Anda di halaman 1dari 8

HERMENEUTIKA

Dialektika Sense Reference, dan Prosa: Antara Sense dan Reference

Dosen Pengampu : Ridwan, S.S., M.A.

Disusun oleh :

1. Aulia Ulva (200511501016)


2. Mildawati (200511500002)
3. Niken Salsabila (200511501021)

PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hermeneutika merupakan sebuah teori yang bisa dijadikan alat untuk
menginterpretasikan sebuah karya. Hermeneutika secara umum dapat didefinisikan
sebagai suatu teori atau filsafat tentang interpretasi makna. Kata hermeneutika itu sendiri
berasal dari kata kerja Yunani “hermeneuien” yang memiliki arti menafsirkan,
menginterpretasikan atau menerjemahkan.

Teks dalam dirinya memang memiliki struktur tertentu yang disebut dengan pengertian
(sense), yang didekati dalam kerangka penjelasan. Sementara itu, teks juga mengandung
sesuatu yang hendak disampaikan, yang disebut dengan acuan (reference) yang didekati
dalam kerangka pemahaman (Mukalam, 2006: 253).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sense?
2. Apa yang dimaksud reference?
3. Apa kaitan antara sense dan reference?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah hermeneutika.
2. Untuk mengethaui arti sense.
3. Untuk mengetahu arti reference.
4. Untuk mengetahui kaitan antara sense dan reference.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sense (Makna)
Sense atau arti adalah faktor yang memahami suatu ungkapan yang dapat digunakan
untuk merujuk pada individu tertentu dalam waktu tertentu (Saeed, 1997: 32). Sense pada
ekspresi merupakan sesuatu yang abstrak tetapi sangat membantu untuk memusatkan
perhatian yang tersimpan dalam benak pengguna bahasa. Saat seseorang memahami
sepenuhnya tentang sesuatu yang dikatakan kepadanya, masuk akal untuk mengatakan
bahwa dia memahami ekspresi yang dia dengar (Hurford, 2007:31).
Sense diartikan juga sebagai pengertian umum atau konsep yang mendasari kata
tersebut. Sense juga memiliki pengertian berdasarkan kamus. Pengertian ini dapat
digambarkan seperti yang terkandung dalam kamus untuk kata yang dimaksud (Riemer,
2010: 17). Untuk mendukung teori yang dimaksud pada referensi konstan dan variabel,
maka di bawah ini penulis memberikan contoh secara umum pada referensi
konstan,variabel dan sense.
a. Konstan :
1). Pacific Ocean
2). Eiffel Tower
Kedua contoh di atas merupakan bentuk yang merujuk secara konstan karena
bentuk rujukannya hanya satu dan akan tetap sama bentuk rujukannya ketika
digunakan dalam konteks yang berbeda.
b. Variabel :
1). I
2). You
3). She/he
4). We
5).They 6). dan lain lain.
Beberapa contoh di atas menunjukkan bentuk yang merujuk secara variabel
karena bentuk-bentuk rujukannya akan dapat berubah pada seseorang bedasarkan
konteks yang dibahas.
c. Sense: The queen has fallen off the table.
Queen adalah seorang perempuan yang memiliki kuasa memimpin suatu kerajaan.
B. Reference (Acuan/Rujukan)
Makna referensi adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya
dengan dunia luar (objek atau gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh analisis
komponen (Kridalaksana, 1984:120). Makna referensial merupakan makna yang
langsung berhubungan dengan acuan yang diamankan oleh leksem. Terlebih dahulu perlu
kita pahami makna referensi. Referen atau acuan adalah kenyataan yang disegmentasikan
dan merupakan fokus lambang. Referen merupakan unsur bahasa yang ditunjuk oleh
unsur bahasa.
Makna referensial mengisyaratkan pada kita tentang makna yang secara langsung
mengacu pada sesuatu, dapat berupa benda nyata, peristiwa, proses, gejala, ciri, dan
sebagainya. Kalau kita mengatakan ‘gunung’, maka lambang ini mengacu pada tanah
bukit yang sangat besar (biasanya tingginya lebih dari 600m) yang didalamnya ada lahar
panas (bagi yang masih aktif) atau sudah tidak mengeluarkan lava (bagi yang sudah
mati). Leksem ‘gunung’ secara langsung kita hubungkan dengan referennya. Bagi
seorang yang pernah melihat gunung dia akan dengan mudah memahami makna leksem
tersebut dan tidak mungkin muncul asosiasi lain. Kalau kita mengatakan ‘indah’.
Mengacu pada sifat (menyenangkan, menghibur, enak dilihat, dsb.).
Pemberian makna referensial suatu kata pada sisi lain tidak dapat dilepas dari
pemahaman pemberi makna itu sendiri terhadap ciri referen yang diacunya. Perlu pula
kita pahami makna referensial ini di dalam hubungannya dengan makna konseptual yang
telah dijelaskan di depan. Untuk itulah kita berurusan juga dengan makna denotasi.
Denotasi makna suatu leksem dapat menunjuk pada referensi dan dapat menunjuk pada
hasil konseptualisasi. Denotasi makna kata atau leksem yang masih yang masih
menunjuk pada referen dasar yang sesuai dengan fakta disebut makna referensial,
sedangkan denotasi makna kata yang dihasilkan dari konseptual pemakainya disebut
konseptual. Misalnya leksem ‘mobil’. Perbedaan makna referensial atas leksem ‘mobil’,
yaitu mobil adalah sebuah benda, sedangkan perbedaan makna konseptual atas leksem
‘mobil’, yaitu mobil adalah ‘alat angkutan atau transportasi’.
Jadi dapat simpulkan, kita dapat menemukan makna referensial apabila kata atau
leksem itu mempunyai acuan, baik yang berupa benda, gejala, proses, dan sebagainya,
maka itu disebut makna referensial (Sutomo, 2015:30)

C. Antara Sense dan Reference


Teks dalam dirinya memang memiliki struktur tertentu yang disebut dengan
pengertian (sense), yang didekati dalam kerangka penjelasan. Sementara itu, teks juga
mengandung sesuatu yang hendak disampaikan, yang disebut dengan acuan (reference)
yang didekati dalam kerangka pemahaman (Mukalam, 2006: 253).
Ricoeur mengikuti Gadamer ketika menegaskan otonomi teks, namun ia masih
melekat kepada pra-duga hermeneutik atas kecocokan ekspresi-ekspresi hidup tertentu
yang, di tangannya, membuatnya dekat dengan teori Betti saat ia memperluas karakter
kecocokan peristiwa sampai maknanya. Disini, Ricoeur membebaskan makna teks dari
dialektika pertanyaan-jawaban yang dengannya Gadamer telah mengidentifikasikan
dialog dan berjalan lebih jauh dengan menyatakan bahwa dialog “menemukan”
pengharapannya yang terbesar dalam ujaran yang tertulis (Adabiyah, 2018:84).
Teks sebagai wacana yang dikembangkan Ricoeur mengacu pada dialektika antara
peristiwa dan makna, yaitu peristiwa sebagai proposisi yang dianggap sebagai fungsi
predikatif yang digabung dengan identifikasi. Dengan demikian, wacana diaktualisasikan
sebagai peristiwa; semua wacana dipahami sebagai makna. Makna atau sense berarti
menunjukkan pada isi proposisional, seperti sintesis dua fungsi: identifikasi dan
predikasi. Penekanan dan pelampauan peristiwa dalam makna inilah yang menjadi ciri
utama wacana (Adabiyah, 2018:84).
Konsep makna ini mengacu pada apa yang dilakukan pembaca dan apa yang
dilakukan kali mat. Makna teks sebagai proposisi merupakan sisi “objektif” makna ini.
Sisi “objektif” wacana itu sendiri bisa dijelaskan dengan dua cara berbeda. Boleh
diartikan “apa” wacana dan “tentang apa” wacana. “Apa”-nya wacana adalah sensedan
“tentang apa” wacana adalah reference-nya. Jika sense itu imanen terhadap wacana dan
objektif dalam arti ideal, sedangkan reference mengungkapkan gerak ketika bahasa
melampaui dirinya sendiri. Dengan kata lain. Sense berkorelasi dengan fungsi identifikasi
dan fungsi predikasi dalam kalimat, dan reference menghubungkan bahasa dengan dunia
(Adabiyah, 2018:84).
Oleh karena itu, interpretasi teks bergerak pada dua wilayah, yaitu “ke dalam”
sense, yang berupa “penjelasan” terhadap dunia di dalam teks dan “ke luar” reference,
yang berupa “pemahaman” terhadap dunia luar yang diacu oleh teks (Adabiyah,
2018:85).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sense atau arti adalah faktor yang memahami suatu ungkapan yang dapat digunakan
untuk merujuk pada individu tertentu dalam waktu tertentu (Saeed, 1997: 32). Sense pada
ekspresi merupakan sesuatu yang abstrak tetapi sangat membantu untuk memusatkan
perhatian yang tersimpan dalam benak pengguna bahasa.
Makna referensial mengisyaratkan pada kita tentang makna yang secara langsung
mengacu pada sesuatu, dapat berupa benda nyata, peristiwa, proses, gejala, ciri, dan
sebagainya. Kalau kita mengatakan ‘gunung’, maka lambang ini mengacu pada tanah bukit
yang sangat besar (biasanya tingginya lebih dari 600m) yang didalamnya ada lahar panas
(bagi yang masih aktif) atau sudah tidak mengeluarkan lava (bagi yang sudah mati).
Leksem ‘gunung’ secara langsung kita hubungkan dengan referennya. Bagi seorang yang
pernah melihat gunung dia akan dengan mudah memahami makna leksem tersebut dan
tidak mungkin muncul asosiasi lain.
Kaitan antara sense dan reference ialah sense merupakan makna yang muncul dari
akal pikiran (imanen) sedangkan reference mmerupakan makna yang merujuk kepada
lambang atau symbol pada sesuatu, dapat berupa benda nyata, peristiwa, proses, gejala, ciri,
dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, MA MISTISISME PEREMPUAN DALAM DIWAN TARJUMAN AL-
ASYWAQ KARYA IBNU ARABI. Jurnal Adabiyah , 18 (1), 82-90
Sutomo, J. (2015). Konteks, Referensi, dan Makna: Kajian Semantik. Dinamika Bahasa
dan Budaya, 10(2).
Budiman, E., Lasut, TM, & Ranuntu, GC (2021). REFERENSI DAN SENSE DALAM
KIDUNG AGUNG (SUATU ANALISIS SEMANTIK). JURNAL ELEKTRONIK
FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SAM RATULANGI , 20 .

Anda mungkin juga menyukai