Anda di halaman 1dari 6

Akhlak Nabi Muhammad Saw Sebelum Diutus

PENDAHULUAN

Kehidupan bangsa Arab sebelum diutusnya Rasulullah berada dalam kekacauan yang luar biasa.
Mereka menyekutukan Allah, banyak berbuat maksiat, tidak memiliki norma, percaya kepada
khurafat, dan berbagai bentuk kebobrokan moral lainnya.

Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam, yang merupakan nabi dan rasul terakhir, diutus di saat
tiadanya para rasul. Vakumnya masa itu dari para pembawa risalah dikarenakan Allah murka kepada
penduduk bumi baik orang Arab dan selainnya, kecuali sisa-sisa dari ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani)
yang mereka telah meninggal.

Saat itu, memang hanya satu di antara dua orang ahlul kitab yang berpegang dengan kitab yang sudah
dirubah atau dihapus, atau dengan agama yang punah, baik bangsa Arab atau lainnya. Sebagiannya
tidak diketahui dan sebagian yang lain sudah ditinggalkan. Akibatnya, seorang yang ummi (tidak bisa
baca tulis) hanya bisa bersemangat beribadah namun dengan apa yang ia anggap baik dan disangka
memberi manfaat baik berupa bintang, berhala, kubur, benda keramat, atau yang lainnya.

Manusia saat itu benar-benar dalam kebodohan, ucapan-ucapan yang mereka sangka baik padahal
bukan, serta amalan yang disangka baik padahal rusak. Paling mahirnya mereka adalah yang
mendapat ilmu dari warisan para nabi terdahulu namun telah samar bagi mereka antara haq dan batil.
Atau yang sibuk dengan sedikit amalan meski kebanyakannnya mengamalkan bid’ah yang dibuat-buat.
Walhasil, kebatilannya berlipat-lipat kali dari kebenarannya. inilah gambaran ringkas keadaan manusia
yang sangat parah saat itu, khususnya di kota Makkah dan sekitarnya.

Berangkat dari permasalahan diatas, disini penulis ingin sedikit mengupas lebih mendalam mengenai
sifat-sifat nabi sebelum diutus menjadi rasul yang terdapat dalam kitab muqaddimahnya sunan ad-
Darimi dengan nomor hadis 10-12.

PEMBAHASAN

A. Sifat Nabi Sebelum Diutus, hadis ke-10 dalam Muqaddimah Sunan ad-Darimi
َ َ
َ َ َ َ ْ َ َْ ْ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َّ َ ُّ َ ْ َ َ ُ ْ ُ ََّ ُ َ َ َ ْ
‫اء قال‬ ٍ ‫أخبرنا محمد بن ي ِزيد الِحز ِامي حدثنا ِإسحق بن سليمان عن عم ِرو ب ِن أ ِبي قي ٍس عن عط‬
َ َ َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َ ٌ َ َ ْ َ ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َ
َ َّ َ ْ ْ ٌ ُ َ َ َ
‫اب النبي صلى اَّلل علي ِه وسلم له ِإلي ِه حاجة فمشى معه حتى دخل قال‬ ِ ‫كان رجل ِمن أصح‬
ِ ِ
َّ ُ َ ُ ُ ْ ُ ْ َ َ
َْ َ َ َ َ ََْ َ َ ُ ُ ََّ َ ُ َ َ َ ُْ ْ َ ْ َْ ْ ‫َفإ ْح َدى ر ْج َل‬
‫اجي فالتفت فقال أتد ِري من كنت أك ِلم ِإن‬ ِ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ن‬‫أ‬‫ك‬ ‫ه‬ ‫ج‬ ‫ار‬ِ ‫خ‬ ‫ى‬ ‫ر‬ ‫خ‬ ‫أ‬‫ال‬ ‫و‬ ‫ت‬ ِ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫ي‬ ِ ِ
َ ُْ َْ ْ َ َ َ َ َ َْ ْ َ َ َ َ ٌ َ َ َ
َ َ ْ َ َّ َ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ ُّ َ
‫استأذن َرَّبه أن ي َس ِل َم علَّي قال ِإنا آتيناك أ ْو أن َزلنا الق ْرآن‬ ‫هذا َملك ل ْم أ َر ُه قط ق ْبل َي ْو ِمي هذا‬
ً ْ َ َ ُْ ْ َ ََ َّ ‫َف ْص ًلا َو‬
.‫الس ِكينة صب ًرا َوالف ْرقان اصل‬

Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Yazid Al Hizami telah menceritakan kepada kami
Ishaq bin Sulaiman dari 'Amr bin Abu Qais dari 'Atha`, ia berkata; Salah seorang sahabat Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam mempunyai keperluan dengan beliau. Ia berjalan bersama beliau, sampai
ketika sudah memasuki rumah dan salah satu kaki beliau berada di dalam dan yang lainnya di luar
rumah, seakan-akan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bercakap-cakap dengan seorang laki-laki,
setelah itu beliau menoleh dan berbicara kepada sahabat tersebut: Tahukah anda siapa yang aku ajak
bicara? dia adalah malaikat yang aku belum pernah melihatnya sebelum ini, malaikat tersebut
meminta izin Rabbnya agar dapat mengucapkan salam kepadaku. Allah berfirman: "Sesungguhnya
kami mendatangimu atau menurunkan Al Qur'an sebagai pemutus perkara dan As Sakinah sebagai
kesabaran dan Al Furqon sebagai pedoman[1].

sifat nabi yang saya pahami dari hadis diatas, yaitu selalu terbuka dan tidak ada yang dirahasiakan
yang membuat sahabat negative thinking atau dengan kata lain beliau bersifat al-Amin.

a. Al-amin

Al-amin atau amanah artinya dapat dipercaya[2], Jauh sebelum menjadi Rasul beliau sudah diberi
gelar al-Amin (yang dapat dipercaya). Sifat amanah inilah yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas
pemimpin umat atau nabi-nabi terdahulu. Pemimpin yang amanah yakni pemimpin yang benar-benar
bertanggungjawab pada amanah, tugas dan kepercayaan yang diberikan Allah swt yang dimaksud
amanah dalam hal ini adalah apapun yang dipercayakan kepada Rasulullah saw yang meliputi segala
aspek kehidupan.

Firman Allah yang berbicara tentang al-Amin yang diemban oleh setiap manusia terdapat dalam surat
Al-Ahzab 72, bunyinya:
َ َ َ
َ‫يحم ْل َن َها َوأ ْش َف ْق َن م ْن َها َو َح َم َلها‬َْ ََْ َ َ ْ َ َ
ْ ‫اوات َو ْالأ‬
َ
َّ ‫ض َنا ْالأ َم َان َة َع َلى‬
َ ‫الس َم‬ ْ َ َ َّ
ِ ِ ‫ن‬‫أ‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ب‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ‫ال‬
ِ ‫ب‬ ‫ج‬ ‫ال‬
ِ ‫و‬ ‫ض‬ِ ‫ر‬ ِ ‫إِِنا عر‬
ً ُ َ ً ُ َ َ َ ُ َّ ُ ْ
.‫نسان ِإنه كان ظلوما جهولا‬َ ‫الإ‬
ِ

Artinya :“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan menghianatinya dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh”. (QS. Al-Ahzab:
72).

Berdasarkan ayat di atas menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai amanah yang harus
dipertanggungjawabkan kepada Allah swt. walau sekecil apapun amanat itu.

Sifat amanah yang ada pada diri nabi Muhammad saw. Memberi bukti bahwa beliau adalah orang
yang dapat dipercaya, karena mampu memelihara kepercayaan dengan merahasiakan sesuatu yang
harus dirahasiakan dan sebaliknya selalu mampu menyampaikan sesuatu yang seharusnya
disampaikan. Sesuatu yang harus disampaikan bukan saja tidak ditahan-tahan, tetapi juga tidak akan
diubah, ditambah atau dikurangi. Demikianlah kenyataannya bahwa setiap firman selalu disampaikan
nabi sebagaimana difirmankan kepada beliau. Dalam peperangan beliau tidak pernah mangurangi
harta rampasan untuk kepentingan sendiri, tidak pernah menyebarkan aib seseorang yang datang
meminta nasihat dan petunjuknya dalam menyelesaikannya dan lain-lain.

Dalam riwayat lain beliau juga terlihat sifat al-Aminnya yaitu ketika beliau berdagang, beliau selalu
jujur, mengatakan apa adanya sesuai kondisi barang serta tidak pernah menaikan harga melainkan
mengatakan harga modalnya[3].

Dari situlah, ada sedikit gambaran sifat al-Amin nabi pada hadis ini, yang mana nabi tidak mau
membuat sahabat penasaran atau berpikiran yang bukan-bukan kepada nabi saw.
B. Sifat Nabi Sebelum Diutus, hadis ke-11 dalam Muqaddimah Sunan ad-Darimi

‫أخبرنا مجاهد بن موسى ثنا ريحان هو ابن سعيد ثنا عباد هو ابن منصور عن أيوب عن أبي‬

‫سلامة عن أبي قلابة عن عطية انه سمع ربيعة الجرشي يقول أتي النبي صلى اَّلل عليه وسلم‬

‫ فنامت عيناي وسمعت أذناي وعقل‬: ‫فقيل له لتنم عينك ولتسمع أذنك وليعقل قلبك قال‬

‫ فقيل لي سيد بنى دارا فصنع مأدبة وأرسل داعيا فمن أجاب الداعي دخل الدار‬: ‫قلبي قال‬

‫وأكل من المأدبة ورضي عنه السيد ومن لم يجب الداعي ولم يدخل الدار ولم يطعم من المأدبة‬

.‫ فاَّلل السيد ومحمد الداعي والدار الإسلام والمأدبة الجنة‬: ‫وسخط عليه السيد قال‬

Telah mengabarkan kepada kami Mujahid bin Musa telah menceritakan kepada kami Raihan Ibnu Sa'id
telah menceritakan kepada kami 'Abbad Ibnu Mansur dari Ayyub dari Abu Qilabah dari 'Athiyah
bahwasanya ia mendengar Rabi'ah Al Jurasyi berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam didatangkan
lalu dikatakan kepada beliau, silahkan mata baginda tidur, telinga baginda mendengar, dan hati
baginda berpikir. Beliau berkata: maka mata saya melihat, telinga saya mendengar, dan hati saya
berpikir. Ia berkata; saya memperoleh informasi "Ada seorang Tuan yang membangun rumah, lalu
menyediakan jamuan, kemudian ia mengutus seorang untuk mengundang ke jamuan, barang siapa
yang menyambut seruan penyeru dan memasuki rumah lalu makan hidangan maka baginda tersebut
akan ridla kepadanya. Sebaliknya barang siapa yang tidak menyambut seruan penyeru dan tidak
masuk ke rumah serta tidak makan hidangan, maka Tuan akan marah kepadanya. Lalu ia berkata: Tuan
tersebut adalah Allah Subhanahu Wa Ta'ala, penyerunya adalah Muhammad shallallahu 'alaihi
wasallam, rumahnya adalah Islam, dan hidangannya adalah surga[4].

Sifat yang saya tangkap dari hadis diatas adalah nabi selalu ingat kepada Allah (berdzikir) walaupun
matanya tertutup dalam arti nabi selalu ingat kepada Allah dalam setiap keadaan.

a. Selalu Ingat Kepada Allah dalam setiap Keadaan

Nabi saw telah menghimpun banyak kelebihan dari berbagai lapisan manusia selama pertumbuhan
beliau. Beliau selalu menjadi sosok yang unggul dalam pemikiran yang jitu, pandangan yang lurus,
mendapat sanjungan karena kecerdikan, kelurusan pemikiran, serta ketepatan dalam pemikiran. Dan
salah satu sifat yang paling menonjol (signifikan) pada beliau sebelum diutus menjadi rasul adalah
selalu ingat kepada Penciptanya (dzikrullah).[5]

Selalu ingatnya beliau kepada Tuhan terlihat dari kondisi zamannya yang pada waktu itu lagi maraknya
khufarat, minum khamar, menyembah berhala, dan segala bentuk macam maksiat. Beliau selalu
merasa risih terhadap masalah tersebut dan lebih senang dalam kesendiriannya beribadah kepada
Allah swt.

Lebih-lebih ketika beliau sudah diutus menjadi rasul, Dalam riwayat lain juga disebutkan, walaupun
mata nabi tidur tetapi hatinya senantiasa ingat kepada Allah swt. Dari Syarik bin Abdullah bin Abu
Namir aku mendengar Malik bin Anas bercerita kepada kami tentang malam saat nabi saw isra dari
masjid Ka'bah, tiga orang mendatangi beliau sebelum wahyu diturunkan kepadanya, sementara beliau
tidur di Masjid al-Haram, yang pertama orang diantara mereka berkata " orang yang bagaimana dia
diantara mereka? Yang pertengahan diantara ketiganya berkata, "dia sebaik-baik mereka, yang
terakhir berkata ambilah orang terbaik diantara mereka. Maka demikianlah kejadiannya. Lalu beliau
tidak melihat mereka hingga akhirnya mereka datang di suatu malam sebagaimana dilihat oleh
hatinya. Nabi saw tidur kedua matanya tetapi hatinya tidak tidur. Lalu Jibril mengambilnya kemudian
membawanya ke langit.

Kedua matanya tertidur namun hatinya tidak tidur, itu merupakan sebuah kekhususan nabi
dari umatnya, selain itu menjadi kekhususan beliau diantara para nabi[6].

C. Sifat Nabi Sebelum Diutus, hadis ke-12 dalam Muqaddimah Sunan ad-Darimi
َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ ُ َ َ َ َّ َ
ْ َّ َ َ ْ ُ ْ َ َّ ُ ْ َ ْ َ ُْ ُ َ َْ َ َ َ ْ
‫يمي عن أ ِبي عثمان النه ِدي‬ ‫ون التم‬ ٍ ‫أخبرنا الحسن بن ع ِل ٍي حدثنا أبو أسامة عن جعف ِر ب ِن ميم‬
ِ ِ ِ ِ
َ َ َّ َ َ ُ َ َ ْ َ َ َ
ْ ُ ْ َ ُْ ُ َ ََ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َ َّ
‫ود فأقعده وخط علي ِه‬ ٍ ‫اء ومعه ابن مسع‬ ِ ‫اَّلل صلى اَّلل علي ِه وسلم خرج ِإلى البطح‬ ِ ‫أن رسول‬
ُ َ َ َ َ َ ُ َّ َ َ ُ َ َ ٌ َ َ َ َ ْ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ًّ َ
‫خطا ثَّم قال لا تب َرحَّن ف ِإنه َسينت ِهي ِإل ْيك ِرجال فلا تك ِل ْم ُه ْم ف ِإنه ْم ل ْن ُيك ِل ُموك ف َمضى َر ُسول‬
َ َ ُ ْ ُ ُ َ ُ َ ُ َ َْ َ َ ُ َ ْ
ُ َ َّ َ ُ َ َ َُّ َ َ َ ُ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ
‫اوزونه ثم يصدرون ِإلى‬ ِ ‫اَّلل صلى اَّلل علي ِه وسلم حيث أراد ثم جعلوا ينتهون ِإلى الخ ِط لا يج‬ ِ
َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ َ َّ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ
‫ام نفخ‬ ‫اء ِإلَّي فت َوَّسد ف ِخ ِذي وكان ِإذا ن‬ ‫آخ ِر اللي ِل ج‬ ِ ‫ن‬ ْ ‫ان م‬
ِ ‫الن ِبي صلى اَّلل علي ِه وسلم حتى ِإذا ك‬
ِ
َّ ََ ٌ َ َ َّ َ َّ َّ َّ ُ َ ً ْ
ُ َ َ ْ ٌ ٌ َ َ ُ َ َ َ َ ْ َّ
‫اَّلل عل ْي ِه َو َسل َم ُمت َو ِسد ف ِخ ِذي َر ِاقد ِإذ أت ِاني ِرجال كأنه ْم‬ ‫اَّلل صلى‬ ِ ‫ِفي النو ِم نفخا فب ْينا َر ُسول‬
ْ َ ْ َ ُ َّ ٌ
ٌ َ َ َ َ َ ْ ْ ُ ْ ٌ َ َ َ َ َ َّ َ َ َْ ْ ْ َ ُ ٌ ‫الج َم ُال َع َل ْيه ْم ث َي‬
ْ
‫ال حتى قعد ط ِائفة ِمنهم ِعند رأ ِس ِه وط ِائفة‬ ِ ‫م‬ ‫ج‬ ‫ال‬ ‫ن‬ ‫م‬ِ ِِ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫أ‬ ‫اَّلل‬ ‫يض‬ ‫ب‬ِ ‫اب‬ ِ ِ ِ
ُ ُ َ
َ‫اَّلل َع َل ْي ِه َو َسَّلم‬ ُ َّ ‫النب ُّي َصَّلى‬ َّ َ َ َ َ َْ
َ ً ْ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ َْ ُ َ َ َْ ْ َ ْ ْ ُ ْ
‫ِمنهم ِعند ِرجلي ِه فقالوا بينهم ما رأينا عبدا أ ِوتي ِمثل ما أ ِوتي هذا‬
ِ
ْ
َ ‫الن‬ َّ َ َ َ ً َ ُ َ َ َ َ َُّ ً ْ َ َ َ ٌ َ ً َ َ ُ َ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َّ َ َ ‫إَّن َع ْي َن ْيه َل َت َن‬
‫اس‬ ‫ان و ِإن قلبه ليقظان اض ِربوا له مثلا س ِيد بنى قصرا ثم جعل مأدبة فدعا‬ ِ ‫ام‬ ِ ِ
َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ ْ َُّ َ َ َ َ
‫اَّلل عل ْي ِه َو َسل َم ِعند ذ ِلك فقال ِلي‬ ‫اَّلل صلى‬ ِ ‫ِإلى طع ِام ِه َوش َر ِاب ِه ثم ارتفعوا واستيقظ رسول‬
َّ ُ َ ْ َ َ
َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ َ َ َ ْ ْ ُ َ َ ُ َ ْ ُ ُ ُ َ َ ُ َّ ُ ْ ُ َ ُ َ ْ َ َْ
‫اء قلت اَّلل ورسوله أعلم قال هم المل ِائكة قال وهل تد ِري ما المثل ال ِذي‬ ِ ‫أتد ِري من هؤل‬
َ َ
ُ َ َّ َ َ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ََّ ْ َ َ ُ َ ْ َّ َ َ ُ َ ْ ُ ُ ُ َ َ ُ َّ ُ ْ ُ ُ ُ َ َ
‫ضربوه قلت اَّلل ورسوله أعلم قال الرحمن بنى الجنة فدعا ِإليها ِعباده فمن أجابه دخل جنته‬
ُ َ ََّ َ ُ َ َ َ ُ ْ ُ ْ َ ْ َ َ
‫ومن لم ِيجبه عاقبه وعذبه‬

Telah mengabarkan kepada kami Al Hasan bin 'Ali telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari
Ja'far bin Maimun At Tamimi dari Abu Utsman An Nahdi Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
keluar ke Bathha` dan bersamanya Ibnu Mas'ud Radliyallahu'anhu, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pergi menuju Bathaa bersama ibnu Mas'ud, lalu beliau mengajak duduk Ibnu Mas'ud dan
membuat satu garis pembatas untuknya. Lalu berkata: Jangan sekali-kali kamu tinggalkan tempat ini,
karena beberapa orang laki-laki akan menemuimu yang kamu tidak berbicara kepada mereka, dan
mereka pun tidak akan berbicara kepadamu. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meneruskan
perjalanannya kemana saja beliau kehendaki. Kemudian sampailah orang-orang tersebut pada garis
pembatas dan mereka tidak melewatinya, kemudian mereka pergi menuju Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam. Sampai ketika pada akhir malam beliau mendatangiku lalu tidur dengan menjadikan
pahaku sebagai bantalnya, dan beliau apabila tidur terdengar hembusan nafasnya. Tatkala Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam sedang tidur di pahaku datanglah para lelaki seperti dengan paras yang
tampan memakai pakaian yang serba putih. Huuh, alangkah indahnya mereka! sehingga segolongan
dari mereka duduk di sisi kepala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan segolongan yang lain di sisi
kaminya lalu mereka saling berkata: kami belum pernah mendapatkan seorang hamba yang diberi
anugerah seperti apa yang diberikan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Orang ini matanya
tertidur tapi hatinya dalam keadaan sadar, buatlah baginya suatu perumpamaan. Baiklah, dia seperti
seorang tuan yang membangun sebuah istana, kemudian membuat hidangan lalu mengundang orang-
orang untuk makan dan minum, kemudian orang-orang tersebut naik ke langit. Lalu terbangunlah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika itu lalu beliau berkata kepadaku: tahukah kamu siapa
mereka itu? lalu aku menjawab: Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Lalu beliau
berkata: mereka adalah malaikat. Lalu beliau berkata lagi: tahukah anda apa yang diumpamakan? Aku
katakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya yang lebih tahu beliau menjawab: Ar Rahman
membangun surga, lalu menyeru (mengundang) hamba-hamba-Nya kepadanya, barang siapa yang
menyambut maka dia akan masuk surga dan barang siapa yang menolak maka dia menghukum dan
menyiksanya[7].

Dari hadis diatas saya memahami bahwa sifat nabi yang digambarkan pada hadis ini adalah selalu ingat
kepada Allah serta murah hatinya sama pada pembahasan sebelumnya.

a. Murah Hati

Murah hati disini maksudnya adalah dakwah, dakwah artinya mengajak, dakwahnya nabi disini sudah
jelas dalam arti yang positif (mengajak kepada kebaikan)[8]. walaupun perintah untuk berdakwah
belum turun tetapi tidak mau kalau beliau saja yang menikmati surga melainkan mengajak semua
orang untuk menikmatinya bersama.

Dalam riwayat lain dijelaskan, bahwa Abu Hurairah menerangkan bahwa rasulullah saw
mengumpamakan dirinya seorang laki-laki yang menyalakan api. Setelah api menyala mulailah
binatang-binatang kecil seperti laron menyerbu lampu yang dinyalakan, lantaran matanya kurang
terang maka ingin terus mendapat cahaya dan dengan serta merta menyerbu api itu.

Binatang-binatang itu apabila meihat lampu di malam hari maka menyangka bahwa telah berada di
dalam rumah gelap, sedang lampu itu merupakan lubang yang tembus jalan keluar ke tempat yang
terang. Karena itu mereka terus menerus menyerbu kepada api yang disangkanya lubang. Tetapi
setelah dia melewati lampu nampaklah pula gelap, lalu dia kembali kepada lampu. Manusia berusaha
mengusir binatang-bintang kecil itu tetapi tidak dapat diusir dan terus menyerbu ke dalam api itu.

Kemudian nabi menegaskan bahwa beliau memegang pinggang para umatnya dan menarik mereka
dari maksiat yang menyebabkan mereka masuk neraka, tetapi ada orang-orang yang tidak dapat
tertarik terus menyerbu ke dalam maksiat sehingga terjerumuslah mereka ke dalam api neraka[9].

Itulah sifat luar biasa yang dimiliki oleh nabi, beliau murah hatinya, sehingga tidak mau merasakan
kenikmatan sendiri, selain itu juga berusaha untuk menyelamatkan orang yang akan jatuh dalam
kesengsaraan.
Selain itu, Hadis ini juga mengisyaratkan kepada kita pentingnya untuk mentaati perintah rasulullah
saw.

Ada beberapa alasan mengapa kita harus taat kepada rasulullah saw yaitu sebagai berikut :

1. Karena perintah taat kepada rasulullah saw merupakan perintah Allah swt.

2. Karena rahmat Allah swt hanya akan diberikan kepada orang-orang yang bertakwa dan beriman
kepada Allah swt dan ayat-ayatnya, serta mentaati rasuullah adalah salah satu bentuk ketakwaan
seseorang kepada Allah swt dan kepada ayat-ayatnya dalam al-Qur'an.

3. Karena ketaatan kita kepada rasulullah saw merupakan sebuah jalan untuk mendapatkan
petunjuk dari Allah swt.

4. Allah akan menimpakan azab yang sangat pedih kepada mereka yang menentang atau menyalahi
perintah Allah swt

5. Ketaatan dan kepatuhan seseorang terhadap ketetapan rasulullah saw merupakan salah satu
syarat sahnya iman seseorang kepada Allah swt.

6. Karena hanya dengan mengikuti atau mentaati Allah dan Rasulnya lah kita akan memperoleh
limpahan kasih saying dan ampunan Allah swt.[10]

Anda mungkin juga menyukai