legitimasi untuk advokasi adalah dalam kewajiban etik mereka terhadap keunggulan klien
(Kode Etik NASW). Pati (1974) menyatakan sebelumnya bahwa “dimana kewajiban ini bertentangan
dengan loyalitas pada prosedur dan kebijakan lembaga yang memperkjakan, praktisi professional
berkomiten untuk mengutamakan kepentingan klien. Administrator dan advokat internal perlu
waspada terhadap kebijakan dan prosedur yang mendukung kepentingan “sistem” dengan
mengorbankan kesejahteraan klien (Herbert & Mould, 1992).
Terdapat tiga tahaapan yang disarankan oleh Patti (1974) yang dapat diambil oleh oleh advokat
administratif untuk menjustifikasi kepada supervisor, eksekutif, atau dewan tindakan tersebut
diambil semata-mata atas nama klien. Secara keseluruhan, tindakan advokasi dapat dibingkai sebagai
memberikan kontribusi pada misi lembaga:
1. Advokat dapat menunjukkan bahwa mereka memiliki wawasan dan ketrampilan khusus
kedalam masalah dan mereka dapat mengarahkan lembaga kepada solusi yang efektif.
Kompetensi ini harus didukung oleh bukti yang bisa dilihat seperti rencana yang
didokumentasikan dengan baik atau pemahaman yang tinggi dari masalah tersebut.
2. Advokat dapat memperdebatkan bahwa advokasi mereka sesuai dengan misi lembaga yang
dinyatakan. Jika menghargai hak klien dan menghormati hak adalah bagian dari misi lembaga,
maka advokat dapat menunjukkan bagaimana lembaga tersebut dapat memenuhi tujuannya
dengan mengadvokasi atas nama klien
3. Secara khusus, distorsi dan pemahaman yang tidak memadai menyebabkan pengetahuan yang
buruk tentang isu dan masalah. Dengan menyaring informasi baru kedalam lembaga, advokat
dapat menyediakan pembuat keputusan dengan umpan balik yang diperlukan. Advokat
internal capat melengkapi saluran komunikasi dalam suatu lembaga.

Mutualitas
Mutualitas mencerminkan salah satu nilai pekerjaan sosial yang sangat dihargai , yaitu
menentukan diri sendiri. Advokat administatif terus menerus mengevaluasi keputusan dalam hal
bagaimana sebuah tindakan mencerminkan keinginan nyata dari klien atau berapa banyak
penekanan diletakkan pada tindakan bersama dengan klien dan/atau memberdayakan mereka
untuk mengambil tindakan atas nama merekasendiri. Hubungan kerja adalah hubungan kerjasama
dan penghargaan, bukan paternalistic. Bagi advokat administrative, terdapat pertimbangan khusus
tentang mutualitas sebagaimana diilustrasikan dalam: (1) kecenderungan saat ini, (2) struktur
pembuatan keputusan lembaga, (3) orientasi personal administrator terhadap mutualitas.
Kecenderungan saat ini menunjukkan pada administrator program yang diminta untuk
mendengarkan dengan lebih dekat apa yang klien harus katakan (Ingelhart & Becerra,1995;
Stockdill, 1992). Klien dalam kesehatan mental, retardasi mental, dan bidang kesejahteraan anak
sedang mencari interaksi yang lebih besar dengan pembuat kebijakan dan institusi pelayanan.
Taylor (1991) menempatkan penekanan khusus pada struktur pembuatan keputusan yang
digunakan oleh sebuah lembaga dalam mengadvokasi klien. Jika sebuah lembaga memutuskan
untuk membuat advokasi sebagai prioritas, dewan dan administrator harus merancang sistem yang
terstruktur yang memungkinkan keterlibatan orang yang mengalami masalah atau kondisi
sedapat mungkin. Herr (1983) menegaskanbahwa “orang cacat dapat berbicara dengan sangat baik
tentang kebutuhan mereka, kondisi, dan keprihatinan ketika mereka mengalaminya sepanjang
kehidupan diri mereka”. Struktur ini mencerminkan komitmen terhadap mutualitas oleh lembaga.
Richan (1983) mendorong administrator untuk mengembangkan orientasi ‘bersama” secara sadar
terhadap klien dan masalah mereka. Dia yakin bahwa advokat administrative harus menghargai
klien sebagai seseorang yang memiliki hak dan kapasitas untuk terlibat secara maksimal dalam
mengarahkan urusan diri mereka sejauh ini tidak membatalkan atau melanggar hak orang lain. Riley
(1971) memperkuat perspektif ini dengan mencatat bahwa administrator yang berorientasi-
bersama memandang organisasi mereka sendiri sebagai merencanakan dengan orang daripada
hanya untuk mereka.

Penggunaan Forum
Advokat administratif sering tampil pada forum-forum khusus dimana kepentingan klien dapat
ditangani seperti dengar pendapat dan banding yang adil, rapat legislative, judicial review, dan
kelompok perencanaan staff. Representasi klien yang efektif dalam forum ini sering tergantung
pada ketrampilan negosiasi dan representasi advokat-klien bersama. Advokasi administratif yang
berhasil juga tergantung pada struktur lembaga yang dapat dirancang untuk menambah praktek
advokasi. Berikut beberapa isu yang dihadapi advokat administrative dalam seting forum.
Dengar pendapat yang adil (fair hearings) adalah mekanisme pengaduan yang dimandatkan
secara hukum bagi klien yang tidak puas dengan keputusan lembaga tentang terminasi program
dan/atau tingkat manfaat. Secara teoritis, dengar pendapat yang adil dirancang untuk melindungi
keadilan dan mengontrol untuk kebijaksanaan lembaga dalam keputusan kebijakan. Akan tetapi,
secara praktis terdapat beberapa keterbatasan yang serius: (1) lembaga sering gagal untuk
memberitahukan klien tentang hak mereka untuk mengajukan keluhan; (2) klien harus mengambil
resiko menghadapi mereka yang menentukan manfaat/pelayanan mereka; (3) pertanyaan muncul
tentang kemampuan klien untuk berfungsi sebagai musuh yang setara dalam sistem aturan yang
komplek, yang menggunakan dokumen yang komplek dan pemeriksaan-silang; dan (4)klien dengan
akses yang terbatas terhadap representasi hukum mungkin mencoba representasi-diri yang beresiko
besar. (Hagen, 1986).
Advokat administrative mungkin terlibat dalam prosedur pengaduan ini baik dalam membantu klien
untuk menantang sebuah keputusan tertentu, atau dalam mewakili lembaga dalam mengadili
klaim/tuntutan dari klien. Dalam dua kondisi tersebut, advokat harus menyadari berikut:
1. Klien memiliki hak untuk diberitahu secara memadai dari keputusan yang merugikan
2. Klein memilki hak untuk diberitahu tentang hak untuk mengajukan banding sebuah
keputusasn lembaga
3. Dengar pendapat adalah sifatnya bermusuhan, tetapi melalui presentasi pandangan yang
terbuka dan tidak memihak, keputusasn yang adil dan akurat atau resolusi dapat dibuat
4. Klien yang mewakili-diri biasanya buruk pada pemeriksaan-silang dan menantang aturan dan
ketentuan lembaga yang dipertanyakan
5. Dengar pendapat harus penuh hormat setiap saat dari klien dan memungkinkan persiapan yang
memadai dari banding klien, akses terhadap dokumen dan manual lembaga, dan waktu yang
cukup untuk mendengarkan fakta dan penerapan kebijakan untuk tantangan klien.
Dalam lembaga public, dimana keputusan tentang kepentingan klien harus masuk dalam batas-batas
undang-undang/aturan yang memungkinkan, kebijaksanaan lembaga juga ditantang scara
konstituisional melalui review judsial pengadilan. Forum ini adalah prosedur lanjutan untuk
akuntabilitas public dari proses administrative, dan ini menguji apakah lembaga telah (a) melewati
konstitusi atau otoritas menurut undang-undang, (b) hokum yang berlaku ditapsirkan dengan benar,
(c) dilakukan dengar pendapat dengan adil, dan (d) tidak bertindak secara plin plan dan tidak masuk
akal (Albert, 1983).
Menurut Riddle dan King (1977), negosiasi adalah ketrampilan advokasi yang sangat digunakan
didalam forum administrative. Negosiasi biasanya merujuk pada berdiskusi, berunding, dan tawar
menawar dengan orang lain untuk mencapai kesepakatan. Advokat administrative secara khusus
akan berunding dengan orang lain tentang proposal alternative atau berbeda untuk memenuhi
kebutuhan klien. Kompromi adalah pemecahan masalah yang mudah, tetapi resiko terhadap hak-
hak klien harus ditimbang secara cermat.
Hagen (1986) dan Riddle dan King (1977) mendorong advokat pekerjaan social untuk benar-benar
mendampingi klien untuk forum dengar pendapat atau lainnya untuk mendorong mereka didalam
menuntut perubahan yang diperlukan dari mereka yang bertanggungjawab untuk kebijakan atau
program. Seringkali, advokat dapat menafsirkan bagi staf professional apa yang sedang klien
usulkan. Jika klien setuju, advokat sesungguhnya dapat mewakili klien selama dengar pendapat. Ini
tidak perlu seorang pengacara untuk berfungsi secara efektif dalam banyak perubahan.
Jika administrator ingin mempromosikan advokasi dalam organisasi mereka, mereka harus
merancang forum khusus untuk mencapai tugas yang ambisius ini. Dalam pendapat Taylor (1991),
advokasi tidak mungkin berhasil atas dasar ad hoc. “Advokasi tidak akan dicapai didalam suatu
organisasi ketika tidak ada satu pun yang bertanggungjawab untuk itu”. Advokasi model dibahas
secara mendalam dalam artikel Taylor, tetapi karakteristik utamanya adalah: (1) penolakan awal
terhadap ide advokasi adalah normal dan mungkin datang dari anggota dewan, staf, atau bahkan
eksekutif; (2) beekrja untuk mengedukasi semua staf dan mengatasi keberatan secara konstruktif
adalah penting; (3) efisiensi biaya advokasi sering dapat meyakinkan sumber dana; (4) struktur
advokasi harus dapat dipertanggungjawabkan dan mencakup input dari setiap level dari Lembaga;
(5) studi dan tindakan dikaitan, dan (6) advokasi lembaga harus meliputi komunitas professional dan
klien yang mengalami masalah.

Komunikasi
Berbicara dan Menulis. Advokasi yang efektif dalam arena administrative biasanya memiliki
ketrampilan representasi yang sangat baik dalam berbicara dan menulis. Mereka memiliki
kemampuan utuk menilai audien secara tepat dan mengantisipasi dampak informasi terhadapnya.
Richan (1980) mencatat bahwa administrative memiliki lebih banyak kontrol terhadap informasi
dalam organisasi dan apa yang dikomunikasikan kepada siapa daripada orang lain. Mereka
umumnya memiliki akses yang tinggi terhadap sumber informasi dan biasanya memutuskan bagian
apa dari informasi yang harus disampaikan ke anggota dewan, staf, dan klien. Sama halnya, tugas
pokok dari administrator adalah memberikan perhatian terhadap arus informasi didalam dan diluar
Lembaga. Dari posisi kunci ini, advokat administrative dapat dipersiapkan untuk menggunakan data
untuk memobilisir dukungan, menetralkan oposisi,dan mengangkat isu/masalah yang relevan
dengan audien yang tepat. Dalam setiap pidato dan dengan setiap memo tertulis atau laporan,
administrator mampu mempengaruhi arah dari pembuatan kebijakan dan pengembangan program.
Kata lain yang digunakan dalam menggambarkan advokat adalah penafsir/interpreter. Baik Richan
(1980) dan Riddle dan King (1977) menyarankan bahwa peranan yang penting untuk seorang
advokat adalah untuk menafsirkan kebutuhan atau tuntutan dari klien kepada audien lain.
Representasi ini lebih mungkin akan terjadi dalam forum seperti antar disiplin, dengar pendapat,
atau sesi supervise. Melalui penafsiran/interpetasi, advokat dapat menyoroti atau meremehkan
aspek-aspek kunci dari situasi klien. Dengan membantu klien memverbalisasikan atau menuliskan
tentang kebutuhan mereka mencerminkan hubungan timbal balik yang penting dalam advokasi
pekerjaan social. Haynes dan Mickelson (1997) menyarankan bahwa kesaksian (testimoni) oleh
advokat dan klien sangat dinamis dan menawarkan kesempatan yang dramatis untuk
mempengaruhi pembuat keputusan.
Bagi advokat internal yang berbicara atas nama klien/penghuni, Riddle dan King (1977) mendesak
advokat dengan kuat untuk menindaklanjuti penutupan dari masalah yang berhasil jika mereka ingin
mempertahankan kredibilitas dengan staf dan klien/penghuni. Dalam hal ini, kata-kata tidak cukup,
tindakan harus juga mendukung kata-kata sehingga semua peserta dapat mengamati bahwa
advokat dapat dipercaya dan reliable. Dengan mangatasi dampak negative dari prosedur lembaga
terhadap penentuan-diri klien dalam program residential akhirnya harus menghasilkan procedure
yang berubah.
Dilema kunci yang menghadapi advokat internal dan pekerja yang ingin merubah segala sesuatu dari
dalam adalah dengan mengetahui bahwa, melalui bicara, mereka mungkin menanggung
ketidaksetujuan dari teman kerja mereka dan mengalami isolasi atau mengalami ketidakcocokan
etik dan kehilangan identitas professional melaui gagal untuk mematuhi Kode Etik mereka (Mailick &
Ashley, 1981). Mereka takut kehilangan penghargaan dari teman kerja dan dengan demikian
dikecualikan atau diabaikan oleh staf lain adalah fenomena yang nyata.
Albert (1983) mengingatkan administrator dan petugas supervisi bahwa mereka berada dalam posisi
yang baik untuk memahami dampak regulasi terhadap pelayanan dan klien. Dia mendesak advokat
ini untuk menggunakan periode “bicara” yang tersedia selama kebanyakan dengar pendapat
tentang aturan dan regulasi yang baru atau dirubah, untuk menunjukkan, secara lisan atau dalam
pernyataan tertulis, apa dampak dari regulasi terhadap klien. Menurut penulis, pernyataan tertulis
yang disusun dengan cermat atau presentasi lisan yang tersusun secara cerdas pada dengar
pendapat tersebut bisa sangat berpengaruh.
Simons (1988) menunjukkan bahwa administrator senantiasa mencoba untuk meyakinkan orang lain
untuk menyumbangkan waktu, uang, energi, sumber, atau layanan yang diperlukan bagi pemberian
pelayanan yang efektif. Dia yakin bahwa persuasi sering mencakup menghasilkan perubahan melalui
penyediaan informasi baru sehingga sasaran berfikir, merasa, atau bertindak secara berbeda.
Ringkasnya, disini adalah beberapa factor yang administrator yang efektif sadar tentang kapan
menulis atau berbicara untuk meyakinkan:
Menitikberatkan keuntungan atau hadiah. Tunjukkan kepada individu bagaimana perubahan
tersebut akan memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Orang butuh alasan yang cukup untuk
merubah perilaku mereka.
Dapat difahami. Gunakan Bahasa yang mudah difahami dan hindari istilah
Tunjukkan kesesuaian nilai-nilai. Orang akan menerima ide jika ini dianggap sesuai dengan
keyakinan mereka saat ini, nilai, dan cara melakukan segala sesuatu. Kesesuaian biasanya
mengurangi resiko
Mengutip hasil yang terbukti. Ketika orang dapat melihat hasil positif dari suatu tindakan, mereka
lebih mungkin untuk menerimanya. Proyek percontohan sangat berguna disini
Memungkinkan untuk uji coba. Orang malas untuk berkomitmen diri mereka terhadap sebuah
tindakan yang tidakmemungkinkan untuk perubahan fikiran di kemudian hari. Temukan cara untuk
membiarkan ide-ide dicoba sedikit demi sedikit
Menghubungkan pesan dengan orang lain yang berpengaruh. Orang cenderung menerima sikap
yang sama terhadap sebuah ide jika ide itu dipegang oleh seseorang yang mereka senangi atau
hormati, dan sebaliknya. Menghubungkan ide dengan seseorang yang disukai oleh audien sasaran
Hindari taktik yang sangat menekan. Ketika orang merasa tertekan untuk memilih sebuah langkah
tindakan tertentu baik melalui janji akan hadiah atau ancaman hukuman, mereka biasanya mencari
alternatif untuk posisi yang diadvokasi. Lebih baik menawarkan argumen dua sisi: pertama,
mengakui manfaat dari sisi lain dan membatasi posisi seseorang, dan kedua, menjamin audien
bahwa anda menghargai sudut pandang mereka
Meminimalisir ancaman terhadap keamanan, status, atau penghormatan. Orang tidak hanya
rasional, merangkul sebuah ide atas kelebihannya dan menerimanya dengan penuh pertimbangan;
mereka juga emosional dan memiliki ketakutan, merasakan ancaman terhadap status mereka. Pesan
harus mengurangi pertahanan dan mendiskusikan ketakutan secara objektif.

Administrator juga dapat menyediakan kepemimpinan dalam penggunaan sumber elektronik dan
online untuk mempromosikan advokasi didalam dan diluar Lembaga. Mendorong anggota dewan
dan staf untuk meninjau ulang website dan sumber informasi yang tersedia pada internet adalah
tahap pertama yang baik.

Anda mungkin juga menyukai