Anda di halaman 1dari 25

10 KETERAMPILAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Microteaching


Dosen Pengampu : Noor Isna Alfaien, S. Sos., M. Pd.I.

Disusun Oleh, Kelompok 4, Kelas 6H PAI :


Alwan Shidik 191105010505
Muhammad Alwi Zulfikri 191105010446
Putri Azkia Murtafiah 191105010364
Winda Agustina Ayu Purwita 191105010241
Wynda Widiyantie 191105010275

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang besar
yaitu nikmat sehat dan nikmat iman, nikmat sehat yaitu sehingga kami di berikan
kesempatan untuk membuat makalah ini, dan juga nikmat iman sehingga kita tetap
melakukan hal-hal untuk membangkitkan keimanan kita melalui mata kuliah Microteaching
yang insyaAllah dengan mempelajari ini kita akan lebih mengetahui Filsafat Pendidikan
Islam secara luas.
Dan yang kami harapkan adalah dengan makalah ini kami buat untuk dapat
menambah wawasan dan pengetahuan dan semoga bermanfaat bagi banyak orang bahkan
banyak kalangan, dan makalah ini sebagai bukti bahwa kami penulis telah menyelesaikan
makalah ini dengan semaksimal mungkin. Sesuai dengan kemampuan yang ada agar makalah
ini dapat tersusun sesuai harapan.
Dengan ini kami berterimakasih kepada bapak Andri Andriansyah, M.Pd. yang
telah memberikan kesempatan kami untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “10 KETERAMPILAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR” Sebagai
bahan materi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk kita semua. Terakhir, kami sebagai pemakalah meminta maaf jika
terdapat kesalahan dan untuk bapak dosen serta rekan-rekan mahasiswa, kami mengharapkan
kritik dan sarannya untuk kami perbaiki kedepannya dan mengucapkan banyak terimakasih
dari banyak pihak atas support dalam pembuatan makalah ini, semoga Allah memberikan
kelancaran dan kesuksesan kepada kita semua. Amiin Allahumma Amiin.

.
Bogor, 22 Februari 2022

Penyusun

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Guru memiliki banyak peran dalam pembelajaran tatap muka, salah satunya sebagai
informator. Guru harus berusaha menginformasikan materi/pesan pembelajaran secara
jelas dan mudah diterima oleh siswa. Ini berarti guru harus menyiapkan teknologi
pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi. Sebagai salah satu
bagian teknologi pembelajaran, media pembelajaran dapat membantunya dalam
menyajikan pesan secara efektif dan efisien.
Proses belajar mengajar akan berjalan efektif dan efisien bila didukung dengan
tersedianya media yang menunjang. Penyediaan media serta metodologi pendidikan
yang dinamis, kondusif serta dialogis sangat diperlukan bagi pengembangan potensi
peserta didik, secara optimal. Hal ini disebabkan karena potensi peserta didik akan
lebih terangsang bila dibantu dengan sejumlah media atau sarana dan prasarana yang
mendukung proses interaksi yang sedang dilaksanakan. Media dalam perspektif
pendidikan merupakan instrumen yang sangat strategis dalam ikut menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab keberadaannya secara langsung dapat
memberikan dinamika tersendiri terhadap peserta didik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu 10 keterampilan dasar mengajar ?
2. Apa saja 10 keterampilan dasar mengajar?
3. Bagaimana cara menggunakan 10 keterampilan dasar mengajar?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengenal 10 keterampilan dasar mengajar
2. Untuk mengetahui 10 keterampilan dasar mengajar
3. Untuk memahami 10 keterampilan dasar mengajar

2
BABII
PEMBAHASAN
A. KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
1. Membuka pelajaran
Membuka pelajaran adalah kegiatan guru dalam menarik perhatian siswa,
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. Yaitu dengan
membangun kondisi belajar yang efektif, memberikan motivasi kepada siswa agar
semangat dalam mengikuti pembelajaran, memberikan pemahaman kepada siswa
pentingnya materi yang akan disampaikan, membangun suasana komunikatif
antara guru dengan siswa. Komponen keterampilan membuka dan menutup
pelajaran meliputi perhatian, menimbulkan motivasi pada peserta didik kaitannya
dengan materi pembelajaran.
Menurut Darmadi (2009) mengumukakan bahwa membuka pelajaran
merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk mengaitkan pengalaman siswa
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
menciptakan prakondisi agar mental dan perhatian siswa tertuju pada materi
pelajaran yang akan dipelajari mereka. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya
dilakukan pada awal pelajaran saja melainkan juga pada awal setiap penggal
kegiatan, misalnya pada saat memulai kegiatan tanya jawab, mengenalkan konsep
baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pengerjaan tugas dan lain-lain.Dapat
disimpulkan bahwa membuka pembelajaran adalah kegiatan yang di lakukan oleh
guru untuk menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran dari awal
pelajaran sampai pembelajaran selesai.
Dalam keterampilan membuka pelajaran ada beberapa indikator yang perlu
dicapai. Berikut indikator Menurut Usman(2013) yaitu:
Menarik perhatian siswa
a. gaya mengajar guru
b. pengggunaan alat bantu pelajaran
c. pola intraksi yang bervariasi

Menimbulkan motivasi dengan cara:


a. kehangatan dan keatusiasan
b. menimbulkan rasa ingin tahu

Memberi acuan melalui berbagai usaha seperti :


a. mengemukakan tujuan dan batasbatas tugas
b.mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
c. mengajukan pertanyaanpertanyaan

2. Menutup pelajaran
Keterampilan menutup pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh
guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Menurut
Senjaya(2010), menutup pembelajaran dapat dartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan
gambaran menyeluru tentang apa yang telah diperlajari siswa serta keterkaitan

3
dengan pengalman sebelumnya, mengetahui tingkat kebserhasilan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.

3. Indikator Menutup Pembelajaran


Berdasarkan penjelasan teori di atas maka indikator yang di gunakan dalam
penelitian mentup pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran: merangkum inti pelajaran
b. Melakukan evaluasi
c. Mendemostrasikan keterampilan
d. Mengaplikasikan ide baru
e. Mengeksplorasi pendapat siswa sendiri
f. Memberikan tindak lanjut: Remedial
g. Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran

Adapun penjelasan inikator di atas menurut Ahmadi (dalam Yulianis 2014)


1. Meninjau kembali penguasaan intipelajaran:
Merangkum inti pelajaran : Pada dasarnya kegiatan merangkum inti pelajaran ini
terdapat sepanjang proses pembelajaran. Misalnya, pada saat guru selesai menjelaskan
ciri-ciri bangun ruang kubus, atau jika guru membuat kesimpulan secara lisan hasil
diskusi yang ditugaskan pada siswa, setelah selesai sejumlah pertanyaan dijawab oleh
siswa, pada saat menjelang pergantian topik bahasan, dan tentu saja pada saat
pembelajaran akan diakhiri. Selain guru, siswa dapat juga diminta untuk membuat
rangkuman secara lisan. Tetapi jika rangkuman yang dibuat oleh siswa itu salah atau
kurang sempurna, guru harus membetulkan atau menyempurnakan rangkuman itu.
Melakukan evaluasi :
Mendemostrasikan keterampilan
Ada akhir satu penggal kegiatan siswa dapat diminta untuk mendemonstrasikan
keterampilannya. Misalnya, setelah guru selesai menerangkan konsep matematika,
guru meminta siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis.

Mengaplikasikan ide baru :


Misalnya, setelah guru menerangkan penjumlahan dua pecahan lalu siswa disuruh
menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan.
Mengeksplorasi pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta siswa untuk memberi komentar tentang keefektifan sesuatu
demonstrasi yang dilakukan guru atau siswasiswa lain.

Meberikan tindak lanjut :


Mengadakan remedial :Pengajaran remedial bertujuan agar murid yang mengalami
kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses
perbaikan, baik segi proses belajar mengajar maupun kepribadian murid.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran menjadi suatu keterampilan
yang penting untuk dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Dengan adanya
keterampilan membuka dan menutup pelajaran dapat membantu siswa menyiapkan
diri untuk belajar dan membantu guru untuk mengetahui ketercapaian tujuan

4
pembelajaran yang dilaksanakan.

B. KETERAMPILAN MENJELASKAN PELAJARAN


Keterampilan ini dimaknai sebagai keterampilan guru/pendidik menyajikan informasi
lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan dapat menunjukkan
hubungan antar materi yang telah dikumpulkan dan dikuasai serta disiapkan untuk
disajikan. Keterampilan Menjelaskan Pelajaran ini sangat penting dikuasai oleh
seorang guru atau pendidik agar materi pembelajaran maupun informasi yang
disampaikan guru dapat dipahami oleh peserta didik.
Untuk dapat menguasai keterampilan Menjelaskan Pelajaran tentunya seorang
guru harus menguasai materi bahan ajar yang akan disampaikan, memiliki wawasan
yang luas sehingga dengan sendirinya seorang guru akan mampu menjelaskan dengan
baik tentang materi tersebut. Tentunya juga dengan berlatih dan memperkirakan
strategi apa dan metode apa yang dapat digunakan guru pada pembelajaran yang akan
dilaksanakan nantinya.

C. KETERAMPILAN MENGUASAI MEDIA PEMBELAJARAN


Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai
peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar (Arsyad, 1997). Pemanfaatan
media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam
setiap kegiatan pembelajaran Oleh karena itu, guru perlu mempelajari bagaimana
menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Pada kenyataannya media
pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, antara lain:
terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang
tepat, tidak tersedianya biaya, dan memerlukan listrik. Hal ini sebenarnya tidak
perlu terjadi jika setiap guru telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan
mengenai media pembelajaran. Untuk itu, guru perlu menciptakan media
pembelajaran walaupun sederhana untuk menciptakan pembelajaran yang
menarik, kreatif, dan inovatif di kelas sehingga mampu membuat peserta didik
termotivasi untuk belajar.
Dengan keterbatasan yang dimiliki, manusia seringkali kurang mampu
menangkap dan menanggapi hal-hal yang bersifat abstrak atau yang belum pernah
terekam dalam ingatannya. Untuk menjembatani proses internalisasi belajar mengajar
yang demikian, diperlukan media pendidikan yang memperjelas dan mempermudah
peserta didik dalam menangkap pesan-pesan pendidikan yang disampaikan. Oleh
karena itu, semakin banyak peserta didik disuguhkan dengan berbagai media dan
sarana prasarana yang mendukung, maka semakin besar kemungkinan nilai-nilai
pendidikan mampu diserap dan dicernanya.
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan keaktivan siswa yaitu
dengan memanfaatkan media pembelajaran. Media pembelajaran sebagai bagian
teknologi pembelajaran, bisa merealisasikan suatu konsep teaching less learning
more. Artinya, secara fisik kegiatan guru di kelas dikurangi karena ada sebagian tugas
guru yang didelegasikan pada media, namun tetap mendorong tercapainya hasil

5
belajar siswa. Dengan menggunakan bermacam-macam alternatif media, para siswa
dapat ditumbuhkan keaktivannya karena para siswa lebih banyak belajar; tidak hanya
mendengarkan. Bahan ajar juga lebih bermakna karena melibatkan siswa untuk
berpikir secara, aktif dan kritis. Selain itu, pembelajaran menjadi lebih bervariasi
karena tidak hanya dihadapkan pembelajaran secara verbal dan membosankan.

Apabila dalam pembelajaran digunakan media, ada beberapa manfaat yang diperoleh.
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistic
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan indra.
3. Menimbulkan gairah belajar karena terjadi interaksi lebih langsung antara
murid dengan sumber belajar.
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori & kinestetiknya.
5. Memberi rangsangan yang sama, menyamakan pengalaman, dan menimbulkan
persepsi yang sama.

Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran


Sudjana dan Rivai (2001:4) menyatakan ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan
saat memilih media pembelajaran.
1. Ketepatan dengan tujuan pembelajaran, artinya media pembelajaran yang
dipilih harus berdasarkan tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Jadi, perlu memperhatikan ranah pembelajaran yang ingin dituju.
2. Keselarasan dengan isi bahan pembelajaran, artinya menyesuaikan media
pembelajaran yang dipilih dengan jenis materi yang sedang dibelajarkan,
seperti: konsep, fakta, prinsip, prosedur, dan generalisasi.
3. Kemudahan untuk memperoleh media, artinya media yang dipergunakan dapat
dibuat, mudah ditemukan, tidak mahal, dan praktis digunakan oleh guru
4. Keterampilan guru untuk menggunakannya, artinya apa pun jenis media yang
ditetapkan, diusahakan dapat digunakan dan disajikan oleh guru. Media apa
pun yang sudah disediakan oleh lembaga, seperti OHP, komputer, LCD, dan
sebagainya tidak akan ada manfaatnya apabila guru tidak dapat
menggunakannya.
5. Ketersediaan waktu pembelajaran, artinya media yang dipilih nantinya
memungkinkan untuk digunakan karena memiliki keselarasan dengan alokasi
waktu yang tersedia. Dengan demikian, dapat bermanfaat bagi siswa.
6. Kesesuaian dengan taraf berpikir siswa, artinya media yang dipilih hendaknya
memiliki keselarasan dengan taraf berpikir siswa sehingga makna yang
terkandung di dalamnya lebih dapat dipahami oleh siswa.

D. KETERAMPILAN MENGUASAI METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN


Metode Pembelajaran adalah suatu strategi atau taktik dalam melaksanakan kegiatan
belajar dan mengajar di kelas yang diaplikasikan oleh tenaga pengajar sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

6
Jenis-jenis metode dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pendekatan, diantaranya:
a. Berdasarkan pemberian informasi:
1) Metode Ceramah
Metode Ceramah yaitu cara penyampaian informasi secara lisan yang
dilakukan oleh sumber belajar kepada warga belajar. Metode ini merupakan
yang paling banyak digunakan dalam kesempatan penyampaian informasi
dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini diakibatkan adanya
kemampuan setiap orang untuk berkomunikasi atau menyampaikan pesan
kepada orang lain.
2) Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab yaitu cara penjelasan informasi yang pelaksanaannya
saling bertanya dan menjawab antara sumber belajar dengan warga belajar.
3) Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi yaitu cara memperagakan sesuatu hal yang
pelakasanaannya diawali oleh peragaan sumber belajar kemudian diikuti oleh
warga belajar. Hal yang diperagakan adalah harus kegiatan yang sebenarnya,
tidak bersifat abstrak.
b. Berdasarkan pemecahan masalah:
1) Metode Curah Pendapat (Brainstorming)
Metode Brainstorming atau Curah Pendapat yaitu cara untuk menghimpun
gagasan atau pendapat dari setiap warga belajar tentang suatu permasalahan.
2) Metode Diskusi Kelompok
Metode Diskusi Kelompok yaitu cara pembahasan suatu masalah oleh
sejumlah anggota kelompok untuk mencapai suatu kesepakatan.
c. Berdasarkan penugasan:
1) Metode Latihan (Drill)
Metode drill yaitu cara melatih warga belajar tentang kegiatan-kegiatan
tertentu secara berulang-ulang dengan materi yang sama.
2) Metode Penugasan (Resitasi)
Metode Resitasi yaitu cara pemberian tugas yang dilakukan oleh sumber
belajar kepada warga belajar yang pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam
kelas maupun di luar kelas, serta dapat dilakukan secara individual maupun
kelompok.
d. Metode Permainan:
1) Role Playing
Metode Role Playing yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa
peragaan secara singkat oleh warga belajar dengan tekanan utama pada
karakteristik/sifat seseorang dengan dasar memerankan cuplikan tingkah laku
dalam situasi tertentu, yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang
masalah yang baru diperagakan
2) Sosiodrama
Metode Sosiodrama yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa
peragaan oleh warga belajar dengan tekanan utama pada karakteristik/sifat
seseorang dengan dasar memerankan tingkah laku dalam situasi tertentu

7
dengan didasarkan pada cerita yang utuh, yang dilanjutkan dengan kegiatan
diskusi tentang masalah yang baru diperagakan.
e. Simulasi
1) Metode Kelompok Kerja (Workshop)
Metode kelompok kerja adalah cara pembelajaran yang melibatkan peserta
dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas.
2) Metode Karyawisata
Metode Karyawisata yaitu cara mengunjungi suatu tempat/objek tertentu
dengan melibatkan seluruh warga belajar, dengan kegiatan ada unsur karya
dan unsur wisatanya.

1. Model Pembelajaran
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka
sehinggatujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model
pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang palingtepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu,
dalam memilih modelpembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahanajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri.
1. Kooperatif (Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluq
sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan
dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa
dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniature dari
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing- masing.
2. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian
atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan
dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa
manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia
pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman
dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas
siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan
mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran para ahli
pembelajaran menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran
konstruktifistik dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya
perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan fokus
pembelajaran dari berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa.

8
Pembelajaran yang berpusat pada siswa mempunyai tujuan agar siswa
memiliki motivasi tinggi dan kemampuan belajar mandiri serta
bertanggungjawab untuk selalu memperkaya dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ada beberapa pembelajaran yang
berpusat pada siswa yaitu salah satunya adalah pembelajaran berbasis
masalah.
4. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas
tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap
kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi.
Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa
kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan
sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka, ramah , lembut, santun. Setelah selesai kerja kelompok sajikan
hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

E. KETERAMPILAN BERTANYA
Mengajar yang baik berarti membuat pertanyaan yang baik pula. Peranan
‘pertanyaan’ sangat penting dalam menyusun sebuah pengalaman belajar bagi murid.
Socrates meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan akan diketahui atau tidak
diketahui oleh siswa, hanya jika guru dapat mendemonstrasikan keterampilan
bertanya yang baik dalam praktik pembelajaran di kelas. Pembelajaran hakekatnya
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam
suasana interaktif yang terarah pada tujuan pembelajaran. Ada tidaknya interaksi
adalah merupakan tanggung jawab guru, (Rusmayanti et al., 2017) sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus. Suatu cara untuk menumbuhkan interaksi ini adalah
dengan mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa. Umumnya orang
bertanya jika ia ingin mengetahui apa yang belum diketahuinya. Di dalam kelas, guru
bertanya kepada siswa untuk berbagai tujuan, diantaranya untuk:
1. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pokok bahasan.
2. Membangkitkan motivasi dan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran.
3. Memusatkan perhatian siswa terhadap pokok bahasan
4. Mengaktifkan dan memproduktifkan siswa dalam pembelajaran.
5. Menjajaki hal-hal yang telah dan belum diketahui siswa terkait materi.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pertanyaan yang diajukan
guru mempunyai beberapa maksud. (Fathoni, 2019) Satu pertanyaan yang diajukan
dapat mencapai beberapa tujuan sekaligus pada waktu yang sama. Kadang-kadang hal
ini tidak disadari, baik oleh siswa maupun oleh guru itu sendiri, sebab pertanyaan itu
berkembang.

1. Keterampilan Bertanya Dasar


Dalam hal ini, pemahaman guru terhadap komponen keterampilan bertanya
merupakan faktor penting yang harus dimiliki. Keterampilan bertanya meliputi

9
keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya
dasar mempunyai beberapa kemampuan dasar yang perlu diterapkan dalam
mengajukan segala jenis pertanyaan. Keterampilan bertanya lanjut adalah
keterampilan yang dimiliki guru setelah guru memiliki keterampilan bertanya dasar
yang lebih berusaha untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar
tingkat partisipasi siswa, dan mendorong siswa agar kritis.

Komponen-komponen keterampilan bertanya dasar adalah :


a. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat
b. Pemberian acuan
c. Pemusatan ke arah jawaban yang diminta
d. Pemindahan giliran menjawab
e. Penyebaran pertanyaan
f. Pemberian waktu berpikir
g. Pemberian tuntunan

2. Keterampilan Bertanya Lanjut


Pertanyaan lanjutan adalah pertanyaan yang lebih mengutamakan usaha
pengembangan kemampuan berpikir siswa, memperbesar kesempatan partisifasi
mereka dan mendorong agar siswa berpikir kritis. Keterampilan bertanya lanjut
dibentuk atas dasar penguasaan komponen-komponen keterampilan bertanya
dasar. Karena itu semua komponen bertanya dasar masih digunakan dan akan
selalu berkaitan dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut. Pertanyaan
lanjutan berfungsi untuk:
a. Mengembangkan kemampuan dalam menemukan, mengorganisasi dan
menilai informasi.
b. Membentuk perrtanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas informasi yang
lengkap
c. Mengembangkan ide dan mengemukakannya kepada kelompok
d. Memberi kesempatan untuk meraih hasil melebihi yang biasa dicapai

Adapun komponen-komponen bertanya lanjut adalah:


1. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan.
2. Pengaturan urutan pertanyaan secara tepat
3. Menggunakan pertanyaan pelacak

F. KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN


1. Pengertian
Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Dalam rangka pengelolaan
kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. (Aini et al., 2019)
Penguatan positif adalah penguatan yang bertujuan untuk mempertahankan dan
memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan
perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak

10
menyenangkan. Misalnya dalam penguatan negatif, guru memberikan sindiran
kepada siswa yang tidak memperhatikan saat guru tersebut menerangkan suatu
materi pelajaran. Manfaat penguatan bagi siswa, antara lain :
1. Meningkatnya perhatian dalam belajar.
2. Membangkitkan dan memelihara perilaku.
3. Menumbuhkan rasa percaya diri.
4. Memelihara suasana belajar yang kondusif.
Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang harus
dikuasai oleh guru karena penguatan yang diberikan kepada siswa akan
membangkitkan semangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Semangat
siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkap ilmu sehingga nantinya
tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat diraih dengan baik. (Rusmayanti et
al., 2017) Penguatan harus dilakukan secara merata kepada siswa yang baik
ataupun kurang baik perilakunya. Guru tidak boleh membeda-bedakan dalam
memberikan penguatan.

2. Komponen-Komponen Yang Terdapat Dalam Pemberian Penguatan :


a. Penguatan Verbal
Salah satu bentuk penguatan yang bisa diberikan oleh guru untuk memotivasi
siswa agar berpartisipasi dalam pembelajaran adalah lewat ucapan. Segala
ungkapan kata-kata yang dilontarkan guru untuk menanggapi balik aktivitas
siswa termasuk ke dalam penguatan verbal. Beragam ucapan-ucapan lain yang
bisa dilontarkan guru secara spontan, kata yang digunakan diusahakan
bervariasi agar tetap segar dan bersemangat. Dengan ucapan atau tanggapan
balik tersebut siswa merasa terpuji, dihargai, diberikan perhatian, dan yang tidak
kurang pentingnya adalah siswa merasa bahwa belajar tersebut sangat
bermanfaat bagi dia.

b. Penguatan Non Verbal


Memberikan tanggapan balik yang bertujuan agar siswa terdorong untuk lebih
berprestasi, tidak terbatas dalam bentuk ucapan saja. (Rahmatu, 2020)Banyak
bentuk pemberian penguatan yang dapat dipilih oleh guru, sehingga tidak
membosankan bagi siswa. Bentuk-bentuk perbuatan tersebut dapat dibedakan
dalam kategori berikut.
1) Mimik dan gerak badan
2) Mendekati
3) Sentuhan
4) Kegiatan yang menyenangkan hati siswa
5) Simbol atau benda
6) Penguatan tak penuh

3. Kelebihan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran


Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa
kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain.

11
1. Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2. Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3. Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4. Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5. Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang
memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan
penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal.

4. Kelemahan Dalam Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran


Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya,
namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru
membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai
dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut. Pemberian penguatan yang
berlebihan juga akan berakibat fatal

G. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI


Pengertian
Mengadakan variasi berarti melakukan tindakan yang beraneka ragam yang membuat
sesuatu menjadi tidak monoton di dalam pembelajaran sehingga dapat menghilangkan
kebosanan, meningkatkan minat dan rasa ingin tahu siswa, serta membuat tingkat
aktivitas siswa menjadi bertambah.
Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar,
yang ditunjukkan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar
mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh
partisipasi. Untuk itu Anda sebagai calon guru perlu melatih diri agar menguasai
keterampilan tersebut.1

Tujuan dan Manfaat


1. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek
belajar mengajar yang relevan
2. Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan
menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru
3. Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan
berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik
4. Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima
pelajaran yang disenanginya2

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Keterampilan Variasi


Dalam mengadakan variasi di dalam proses belajar mengajar seorang guru harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1
Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 84
2
Ibid., hlm. 84

12
1. Keterampilan mengajar variasi serta hubungannya dengan keterampilan-
keterampilan guru profesionnal lainnya, seperti penguasaan berbagai metode
mengajar dan keterampilan mengajukan pertanyaan.
2. Penggunaan berbagai ketrampilan mengajar dengan variasi perlu direncanakan
sebelumnya dan sebaliknya dicantumkan dalam satuan pelajaran yang harus
disusun sebagai persiapan mengajar.
3. Penggunaan variasi sangat dianjurkan, tetapi harus luwes dan wajar serta sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Pemakaian variasi yang berlebihan justru akan
menimbulkan kebingungan dan mengganggu proses belajar mengajar. oleh karena
itu guru perlu memperhatikan reaksi siswa, baik reaksi tingkah laku ataupun reaksi
perhatian siswa.

Komponen-Komponen Keterampilan Mengadakan Variasi


1. Variasi dalam cara mengajar Guru
Variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru
dalam konteks belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa
sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Berikut
cara yang ditempuh guru dalam memvariasikan gaya mengajar:
a. Penggunaan variasi suara (teacher voice): Variasi suara adalah perubahan
suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi
lambat, dari gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan
pada kata-kata tertentu.
b. Pemusatan perhatian siswa (Fucosing): Guru memusatkan perhatian siswa
pada hal-hal yang dianggap penting dapat dengan gaya bahasa menurut
kebutuhan siswa
c. Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence): Adanya kesenyapan,
kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan disengaja saat guru
menjelaskan sesuatu merupakan cara yang tepat untuk menarik perhatian
siswa
d. Adanya kesenyapan, kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan
disengaja saat guru menjelaskan sesuatu merupakan cara yang tepat untuk
menarik perhatian siswa. Perubahan stimulus dari adannya suara kepada
keadaan tenang atau senyap, atau dari adanya kesibukan atau kegiatan lalu
dihentikan akan dapat menarik perhatian karena siswa ingin tahu apa yang
terjadi.
e. Gerakan badan mimik: Variasi dalam gerakan kepala, gerakan badan dan
ekspresi wajah (mimik) adalah aspek yang penting dalam berkomunikasi.
Gunanya untuk menarik perhatian dan memberikan kesan dan pendalaman
makna dari pesan lisan yang disampaikan
f. Pergantian posisi gutu di dalam kelas dan gerak guru (teachers movement):
Pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan
perhatian siswa. Terutama sekali bagi guru untuk menyajikan pelajaran di
dalam kelas, biasakan bergerak bebas, tidak kikuk atau kaku, dan hindari
tingkah laku negatif. Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

13
1) Membiasakan bergerak bebas di dalam kelas. Gunanya untuk
menanamkan rasa dekat kepada siswa sambil mengontrol tingkah laku
siswa
2) Jangan membiasakan menerangkan sambil menulis menghadap ke papan
tulis
3) Jangan membiasakan menerangkan dengan arah pandangan ke langit-
langit, ke arah lantai, atau keluar, tetapi arahkan pandangan menjelajahi
seluruh kelas.
4) Bila ingin mengobservasi seluruh kelas, bergeraklah perlahan-lahan ke
arah belakang dan dari belakang ke arah depan untuk mengetahui tingkah
laku siswa.3

2. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran


Media dan alat pembelajaran dapat digolongkan ke dalam tiga bagian bila
ditinjau dari indera yang digunakan, yakni dapat didengar (audio), dilihat (visual),
dapat didengar sekaligus dilihat (audio-visual, dapat diraba, dimanipulasi atau
digerakkan (motoric).
Setiap anak mempunyai perbedaan kemampuan dalam menggunakan alat
inderanya. Ada anak yang termasuk tipe visual, auditif, dan motorik. Untuk dapat
mengakomodir kemampuan anak yang berbeda-beda, guru perlu memvariasikan
penggunaan media dan alat pembelajaran dengan memperhatikan kesesuaiannya
dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar dan membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berkesan
bagi siswa. Variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran antara lain
adalah sebagai berikut:4
a. Variasi alat atau media yang dapat dilihat (visual aids). Alat atau media
yang termasuk ke dalam jenis ini ialah yang dapat dilihat seperti grafik,
bagan, poster, diograma, specimen, gambar, film, dan slide.
b. Variasi alat atau media yang dapat didengar (auditif aids). Suara guru
termasuk ke dalam media komunikasi yang utama di dalam kelas.
Rekaman suara, suara radio, musik, deklamasi puisi, sosiodrama, dan
telepon dapat dipakai sebagai media indera dengar.
c. Variasi alat atau bahan yang dapat didengar dan dilihat (audiovisual aids):
Penggunaan alat jenis ini merupakan tingkat yang lebih tinggi dari dua
yang di atas karena melibatkan lebih banyak indera. Media yang termasuk
jenis ini, misalnya film, televise, slide projector yang diiringi penjelasan
guru. Tentu saja penggunaan media jenis ini mesti disesuaikan dengan
tujuan pengajaran yang hendak dicapai.
d. Variasi alat atau media yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan
(motoric). Penggunaan alat yang termasuk ke dalam jenis ini akan dapat
3
Ibid., hlm. 85-87
4
Dr. Hj. Helmiati, M.Ag, Microteaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, (Yogyakarta: Aswaja
Pressindo, 2013), hlm. 69-70

14
menarik perhatian siswa dan dapat melibatkan siswa dalam membentuk
dan memperagakan kegiatan, baik secara individual maupun kelompok.
Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah peragaan yang dilakukan oleh
guru atau siswa, model, spesimen, patung, topeng, dan boneka, yang dapat
digunakan oleh siswa dengan meraba, menggerakkan, memperagakan atau
memanipulasinya.

3. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa


Pola interaksi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar nemiliki corak
yang sangat beraneka ragam. Mulai dari kegiatan yang di dominasi oleh guru sampai
kegiatan mandiri yang di lakukan oleh siswa. Hal ini bergantung pada ketrampilan
guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi
guru-siswa dan siswa-siswa agar kegiatan pembelajaran tidak menimbulkan
kebosanan, kejenuhan serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan
murid dalam mencapai tujuan.

H. KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL


Memimpin diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagi
pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu
konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi
kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan
demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina
kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa. Ada 6
(enam) keterampilan yang harus dimiliki guru terkait membimbing diskusi kelompok
kecil, yaitu:5
1. Memusatkan perhatian
Selama diskusi berlangsung dari awal sampai akhir guru harus selalu berusaha
memusatkan perhatian siswa pada tujuan atau topik diskusi. Tidak tercapainya
tujuan dapat disebabkan oleh penyimpangan topik. Cara yang dapat dilakukan:
a. Merumuskan tujuan pada awal diskusi serta mengenalkan topik.
b. Menyatakan masalah-masalah khusus dan menyatakan kembali bila terjadi
penyimpangan.
c. Menandai dengan cermat perubahan-perubahan yang tidak relevan yang
menyimpang dari diskusi dan tujuannya atau masalah khusus yang sedang
dibicarakan. Bila hal itu terjadi, guru segera mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang didahului dengan komentar yang memaksa dan
mengembalikan siswa untuk mempertimbangkan pengarahan dari
pertanyaan hingga diskusi kembali ke arah semula.

5
Dr. Hj. Helmiati, M.Ag, Microteaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, (Yogyakarta: Aswaja
Pressindo, 2013), hlm. 72

15
d. Merangkum hasil pembicaraan pada tahap-tahap tertentu sebelum
melanjutkan dengan masalah berikutnya.

2. Memperjelas masalah urunan pendapat


Selama diskusi berlangsung, sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas,
hingga sukar ditangkap oleh anggota kelompok. Untuk menghindari hal itu,
guru haruslah memperjelas penyampaian ide tersebut. Memperjelas dapat
dilakukan dengan cara:
a. Menguraikan kembali atau merangkum urunan tersebut hingga menjadi
jelas
b. Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang
membantu mereka memperjelas ataupun mengembangkan ide tersebut
c. Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan atau
contoh yang sesuai, hingga kelompok memperoleh pengertian yang lebih
jelas.

3. Menganalisis pandangan siswa


Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat di antara anggota kelompok.
Guru diharapkan mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut.
a. Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat
b. Memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak disepakati

4. Meningkatkan urunan siswa


Berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan urunan pikiran, yaitu:
a. Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpikir
karena pertanyaan tersebut merupakan tantangan bagi ide atau
kepercayaan.
b. Memberikan contoh baik verbal maupun non-verbal yang sesuai pada saat
yang tepat.
c. Menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang
mengundang perbedaan pendapat.
d. Memberi dukungan terhadap urunan siswa dengan jalan mendengarkan
dengan penuh perhatian, memberi komentar yang positif/mimik yang
memberikan dorongan serta sikap yang bersahabat.
e. Memberi waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu dengan
komentar guru.

5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi


Agar hasil diskusi dapat dikatakan sebagai hasil kelompok dan agar setiap
anggota kelompok merasa terlibat mendapatkan kepuasan dalam diskusi
tersebut, kesempatan berpartisipasi perlu sebarkan. Dengan demikian guru
perlu memiliki keterampilan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi

16
para siswa dalam berpartisipasi. Penyebaran kesempatan berpartisipasi ini
dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
a. Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi dengan
mengarahkan pertanyaan secara bijak
b. Mencegah terjadinya pembicaraan yang serentak, dengan memberi giliran
pada siswa yang pendiam terlebih dahulu
c. Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan
d. Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga interaksi
antar siswa dapat ditingkatkan
e. Meminta persetujuan siswa untuk melanjutkan diskusi dengan mengambil
salah satu pendapat/jalan tengah yang dianggap sesuai oleh guru, apabila
diskusi menemui jalan buntu

6. Menutup diskusi
Keterampilan terakhir yang harus dikuasai guru adalah menutup diskusi.

A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN
Pengertian
Ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah kecakapan
menanamkan pengetahuan yang dilakukan pada sekelompok siswa dan pada siswa
secara individu (Muhidin, 2011). Mengajar kelompok kecil dan perorangan
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab
antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik
(Djoeulie, 2010). Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu
diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang
disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik (Djoeulie, 2010).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi
Pada dasarnya, siswa mempunyai karakteristik yang sangat berbeda satu dengan
lainnya. Untuk melayani perbedaan ini, diperlukan variasi pengorganisasian kegiatan
klasikal, kelompok kecil, dan perorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan
hanya mungkin terwujud jika terpenuhi syarat-syarat berikut :
a. Ada hubungan yang sehat dan akrab antara guru-siswa dan antar siswa.
b. Siswa belajar dengan kecepatan, kemampuan, cara, dan minat sendiri.
c. Siswa mendapat bantuan sesuai dengan kebutuhannya.

17
d. Siswa dilibatkan dalam perencanaan belajar.
e. Guru dapat memainkan berbagai peran
Pola Penggunaan Pengajaran Kelompok Kecil dan Perorangan Dalam Kelas
Kelas Besar → Kelompok Kecil + Perorangan → Kelas Besar
Dalam pola ini kegiatan belajar mengajar di kelas dimulai dengan pertemun
klasikal (kelas besar) untuk memberikan infomasi umum yang diperlukan siswa untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Informasi yang diberikan kepada siswa antara
lain:
a. Pokok bahasan yang akan dipelajari
b. Tugas-tugas yang akan dikerjakan
c. Langkah-langkah mengyelesaikan tugas
d. Informasi lain yang diperlukan
Setelah itu, siswa diberi kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja dalam
kelompok kecil atau bekerja perorangan. Setelah siswa mengyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan dalam kelompok kecil atau perorangan, kegiatan belajar mengajar
berikutnya adalah mengikuti pertemuan klasikal kembali untuk melaporkan tugas-
tugas yang mereka kerjakan.

Kelas Besar → Kelompok Kecil + Kelompok Kecil → Kelas Besar


Dalam pola ini, pertama, siswa mengikuti penjelasan secara klasikal mengenai pokok-
pokok bahasan yang akan dipelajari, tugas-tugas yang akan dikerjakan, serta langkah-
langkah melaksanakan tugas tersebut. Kedua, siswa diminta untuk bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Kemudian, siswa diminta melaporkan hasil-hasil yang diperoleh dari pengetahuan
dalam kelompok kecil dalam kelas (laporan secara klasikal).

Kelas Besar → Perorangan → Kelompok Kecil → Kelas Besar


Pertemuan diawali dangan penjelasan umum mengenai materi pelajaran yang akan
dipelajari, serta tugas-tugas yang akan dikerjakan siswa. Setelah mengikuti penjelasan
umum, siswa langsung mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru secara
perorangan. Kemudian siswa diminta bergabung dalam kelompok kecil untuk
membahas hasil yang telah diperoleh dari bekerja secara perorangan untuk di
diskusikan bersama dalam kelompok kecil. Setelah itu, siswa diminta untuk
melaporkan hasil yang diperoleh dalam kegiatan kelompok kecil kepada seluruh siswa
dalm kelas.

Kelas Besar → Perorangan + Perorangan → Kelas Besar


Proses belajar mengajar dimulai dengan pemberian penjelasan umum kepada
siswa mengenai materi yang akan dipelajari, serta tugas-tugas yang akan
dikerjakan oleh siswa.
Setelah itu, siswa diminta bekerja secara perorangan untuk melaksanakan tugas
yang diberikan oleh guru.
Kemudian siswa diminta melaporkannya di kelas (secara klasikal).

18
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J. Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut bahasa ”keterampilan” artinya kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
Sedangkan menurut istilah ”keterampilan” adalah sekumpulan pengetahuan dan
kemampuan yang harus dikuasai. Kemudian ”mengelola” menurut bahasa artinya
mengendalikan, menyelenggara, mengurus, menjalankan. Menurut istilah
”mengelola” adalah penciptaan suatu kondisiyang memungkinkan belajar siswa
menjadi optimal. Kelas artinya ruang belajar. Seorang guru yang berhasil dalam
mengajar bukan saja ditentukan oleh hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar, seperti perumusan tujuan secara tepat dan jelas, pemilihan
pengajar, penguasaan materi yang memadai, pemilihan metode mengajar yang tepat,
serta lengkapnya sumber belajar. Tetapi ada juga hal-hal yang menentukan
keberhasilan seorang guru seperti kemampuan guru dalam mencegahnya timbul
tingakah laku siswa yang mengganggu berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
serta keterampilan guru dalam mengelolanya.
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru dalam menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal serta guru mampu mengembalikannya bila
terjadi masalah dan gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam artian, kegiatan-
kegiatan untuk memelihara kondisi belajar yang optimal dan mempertahankan kondisi
belajar apabila terjadi suatu gangguan dan masalah ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Adapun yang termasuk ke dalam hal ini, seperti halnya penghentian
tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi
siswa yang tidak menepati waktu yang telah disepakati

Masalah Dalam Pengelolaan Kelas


Menurut Abdul Majid dalam pengelolaan kelas terdapat dua masalah yakni masalah
individual dan masalah kelompok.7 Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan
efektif apabila guru dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang
dihadapi. Adapun masalah-masalah pengelolaan kelas akan dijelaskan di bawah ini
sebagai berikut:
1. Masalah Individu
Masalah individu muncul karena dalam individu ada kebutuhan yang ingin diterima
oleh kelompok dan ingin mencapai harga diri. Apabila kebutuhan individu tidak dapat
dipenuhi melalui cara yang baik, maka individu yang bersangkutan akan mencari cara
lain untuk mencapai kebutuhannya dengan berbuat tidak baik. Perbuatan yang tidak

19
baik itu menurut Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel digolongkan ke dalam empat
point, yakni:
a. Attetion Getting Behaviors
Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain. Misalnya membadut di kelas,
atau berbuat lamban sehingga memerlukan pertolongan ekstra.
b. Power Seeking
Maksudnya adalah tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan. Misalnya selalu
mendebat, kehilangan kendali emosional (marah, menangis) atau selalu lupa pada
peraturan di kelas.
c. Revenge Seeking Behaviors
Maksunya adalah tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain. Misalnya
menyakiti orang lain dengan perkataan-perkataan yang tidak baik, memukul,
menggigit dan lain-lain.
d. Passive Behaviors
Maksudnya peragaan ketidak mampuan, yakni sama sekali menolak untuk mencoba
melakukan suatu apapun karena khawatir gagal.
Ada empat tipe tingkah laku yang kurang baik dalam masalah individual ini
yakni, bentuk tingkah laku mencari perhatian yang aktif dan fasif. Bentuk mencari
perhatian yang aktif bersifat merusak seperti bergaya sok, melawak, mengacau,
menjadi nakal, anak yang terus menerus bertanya atau rewel. Adapun bentuk fasifnya
yang bersifat merusak seperti pemaksaan ingin mendapatkan perhatian orang
laindengan minta tolong terus.
Tingkah laku untuk mencari kekuasaan hampir sama dengan kasus tindakan di
atas, namun sifatnya lebih kuat yakni mencari perhatian yang sifatnya merusak.
Pencari kekuasaan yang aktif biasanya suka membantah, berbohong, pemukul,
mempunyaiwatak pemarah, menoloak perintah, dan benar-benar tidak tunduk. Pencari
kekuasaan yang fasif adalah orang yang sangat nyata, biasanya tidak mau bekerja
sama. Murid seperti ini sangat pelipa, keras kepala, dan tidak mau patuh.
Tingkah laku untuk melampiaskan dendam, murid yang mencari pelampiasan
dengan disebabkan putus asa dan bingung sehingga mencari keberhasilan dengan cara
menyakiti orang lain, menyerang fisik (mencakarm memukul, menendang),
bermusuhan dengan teman-temannya. Mereka adalah anak yang tidak mempunyai
rasa sakit dan kurang sportif. Biasanya anak tersebut pelampiasannya lebih banyak
secara aktif dari pada secar pasif. Secara aktif digambarkan sebagai anak kejam dan
penuh kebencian. Secara pasif digambarkan sebagai orang yang cemberutdan
menantang.rutdan menantang.
Tingkah laku memperlibatkan ketidak mampuan, murid yang berkelakuan
buruk merupakan pribadi yang sangat putus asa, pesimis dalam mencapai
keberhasilan, dan hanya mengalami kegagalan dan terus menerus.

2. Masalah Kelompok
Adapun masalah kelompok dalam pengelolaan kelas menurut Johnson dan Bany.
yakni:

20
a. Kurangnya kesatuan, ditandai dengan konflik-konflik antara individu dengan sub
kelompok. Misalnya konflik antara jenis kelamin.
b. Ketidaktaatan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja, misalnya keributan,
kegaduhan, berbicara keras, bertingkah laku yang mengganggu saat mereka
diharapkan bekerja dalam suasana tenang di tempat duduk masing-masing.
c. Reaksi negatif terhadap pribadi anggota kelas ditandai dengan kesan bermusuhan
terhadap anak-anak yang tidak diterima oleh kelompok, menghalagi usaha kelompok.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah individual menyangkut
tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain, tingkah laku yang ingin
menunjukkan kekuatan, tingkah laku untuk menyakiti orang lain, dan peragaan
ketidak mampuan. Sedangkan masalah kelompok menyangkut: kurangnya kesukaan,
ketidak taatan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja, reaksi negatif, pengakuan
kelas terhadap kelakuan guru, kecendrungan adanya gangguan, ketidak mampuan
untuk menyesuaikan diri.
Keterampilan mengelola kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya yarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Serta
hubungan yang baik antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa
merupakan suatu syarat berhasilnya pengelolaan kelas. Sekaligus tercapai suatu
kondisi belajar yang optimal jika guru mampu mengatur siswa dan sarana prasarana
serta mampu mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pengajaran

F. Komponen-komponen Keterampilan Mengelola Kelas


Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas pada umumnya bagi kepada
dua bagian menurut Syaiful Bahri Djamarah yakni:

Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar


yang optimal (bersifat preventif)
Keterangan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan
antara lain:
a. Sikap Tanggap
Komponen ini ditunjukkan oleh tingkah laku guru bahwa guru hadir bersama siswa.
Guru tahu kegiatan siswa, apakah memperhatikan atau tidak, tahu apa yang siswa
kerjakan. Seakan mata guru ada di belakang kepala, sehingga guru bisa menegurnya
walaupun sedang menulis di depan kelas. Sikap tanggap ini bisa dilakukan dengan
cara:
1) Memandang secara seksama
Memandang secara seksama dapat melibatkan dan mengundang siswa dalam kontak
pandang serta hubungan antar pribadi. Hal ini terlihat dari adanya pendekatan guru
untuk bercakap-cakap, bekerjasama, dan menunjukkan rasa persahabatan.
2) Gerak mendekati

21
Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar bukan menakut-nakuti,
mengancam atau memberikan kritikan-kritikan kelompok kecil dan individu ditandai
dengan kesiagaan, minat dan perhatian guru terhadap aktivitas siswa serta tugas guru.
3) Memberi pernyataan
Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh siswa sangat diperlukan,
baik berupa tanggapan, komentar, dan lain-lain. Akan tetapi harus dihindari hal-hal
yang menunjukkan dominasi guru, seperti komentar atau pernyataan yang
mengandung ancaman.
4) Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan
Memberi reaksi berupa teguran perlu dilakukan oleh guru untuk menmgembalikan
keadaan kelas yang tidak tenang.

b. Membagi perhatian
Pengeloaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada
beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama, membagi perhatian ini
dapat dilakukan dengan cara:
1) Visual
Guru mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada giatan yang lain denagan
kontak pandang terhadap kelompok siswa atau seorang siswa.
2) Verbal
Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan lain-lain terhadap
aktivitas seorang siswa sementara guru meminpin kegiatan siswa yang lain.

c. Pemusatan perhatian kelompok


Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan dari waktu ke waktu, guru mampu
memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas dapat dilakukan dengan cara:
1) Menyiapkan siswa
Artinya memusatkan perhatian siswa kepada suatu hal sebelum guru menyampaikan
materi pokok. Maksudnya adalah untuk menghindari penyimpangan perhatian siswa
2) Pertanggungjawaban
Guru meminta pertanggung jawaban siswa atas kegiatan dan keterlibatan siswa dalam
suatu kegiatan, baik kegiatan sendiri maupun kegiatan kelompok. misalnya dengan
meminta kepada siswa memperagakan, melaporkan hasil dan memberi tanggapan.
3) Penghentian
Salah satu cara untuk menghentikan gangguan siswa adalah beruapa teguran yang
dilakukan oleh guru, teguran ini berupa teguran verbal yang di benarkan dalam
pendidikan.teguran verbal yang efektif adalah yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Tegas dan jelas tertuju pada siswa yang mengganggu anggota kelas serta yang
bertingkah laku menyimpang.
b) Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau yang mengandung
penghinaan.
c) Menghindari ocehan dan ejekan.

22
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Keterampilan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang atau suatu usaha
seseorang agar suatu aktifitas dapat berjalan lancar dan berkelanjutan. Seorang guru
tentunya perlu memiliki keterampilan-keterampilan dalam mengajar. Hal ini
bertujuan agar proses pembelajaran dapat terkendali dengan baik dan berjalan
lancar. Sehingga pembelajaran yang disampaikan guru dapat diterima dengan jelas,
mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa.
1. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
2. Keterampilan Menjelaskan
3. Keterampilan Menguasai media pembelajaran
4. Keterampilan Menguasai metode dsn media pembelajaran
5. Keterampilan Bertanya
6. Keterampilan Memberi penguatan
7. Keterampilan Mengadakan variasi
8. Keterampilan Membimbing diskusi
9. Keterampilan Mengajarkan kelompok kecil dan peserorangan
10. Keterampilan Mengelola kelas

23
DAFTAR PUSTAKA

Aini, H., Suandi, N., & Nurjaya, G. (2019). Pemberian Penguatan (Reinforcement). Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha, 8(1). Fathoni, T. (2019).
Keterampilan Bertanya.
Rahmatu. (2020). KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN.
Rusmayanti, A., Muti’ah, A., & Husniah, F. (2017). Penerapan Keterampilan Bertanya dan
Memberikan Penguatan. Lingua Franca, Vol. II (2(2), 510–518.
Azhar Arsyad. (2011). Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 36(1), 9–
34.
Fathurrohman. (2001). MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, 1589, 105–112.
Hatimah, I. (2012). JENIS METODE PEMBELAJARAN. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah.
Pebrianti, F. (2019). Kemampuan Guru dalam Membuat Media Pembelajaran Sederhana.
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa (Semiba), December, 93–98.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2001. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Bahri Dzamarah, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
PendekatanTeoritis Psikologis, Jakarata: Rineka Cipta, 2005.
B. Uno, Hamzah. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yng Kreatif
dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
J. J. Hasibuan dkk. Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Pengelolaan
Mikro,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru ,
Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2007.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengekfektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002.

24

Anda mungkin juga menyukai