2: 137-146
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2018.v10.i02.p06
137
Buletin Veteriner Udayana Darmalaksana et al.
138
Buletin Veteriner Udayana Volume 10 No. 2: 137-146
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2018.v10.i02.p06
139
Buletin Veteriner Udayana Darmalaksana et al.
tersebut keropeng belum terbentuk. Pada tikus begitu juga dengan kebengkakan dan
hari ke empat, ke lima dan ke enam tanda keropeng pada hari tersebut sudah semakin
kemerahan dan kebengkakan masih terlihat berkurang dan hanya terlihat pada delapan
tetapi semakin hari semakin berkurang. ekor tikus saja. Hari ke sembilan
Hari ke enam kemerahan terjadi pada empat kemerahan, kebengkakan sudah tidak
ekor tikus, bengkak pada enam ekor tikus. terlihat pada semua tikus dan keropeng
Berbeda halnya dengan keropeng pada hari hanya terlihat pada enam ekor tikus saja.
ke tiga terjadi pada tiga ekor tikus, ke empat Hari ke sembilan, sepuluh, sebelas,
10 ekor tikus, ke lima terjadi pada 12 ekor duabelas kemerahan dan kebengkakan
tikus, keropeng terus bertambah pada hari sudah tidak terlihat dan keropeng semakin
ke enam terlihat adanya keropeng pada berkurang, pada hari ke duabelas keropeng
semua tikus. Hari ke tujuh masih terlihat hanya terdapat pada tiga ekor tikus. Pada
bengkak dan kemerahan namun semakin hari ke tigabelas dan ke empatbelas, tanda
berkurang, hari ke delapan sudah tidak kemerahan, kebengkakan dan keropeng
terlihat adanya kemerahan pada semua sudah tidak terlihat lagi pada semua tikus.
Tabel 1. Pengamatan makroskopis tanda radang seperti kemerahan, bengkak dan keropeng.
KONTROL PERLAKUAN
No
Kemerahan Bengkak Keropeng Kemerahan Bengkak Keropeng
1 16 16 0 16 16 0
2 16 16 0 16 16 0
3 16 16 1 16 16 3
4 14 16 4 10 12 10
5 10 14 5 7 9 12
6 8 12 13 4 4 16
7 5 10 16 3 0 16
8 3 6 8 0 0 8
9 3 6 8 0 0 6
10 2 4 8 0 0 6
11 0 0 6 0 0 5
12 0 0 6 0 0 3
13 0 0 4 0 0 0
14 0 0 4 0 0 0
Hasil uji menggunakan Chi-Square perbedaan nyata mulai terlihat pada hari ke
antara kontrol dan perlakuan tidak berbeda empat yaitu diameter kontrol 0,926 cm dan
nyata (P>0,05) pada kemerahan, tetapi perlakuan 0,893 cm, dan terus terlihat
berbeda nyata antara kontrol dan perlakuan kesembuhannya dengan mengecilnya
pada bengkak dihari ke enam (P<0,05) dan diameter tiap hari. Berdasarkan hasil uji
keropeng di hari ke lima (P<0,05). analisis varian didapatkan hasil berbeda
Data pada Tabel 2 dapat terlihat jelas nyata antara kontrol dengan pemberian
perubahan yang terjadi pada diameter luka gerusan daun pegagan dimulai dari hari
yang tiap harinya semakin mengecil. Pada keempat (P<0,05).
hari ke dua belum terlalu terlihat jelas
Pada tikus yang diberi gerusan daun
perbedaan diameter luka antara kontrol dan pegagan tanda kemerahan dan
pemberian gerusan daun pegagan yaitu kebengkakan lebih rendah daripada
0.985 cm pada kontrol dan 0,974 cm pada kontrol, hal ini terjadi karena pada tikus
pemberian gerusan daun pegagan, tampak yang diberikan gerusan daun pegagan
perubahan diameter luka yang diamati pada memiliki kandungan tripenoid saponin dan
tikus kontrol dan perlakuan setiap hari, genin sebagai komponen dasar dari daun
140
Buletin Veteriner Udayana Volume 10 No. 2: 137-146
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2018.v10.i02.p06
pegagan (Centella asiatica) dapat Tabel 2. Hasil analisis varian diameter luka
mendukung penyembuhan luka karena
Hari Perlakuan Rerata Notasi
meningkatkan tensile strenght dan sintesis
kolagen. Glikosida saponin akan Kontrol a.985 a
menghasilkan efek pereda rasa nyeri. 2
Pegagan a.974 a
Komponen bioaktif triterpenoid dalam Kontrol a.954 a
pegagan yaitu asiaticoside, asiatic acid, 3
Pegagan a.938 a
madecassocide dan madeccasic acid Kontrol a.926 a
mempunyai kemampuan sebagai obat luka 4
Pegagan b.893 b
bakar (Eriawan, 2013). Menurut Wijaya et Kontrol a.891 a
al. (2013), saponin yang terkandung dalam 5
Pegagan b.847 b
tanaman ini mempunyai manfaat Kontrol a.854 a
mempengaruhi kolagen (tahap pertama 6
Pegagan b.800 b
dalam perbaikan jaringan), misalnya dalam Kontrol a.819 a
menghambat produksi jaringan bekas luka 7
Pegagan b.759 b
yang berlebihan (antikeloid), mempercepat
Kontrol a.800 a
penyembuhan luka, dan melebarkan 8
Pegagan b.706 b
pembuluh darah tepi (vasodilator perifer)
sehingga proses dari penyembuhan, Kontrol a.773 a
9
penutupan luka serta proses keropeng lebih Pegagan b.685 b
cepat dibandingkan pada kontrol. Kontrol a.740 a
10
Hal ini juga didukung oleh Belcaro Pegagan b.648 b
(2011), yang menyatakan enam mekanisme Kontrol a.708 a
11
penyembuhan luka oleh pegagan dimana Pegagan b.604 b
memiliki fungsi yang terkait satu sama lain Kontrol a.672 a
12
yaitu: kontrol edema dan filtrasi kapiler, Pegagan b.555 b
berperan sebagai anti stress, anti inflamasi, Kontrol a.635 a
13
memodulasi pembentukan kolagen, Pegagan b.476 b
memodulasi growth factor, dan Kontrol a.593 a
14
memodulasi angiogenesis. Ke enam Pegagan b.384 b
mekanisme tersebut berperan penting pada
tiap fase penyembuhan. Saponin berfungsi Keterangan: Huruf yang sama pada notasi
untuk meningkatkan perbaikan dan menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,05),
penguatan sel-sel kulit, stimulasi huruf yang berbeda pada notasi
pertumbuhan kuku, rambut dan jaringan menyatakan berbeda nyata (P>0,05).
ikat serta menghambat produksi jaringan
Hasil pengamatan tikus kelompok II
bekas luka yang berlebihan (Hendrayana,
pada hari ke tujuh untuk pengamatan sel
2013).
epitel sebagian besar menyebar dengan
Pengamatan Mikroskopis kepadatan rendah dan terdapat 1 sampel
Pada hasil pengamatan mikroskopis yang belum terbentuk epitel. Pembuluh
tikus kelompok I pada hari ke tujuh untuk darah baru yang terbentuk menyebar
pengamatan sel epitel sebagian besar dengan kepadatan tinggi dan sel radang
menyebar dengan kepadatan tinggi. Jumlah sebagian besar menyebar dengan kepadatan
pembuluh darah baru menyebar dengan sedang. Gambaran mikroskopis tikus putih
kepadatan tinggi dan kepadatan sedang. kelompok perlakuan I dan II pada hari ke
Sedangkan sel radang menyebar dengan tujuh dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar
kepadatan ringan dan kepadatan sedang. 2, Gambar 3 dan Gambar 4.
141
Buletin Veteriner Udayana Darmalaksana et al.
142
Buletin Veteriner Udayana Volume 10 No. 2: 137-146
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2018.v10.i02.p06
fibroblast (B) dan neovaskularisasi (tanda Terlihat adanya infiltrasi sel radang (A),
panah) (HE, 100x). proliferasi fibroblast (B) dan vaskularisasi
(tanda panah) (HE, 400x).
143
Buletin Veteriner Udayana Darmalaksana et al.
144
Buletin Veteriner Udayana Volume 10 No. 2: 137-146
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2018.v10.i02.p06
145
Buletin Veteriner Udayana Darmalaksana et al.
146