Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGANTAR ILMU EKONOMI


“analisis kurva kepuasan sama”
Dosen pembimbing

CUT FITRIANI,SE.,M.Pd

DISUSUN OLEH:

1. CUT SULFA RAHMADINA


2. ANGGA PURNAMA

PROGRAM MATA KULIAH HARIAN

FAKULTAS AGAMA ISLAM,PRODI PERBANKAN SYARIAH

TA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Rahmat dan
keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa
penulis bersyukur atas tersusunnya makalah ini.

Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan kita
semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu pengantar ekonomi

Dalam penulisan makalah ini kami juga mengalami banyak kesulitan, terutama disebabkan oleh
kurangnya ilmu yang kami miliki. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada seluruh pihak yang terkait. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan literatur. Apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...


Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ................................................................................ (1)

B. Rumusan Masalah........................................................................... (1)

C. Tujuan Penelitian............................................................................. (2)

Bab II Pembahasan

A. Definisi teori nilai guna ordinal................................................................ (3)

B. Asumsi/Asas Teori nilai guna ordinal...................................................... (3)

C. Defini dan contoh kurva indifference (kurva kepuasan sama)............... (4-6)

D. Garis Anggaran Pendapatan.................................................................... (6-9)

E. Perubahan anggaran belanja akibat perubahan pendapatan & harga…. (9-12)

Bab III Penutup

A. Kesimpulan.............................................................................................. (13)

Daftar Pustaka................................................................................................ (13)


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini konsumen dalam menentukan pilihan untuk menggunakan anggaran
pendapatannya terkadang tidak lagi rasional. Dikarenakan tuntutan zaman yang mengharuskan
konsumen menjaga image mereka di depan khalayak umum. Hal ini dapat menimbulkan suatu
permasalah dikemudian hari dikarenakan konsumen tidak bijak dalam mengalokasi pendapatan
yang dia miliki sehingga akan timbul hutang, perilaku konsumtive, perilaku criminal karena
memikirkan membayar hutang dll.

Teori Nilai Guna Ordinal dapat mendeskripsikan kepada konsumen bagaimana menggunakan
anggaran pendapatan dengan bijak dan rasional. Dalam perhitungan nilai guna ordinal akan
dicantumkan alternative pilihan dua barang/lebih yang konsumen dapat pilih. Perhitungan nilai
guna ordinal menjadi penting karena dapat mendeskripsikan pilihan mana yang rasional sesuai
dengan anggaran yang dibelanjakan untuk mendapatkan nilai kepuasan.

Pada makalah ini kami pemateri akan coba menjelaskan definisi teori nilai guna ordinal, kurva
kepuasan (utility) sama, kurva indifference (kepuasan sama), contoh garis anggaran
pengeluaran dan akibat perubahan pendapatan dan harga terhadap pilihan konsumen dalam
membelanjakan anggarannya sehingga tercapai nilai kepuasan (utility).

Sehingga dapat sedikit menjawab permasalah yang sering ditemukan pada saat ini yaitu
konsumen kurang rasional dalam mengalokasikan anggaran pendapatannya untuk memenuhi
nilai kepuasan (utility).
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu teori nilai guna ordinal

2. Bagaimana analisis kurva kepuasan sama

3. Apa itu kurva kepuasan sama

4. Bagaimana contoh garis anggaran pengeluaran

5. Akibat perubahan pendapatan dan harga

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Menjelaskan teori nilai guna ordinal

2. Untuk Menjelaskan analisis kurva kepuasan sama

3. Untuk Menjelaskan kurva kepuasan sama

4. Untuk Menjelaskan bentuk garis anggaran pengeluaran

5. Untuk Menjelaskan dan menguraikan akibat perubahan pendapatan dan harg


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Teori Nilai Guna Ordinal dalam perspektif optimalisasi kepuasan

Teori nilai guna ordinal (TNGO) dengan kurva indifference mencoba menjawab apa yang menjadi
keraguan pada teori nilai guna kardinal, yaitu mengukur kepuasan. Kalau dalam teori nilai guna kardinal
kepuasan mengkonsumsi suatu barang penilaiannya bersifat subjektif (tergantung siapa yang menilai),
yang tentu saja setiap orang memiliki penilaian yang berbeda, maka dalam teori nilai guna ordinal
tingkat kepuasan diurutkan dalam tingkatan-tingkatan tertentu, misalnya rendah, sedang dan tinggi,
dengan demikian setiap kepuasan yang diperoleh terukur.

Untuk membantu memperjelas teori nilai guna ordinal digunakan kurva indifference (tak beda) dalam
menganalisa tingkat kepuasan masing-masing individu sehubungan dengan mengkonsumsi dua macam
barang dalam rangka memaksimumkan kepuasannya. Kurva indifference diajukan oleh hikcks dan allen (
sehingga terkadang penganut teori ini disebut sebagai hikcksan).

B. Asumsi/Asas Teori Nilai Guna Ordinal

Sebelum dilanjutkan membahas teori ini maka perlu dikemukakan beberapa asumsi/asas yang
mendasari teori nilai guna ordinal yaitu :

1. Rasionalitas, dimana konsumen akan berusaha meningkatkan kepuasannya atau akan memilih
tingkat kepuasan yang tertinggi yang bisa dicapainya (bila konsumen bisa mencapai A yang lebih besar
dari B maka konsumen itu akan mengambil A)

2. Konveksitas, yaitu garis kurva indifference haruslah kontinyu (tidak terputus-putus) dan cembung
atau cekung dari titik temu sumbu x dan Y (titik origin)

3. Nilai guna tergantung dari jumlah barang yang dikonsumsi

4. Transitivitas, yaitu konsumen akan menjatuhkan pada pilihan yang terbaik dari beberapa pilihan
(bila A>B dan B>C, maka konsumen akan memilih A).

5. Berdasarkan asas/asumsi ke 4, maka kurva indifference tidak boleh bersinggungan atau saling
berpotongan.

C. Definisi dan Contoh Kurva Indifference (kepuasan sama)

Yang dimaksud dengan kurva indifference adalah kurva yang menggambarkan kombinasi dua macam
input untuk menghasilkan output yang sama (yaitu kepuasan)

Salah satu bentuk kurvanya adalah sebagai berikut


Kurva indifference pada berbagai tingkat kepuasan Gambar kurva

Yang dimaksud dengan kepuasan sama adalah bahwa sepanjang kurva indifference yang pertama (KI1)
misalkan, tingkat kepuasan konsumen adalah sama dimana saja (A, B atau C), hanya membedakannya
adalah anggaran untuk mencapai kepuasan pada titik A tentu vn berbeda dengan di titik C. Sehingga
konsumen harus cukup puas bila ternyata ia hanya mampu pada titik B misalkan. Demikian juga untuk
KI2, anatara titik D dan F kepuasan adalah sama akan tetapi besaranya kepuasan antara KI1 dan KI2
tentu saja tidak sama, karena lebih tinggi dan anggarannya pun lebih besar. Dengan demikian
berdasarkan kurva indifference pada gambar diatas :

K/4 > KI3 > KI2 > KI1

KI1 = A = B = C

KI2 = D = E = F

A<D<G<H
Teori Nilai Guna Ordinal menilai kepuasan atas konsumsi 2 macam barang di mana kombinasi antara 2
macam barang tersebut bisa Homogen berderajat 1 (misalnya U = X . . . . . ), bisa juga homogen
berderajat lebih dari 1 tapi setara (misalnya U = X . . . . . . ), dan lain sebagainya. Yang pasti kedua
macam barang haruslah dikonsumsi dengan cara mengkonmbinasi barang tersebut agar kepuasannya
bisa mencapai titik optimum tertinggi (maksimum). Mengapa barang harus dikombinasikan? Tujuannya
adalah konsumen dalam mengkonsumsi akan diberikan berbagai macam pilihan, dari pilihan itu
konsumen akan dengan mudh menentukan konsumsi mana yang memberikan kepuasan tertinggi
sehubungan dengan anggarannya.

Dengan demikian bila misalkan daya beli dinyatakan dengan B = budget (anggaran), harga barang X dan
Y dinyatakan dengan masing – masing sebagai Px dan Py, maka total barang yang dapat dibeli dengan
anggarannya adalah : B = PxX + PyY, nilai kepuasan total dinyatakan sebagai kombinasi dasar yaitu U = X,
Y, bila konsumen memiliki referensi nilai kepuasan yang akan diapai maka yang menjadi kendalanya
adalah menentukan besaranya anggaran yang harus dimiliki. Sebaliknya bila konsumen telah memiliki
anggaran maka yang menjadi tujuannya adalah menentukan berapa besaranya kepuasan yang bisa
dicapai. Secara matematis untuk menentukan nilai X, Y atau B untuk tujuan optimalisasi konsumsi
formula sederhannya adalah sebagai berikut :

Dimana MU (x) marginal rate of subsititution atau sering disebut sebagai MRS, yaitu angka pengganti
tambahan X dan Y atau sebaliknya. Maksudnya konsumsi atas kombinasi 2 macam barang tersebut akan
selalu optimum bila setiap perubahan utiliti X akan menyebabkan terjadinya perubahan utiliti Y nilai
sama dengan besarnya harga barang X dibagi dengan harga barang Y. Oleh karena itu di batasi anggaran,
Maka MRS ini bersifat trade off yaitu seetiap penambahan X akan mengurangi Y tetapi tidak merubah
nilai utiliti sepanjang harga barang X, harga barang Y dan anggaran tetap.

D. Garis Anggaran Pendapatan

Garis anggaran pendapatan dapat dilihat dicontoh kasus di bawah ini :

Contoh :

Bila diketahui si dedi memiliki yang sebesar Rp 120.000, ia ingin membeli barang X dan Y yang masing-
masing harganya adalah Rp 5000 dan Rp 4000. Bila kualitas kepuasannya adalah merupakan kombinasi
dari konsumsi barang X dan Y secara utuh, maaka beberapa banyakah barang X dan Y yang harus
dibelinya agar kepuasannya maksimum dan berapa besar kepuasan optimumnya?

Jawab,

Diketahui : B = 120.000, Px = 5000, Py = 4000, U = X.Y

Kendala si konsumen (fungsi anggaran) adalah = 120.000 = 5000X = 4000Y,


Tujun kepuasan adalah (fungsi Utility) U = X.Y

Untuk kasus seperti ini maka :

X = B/2Px = 120.000/2.(5000) = 12 unit

Y = B/2Py = 120.000/2.(4000) = 15 unit

U = X.Y --- U =12*15 = 180 unit

Kita dapat menguju rumus untuk menentukan anggaran untuk kasus ini sebagai berikut :

U = 2√UPxPy --- U = 2√180x5000x4000

U = 2 x √3.600.000.000

U = 2 x 60.000 = 120.000

Dengan uang sebesar Rp 120.000, si dedi bisa mengoptimumkan kepuasannya dengan membeli X
sebanyak 12 unit dan Y sebanyak 15 unit dan menghasilkan kepuasan sebesar 180 unit. Secara teoritis
konsumsi si dedi ituu adalah yang paling rasional karena 120.000 = 5000(12) + 4000(15)

Jadi dengan mengkonsumsi X sebanyak 12 unit dan Y sebanyak 15 unit si dedi mendapatkan kepuasan
maksimum sebesar 180 unit.

Yang menjadi pertanyaan adalah benarkah jumlah konsumsi X dan Y yang masing-masing sebesar 12 dan
15 unit adalah merupakan pilihan terbaik dari pola konsumsi yang lainnya? Untuk memperjalas
persamaan ini baiklah kita buatkan ilustrasi dalam bentuk tabel di bawah ini :

Ragam kombinasi yang menghasilkan kepuasan optimum

KOMBINASI X Y U B 120.000-B PERINGKAT


A 1 180 180 725.000 605.000 7
B 5 35 180 169.000 49.000 5
C 10 18 180 122.000 2000 2
D 12 15 180 120.000 0 1
E 15 12 180 123.000 3000 3
F 20 9 180 136.000 16.000 4
G 40 4,5 180 218.000 98.000 6
H 180 1 180 904.000 784.000 3
i Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kombinasi konsumsi barang X dan Y dari A hingga H
menghasilkan nilai kepuasan yang sama yaitu 180 unit akan tetapi selain kombinasi D, kombinasi yang
lainnya menunjukan bahwa si dedi memerlukan anggaran yang lebih besar dari Rp 120.000. bila si dedi
misalkan memilih kombinasii konsumsi dengan peringkat terbesar yaitu kombinasi H maka si dedi harus
menambah anggarannya sebesar Rp 784.000, akan tetapi karena sistem peringkat yang digunakan
sistem peringkat ordinal bukan kardinal, maka peringkat terbaik tentu saja adalah peringkat pertama
(kesatu) sebab peringkat inilah yang paling rasional.

Perhatikan kembali tabel diatas, yang dimaksud dengan indifference aitu adalah kombinasi A hingga H
karena semua kombinasi itu menghasilkan kepuasan yang sama yaitu sebesar 180 unit.

Misalkan si dedi kemudian dihadapkan pada pilihan kepuasan masing-masing sebesar A=180, B =210, C =
220, D = 300 dan E = 400 unit, yang manakah harus dipilih? Tentu saja adalah pilihan E karena inilah
kepuasan dengan peringkat terbesar (karena E>D>C>B>A) dengan catatan si dedi memiliki anggaran
untuk memenuhi kepuasan sebesar 400 unit itu. Bila ia tidak memilikinya ia digolongkan sebagai
konsumen yang tidak rasional dan itu berarti tidak memenuhi salah satuu asumsi yang disyaratkan
dalam teori ini.

Daerah yang diarsir adalah ruang komoditi sebesar 380 unit (1/2(24*30). Jumlah nilai guna yang bisa
dimanfaatkan si dedi hanya sebesar 180 unit karena di batasi anggaran, harga barang X dan Y serta
preferensi kepuasannya U, = X*Y. Bila misalkan pada kondisi di mana si dedi masih memiliki anggaran
sebesar Rp 120.000, preferensi kepuasan/nilai guna tetap yaitu X*Y lalu harga barang X berubah (turun)
harga barang Y tetap hingga 5 periode, maka besarnya kepuasan masing-masing periode tersebut tentu
saja sepanjang lima periode tersebut. Kepuasannya selalu bertambah karena turunnya salah satu harga
barang X atau Y menyebabkan kemampuan membeli barang X menjadi lebih banyak (ingat rasionalitas).
Sebaliknya bila harga barang X atau Y atau kedua-duanya naik maka secara teoritis nilai guna yang di
dapat si dedi relatif akan mengecil dibandingkan sebelumnya. Ilustrasi tabel berikut akan
mempermudah pengertian ini.
E. Perubahan Anggaran Belanja sAkibat Perubahan Pendapatan dan Harga

konsumen akan meningkat seiring dengan terjadinya penurunan harga barang baik masing-masing
maupun bersama-sama. Sebaliknya nilai guna akan semakin menurun/mengecil bila harga barang
tersebut naik. Secara ordinal peringkat terbaik dari nilai guna untuk harga barang X yang turun adalah U
= 360 unit. Bila harga barang Y turun sementara harga barang X tetap maka utiliti terbaik adalah U = 480.
Dalam konteks rasional konsumen akan memilih barang yang lebih murah dari pada yang mahal, atau
dengan kata lain permintaan akan naik bila harga turun (inililah satu alasan mengapa dalam hukum
permintaan kurva permintaan itu memiliki slope negatif). Naik atau turunnya harga yang menyebabkan
turun atau naiknya jumlah barang yang diminta sementara perubahan itu tidak menyebabkan
berkurangnya pendapatan/anggaran inilah yang sering disebut sebagai efek pendapatan, mengapa?
Karena bila harga barang X atau barang Y naik (harga Y atau X tetap) maka jumlah barang yang dapat
dibeli semakin sedikit (seolah-olah pendapatan/anggaran berkurang), sebaliknya bila harga barang X
atau Y turun maka seolah-olah pendapatan/anggaran naik). Misalkan saja untuk contoh pada pada harga
X rurun menjadi sebesar Rp 2500 dari sebelumnya Rp 5000 sementara harga

Perubahan kurva akibat perubahan pendapatan dan harga

Gambar kurva

Pada gambar kurva diatas diketahui bahwa pada gambar A misalkan harga barang turun, sehingga
kemampuan membeli barang X lebih banyak dan menggeser garis anggaran dari X1Y1 menjadi X1Y2.
Kurva indifference juga bergeser daru K1s K1t. Sedangkan pada gambar B harga barang X tetap
sedangkan harga barang Y naik, sehingga kemampuan membeli barang Y semakin sedikit akibatnya
anggaran bergeser dari XIY1 menjadi X2Y2, sedangkan kurva indifference bergeser ke bawah dari K1
menjadi Menjadi K2. Bila harga barang X dan Y sama-sama berubah, maka garis anggaran akan bergeser,
hal yang sama terjadi juga untuk anggaran karena bertambahnya pendapatan. Berikut disajikan
kurvanya.

garis anggaran awal adalah X0Y0. Berubahnya pendapatan secara riel menyebabkan garis anggaran
bergeser. Bila kedua harga barang (X dan Y) turun maka garis anggaran menjadi X1Y1 (semakin banyak
barang X atau Y yang bisa dibeli), hal ini menyebabkan kurva indifference berubah dari KI1 menjadi KI3,
di mana kepuasan optimum bergeser dari E1 ke E3. Bila kedua barang harganya naik maka garis
anggaran bergeser menjadi X2Y2 (karena semakin sedikit barang X dan Y yang bisa dibeli). Dengan
demikian pergeseran garis anggaran secara teoritas akan menggeser kurva indifference (untuk tingkat
preferensi utility yang sama, kepuasan akan semakin kecil bila harga barang semakin mahal, karena
jumlah barang yang dikonsumsi semakin sedikit). Pada setiap kombinasi paling optimum untuk masing-
masing anggaran yang bergeser karena berubahnya harga dihubungkan oleh satu garis (kurva), kurva
inilah yang dinamakan PCC (Price Consumption Curve).Pada gambar kurva diatas garis anggaran awal
adalah X0Y0, kepuasan maksimum (paling optimum) di E1 pada kurva indifference 1 (KI1). Bila
pendapatan naik maka garis anggaran bergeser menjadi X3Y3 karena jumlah barang X dan Y yang bisa
dibeli, dampaknya adalah kurva indifference bergeser dari E1 ke E3, sebaliknya bila pendapatan semakin
menurun maka garis anggaran bergeser ke X2Y2 juga menggeser indifference dengan tingkat kepuasan
maksimum pada E2. Garis yang menghubungkan kombinasi konsumsi X dan Y yang paling optimum dari
masing-masing garis anggaran yang dipetakan oleh kurva indifference ini disebut ICC (Income
Consumption Curve). Berdasarkan kedua kurva diatas dapat diketahui bahwa semua barang yang dibeli
oleh konsumen digolongkan sebagai barang normal, yaitu barang yang permintaan atasnya naik bila
pendapatan naik.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori nilai guna ordinal berbeda dengan teori nilai guna cardinal, pada teori nilai guna ordinal nilai guna
suatu barang tidak didasarkan pada 1 jenis barang saja tetapi didasarkan dua jenis barang yang berbeda
karena dengan adanya barang berbeda konsumen dapat lebih leluasa memilih sehingga tercipta nilai
kepuasan (utility).

Pada teori nilai guna ordinal terdapat kurva indifference yang maksudnya adalah dua jenis barang
berbeda atau bahkan lebih dapat menghasilkan nilai kepuasan yang sama. Hanya saja banyaknya barang
yang dikonsumi itu tidak sama antara barang A dengan barang B karena adanya keterbatasan
pendapatan yang dimiliki.

Garis anggaran dapat dilihat dari ilustrasi kurva indifference dengan memperhitungkan banyaknya
anggaran sehingga dapat dilihat variasi atau alternative yang mana yang dapat pilih oleh konsumen yang
sesuai dengan anggaran yang dimiliki konsumen. Dengan memperhatikan kurva indifference kita dapat
mengetahui pilihan mana yang konsumen dapat ambil sehingga konsumen dikatakan rasional.

Nilai utility (kepuasan) konsumen dapat berubah-ubah sesuai dengan pendapatan yang konsumen miliki
dan harga barang dipasar. Dengan memperhatikan kurva indifference konsumen dapat menjelaskan
ketika pendapatan naik maka pilihan mana yang konsumen dapat ambil begitu juga apabila harga
dipasaran turun nilai kepuasaan (utility) konsumen dapat berubah-ubah sehingga konsumen dapat
memperhitungkan dan terciptalah rasionalitas konsumen dalam memperoleh nilai kepuasan (utility)
DAFTAR PUSTAKA

Putong, Iskandar. 2007. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007

Anda mungkin juga menyukai