Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN

VARIASI METODE PEMBELAJARAN 1 (HIKMAH, MAUIZHAH HASANAH, JIDAL,


CERAMAH, AMTSAL, DAN TARGHIB WA TARHIB)

“ Makalah ini diajukan sebagai syarat Mata Kuliah Strategi dan Metode Pembelajaran”

Dosen Pengampu: Bahrum Subagiya, S. Kom.I M.Pd

Disusun oleh:

Alika Dinilillah 211205011188

Ilham Kurniawan 191105010786

Muhammad Alwi Zulfikri 191105010446

Siti Nurmaya 191105010313

Umi Sa’adah 191105010514

UNIVERSITAS IBN KHALDUN

FAKULTAS AGAMA ISLAM

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan mengucap Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT.,
yang telah memberikan nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul ”Variasi Metode Pembelajaran 1 (Hikmah, Mauidzhah Hasanah, Jidal, Ceramah,
Amtsal, dan Targhib Wa Tarhib)”. Sholawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Sebagaimana utusan Allah SWT. Yang Insya Allah sebagai umatnya mudah-mudahan
mendapat syafa’at di yaumil akhir kelak.

Kami ucapkan terimakasih Bapak Bahrum Subagiya, S. Kom.I. M.Pd yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah yang berjudul "Variasi Metode
Pembelajaran 1 (Hikmah, Mauidzhah Hasanah, Jidal, Ceramah, Amtsal, dan Targhib Wa
Tarhib)”. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada agar
makalah ini dapat tersusun dengan baik sesuai harapan. Sebagaimana fitrahnya manusia
diciptakan Allah SWT. Tak luput dari salah dan jauh dari kesempurnaan. Karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu sebagai penulis kami mohon maaf jika terjadi
kekeliruan atau kesalahan dalam penulisan dalam makalah ini.

Terakhir, Kami sampaikan Jazakumullah ahsanal jaza, mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Adapun kritik dan saran penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, November 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah

Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan


sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,
pelatihan, atau penelitian. Dengan demikian pendidikan merupakan kegiatan yang terencana
dalam meningkatkan kemampuan yang biasanya terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi
juga memungkinkan secara otodidak.

Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat
membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam. Lembaga sekolah sebagai bagian dari tempat
penyelenggaraan pendidikan, tentu diharapkan untuk ikut ambil peran dalam mewujudkan cita-
cita pendidikan. Pendidik adalah komponen penting yang mesti turut aktif berkontribusi dalam
upaya tersebut. Sementara peserta didik adalah komponen penting juga yang perlu diperhatikan
berbagai aspek perkembangannya. Banyak cara yang dapat pendidik lakukan untuk membantu
dan memfasilitasi proses pekembangan peserta didik, di antaranya yaitu mencari dan menggali
metode yang lebih efektif dalam praktik pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian variasi metode pembelajaran


2. Apa pengertian metode pendidikan Islam
3. Apa saja metode yang digunakan untuk efektifitas dan efisiensi pendidikan

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari variasi metode pembelajaran


2. Mengetahui apa pengertian metode pendidikan Islam dan karakteristiknya
3. Mengetahui apa saja metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang efektif
dan efisien
BAB II

PEMBAHASAN

A. Variasi Metode Pembelajaran

1. Pengertian variasi metode pembelajaran

Udin S. Winataputra mengatakan bahwa variasi adalah keanekaragaman yang membuat


sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan
yang sengaja diciptakan atau dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Pengertian “variasi”
menurut kamus istilah populer adalah “selingan, selangseling, atau pergantian.” Sedangkan
menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar
yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajar mengajar, siswa
senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif

Dalam segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu meta (melalui) dan hodos
(jalan). Denga demikian metode dapat berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Metode dalam bahasa Arab, dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-
langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan
pendidikan, maka metode itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka
mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan
mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik. Selain itu ada pula yang menyatakan bahwa
metode itu suatu sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan ilmu atau tersistematiskan-nya suatu pemikian.

Semua mata pelajaran itu memiliki materi-materi yang berbeda-beda tentunya, dan seorang
guru harus jeli dalam menentukan metode apa yang akan digunakannya dalam menyampaikan
materi pelajaran agama Islam tersebut, agar murid tertarik dan senang dengan mata pelajaran
tersebut. Penggunaan metode dalam satu mata pelajaran bisa lebih dari satu macam (bervariasi).
Metode yang variatif dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar anak didik.

Pengembangan variasi metode mengajar merupakan suatu hal yang harus dimiliki seorang
pendidik, yang mana dengan kemampuan mengembangkan variasi metode mengajar, pendidik
mampu menciptakan suasana belajar yang diinginkan oleh peserta didik sehingga mereka
mampu menyerap pelajaran dengan baik.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa variasi metode dalam pembelajaran adalah perubahan-
perubahan metode atau perbedaan-perbedaan cara atau jalan yang sengaja diciptakan secara
sistematis dan pragmatis untuk memberikan kesan yang unik, dengan selingan, atau pergantian
metode pembelajaran yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajar
mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif.

Sedangkan tujuan di adakannya variasi metode dalam proses pembelajaran adalah:

a. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar


mengajar.
b. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.
c. Membentuk sikap positif terhadap Guru dan sekolah
d. Memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual
e. Mendorong anak didik untuk belajar
Metode Pendidikan Islam adalah jalan yang ditempuh untuk memudahkan pendidik dalam
kegiatan belajar mengajar untuk membentuk kepribadian muslim sesuai dengan ketentuan Al-
Qur’an dan Hadist. Pendidikan Islam dalam pelaksanaanya membutuhkan metode yang tepat
untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya kearah tujuan yang dicita-citakan. Bagaimananpu
baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa,
manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentranfortasikannya kepada
peserta didik. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis dan menghambat proses
belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Karenanya
metode adalah syarat untuk efesiensinya aktifitas kependidikan islam. Hal ini berarti bahwa
metode termasuk persoalan yang esensial karena tujuan pendidikan islam itu akan tercapai secara
tepat agar jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar tepat.

Metode pendidikan Islam memiliki karakteristik-karakteristik yang harus dipahami oleh setiap
pendidik agar proses pembelajaran berjalan lancar. Di antara karakteristik metode pendidikan
Islam yaitu sebagai berikut:

1) Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam, mulai dari pembentukannya,


penggunaannya sampai pada pengembangannya tetap didasarkan pada nilai-nilai asasi
Islam sebagai ajaran yang universal.
2) Berkonsep Al-Akhlak Al-Karim sebagai tujuan tertinggi dari pendidikan Islam
3) Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa membuka
diri dan dapat diterima perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkupi
prosese kependidikan tersebut, baik dari segi peserta didik, pendidik, mata pelajaran
maupun materi pelajaran.
4) Metode pendidikan berusaha sungguh-sungguh untuk menyeimbangankan antara teori
dan praktek.
5) Dari segi pendidik metode pendidikan Islam lebih menekankan nilai-nilai keteladaan dan
kebebasan pendidik dalam menggunakan serta mengkombinasikan berbagai metode
pendidikan yang ada dalam mencapai tujuan pengajarannya
6) Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan kondisi
yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif dan kondusif.
Seluruh karakteristik tersebut harus diketahui dan dipahami oleh para pendidik muslim.
Persoalan terpenting yang harus para pendidik adalah prinsip bahwa penggunaan metode dalam
proses kependidikan Islam harus mampu membimbing, mengarahkan, dan membina anak didik
menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya, sehingga tergambar
dalam dirinya tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

B. Macam-macam metode Pendidikan Islam

Terdapat macam-macam metode pendidikan Islam. Seorang guru atau pendidik agar berhasil
dalam aktifitas kependidikannya harus dapat memilih dan menggunakan metode pendidikan
secara tepat.

1. Metode Hikmah
a. Defenisi Hikmah

Kata hikmah dalam bahasa Indonesia memiliki pandangan dengan kata “bijaksana” yang
berarti: (1) selalu menggunakan akal budinya (pengalaman pengetahuaannya), arif serta tajam
pikirannya, (2) pandai, dan ingat-ingat. al-Hikmah berasal dari kata Ihkam yang artinya hati-hati
dalam perkataan dan perbuatan. Al-Hikmah bisa berarti tempat menempati kebenaran yang
didapat melalui ilmu dan akal.
Hikmah (‫ )حكمة‬dalam tafsir al-Misbah berarti “yang paling utama dari segala sesuatu, baik
pengetahuan maupun perbuatan”. Dalam bahasa Arab al-hikmah bermakna kebijaksanaan dan
uraian yang benar. Dalam surat Al-Nahl 16: 125 yang artinya "Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk".

Metode al-hikmah selalu mengajak kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan
kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses belajar mengajar, baik
faktor subjek, obyek, sarana, media dan lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode
dengan memperhatikan peserta didik diperlukan kearifan agar tujuan pembelajaran tercapai
dengan maksimal. Selain itu dalam penyampaian materi maupun bimbingan terhadap peserta
didik hendaknya dilakakuan dengan cara yang baik yaitu dengan lemah lembut, tutur kata yang
baik, serta dengan cara yang bijak.

Metode hikmah dalam proses belajar mengajar, dapat diterapkan dalam praktik sebagai berikut:

1) Melakukan pendekatan yang baik, bersahabat, ramah


2) Tidak menghakimi pemikiran peserta didik, akan tetapi berusaha membuka cakrawala
berpikirnya.
3) Mengajar dengan menggunakan perumpamaan yang baik dan tepat
4) Memiliki pandangan positif terhadap peserta didik yang lambat bahwa mereka bukan
bodoh tetapi belum mengetahui dan memahami ilmu nya.
5) Memberi motivasi yang berarti bagi peserta didik

2. Metode Mauidzhah Hasanah

Secara bahasa Mauidzhah Hasanah terdiri dari dua kata yaitu Mauidzhah dan Hasanah.
Kata Mauidzhah berasal dari kata wa’adza ya’idzu wa’dzan ‘idzatan berarti nasihat, bimbingan,
pendidikan dan peringatan. Sementara hasanah yang artinya kebaikan/baik.

Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain:


 Menurut Abd. Hamid al-Bilali: al-Mau’idhoh al-Hasanah merupakan salah satu manhaj
(metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau
membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.

 Munzier Suparta dalam tulisannya memetik perkataan Imam Al Asfahani mengatakan


bahwa, Al Mauizatul Hasanah merupakan tindakan mengingatkan seseorang dengan baik
dan lembut agar dapat melunakkan hatinya lalu tertarik dengan ajakannya.

 Sedangkan menurut Syamsir bahwa mauidzah al-hasanah adalah nasihat kepada orang
lain dengan cara yang baik, dapat diterima, berkenan di hati, menyentuh perasaan, lurus
dipikiran, menghindari sikap kasar, dan tidak mencaci atau menyebut kesalahan audiens,
sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti
ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah (Amin, 2009: 100).

Mau’izhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan,
pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat)
yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia akhirat.
Mauidzah hasanah sebagai metode belajar mengajar adalah mengajak peserta didik
dengan memberi pelajaran dan nasihat yang baik, yang dapat membangkitkan semangat untuk
mengamalkan syari’at islam.

3. Metode Jidal

Secara Etimologi jidal berasal dari kata ‫دأل‬MM‫دل – ج‬MM‫ جدل – يج‬yang artinya mengemaskan,
mengetatkan, dan menguatkan. Sedangkan secara Terminologi jidal berarti bertukar pikiran
dengan cara bersaing dan berlomba untuk mengalahkan kawan dalam mempertahankan argumen.
Untuk memenangkan pendapat dalam suatu perdebatan yang sengit. Pengertian ini lebih
menunjukkan kepada perdebatan atau diskusi, yaitu untuk mencari kebenaran.
Jidal juga merupakan sebuah metode pendidikan, sebagaimana hikmah dan mau’idhzah
hasanah. Jidal terdiri dari tiga macam, yaitu: pertama, jidal yang buruk yakni yang disampaikan
dengan kasar. Kedua, jidal yang baik yakni yang disampaikan dengan sopan serta menggunakan
dalil-dalil atau dalih walaupin hanya diakui oleh lawan. Dan yang ketiga, jidal yang terbaik
yakni yang disampaikan dengan baik dan dengan argumen yang benar serta membungkam
lawan.
Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah
diajarkan dan untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai cara (sebagai apresiasi,
selingan, dan evaluasi). Selain itu, dalam pelaksanaan metode ini, perlu menerapkan
kemungkinan jawaban pertanyaan, apakah banyak mengandung masalah ataukah hanya terbatas
pada jawaban“ya” dan ”tidak”.
Berdasarkan pemaparan beberapa metode di atas, dapat kita ambil beberapa metode yang
dapat diterapkan dalam suatu pendidikan. Guru menimbang dan mengukur unutk kemudian
metode manakah yang lebih cocok digunakan dalam sebuah proses belajar mengajar, agar tujuan
yang telah direncakan bisa diraih dengan cepat dan tepat. Metode yang memadai tersebut juga
akan menentukan dalam pendidikan sebagai suatu usaha manusia untuk membimbing anak yang
belum dewasa menuju ketingkat kedewasaan, dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung
jawab atas semua perbuatannya dan dapat berdiri di atas kaki sendiri. Karena pendidikan itu
meliputi semua perbuatan atas semua usaha dari generasi tua untuk melimpahkan
pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda
sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmani
maupun rohani.
4. Metode Ceramah

Ceramah adalah suatu pidato yang bertujuan untuk menyampaikan dan menerangkan atau
menyiarkan petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan ajaran agama. Metode ceramah adalah
suatu bentuk penyajian bahan pengajaran melalui penerangan dan penuturan lisan oleh guru
kepada siswa tentang suatu topik materi. Dalam ceramahnya guru dapat menggunakan alat
bantu/alat peraga seperti gambar, peta, benda, barang tiruan dan lain-lain. Peran siswa dalam
metode ceramah adalah mendengarkan dengan seksama dan mencatat pokok-pokok penting yang
dikemukakan oleh guru.

Metode ceramah ini termasuk metode yang paling banyak digunakan digunakan karena
biaya murah dan mudah dilakukan, memungkinkan banyak materi yang disampaikan, adannya
kesempatan bagi guru untuk menekankan bagian yang penting, dan pengaturan kelas dapat
dilakukan secara sederhana. Mengajar dengan metode ceramah berarti memberikan suatu
informasi melalui pendengaran siswa, siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru
dengan cara mendengarkan apa yang telah guru ucapkan.

5. Metode Amtsal

a. Pengertian metode amtsal

Amtsal berasal dari (masa-yamsilu-amtsal) yang berarti sama, serupa, atau


perumpamaan. Amtsal juga berarti artinya contoh atau teladan, dan amtsal juga bermakna
yang berarti kesamaan atau penyempurnaan.

Amtsal sebagai salah satu gaya bahasa al Qur‟an dalam menyampaikan pesan-pesannya,
menggugah manusia agar selalu menggunakan akal fikiranya secara jernih dan tepat.
Berdasarkan hal tersebut, diantara para ulama banyak yang berusaha memfokuskan
perhatianya untuk mengkaji gaya bahasa dan redaksi al Qur‟an dalam bentuk amtsal tersebut
serta mencari rahasia dibalik ungkapan itu.

Kata amsal (perumpamaan) berasal dari bahasa Arab, yang terambil dari akar kata dengan
huruf huruf mim, tsa, lam. Struktur huruf - huruf ini mengandung makna "perbandingan antara
sesuatu dengan sesuatu yang lainnya, atau antara ini dengan itu”. Amsal adalah bentuk jamak
dari matsal. Kata matsal, misl, dan masil, adalah sama dengan term syabah, syibh, dan
syabih,baik lafal dan maknanya. Dengan demikian, amsal dari sudut leksikalnya berarti
"menyerupakan sesuatu (seseorang, keadaan) dengan yang lain dari apa yang terkandung dari
perkataan itu, guna diambil ibrah atau pelajaran dari peristiwa dan penjelasannya."
Amtsal dalam al Qur‟an merupakan visualisasi yang abstrak yang dituangkan dalam
berbagai ragam kalimat dengan cara menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa dan
sebanding, maka untuk dapat memahaminya secara baik dan benar memerlukan pemikiran yang
cermat dan mendalam serta harus ditopang dengan penguasaan stilitik (ilmu Balaghah).

Masih senada dengan pendapat tersebut, Syahidin menjelaskan bahwa “Amtsal adalah
bentuk jamak dari “matsala”. Kata “matsala” sama dengan “syabaha”, baik lafadz maupun
maknanya. Jadi arti lughawi amtsal adalah membuat permisalan, perumpamaan dan bandingan.

Sementara itu, Ibnul Qayyim sebagaimana yang juga dikutip Syahidin, mendefinisikan
amtsal Qur’an yaitu “menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya,
dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan yang indrawi (konkrit, makhsus), atau
mendekatkan salah satu dari dua makhsus dengan yang lain dan menganggap salah satunya itu
sebagai yang lain.

b. rukun Amtsal

Para ulama ahli bahasa dan mufassir menyepakati adanya rukun rukun amtsâl dalam
Al-Qur‟an, yaitu :

1) Pertama, Wajhu Syabah( ‫به‬99‫ه الش‬99‫)وج‬ yaitu perumpamaan, gambaran atau sifat yang
terdapat pada kedua belah pihak (musyabbah dan musyabbah bih)
2) Kedua,Adatu Tasybih ( ‫ )اداة التشبيه‬yaitu kata yang dipergunakan untuk menyerupakan
3) Ketiga, musyabbah (‫ )مشبه‬yaitu sesuatu yang hendak diserupakan atau diumpamakan
4) Keempat,musyabbah bih (‫به به‬99‫ )مش‬yaitu sesuatu yang diserupai dan yang dijadikan
perumpamaan
Adat al-tasybih adalah setiap lafal yang menunjukkan arti keserupaan baik berupa huruf,
isim, maupun fi’il. Yang berupa huruf, contohnya seperti kaf (‫)ك‬, ka‟anna (‫)كأن‬. Adapun
yang berupa isim, contohnya adalah matsal/mitsl, mumatsil,syabah, atau kalimat yang
semakna atau terambil dari akar kata yang sama. Sedangkan yang berupa fi’il, contohnya
adalah matsala (‫) مثل‬, syabaha (‫)شابه‬, haaka (‫) حاك‬, ja„ala (‫) جعل‬, haasiba (‫) حسب‬, khaala (‫خال‬
), dan kata-kata lain yang semakna. Adanya unsur pertama ini hanya disyaratkan bagi amtsal
musarrahah saja.

Menyebutnya sebagai matsa lzhâhir musharrah bih. Sedangkan yang kedua disebutkan
secara tersirat (matsal kâminah).

Namun menurut Manna Khalil Al-Qattan, apabila diamati secara seksama maka amtsâl al-
Qur’an bisa dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

a. Al-amtsâl al-musharrahah (perumpamaan yang jelas - tegas)


b. Al-amtsâl al-kâminah (perumpamaan yang tersembunyi)
c. Al-amtsâl al-mursalah.
a. Amtsâl al-musharrahah
Al-amtsâl al-musharrahah, yaitu perumpamaan yang jelas yang di dalamnya terdapat
lafazh matsal atau lafazh lain yang menunjukkan arti persamaan atau perumpamaan. Adapun
yang termasuk unsur-unsur amtsal musarrahah sebagaimana dalam tasybih, meliputi adat
altasybih,al-musyabbah (yang diserupakan), al-musyabbah bih (asal cerita/tempat
menyamakan), dan wajh al-syibh (segi/arah persamaan).

b. Amtsâl al-kâminah

Al-amtsâl al-kâminah yaitu perumpamaan yang tidak jelas dengan tanpa


menggunakan lafazh matsal atau sejenisnya, akan tetapi artinya menunjukkan arti perumpamaan
yang indah dan singkat. Makna amtsâl seperti ini akan mengena jika lafazh tersebut dinukilkan
kepada hal yang menyerupainya.
c. Amtsâl al-mursalah
Al-amtsâl al-mursalah, yaitu beberapa jumlah kalimat yang bebas yang tidak jelas
tanpa menggunakan lafazh tasybȋh. senada dengan itu, Al-Amtsal al-Mursalah (‫)األمثال المرسلة‬
adalah ayat-ayat al-Quran yang mengandung perumpamaan, namun dari segi lafaz
tidakmemakai katakata yang menjadi indidkator bahwa kalimat itu adalah perumpamaan.

Al-amtsâlal-mursalah ini adalah beberapa ayat Al-Qur‟an yang berlaku sebagai


perumpamaan.

6. Metode Targhib Wa Tarhib

Secara bahasa (etimologi) kata targhib dalam bahasa Arab dari kata raggaba yang berarti
membujuk menjadikan suka. Sedangkan kata tarhib berasal dari kata rahhaba yang mempunyai
arti menakuti, dan mengintimidasi. Pengertian targhib secara istilah (terminologi), Abdurrahman
An-Nahlawi menjelaskan, pengertian targhib sebagai suatu janji yang disertai bujukan dan
rayuan untuk menunda kemaslahatan kelezatan dan kenikmatan namun penundaan itu bersifat
pasti baik dan murni serta dilakukan melalui amal saleh, atau dari kelezatan yang membahayakan
(pekerjaan buruk).

Pengertian tarhib secara istilah adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang
disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan, atau perbuatan yang telah dilarang Allah.
Dari pengertian etimologi dan terminologi di atas ada beberapa hal yang dapat digaris bawahi
yang merupakan hal pokok dalam targhib dan tarhib, yaitu :

 Janji dan ancaman


 Perbuatan atau tindakan
 Akibat atau hasil yang akan di terima.
Melihat pengertian targhib dan tarhib, maka targhib dan tarhib dapat dikaitkan dengan
pendidikan sebagai sebuah metode. Dalam pendidikan metode targhib merupakan suatu cara
yang dilakukan oleh pendidik dalam memberikan motivasi untuk melakukan dan mencintai
kebaikan dan rayuan untuk melakukan amal saleh dan memberikan urgensi kebaikan itu sendiri.
Sehingga anak didik melakukan dengan ikhlas dengan harapan akan memperoleh imbalan atau
pahala dari Allah swt.

Substansi dari metode targhib yaitu memotivasi diri untuk melakukan kebaikan. Baik
memotivasi diri itu tumbuh karena faktor-faktor ekstrinsik atau pengaruh-pengaruh dari luar,
maupun faktor instrinsik atau faktor-faktor dari dalam diri sendiri peserta didik. Keinginan-
keinginan yang ada pada benak peserta didik, seperti cita-cita menjadi dokter, seorang pendidik,
dan tokoh masyarakat mempunyai sugesti yang sangat kuat bagi peserta didik untuk
mewujudkan cita-citanya. Demikian pula dengan gambaran-gambaran yang diberikan oleh
pendidik tentang kesuksesan seorang yang pintar dan giat belajar, atau pengalaman kehidupan di
sekitar lingkungan peserta didik baik pengalaman yang baik dan buruk, akan turut serta pula
memberikan sugesti pada ukuran motivasi yang dimiliki jiwa seorang peserta didik.

Sedangkan metode tarhib diartikan suatu cara yang digunakan dalam pendidikan sebagai
bentuk penyampaian hukuman atau ancaman kekerasan terhadap anak didik yang bandel yang
tidak mampu lagi dengan berbagai metode lain yang sifatnya lebih lunak. Dengan adanya metode
ini anak didik diharapkan akan jera dan meninggalkan hal-hal yang negatif karena merasa takut
akan ancaman dan hukuman yaag akan diterimanya baik dari orang tua, guru maupun ancaman
dari Allah kelak di hari akhirat.

Ada batasan-batasan yang membolehkan metode tarhib dapat digunakan oleh pendidik.
selain untuk tujuan menumbuhkan motivasi pada peserta didik, penggunaan metode ini juga
dibatasi jika metode-metode lain yang lebih lunak sudah tidak lagi memungkinkan untuk
digunakan. Penggunaan metode tarhib ini bahkan sebisa mungkin diminimalisir. Ancaman-
ancaman yang diberikan pada peserta didik bagaimanapun memberikan dampak psikologi yang
kurang baik.

Targhib dan tarhib dalam pendidikan Islam sangat urgen diberlakukan ada beberapa alasan
diantaranya adalah:

a. Bersifat transenden yang mampu mempengaruhi peserta didik secara fitri. Semua ayat
yang mengandung targhib dan tarhib ini mempunyai isyarat kepada keimanan kepada
Allah SWT. dan hari akhir
b. Disertai dengan gambaran yang indah tentang kenikmatan surga atau dahsyatnya neraka
c. Menggugah serta mendidik perasaan Rabbaniyyah, seperti khauf, khusu,raja’ dan
perasaan cinta kepada Allah SWT.
d. Kesimbangan antara kesan dan perasaan berharap akan ampunan dan rahmat Allah
Dapat di mengerti bahwa metode targhib dan tarhib tersebut pada dasarnya berusaha
membangkitkan kesadaran akan keterkaian dan hubungan diri manusia dengan Allah SWT.
Dengan demikian metode ini sangat cocok untuk dikembangkan untuk membentuk anak didik
yang sesuai dengan tujuan pendidikan islam diantaranya membentuk kepribadian yang utuh lahir
dan bathin
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Variasi metode dalam pembelajaran adalah perubahan-perubahan metode atau perbedaan-


perbedaan cara atau jalan dalam prose belajar mengajar untuk memberikan kesan yang unik,
dengan selingan, atau pergantian metode pembelajaran yang bertujuan mengatasi kebosanan
siswa, sehingga dalam proses belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan,
keantusiasan, serta berperan secara aktif.

Dalam menyampaikan materi pelajaran, agar murid tertarik dan senang dengan mata
pelajaran tersebut. Penggunaan metode dalam satu mata pelajaran bisa lebih dari satu macam
(bervariasi) seperti dengan metode Hikmah, Mauidzhah Hasanah, Jidal, Ceramah, Amtsal,
Targhib Wa Tarhib, dan metode lainnya. Metode yang variatif dapat membangkitkan motivasi
dan minat belajar anak didik sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Pito, Abdul Haris, 2019, "Metode Pendidikan Dalam Al-Qur'an", Jurnal Diklat Tenis, No. 1,
Vol. 7, hal. 114

Latifah, Ipah, 2016, "Implementasi Metode Al-Hikmah, Al-Mauidhah Hasanah, dan Al-
Mujadalah dalam praktik Pendidikan", Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, No. 2,
Vol. 3, hal. 28

Anesta, Wisti, 2018, " Metode Pendidikan Islam Dengan Hikmah Dalam Al-Qur'an", Skripsi,
Sumatera Barat: IAIN Batusangkar

Yahya, Muhammad Daud, "Variasi Metode Mengajar Guru Dalam Menumbuhkan Minat
Belajar Siswa", hal. 5.

Munzier Suparta dan Harjanie Hifni, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006) hal.

Masmuddin1 , Subekti Masri2 , Wahyuni Husain3. 2020. Metode Dakwah Mauidzah Al-
Hasanah untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa MTsN Model Palopo. DOI
10.15575/irsyad.v8i3.2008

Zain fannani, 2014, “Tafsir Surat An-Nahl Ayat 125 (Kajian Tentang Metode Pembelajaran)”,
Skripsi, jakarta : UIN Syarif Hidayatullah

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997)

Mu’awanah, Strategi Pembelajaran Cet 1 (Kediri: Stain Kediri Press, 2011), 27.

Anda mungkin juga menyukai