Anda di halaman 1dari 10

10

Makalah
Sejarah dan filsafat
Penalaran moral dalam olahraga dan tuntutan dalam penalaran moral

Dosen pengampu : Megi personi, M.Pd

Nama Kelompok :
1. Syari Ramadan 21190133
2. Oscar Prasetya Nasimanita 21190134

UNIVERSITAS DEHASEN KOTA BENGKULU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIDKAN
PRODI PENJAS
2021/2022
10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 1 Desember 2021

Penyusun
10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………
BAB I……………………………………………………………………………………………...
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………...
BAB II…………………………………………………………………………………………….
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………….
A.Pengertian Moral…………………………………………………………………………….
B.Pengertian Penalaran Moral…………………………………………………………………
1.Keadilan……………………………………………………………………………………
2.Kejujuran…………………………………………………………………………………..
3.Tanggung Jawab…………………………………………………………………………...
4.Kedamaian………………………………………………………………………………....
C.Tidak Memihak……………………………………………………………………………..
D.Konsistensi…………………………………………………………………………………
E.Refleksi…………………………………………………………………………………….
BAB III…………………………………………………………………………………………
Penutup…..……………………………………………………………………………………..
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….
10

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Secara sederhana filsafat dapat diartikan sebagai suatu bidang kajian yang berusaha
memahami hakikat sesuatu secara mendalam. Demikian juga denganfilsafat olahraga
merupakan kajian sebagaimana filsafat pada umumnya, berusahauntuk memahami hakikat,
mempersoalkan suatu isu secara kritis, gunamemperoleh pengetahuan yang paling hakiki
dalam bidang keolahragaan. Dalam bidang keolahragaan, ada beberapa konsep daasar yang
memerlukan pemahamansecara mendalam. Namun sebelum itu, perlu diketahui terlebih dahulu
apasebanarnya yang dimaksud konsep. Dalam perkembangannya sampai saat ini,olahraga kian
meluas dan memiliki makna yang bersifat universal dan unik.Berawal dari sekedar kegiatan
fisik yang menyehatkan badan, mengisi waktuluang, dan media eksistensi diri, akhirnya
bergeser menjadi kegiatan yang multikompleks, telah mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
fenomena-fenomena lainseperti politik, ekonomi, dan sosial budaya.Sebagai sebuah fenomena
global, olahraga terbukti memainkan peranan penting yang mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh aspek-aspek tersebut. Olahragadapat mempengaruhi berbagai aspek nilai hidup dan
kebidupan manusia, baiksebagai individu maupun masyarakat, seperti nilai ekonomi, sosial,
moral, politik, pendidikan, dan lain-lain. Dinamika olahraga dan pengembangan nilai
merupakansalah satu media yang positif untuk mengembangkan nilai-nilai hidup
dankehidupan, salah satu diantaranya mengembangkan nilai-nilai sosial. Sebab dalamolahraga
syarat dengan sejumlah aktivitas yang mencerminkan kehidupan yangsebenarnya, termasuk
kehidupan dalam kaitannya dengan nilai-nilai sosial.Dinamika olahraga dan pengembangan
nilai memainkan peranan penting dalamhidup dan kehidupan bermasyarakat. Nilai nilai dalam
olahraga sangat terkaitdengan tradisi budaya masyarakat yang diwariskan secara turun
menurun dari satu generasi ke generasi lainya. Karena itu, olahraga merefleksikan nilai-
nilaisosial suatu masyarakat.Terkait dengan dinamika olahraga dan pengembangan nilai ini hal
yangterkait adalah pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. Penjaskes sebagaisalah
satu subsistem pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah memiliki peran penting yang sangat
sentral dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.Penjas menurut Melograno (1996)
dan AAHPERD (1999) adalah suatu proses pendidikan yang unik dan paling sempurna
dibanding bidang studi lainnya,karena melalui pendidikan jasmani seorang guru dapat
mengembangkankemampuan setiap peserta didik tidak hanya pada aspek fisik dan
psikomotorsemata, tetapi dapat dikembangkan pula aspek kognitif, afektif dan sosial secara
bersama-sama.
10

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Moral

Kata moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak mores) yang berarti kebiasaan, adat (Bertens,
1993). Moral merupakan suatu standar salah atau benar bagi seseorang (Rogers & Baron, dalam
Martani, 1995). Berns (1997) mengemukakan bahwa moralitas mencakup mematuhi aturan sosial
dalam kehidupan sehari-hari dan conscience atau aturan personal seseorang untuk berinteraksi dengan
orang lain. Moralitas dapat dikatakan sebagai kapasitas untuk membedakan yang benar dan yang salah,
bertindak atas perbedaan tersebut, dan mendapatkan penghargaan diri ketika melakukan yang benar dan
merasa bersalah atau malu ketika melanggar standar tersebut (Hasan, 2006).

Setiono (dalam Muslimin, 2004) menjelaskan bahwa menurut teori penalaran moral, moralitas
terkait dengan jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana orang sampai pada keputusan bahwa
sesuatu dianggap baik dan buruk. Moralitas pada dasarnya dipandang sebagai pertentangan (konflik)
mengenai hal yang baik disatu pihak dan hal yang buruk dipihak lain. Keadaan konflik tersebut
mencerminkan keadaan yang harus diselesaikan antara dua kepentingan, yakni kepentingan diri dan
orang lain, atau dapat pula dikatakan keadaan konflik antara hak dan kewajiban.

Moral didefinisikan dengan berbagai pendapat para tokoh. Menurut Rogers dan Baron (dalam
Martani, 1995) moral merupakan suatu standar salah atau benar bagi seseorang. Köhlberg (1995)
menyatakan bahwa moral adalah bagian dari penalaran, dan ia pun menamakannya dengan istilah
penalaran moral (moral reasoning). Penalaran moral merefleksikan kemampuan seseorang untuk
berpikir mengenai isu-isu moral dalam situasi kompleks (Rest dalam Kaplan, 2006).

Hurlock (1990) menyatakan bahwa ada perilaku moral; yaitu perilaku yang sesuai dengan
harapan sosial, ada perilaku tidak bermoral; yang merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan harapan
sosial, perilaku yang demikian tidak semata disebabkan karena ketidakacuhan akan harapan sosial saja
melainkan karena ketidaksetujuan dengan standard sosial atau kurang adanya perasaan wajib
menyesuaikan diri, serta ada perilaku amoral; yang lebih disebabkan oleh ketidakacuhan terhadap
harapan kelompok sosial daripada pelanggaran terhadap standar kelompok. Dengan demikian, dapat
diambil kesimpulan bahwa moral adalah nilai-nilai perbuatan perilaku yang baik dan buruk yang
berhubungan dengan kelompok sosial sesuai dengan nilai-nilai masyarakat yang timbul dari hati nurani
dan bukan merupakan paksaan yang berasal dari luar dirinya.
10
B. Pengertian Penalaran Moral

Penalaran moral terdiri dari dua kata, yaitu penalaran dan moral. Menurut Chaplin 2006
istilah penalaran atau reasoning yaitu proses berpikir, khususnya proses berpikir logis atau
berpikir memecahkan masalah. Kohlberg mendefinisikan moral sebagai bagian dari penalaran
reasoning, sehingga iapun menamakannya dengan penalaran moral moral reasoning. Panalaran
atau pertimbangan tersebut berkenaan dengan keluasaan wawasan mengenai relasi antara diri
dan orang lain, hak dan kewajiban. Sedangkan Moral berasal dari bahasa latin “mos” yaitu
jamak dari mores yang berarti adat kebiasaan Asmaran, 1994. Moral inilah yang menjadi
patokan hidup bagi seseorang. Bagaimana seseorang itu bertingkah laku ditentukan oleh
kematangan moral yang dimilikinya. Menurut Berkowitz dalam Lickona 1976, 20 moral adalah
evaluasi terhadap tingkah laku yang dipercayai atau diterima oleh anggota masyarakat sebagai
‘benar’. Bertens 1993 mengatakan bahwa “Moralitas” dari kata sifat latin moralis mempunyai
arti yang pada dasarnya sama dengan “moral”, hanya lebih abstrak. Moralitas adalah sifat moral
atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Istilah moralisasi
sebenernya lebih menunjuk kepada pertimbangan yang berkenaan dengan prinsip-prinsip,
nilai-nilai dan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang dianggap bermoral atau tidak bermoral
oleh masyarakat Haricahyono, 1995 Berdasarkan penggalan pengertian penalaran dan moral
diatas, maka dapat diartikan penalaran moral sebagai berikut: Penalaran moral adalah cara
berpikir yang mendasari keputusan yang mengenai benar dan salah atau baik dan buruk yang
digunakan untuk memperkuat norma yang dianut dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi.

4 nilai moral yang menjadi inti dan bersifat universal yaitu :


1) Keadilan

Keadilan ada dalam beberapa bentuk; distributif, prosedural, retributif dan kompensasi.
Keadilan distributif berarti keadilan yang mencakup pembagian keuntungan dan beban secara
relatif. Keadilan prosedural mencakup persepsi terhadap prosedur yang dinilai sportif atau fair
dalam menentukan hasil. Keadilan retributif mencakup persepsi yang fair sehubungan dengan
hukuman yang dijatuhkan bagi pelanggar hukum. Keadilan kompensasi mencakup persepsi
mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh penderita atau yang diderita pada waktu
sebelumnya. Seorang wasit bila ragu memutuskan apakah pemain penyerang berada pada
posisi off-side dalam sepakbola, ia minta pendapat penjaga garis. Semua pemain penyerang
akan protes, meskipun akhirnya harus dapat menerima, jika misalnya wasit dalam kasus
lainnya memberikan hukuman tendangan penalti akibat pemain bertahan menyentuh bola
dengan tanganya, atau sengaja menangkap bola di daerah penalti.
10
2) Kejujuran

Kejujuran dan kebajikan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu
terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu atau memperdaya. Hal ini terwujud dalam tindak
dan perkataan. Semua pihak percaya bahwa wasit dapat mempertaruhkan integritasnya dengan
membuat keputusan yang fair. Ia terpercaya karena keputusannya mencerminkan kejujuran.

3) Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat.


Tanggung jawab ini adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang atlet harus bertanggung
jawab kepada timnya, pelatihnya dan kepada permainan itu sendiri. Tanggung jawab ini
merupakan nilai moral terpenting dalam olahraga.

4) Kedamaian

Kedamaian mengandung pengertian: a) tidak akan menganiaya, b) mencegah


penganiayaan, c) menghilangkan penganiaan, dan d) berbuat baik. Bayangkan bila ada pelatih
yang mengintrusikan untuk mencederai lawan agar tidak mampu bermain? Freeman dalam
buku Physical Education and Sport in A cahanging Society menyarankan 5 area dasar dari etika
yang harus diberikan yaitu: 1) Keadilan dan persamaan, 2) Respek terhadap diri sendiri. 3)
Respek dan pertimbangan terhadap yang lain, 4) Menghormati peraturan dan kewenangan, 5)
Rasa terhadap perspektif atau nilai relatif. (Freeman,2001)

a) Keadilan dan Persamaan; Anak didik atau atlet adalah mengharapkan perlakuan yang adil
dan sama. Anak didik ingin sebuah kesempatan untuk belajar yang sama. Sering kali anak didik
yang di bawah rata-rata dalam olahraga diabaikan.

b) Respek terhadap diri sendiri; Pelajar atau atlet membutuhkan respek terhadap diri sendiri
dan imej positif tentang dirinya untuk menjadi sukses. Pelatih dan pengajar yang melatih semua
anak didiknya dengan sama mengambil langkah tepat dalam setiap arahnya agar anak didiknya
merasa dirinya penting dan layak dimata pengajarnya.

c) Rasa hormat dan kepedulian terhadap orang lain; Pelajar dan atlet membutuhkan rasa
hormat kepada orang lain, apakah teman sekelasnya, lawan bertanding, guru ataupun
pelatihnya. Mereka perlu belajar tentang bagaimana pentingnya memperlakukan orang lain
dengan hormat.

d) Menghormati peraturan dan kewenangan; Pelajar dan atlet perlu menghormati


kewenangan dan peraturan, karena tanpa kedua hal ini suatu perhimpunan tidak akan berfungsi

e) Rasa terhadap perspektif atau nilai relative; Beberapa pertanyaan tentang gunanya
berolahraga perlu dipertimbangkan diantaranya ; a) seberapa penting olahraga, b) apakah
hubungan yang tepat antara olahraga dalam filosofi pendidikan kita?, c) Seberapa penting suatu
10
kemenangan dan d) apa yang menjadi integritas akademik kita? Pendidik jasmani dalam proses
pendidikan sebaiknya mengembangkan karakter, karakter menurut David Shield dan Brenda
Bredemeir adalah empat kebajikan dimana seseorang mempunyai karakter bagus
menampilkan; compassion (rasa belas kasih), fair ness (keadilan), sportsmanship
(ketangkasan) dan integritas.
Dengan adanya rasa belas kasih, murid dapat diberi semangat untuk melihat lawan
sebagai kawan dalam permainan, sama-sama bernilai, samasama patut menerima penghargaan.
Keadilan melibatkan tidak keberpihakan, sama-sama tanggung jawab. Ketangkasan dalam
olahraga melibatkan berusaha secara intens menuju sukses.

C.Tidak memihak
Memperlakukan sesuatu /seseorang secara adil.

D.Konsistensi
Konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah semantik dengan
semantik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi.Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik
dalam hal semantik atau berhubungan dengan sintaksis.

E.Refleksi
Refleksi adalah perubahan arah rambat cahaya kearah sisi asalnya,setelah menumbuk antar
muka dua medium.Refleksi pada era optik geometris dijabarkan dengan hukum refleksi yaitu sinar
insiden,sinar refleksi dan sumbu normal antar muka ada pada satu bidang yang sama.
10

BAB III
Penutup

Penalaran moral terdiri dari dua kata, yaitu penalaran dan moral. Menurut Chaplin 2006
istilah penalaran atau reasoning yaitu proses berpikir, khususnya proses berpikir logis atau
berpikir memecahkan masalah. Kohlberg mendefinisikan moral sebagai bagian dari penalaran
reasoning, sehingga iapun menamakannya dengan penalaran moral moral reasoning. Panalaran
atau pertimbangan tersebut berkenaan dengan keluasaan wawasan mengenai relasi antara diri
dan orang lain, hak dan kewajiban.
10

DAFTAR PUSTAKA
Huda, M. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hurlock, E, B. (1980).
Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama. Jacobsen, A. B., Eggen, P., Kauchak, D. (2009). Meningkatkan Belajar Siswa
TK-SMA Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.
Suparman, A, M. (2014). Desain Instruksional Modern: Panduan Para Pengajar dan Inovator
Pendidikan. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan
Prestasi SiswaGramedia Widiasarana Indonesia.Konsistensi Strategi Instruksional Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) dalam Mengontrol Disiplin Peseta Didik 127 yang
ditunjukkan peserta didik saat mendemonstrasikan gerakan secara . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang . Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Jacobsen, A. B., Eggen, P., Kauchak, D. (2009). Metode-Metode Pengajaran SMA. Yogyakarta:
Pustaka Belajar. Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Desain Instruksional Modern:
PanduanPara Pengajar karta: PT. Gelora Aksara Pratama. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi
Siswa. Jakarta: PT

Anda mungkin juga menyukai