Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang besar
yaitu nikmat sehat dan nikmat iman, nikmat sehat yaitu sehingga kami di berikan
kesempatan untuk membuat makalah ini, dan juga nikmat iman sehingga kita tetap
melakukan hal-hal untuk membangkitkan keimanan kita melalui mata kuliah Microteaching
yang insyaAllah dengan mempelajari ini kita akan lebih mengetahui Filsafat Pendidikan
Islam secara luas.
Dan yang kami harapkan adalah dengan makalah ini kami buat untuk dapat
menambah wawasan dan pengetahuan dan semoga bermanfaat bagi banyak orang bahkan
banyak kalangan, dan makalah ini sebagai bukti bahwa kami penulis telah menyelesaikan
makalah ini dengan semaksimal mungkin. Sesuai dengan kemampuan yang ada agar makalah
ini dapat tersusun sesuai harapan.
Dengan ini kami berterimakasih kepada bapak Andri Andriansyah, M.Pd. yang
telah memberikan kesempatan kami untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “10 KETERAMPILAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR” Sebagai
bahan materi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk kita semua. Terakhir, kami sebagai pemakalah meminta maaf jika
terdapat kesalahan dan untuk bapak dosen serta rekan-rekan mahasiswa, kami mengharapkan
kritik dan sarannya untuk kami perbaiki kedepannya dan mengucapkan banyak terimakasih
dari banyak pihak atas support dalam pembuatan makalah ini, semoga Allah memberikan
kelancaran dan kesuksesan kepada kita semua. Amiin Allahumma Amiin.
.
Bogor, 22 Februari 2022
Penyusun
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Guru memiliki banyak peran dalam pembelajaran tatap muka, salah satunya sebagai
informator. Guru harus berusaha menginformasikan materi/pesan pembelajaran secara
jelas dan mudah diterima oleh siswa. Ini berarti guru harus menyiapkan teknologi
pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi. Sebagai salah satu
bagian teknologi pembelajaran, media pembelajaran dapat membantunya dalam
menyajikan pesan secara efektif dan efisien.
Proses belajar mengajar akan berjalan efektif dan efisien bila didukung dengan
tersedianya media yang menunjang. Penyediaan media serta metodologi pendidikan
yang dinamis, kondusif serta dialogis sangat diperlukan bagi pengembangan potensi
peserta didik, secara optimal. Hal ini disebabkan karena potensi peserta didik akan
lebih terangsang bila dibantu dengan sejumlah media atau sarana dan prasarana yang
mendukung proses interaksi yang sedang dilaksanakan. Media dalam perspektif
pendidikan merupakan instrumen yang sangat strategis dalam ikut menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab keberadaannya secara langsung dapat
memberikan dinamika tersendiri terhadap peserta didik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu 10 keterampilan dasar mengajar ?
2. Apa saja 10 keterampilan dasar mengajar?
3. Bagaimana cara menggunakan 10 keterampilan dasar mengajar?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengenal 10 keterampilan dasar mengajar
2. Untuk mengetahui 10 keterampilan dasar mengajar
3. Untuk memahami 10 keterampilan dasar mengajar
2
BABII
PEMBAHASAN
A. KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
1. Membuka pelajaran
Membuka pelajaran adalah kegiatan guru dalam menarik perhatian siswa,
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. Yaitu dengan
membangun kondisi belajar yang efektif, memberikan motivasi kepada siswa agar
semangat dalam mengikuti pembelajaran, memberikan pemahaman kepada siswa
pentingnya materi yang akan disampaikan, membangun suasana komunikatif
antara guru dengan siswa. Komponen keterampilan membuka dan menutup
pelajaran meliputi perhatian, menimbulkan motivasi pada peserta didik kaitannya
dengan materi pembelajaran.
Menurut Darmadi (2009) mengumukakan bahwa membuka pelajaran
merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk mengaitkan pengalaman siswa
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
menciptakan prakondisi agar mental dan perhatian siswa tertuju pada materi
pelajaran yang akan dipelajari mereka. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya
dilakukan pada awal pelajaran saja melainkan juga pada awal setiap penggal
kegiatan, misalnya pada saat memulai kegiatan tanya jawab, mengenalkan konsep
baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pengerjaan tugas dan lain-lain.Dapat
disimpulkan bahwa membuka pembelajaran adalah kegiatan yang di lakukan oleh
guru untuk menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran dari awal
pelajaran sampai pembelajaran selesai.
Dalam keterampilan membuka pelajaran ada beberapa indikator yang perlu
dicapai. Berikut indikator Menurut Usman(2013) yaitu:
Menarik perhatian siswa
a. gaya mengajar guru
b. pengggunaan alat bantu pelajaran
c. pola intraksi yang bervariasi
2. Menutup pelajaran
Keterampilan menutup pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh
guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Menurut
Senjaya(2010), menutup pembelajaran dapat dartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan
gambaran menyeluru tentang apa yang telah diperlajari siswa serta keterkaitan
3
dengan pengalman sebelumnya, mengetahui tingkat kebserhasilan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
4
pembelajaran yang dilaksanakan.
5
belajar siswa. Dengan menggunakan bermacam-macam alternatif media, para siswa
dapat ditumbuhkan keaktivannya karena para siswa lebih banyak belajar; tidak hanya
mendengarkan. Bahan ajar juga lebih bermakna karena melibatkan siswa untuk
berpikir secara, aktif dan kritis. Selain itu, pembelajaran menjadi lebih bervariasi
karena tidak hanya dihadapkan pembelajaran secara verbal dan membosankan.
Apabila dalam pembelajaran digunakan media, ada beberapa manfaat yang diperoleh.
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistic
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan indra.
3. Menimbulkan gairah belajar karena terjadi interaksi lebih langsung antara
murid dengan sumber belajar.
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori & kinestetiknya.
5. Memberi rangsangan yang sama, menyamakan pengalaman, dan menimbulkan
persepsi yang sama.
6
Jenis-jenis metode dapat dikelompokkan ke dalam beberapa pendekatan, diantaranya:
a. Berdasarkan pemberian informasi:
1) Metode Ceramah
Metode Ceramah yaitu cara penyampaian informasi secara lisan yang
dilakukan oleh sumber belajar kepada warga belajar. Metode ini merupakan
yang paling banyak digunakan dalam kesempatan penyampaian informasi
dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini diakibatkan adanya
kemampuan setiap orang untuk berkomunikasi atau menyampaikan pesan
kepada orang lain.
2) Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab yaitu cara penjelasan informasi yang pelaksanaannya
saling bertanya dan menjawab antara sumber belajar dengan warga belajar.
3) Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi yaitu cara memperagakan sesuatu hal yang
pelakasanaannya diawali oleh peragaan sumber belajar kemudian diikuti oleh
warga belajar. Hal yang diperagakan adalah harus kegiatan yang sebenarnya,
tidak bersifat abstrak.
b. Berdasarkan pemecahan masalah:
1) Metode Curah Pendapat (Brainstorming)
Metode Brainstorming atau Curah Pendapat yaitu cara untuk menghimpun
gagasan atau pendapat dari setiap warga belajar tentang suatu permasalahan.
2) Metode Diskusi Kelompok
Metode Diskusi Kelompok yaitu cara pembahasan suatu masalah oleh
sejumlah anggota kelompok untuk mencapai suatu kesepakatan.
c. Berdasarkan penugasan:
1) Metode Latihan (Drill)
Metode drill yaitu cara melatih warga belajar tentang kegiatan-kegiatan
tertentu secara berulang-ulang dengan materi yang sama.
2) Metode Penugasan (Resitasi)
Metode Resitasi yaitu cara pemberian tugas yang dilakukan oleh sumber
belajar kepada warga belajar yang pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam
kelas maupun di luar kelas, serta dapat dilakukan secara individual maupun
kelompok.
d. Metode Permainan:
1) Role Playing
Metode Role Playing yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa
peragaan secara singkat oleh warga belajar dengan tekanan utama pada
karakteristik/sifat seseorang dengan dasar memerankan cuplikan tingkah laku
dalam situasi tertentu, yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang
masalah yang baru diperagakan
2) Sosiodrama
Metode Sosiodrama yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa
peragaan oleh warga belajar dengan tekanan utama pada karakteristik/sifat
seseorang dengan dasar memerankan tingkah laku dalam situasi tertentu
7
dengan didasarkan pada cerita yang utuh, yang dilanjutkan dengan kegiatan
diskusi tentang masalah yang baru diperagakan.
e. Simulasi
1) Metode Kelompok Kerja (Workshop)
Metode kelompok kerja adalah cara pembelajaran yang melibatkan peserta
dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas.
2) Metode Karyawisata
Metode Karyawisata yaitu cara mengunjungi suatu tempat/objek tertentu
dengan melibatkan seluruh warga belajar, dengan kegiatan ada unsur karya
dan unsur wisatanya.
1. Model Pembelajaran
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka
sehinggatujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model
pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang palingtepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu,
dalam memilih modelpembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahanajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri.
1. Kooperatif (Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluq
sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan
dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa
dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniature dari
hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing- masing.
2. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian
atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan
dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa
manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia
pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman
dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas
siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan
mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran para ahli
pembelajaran menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran
konstruktifistik dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya
perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan fokus
pembelajaran dari berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa.
8
Pembelajaran yang berpusat pada siswa mempunyai tujuan agar siswa
memiliki motivasi tinggi dan kemampuan belajar mandiri serta
bertanggungjawab untuk selalu memperkaya dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ada beberapa pembelajaran yang
berpusat pada siswa yaitu salah satunya adalah pembelajaran berbasis
masalah.
4. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas
tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap
kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi.
Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa
kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan
sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka, ramah , lembut, santun. Setelah selesai kerja kelompok sajikan
hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
E. KETERAMPILAN BERTANYA
Mengajar yang baik berarti membuat pertanyaan yang baik pula. Peranan
‘pertanyaan’ sangat penting dalam menyusun sebuah pengalaman belajar bagi murid.
Socrates meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan akan diketahui atau tidak
diketahui oleh siswa, hanya jika guru dapat mendemonstrasikan keterampilan
bertanya yang baik dalam praktik pembelajaran di kelas. Pembelajaran hakekatnya
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam
suasana interaktif yang terarah pada tujuan pembelajaran. Ada tidaknya interaksi
adalah merupakan tanggung jawab guru, (Rusmayanti et al., 2017) sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus. Suatu cara untuk menumbuhkan interaksi ini adalah
dengan mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa. Umumnya orang
bertanya jika ia ingin mengetahui apa yang belum diketahuinya. Di dalam kelas, guru
bertanya kepada siswa untuk berbagai tujuan, diantaranya untuk:
1. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pokok bahasan.
2. Membangkitkan motivasi dan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran.
3. Memusatkan perhatian siswa terhadap pokok bahasan
4. Mengaktifkan dan memproduktifkan siswa dalam pembelajaran.
5. Menjajaki hal-hal yang telah dan belum diketahui siswa terkait materi.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pertanyaan yang diajukan
guru mempunyai beberapa maksud. (Fathoni, 2019) Satu pertanyaan yang diajukan
dapat mencapai beberapa tujuan sekaligus pada waktu yang sama. Kadang-kadang hal
ini tidak disadari, baik oleh siswa maupun oleh guru itu sendiri, sebab pertanyaan itu
berkembang.
9
keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut. Keterampilan bertanya
dasar mempunyai beberapa kemampuan dasar yang perlu diterapkan dalam
mengajukan segala jenis pertanyaan. Keterampilan bertanya lanjut adalah
keterampilan yang dimiliki guru setelah guru memiliki keterampilan bertanya dasar
yang lebih berusaha untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar
tingkat partisipasi siswa, dan mendorong siswa agar kritis.
10
menyenangkan. Misalnya dalam penguatan negatif, guru memberikan sindiran
kepada siswa yang tidak memperhatikan saat guru tersebut menerangkan suatu
materi pelajaran. Manfaat penguatan bagi siswa, antara lain :
1. Meningkatnya perhatian dalam belajar.
2. Membangkitkan dan memelihara perilaku.
3. Menumbuhkan rasa percaya diri.
4. Memelihara suasana belajar yang kondusif.
Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang harus
dikuasai oleh guru karena penguatan yang diberikan kepada siswa akan
membangkitkan semangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Semangat
siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkap ilmu sehingga nantinya
tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat diraih dengan baik. (Rusmayanti et
al., 2017) Penguatan harus dilakukan secara merata kepada siswa yang baik
ataupun kurang baik perilakunya. Guru tidak boleh membeda-bedakan dalam
memberikan penguatan.
11
1. Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2. Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3. Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4. Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5. Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang
memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan
penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal.
1
Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 84
2
Ibid., hlm. 84
12
1. Keterampilan mengajar variasi serta hubungannya dengan keterampilan-
keterampilan guru profesionnal lainnya, seperti penguasaan berbagai metode
mengajar dan keterampilan mengajukan pertanyaan.
2. Penggunaan berbagai ketrampilan mengajar dengan variasi perlu direncanakan
sebelumnya dan sebaliknya dicantumkan dalam satuan pelajaran yang harus
disusun sebagai persiapan mengajar.
3. Penggunaan variasi sangat dianjurkan, tetapi harus luwes dan wajar serta sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Pemakaian variasi yang berlebihan justru akan
menimbulkan kebingungan dan mengganggu proses belajar mengajar. oleh karena
itu guru perlu memperhatikan reaksi siswa, baik reaksi tingkah laku ataupun reaksi
perhatian siswa.
13
1) Membiasakan bergerak bebas di dalam kelas. Gunanya untuk
menanamkan rasa dekat kepada siswa sambil mengontrol tingkah laku
siswa
2) Jangan membiasakan menerangkan sambil menulis menghadap ke papan
tulis
3) Jangan membiasakan menerangkan dengan arah pandangan ke langit-
langit, ke arah lantai, atau keluar, tetapi arahkan pandangan menjelajahi
seluruh kelas.
4) Bila ingin mengobservasi seluruh kelas, bergeraklah perlahan-lahan ke
arah belakang dan dari belakang ke arah depan untuk mengetahui tingkah
laku siswa.3
14
menarik perhatian siswa dan dapat melibatkan siswa dalam membentuk
dan memperagakan kegiatan, baik secara individual maupun kelompok.
Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah peragaan yang dilakukan oleh
guru atau siswa, model, spesimen, patung, topeng, dan boneka, yang dapat
digunakan oleh siswa dengan meraba, menggerakkan, memperagakan atau
memanipulasinya.
5
Dr. Hj. Helmiati, M.Ag, Microteaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, (Yogyakarta: Aswaja
Pressindo, 2013), hlm. 72
15
d. Merangkum hasil pembicaraan pada tahap-tahap tertentu sebelum
melanjutkan dengan masalah berikutnya.
16
para siswa dalam berpartisipasi. Penyebaran kesempatan berpartisipasi ini
dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
a. Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi dengan
mengarahkan pertanyaan secara bijak
b. Mencegah terjadinya pembicaraan yang serentak, dengan memberi giliran
pada siswa yang pendiam terlebih dahulu
c. Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan
d. Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga interaksi
antar siswa dapat ditingkatkan
e. Meminta persetujuan siswa untuk melanjutkan diskusi dengan mengambil
salah satu pendapat/jalan tengah yang dianggap sesuai oleh guru, apabila
diskusi menemui jalan buntu
6. Menutup diskusi
Keterampilan terakhir yang harus dikuasai guru adalah menutup diskusi.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN
Pengertian
Ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah kecakapan
menanamkan pengetahuan yang dilakukan pada sekelompok siswa dan pada siswa
secara individu (Muhidin, 2011). Mengajar kelompok kecil dan perorangan
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab
antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik
(Djoeulie, 2010). Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu
diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang
disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik (Djoeulie, 2010).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi
Pada dasarnya, siswa mempunyai karakteristik yang sangat berbeda satu dengan
lainnya. Untuk melayani perbedaan ini, diperlukan variasi pengorganisasian kegiatan
klasikal, kelompok kecil, dan perorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan
hanya mungkin terwujud jika terpenuhi syarat-syarat berikut :
a. Ada hubungan yang sehat dan akrab antara guru-siswa dan antar siswa.
b. Siswa belajar dengan kecepatan, kemampuan, cara, dan minat sendiri.
c. Siswa mendapat bantuan sesuai dengan kebutuhannya.
17
d. Siswa dilibatkan dalam perencanaan belajar.
e. Guru dapat memainkan berbagai peran
Pola Penggunaan Pengajaran Kelompok Kecil dan Perorangan Dalam Kelas
Kelas Besar → Kelompok Kecil + Perorangan → Kelas Besar
Dalam pola ini kegiatan belajar mengajar di kelas dimulai dengan pertemun
klasikal (kelas besar) untuk memberikan infomasi umum yang diperlukan siswa untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Informasi yang diberikan kepada siswa antara
lain:
a. Pokok bahasan yang akan dipelajari
b. Tugas-tugas yang akan dikerjakan
c. Langkah-langkah mengyelesaikan tugas
d. Informasi lain yang diperlukan
Setelah itu, siswa diberi kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja dalam
kelompok kecil atau bekerja perorangan. Setelah siswa mengyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan dalam kelompok kecil atau perorangan, kegiatan belajar mengajar
berikutnya adalah mengikuti pertemuan klasikal kembali untuk melaporkan tugas-
tugas yang mereka kerjakan.
18
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J. Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut bahasa ”keterampilan” artinya kecakapan untuk menyelesaikan tugas.
Sedangkan menurut istilah ”keterampilan” adalah sekumpulan pengetahuan dan
kemampuan yang harus dikuasai. Kemudian ”mengelola” menurut bahasa artinya
mengendalikan, menyelenggara, mengurus, menjalankan. Menurut istilah
”mengelola” adalah penciptaan suatu kondisiyang memungkinkan belajar siswa
menjadi optimal. Kelas artinya ruang belajar. Seorang guru yang berhasil dalam
mengajar bukan saja ditentukan oleh hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar, seperti perumusan tujuan secara tepat dan jelas, pemilihan
pengajar, penguasaan materi yang memadai, pemilihan metode mengajar yang tepat,
serta lengkapnya sumber belajar. Tetapi ada juga hal-hal yang menentukan
keberhasilan seorang guru seperti kemampuan guru dalam mencegahnya timbul
tingakah laku siswa yang mengganggu berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
serta keterampilan guru dalam mengelolanya.
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru dalam menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal serta guru mampu mengembalikannya bila
terjadi masalah dan gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam artian, kegiatan-
kegiatan untuk memelihara kondisi belajar yang optimal dan mempertahankan kondisi
belajar apabila terjadi suatu gangguan dan masalah ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Adapun yang termasuk ke dalam hal ini, seperti halnya penghentian
tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi
siswa yang tidak menepati waktu yang telah disepakati
19
baik itu menurut Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel digolongkan ke dalam empat
point, yakni:
a. Attetion Getting Behaviors
Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain. Misalnya membadut di kelas,
atau berbuat lamban sehingga memerlukan pertolongan ekstra.
b. Power Seeking
Maksudnya adalah tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan. Misalnya selalu
mendebat, kehilangan kendali emosional (marah, menangis) atau selalu lupa pada
peraturan di kelas.
c. Revenge Seeking Behaviors
Maksunya adalah tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain. Misalnya
menyakiti orang lain dengan perkataan-perkataan yang tidak baik, memukul,
menggigit dan lain-lain.
d. Passive Behaviors
Maksudnya peragaan ketidak mampuan, yakni sama sekali menolak untuk mencoba
melakukan suatu apapun karena khawatir gagal.
Ada empat tipe tingkah laku yang kurang baik dalam masalah individual ini
yakni, bentuk tingkah laku mencari perhatian yang aktif dan fasif. Bentuk mencari
perhatian yang aktif bersifat merusak seperti bergaya sok, melawak, mengacau,
menjadi nakal, anak yang terus menerus bertanya atau rewel. Adapun bentuk fasifnya
yang bersifat merusak seperti pemaksaan ingin mendapatkan perhatian orang
laindengan minta tolong terus.
Tingkah laku untuk mencari kekuasaan hampir sama dengan kasus tindakan di
atas, namun sifatnya lebih kuat yakni mencari perhatian yang sifatnya merusak.
Pencari kekuasaan yang aktif biasanya suka membantah, berbohong, pemukul,
mempunyaiwatak pemarah, menoloak perintah, dan benar-benar tidak tunduk. Pencari
kekuasaan yang fasif adalah orang yang sangat nyata, biasanya tidak mau bekerja
sama. Murid seperti ini sangat pelipa, keras kepala, dan tidak mau patuh.
Tingkah laku untuk melampiaskan dendam, murid yang mencari pelampiasan
dengan disebabkan putus asa dan bingung sehingga mencari keberhasilan dengan cara
menyakiti orang lain, menyerang fisik (mencakarm memukul, menendang),
bermusuhan dengan teman-temannya. Mereka adalah anak yang tidak mempunyai
rasa sakit dan kurang sportif. Biasanya anak tersebut pelampiasannya lebih banyak
secara aktif dari pada secar pasif. Secara aktif digambarkan sebagai anak kejam dan
penuh kebencian. Secara pasif digambarkan sebagai orang yang cemberutdan
menantang.rutdan menantang.
Tingkah laku memperlibatkan ketidak mampuan, murid yang berkelakuan
buruk merupakan pribadi yang sangat putus asa, pesimis dalam mencapai
keberhasilan, dan hanya mengalami kegagalan dan terus menerus.
2. Masalah Kelompok
Adapun masalah kelompok dalam pengelolaan kelas menurut Johnson dan Bany.
yakni:
20
a. Kurangnya kesatuan, ditandai dengan konflik-konflik antara individu dengan sub
kelompok. Misalnya konflik antara jenis kelamin.
b. Ketidaktaatan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja, misalnya keributan,
kegaduhan, berbicara keras, bertingkah laku yang mengganggu saat mereka
diharapkan bekerja dalam suasana tenang di tempat duduk masing-masing.
c. Reaksi negatif terhadap pribadi anggota kelas ditandai dengan kesan bermusuhan
terhadap anak-anak yang tidak diterima oleh kelompok, menghalagi usaha kelompok.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah individual menyangkut
tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain, tingkah laku yang ingin
menunjukkan kekuatan, tingkah laku untuk menyakiti orang lain, dan peragaan
ketidak mampuan. Sedangkan masalah kelompok menyangkut: kurangnya kesukaan,
ketidak taatan terhadap standar tindakan dan prosedur kerja, reaksi negatif, pengakuan
kelas terhadap kelakuan guru, kecendrungan adanya gangguan, ketidak mampuan
untuk menyesuaikan diri.
Keterampilan mengelola kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya yarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Serta
hubungan yang baik antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa
merupakan suatu syarat berhasilnya pengelolaan kelas. Sekaligus tercapai suatu
kondisi belajar yang optimal jika guru mampu mengatur siswa dan sarana prasarana
serta mampu mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pengajaran
21
Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar bukan menakut-nakuti,
mengancam atau memberikan kritikan-kritikan kelompok kecil dan individu ditandai
dengan kesiagaan, minat dan perhatian guru terhadap aktivitas siswa serta tugas guru.
3) Memberi pernyataan
Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh siswa sangat diperlukan,
baik berupa tanggapan, komentar, dan lain-lain. Akan tetapi harus dihindari hal-hal
yang menunjukkan dominasi guru, seperti komentar atau pernyataan yang
mengandung ancaman.
4) Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketidak acuhan
Memberi reaksi berupa teguran perlu dilakukan oleh guru untuk menmgembalikan
keadaan kelas yang tidak tenang.
b. Membagi perhatian
Pengeloaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada
beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama, membagi perhatian ini
dapat dilakukan dengan cara:
1) Visual
Guru mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada giatan yang lain denagan
kontak pandang terhadap kelompok siswa atau seorang siswa.
2) Verbal
Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan lain-lain terhadap
aktivitas seorang siswa sementara guru meminpin kegiatan siswa yang lain.
22
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Keterampilan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang atau suatu usaha
seseorang agar suatu aktifitas dapat berjalan lancar dan berkelanjutan. Seorang guru
tentunya perlu memiliki keterampilan-keterampilan dalam mengajar. Hal ini
bertujuan agar proses pembelajaran dapat terkendali dengan baik dan berjalan
lancar. Sehingga pembelajaran yang disampaikan guru dapat diterima dengan jelas,
mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa.
1. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
2. Keterampilan Menjelaskan
3. Keterampilan Menguasai media pembelajaran
4. Keterampilan Menguasai metode dsn media pembelajaran
5. Keterampilan Bertanya
6. Keterampilan Memberi penguatan
7. Keterampilan Mengadakan variasi
8. Keterampilan Membimbing diskusi
9. Keterampilan Mengajarkan kelompok kecil dan peserorangan
10. Keterampilan Mengelola kelas
23
DAFTAR PUSTAKA
Aini, H., Suandi, N., & Nurjaya, G. (2019). Pemberian Penguatan (Reinforcement). Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha, 8(1). Fathoni, T. (2019).
Keterampilan Bertanya.
Rahmatu. (2020). KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN.
Rusmayanti, A., Muti’ah, A., & Husniah, F. (2017). Penerapan Keterampilan Bertanya dan
Memberikan Penguatan. Lingua Franca, Vol. II (2(2), 510–518.
Azhar Arsyad. (2011). Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 36(1), 9–
34.
Fathurrohman. (2001). MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, 1589, 105–112.
Hatimah, I. (2012). JENIS METODE PEMBELAJARAN. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah.
Pebrianti, F. (2019). Kemampuan Guru dalam Membuat Media Pembelajaran Sederhana.
Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa (Semiba), December, 93–98.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2001. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Bahri Dzamarah, Syaiful. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
PendekatanTeoritis Psikologis, Jakarata: Rineka Cipta, 2005.
B. Uno, Hamzah. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yng Kreatif
dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
J. J. Hasibuan dkk. Proses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Pengelolaan
Mikro,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru ,
Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2007.
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengekfektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002.
24