Anda di halaman 1dari 89

Medical

Biotechnology

Disusun Oleh Kelompok 7 :


▪ M. Indra Maulana R (11190950000029)
▪ Nurul Al Fiani (11190950000028)
▪ Syeiba Badra U (11190950000025)
▪ Zulfanida Musyaffa (11190950000030)
TABLE OF CONTENTS

01 02 03
LATAR BELAKANG & MANFAAT
PENDAHULUAN
Here you could describe SEJARAH Here you could describe
the topic of the section Here you could describe the topic of the section
the topic of the section

04
METODE
05 06
APLIKASI PRODUK STUDI KASUS
Here you could describe
the topic of the section
01
PENDAHULUAN
Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi adalah penggunaan organisme atau sistem hidup
untuk menghasilkan atau memodifikasi produk, meningkatkan
kemampuan tumbuhan dan hewan, mengembangkan
mikroorganisme untuk penggunaan khusus yang berguna bagi
kehidupan manusia serta memecahkan suatu masalah untuk
menghasilkan produk yang berguna.

Pada umumnya bioteknologi dibedakan menjadi :


- Bioteknologi tradisional, adalah bioteknologi yang memanfaatkan mikrobia
untuk memodifikasi bahan dan lingkungan guna memperoleh produk optimal.
- Bioteknologi modern, merupakan bioteknologi yang melakukan manipulasi
makhluk hidup agar dapat digunakan untuk menghasilkan produk sesuai yang
diinginkan, misalnya melalui rekayasa genetik.
Rekayasa genetik merupakan teknik untuk menghasilkan molekul DNA yang berisi
gen baru yang diinginkan atau kombinasi gen-gen baru.
Pengertian Bioteknologi
Medis/Kedokteran

➢ Bioteknologi kedokteran adalah aplikasi teknik biologi dalam


pengembangan produk kesehatan dan obat-obatan.
➢ Bioteknologi kedokteran berkontribusi dalam peningkatan
tingkat keakurasian dalam mendiagnosis penyakit,
pencegahan dini suatu penyakit, metode yang lebih efisien
untuk merancang dan membuat obat-obatan yang ditargetkan
pada tingkat molecular.
➢ Thieman (2004) menjelaskan bahwa umumnya teknik yang
digunakan dalam bioteknologi kedokteran menggunakan
pendekatan molecular.
02
LATAR BELAKANG &
SEJARAH
Perkembangan Bioteknologi Medicine
Bioteknologi memiliki manfaat yang sangat besar di bidang kesehatan dimana
penerapan bioteknologi pada masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin dan
antibiotik.
→ Pada Tahun 450 SM, Thucydides mengatakan bahwa orang sakit disebabkan oleh kuman.
→ Louis Pasteur mengembangkan teori penyakit kuman dan vaksinasi, dimana vaksin
digunakan untuk melindungi atau mencegah tubuh dari serangan penyakit.
→ Pada tahun 1891, Robert Koch membuktikan bahwa mikroorganisme merupakan penyebab
dari penyakit infeksi dan virus adalah pathogen manusia. Hasil penemuannya itu ia diberikan
hadiah nobel Tahun 1905.
→ Setelah antibiotik penisilin ditemukan, banyak penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman
yang dapat disembuhkan. Namun, beberapa jenis bakteri lain menghasilkan enzim yang
dapat menghambat kerja penisilin sehingga tahan terhadap 89 penisilin. Akibatnya,
beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut tidak dapat sembuh. Kerena itu,
para ahli berusaha menemukan obat lain pembasmi bakteri yang kebal terhadap penisilin,
antara lain sefalosporin dan streptomisin yang dihasilkan oleh jamur/cendawan
Sejarah Bioteknologi Medicine
Proses perkembangan bioteknologi kedokteran tentu tidak terlepas dari sejarah akan
penemuan besar yang merevolusi ilmu pengetahuan.
Menurut Khan (2014), beberapa sejarah perkembangan bioteknologi di bidang
kedokteran sebagai berikut :
Tahun Penemuan
1918 Sir Alexander Flemming menemukan antibiotic penicillin

1882 Kromosom ditemukan di larva salamander


1940-1950 Penemuan struktur rantai ganda DNA oleh James
Watson & Francis Crick
1963 Pengkodean material genetic
1971 Perusahaan bidang bioteknologi
1978 Para peneliti di AS berhasil membuat insulin dengan
menggunakan bakteri yang terdapat pada usus besar.
Sejarah Bioteknologi Medis
Tahun Penemuan
1979 Produksi hormone pertumbuhan

1980-1990 Perkembangan teknologi DNA rekombinan dengan


mengekstrak DNA dari organisme
1983 Pertama kali pemetaan darah untuk mencegah transmisi
AIDS
1986 Pembuatan vaksin hepatitis
1991 Terapi gen pada pasien cancer
1997 Kloning gen

1999-2000 Penggunaan sel punca untuk penelitian

2002 Vaksin untuk pengembangan cancer serviks


03
MANFAAT
BIOTEKNOLOGI
Manfaat Bioteknologi Medicine
Bioteknologi modern dalam bidang kedokteran berperan penting dalam diagnosis,
pengobatan, dan rekayasa genetik (Khan, 2014).

Pembuatan Pembuatan hormon


antibiotik Rekayasa genetika
insulin

Pembuatan DNA Teknologi Fusi sel atau Antibodi


vaksin rekombinasi plasmid hibridoma monoklomal
Manfaat Antibodi rekombinan

1. Saat ini yang banyak dikembangkan adalah pemakaian


antibodi rekombinan dalam protein fusi untuk membantu
immunotargeting.
2. sering digunakan dalam pengobatan kanker
Manfaat Produk Bioteknologi
Kesehatan/medis
Bidang saintek dan kedokteran :
• Cikal bakal pengembangan bidang medis/kedokteran modern, diawali dengan
ditemukannya vaksin, produk insulin dan antibiotik sederhana.
• Membantu kemajuan teknologi pengobatan melalui proses rekayasa genetika,
DNA rekombinan, pengembangan sel induk kloning dan lainnya.
• Kemajuan teknologi nanomedicine sangat berguna dalam memaksimalkan
efektifitas teknik pendistribusian obat didalam tubuh agar sampai langsung ke sel
target.
Bidang ekonomi :
• Terciptanya produk hormon yang murah dan terjangkau.
• Produk-produk antibiotik yang beragam sangat penting keberadaannya dipasaran.
Pengobatan :
• Terciptanya sistem kekebalan yang melindungi tubuh dari infeksi bakteri dan
menyembuhkan tumor/ kanker, melalui berbagai produk; antibodi monoklonal,
vaksin dan produk medis lainnya.
Dampak Produk Negatif
Bioteknologi Kesehatan/medis

• Bidang Kesehatan:
- Dapat menyebabkan alergi, karena tidak semua penyisipan gen asing yang digunakan
sebagai bahan produk obat-obatan dapat diterima oleh tubuh manusia.
- Dapat merusak sel-sel normal sebagai efek samping dari pengobatan kemoterapi Dapat
menyerang sistem imunitas manusia, sebagai efek samping dari proses pengobatan
menggunakan teknologi/produk hasil bioteknologi medis.
- Beberapa produk transgenik bisa mengakibatkan kebal terhadap obat antibiotik.
• Bidang Lingkungan
Berpotensi memunculkan wabah penyakit baru dan kerentanan terhadap penyakit
tertentu, bila mikroba pathogen yang digunakan lepas ke lingkungan.
• Bidang ekonomi:
Biayanya relative mahal.
04
METODE
❑ Teknologi DNA Rekombinan
❑ Antibodi Rekombinan
❑ Vaksin
❑ Terapi Gen
❑ Stem Cell
❑ Antibiotik
01 DEFINISI

Teknologi Teknik DNA Rekombinan → rekayasa genetika


untuk menghasilkan sifat baru dengan
DNA merekombinasikan gen tertentu dengan DNA
genom.

Rekombinan Tekniknya meliputi :


- Isolasi DNA
- Memotong DNA
- Menggabungkan DNA
- Memasukkan DNA ke dalam sel hidup

Teknik DNA Rekombinan : menyisipkan molekul


DNA ke dalam suatu vector sehingga
memungkinkannya terjadinya integrase, mengalami
perbanyakan sel inang (Rifaí,2010).
Transfer DNA atau perpindahan DNA
Dasar atau perpindahan DNA ke dalam bakteri
Teknologi dapat melalui tiga cara :

Rekombinan

1. Konjugasi
Konjugasi merupakan perpindahan DNA dari satu sel (sel
donor) ke dalam sel bakteri lainnya (sel resepien) melalui
kontak fisik antara kedua sel.

2. Transformasi
Transformasi merupakan pengambilan DNA oleh bakteri
dari lingkungan di sekelilingnya.

3. Transduksi
Transduksi adalah cara pemindahan DNA dari satu sel ke
dalam sel lainnya melalui perantaraan bakteriofage.
Bakteri memiliki mekanisme Beberapa jenis virus berkembang biak di dalam sel bakteri
seksual yang telah dibuktikan (Rifaí,2010).
pada tahun 1946
Rifaí,2010)
Perangkat
Teknologi DNA
Rekombinan

Enzim Restriksi Enzim Ligase Vektor

Enzim restriksi digunakan Berfungsi untuk Merupakan alat yang membawa


untuk memotong DNA. menyambungkan suatu bahan DNA ke dalam sel induk barunya.
genetik dengan bahan genetik
Enzim restriksi mengenal dan yang lain. Didalam vektor, DNA hasil
memotong DNA pada Misalnya, enzim DNA ligase rekombinan dibawa setelah
sekuens spesifik yang ini dapat bergabung dengan sebelumnya DNA rekombinan
panjangnya empat sampai DNA dan membentuk ikatan digabungkan dengan DNA vektor
enam pasang basa, dikenal phosphodiester baru antara melalui enzim ligase.
dengan nama enzim DNA yang satu dengan
endonuklease restriksi. lainnya. Contoh vector : plasmid dan virus
❑ Antibodi Monoklonal
● Antibodi monoklonal adalah antibodi yang homogen atau
mempunyai sifat yang spesifik karena dapat mengikat 1
epitop antigen dan dapat dibuat dalam jumlah tidak
terbatas.

● Antibodi monoklonal dibuat dengan cara penggabungan atau


fusi dua jenis sel yaitu sel limfosit B yg memproduksi
antibodi dengan sel kanker (sel mieloma)) yang dapat
hidup dan membelah terus menerus.

● Aplikasi :

➢ Diagnostik imaging (melihat protein tertentu dalam


tubuh)

➢ Diagnostik molekuler (identifikasi penyakit →


imunologikal diagnostik)

➢ Terapi kanker (Riechmann et.al.,1988).


Jenis
Teknologi
Rekombinasi

1. Homologous Recombination
• Meningkatkan keragaman
• Menjaga integritas genome (DNA repair)
2. Site-specific recombination
• Fragmen DNA bergabung kembali untuk membuat kombinasi
baru
• Fragmen yang menyediakan lokasi tertentu dimana akan
terjadinya rekombinasi dan integrasi genom virus
Immunoglobulin gen → DNA splicing
3. Transposition
• Bagian terkecil DNA (transposons) yang dapat bergerak sendiri
untuk beberapa lokasi dalam kromosom inang DNA.
• Integrasi segmen kecil dari DNA ke dalam kromosom
• Terjadi di lokasi yang berbeda dalam genom segmen DNA.
(Rifaí,2010).
Manfaat
Teknologi Diantaranya produksi vaksin, insulin,
Rekombinan antobodi.
DNA

Produk DNA rekombinan yang digunakan dalam terapi manusia :


● Insulin untuk penderita diabetes
● Hormon pertumbuhan manusia (hgh)
● Erythropoietin (epo) untuk mengobati anemia
● Granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (gm-csf)
● Adenosin deaminase
● Hormon paratiroid
● Beberapa antibodi monoclonal (Rifaí,2010).
02
Antibodi Rekombinan
: Perkembangan
Terbaru Dalam
Teknologi Antibodi
Antibodi adalah bagian pertahanan tubuh yang digunakan untuk menghilangkan
atau mengurangi zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Mekanisme kerja antibodi dalam tubuh
dimulai dengan diikatnya epitope (bagian antigen) oleh antibodi. Ikatan ini akan membentuk
kompleks antigen-antibodi yang berukuran besar dan akhirnya mengendap. Kompleks antigen-
antibodi ini juga dapat dikenali oleh sel makrofag, yang akan mendegradasi kompleks ini.

Selama ini antibodi yang sering digunakan dalam deteksi adalah poliklonal antibodi. Pada
larutan antibodi ini terdapat bermacam-macam molekul antibodi. Satu molekul antibodi, biasanya
mengenali satu macam epitope, sehingga larutan poliklonal antibodi mengenali lebih dari satu macam
epitope (Hanly, et.al, 1995). Hal ini mneyebabkan larutan poliklonal antibodi kurang spesifik jika
digunakan sebagai alat deteksi.

Kesulitan pembuatan monoklonal antibodi di atas, menimbulan usahausaha


kembali untuk mendapatkan jenis antibodi baru yang spesifik dengan cara yang lebih mudah.
Harapan didapatkanya antibodi seperti ini muncul ketika keseluruhan struktur antibodi
(khususnya IgG) telah selesai dipelajari dan ditemukanya teknik PCR. Antibodi baru yang
didapat seringkali sisebut antibodi rekombinan.
Stuktur Molekul Antibodi
Semua antibodi mempunyai struktur
hampir sama yang berbentuk huruf Y
dan disebut sebagai Ig. Ig terdiri dari
dua rantai polipeptida berukuran besar
disebut sebagai rantai berat) dan dua
rantai polipeptida berukuran kecil
(disebut sebagai rantai ringan ).

Dua rantai berat pada Ig saling


dihubungkan oleh ikatan disulfida dan
antara satu rantai berat dan rantai
ringan juga saling dihubungkan dengan
ikatan disulfida
DNA Rekombinan
Sampai saat ini dikenal dua jenis antibodi
rekombinan yaitu Fab dan ScFv. Fab merupakan
fragmen antibodi yang terdiri dari rantai ringan
dan CH1serta bagain variabel rantai berat.
Anand et.al (1991) menunjukan bahwa Fab ini
mempunyai sifat stabilitas yang sama besar
terhadap panas dibandingkan dengan antibodi
utuh (struktur Y).
Disamping itu Fab juga mempunyai fungsi dan
efektifitas yang sama dalam menghilangkan
antigen dari dalam tubuh.
Teknologi Pembuatan Antibodi
Rekombinan

Teknologi antibodi rekombinan meliputi isolasi gen pengkode


antibodi dari sel sumber (biasanya sel limpha), amplifikasi dan kloning gen
ke dalam vektor yang sesuai, transformasi sel host menggunakan vektor
rekombinan dan ekspresi antibodi fungsional dari sel host.
Teknik lain yang mungkin ada adalah pemilihan antibodi
fungsional yang sesuai jika gen antibodi yang berhasil diklon lebih dari satu.
Sumber sel dapat berasal dari berbagai spesies selama primer yang
dipergunakan untuk mengamplifikasi DNA yang tersedia.
Teknologi Pembuatan Antibodi Rekombinan
Jaringan limfa Selanjutnya mRNA ini
Mendapatkan gen mRNA-nya diambil diubah menjadi cDNA
pengkode antibodi dan diisolasi menggunakan enzim
yang diinginkan. menggunakan reverse transcriptase
kromatografi afinitas. dengan teknik RTPCR..

Setelah dilakukan Fragmen hasil PCR


fragmen hasil PCR selanjutnya dipotong Untuk memperoleh
(baik Vh/variable heigth dengan enzim DNA pengkode
maupun Vl/variable ligt) restriksi untuk antibodi, diperlukan
dimasukan ke dalam mendapatkan ujung PCR lanjutan
plasmid, plasmid fragmen yang menggunakan primer
rekombinan yang di kompatible dengan yang khusus
dapat digunakan untuk plasmid yang akan mengamplifikasi gen
mentransformasi sel digunakan. pengkode antibodi.
host
Sel rekombinan yang
Antibodi rekombinan
didapat pada proses
hasil ekspresi sel
Selanjutnya fasa di atas digunakan
rekombinan, akan
padat tersebut untuk memproduksi
berada pada
dikontakan dengan sel plasmid yang
permukaan luar sel
yang akan diseleksi. megandung gen
berbentuk protein fusi
antibodi dalam jumlah
dengan PIII.
besar.

Sel rekombinan yang


Antibodi yang telah
didapat pada proses
terlarut ini selanjutnya
Selanjutnya GIII yang di atas digunakan
diuji fungsionalitas
ada pada plasmid untuk memproduksi
dan kespesifikanya
rekombinan plasmid yang
menggunakan SDS-
dikeluarkan. megandung gen
PAGE maupun
antibodi dalam jumlah
ELISA.
besar.
Kelebihan Teknologi DNA rekombinan
• Antibodi rekombinan sangat spesifik, karena antibodi ini hanya
mengenali epitope tertentu dari suatu antigen. A
• Antibodi rekombinan juga memungkinkan pembuatan antibodi
terhadap zat yang sangat toksik
• Teknik antibodi rekombinan memungkinkan penyuntikan zat toksik
yang kecil, tetapi gen pengkode antibodi terhadap zat tersebut
telah tersimpan pada sel B di jaringan limpa.
• Antibodi rekombinan yang difusikan dalam protein toksin, dapat
membantu kerja protein tersebut karena akan membantu
mengenali molekul toksik target, karena ada bagian molekul toksik
tersebut yang juga dikenali antibodi.
03
Vaksin
Vaksin

Vaksin adalah sejenis produk biologis yang


mengandung unsur antigen berupa virus atau mikroorganisme
yang sudah mati atau sudah dilemahkan dan juga berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksid atau protein
rekombinan, yang sudah ditambahkan dengan zat lainnya.
Vaksin berguna untuk membentuk kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit tertentu. Vaksin merupakan produk yang
rentan, masing-masing mempunyai karakteristik tertentu maka
diperlukan pengelolaan secara khusus sampai di gunakan (WHO,
2015; Proverawati dan Andhini., 2010).
Vaksin
Kemajuan bioteknologi terutama rekombinan DNA
telah membuka peluang baru untuk memproduksi vaksin hidup
dengan metoda yang mudah.
Pembuatan vaksin yang dilakukan melalui rekayasa
genetika, yaitu dengan cara mengisolasi gen yang mengkode
antigen dari mikrobia yang bersangkutan, → Gen tersebut
disisipkan pada plasmid yang sama tetapi telah dilemahkan
terlebih dahulu, → Mikrobia yang telah disisipi gen tersebut akan
membentuk antigen murni, → Jika antigen ini disuntikkan pada
tubuh manusia, sistem kekebalan tubuh akan membentuk
antibodi yang berfungsi melawan antigen yang masuk ke dalam
tubuh.
Proses pembuatan Vaksin
Penambahan
Pemilihan Bahan Dasar
Antigen vaksin Vaksin

Isolasi Antigen
Penambahan Bahan Dasar Vaksin
Antigen adalah zat atau Setelah antigen dibentuk, vaksin
senyawa yang dapat diformulasikan dengan
merangsang sistem imun kita
Isolasi antigen yang menambahkan ajuvan, stabilisator
untuk menghasilkan antibodi
bertujuan untuk dan pengawet :
yang berfungsi sebagai
memisahkan dan a. Adjuvan : berfungsi untuk
perlawanan dan perlindungan
menghilangkan zat atau memperkuat respons imun
tubuh kita dari infeksi atau
senyawa yang tidak b. Stabilizer : berfungsi untuk
penyakit.
diperlukan dalam proses menstabilkan vaksin, misalnya
pembuatan vaksin. dalam suhu ekstrimc. Aditif/
Preservatif / Pengawet :
berfungsi sebagai
antimikroba, khususnya pada
vaksin kemasan multidosis.
Tahap Uji Vaksin

Uji klinis fase I :


Uji klinis fase III :
untuk menguji
Pada uji klinis fase III ini
tolerabilitas manusia
dimaksudkan untuk melihat Submission :
terhadap vaksin
efikasi vaksin, dalam Setelah uji klinis fase III
mencegah penyakit yang selesai maka dibuat Surat
ditargetkan dan pengamatan permohonan ijin edar dari
lebih jauh tentang keamanan vaksin ini kepada Badan
Uji klinis fase II : vaksin dengan melibatkan POM dengan melengkapi
untuk melihat efikasi populasi yang lebih beragam seluruh persyaratan yang
vaksin dalam dan jangka waktu yang lebih diminta oleh Badan POM.
mencegah penyakit panjang.
yang ditargetkan.
Jenis Vaksin
1. Live Attenuated Vaccine (vaksin yang dibuat dari virus/bakteri yang sudah dilemahkan)
2. Inactivated Vaccine (killed Vaccine)
3. Vaksin Toksoid
4. Vaksin Acelullar dan subunit
5. Vaksin Idiotipe
6. Vaksin DNA rekombinan
7. Vaksin DNA Plasmid

Macam-Macam Vaksin
1. DPT – Hepatitis B 6. TT (Tetanus Toxoid)
2. Imunisasi Polio 7. Diphteria Tetanus (DT)
3. BCG (Bacillus Catmette Guerin) 8. Poliomieliitis
4. Vaksin DPT (Difteriaa, Pertusis, Tetanus) 9. Hepatitis-B (DNA Recobinant)
5. Campak (Morbili) 10. Vaksin Tipa
Macam-Macam Vaksin

1. DPT – Hepatitis B
2. Imunisasi Polio 11. Vaksin Gondong (bengkok, Parotitis)
3. BCG (Bacillus Catmette Guerin) 12. Vaksin Rubella
4. Vaksin DPT (Difteriaa, Pertusis, Tetanus) 13. Vaksin Virus Influenza
Campak (Morbili) 14. Vaksin Hepatitis A
6. TT (Tetanus Toxoid) 15. Vaksin Varicella
7. Diphteria Tetanus (DT) 16. Vaksin Retrovirus
8. Poliomieliitis 17. Vaksin Rabies
9. Hepatitis-B (DNA Recobinant) 18. Vaksin Pncumokokus
10. Vaksin Tipa (Tifus, Paratifus A-B-C)
Manfaat Vaksin
1. Dapat menyelamatkan hidup anak-anak
2. Vaksin sangat aman dan juga efektif
3. Vaksin dapat membantu mencegah penulran suatu penyakit pada orang lain
4. Dapat menghemat waktu dan biaya
5. Dapat melindungi generasi berikutnya

Efek Samping Vaksin


- Nyeri pada lengan, di tempat suntikan.
- Sakit kepala atau nyeri otot.
- Nyeri sendi.
- Menggigil.
- Mual atau muntah.
- Rasa lelah.
- Demam (ditandai dengan suhu di atas 37,8° C)
04
Terapi Gen
Metode terapi gen mulai digunakan pada tahun 1990 ketika National
Health Institute dari Amerika Serikat memasukkan gen normal adenosine
deaminase (ADA) ke leukosit penderita defisiensi kekebalan kombinasi akut
yang berusia 4 tahun. Terapi gen ADA disetujui oleh Food and Drug
Administration (FDA) di Amerika Serikat pada tahun yang sama (Emengaha
et al., 2015).
Terapi gen pada manusia didefinisikan sebagai transfer asam nukleat
berupa DNA ke sel somatik pasien sehingga gen tersebut memiliki efek
pengobatan terhadap penyakit pasien, baik dengan mengoreksi
ketidaknormalan gen maupun over ekspresi protein yang dikode oleh gen
tersebut (Johnson 2017).
Terapi gen dapat digunakan untuk terapi penyakit, baik yang bersifat
genetis maupun yang bukan. Adanya terapi gen memberikan pilihan lain
bagi penderita penyakit tertentu untuk memilih metode pengobatan
1 Kanker
2 Penyakit kardiovaskuler
3 Penandaan genetik (gene marking)
4 Blood abnormalities
5 Penyakit infeksius
6 Penyakit inflamatori
7 Penyakit monogen
Beberapa penyakit yang dapat diberi 8 Penyakit neurologis
perlakuan dengan terapi gen (Molina, 9 Penyakit terkait penglihatan
2013) 10 Immunological disorder
Proses rekayasa genetik pada teknologi terapi gen meliputi
tahapan berikut :

1 2 3 4
Isolasi gen Penyisipan Transfer vektor Transformasi
target gen target ke yang telah disisipi pada sel
vektor transfer gen target ke organisme target.
organisme yang
akan diterapi
Tipe Terapi Gen
Terdapat dua tipe utama terapi gen, meliputi terapi gen sel embrional (germ
line gene therapy) dan terapi gen sel tubuh (somatic gene therapy) (Misra, 2013):

Terapi gen sel embrional Terapi gen sel tubuh


(germ line gene therapy) (somatic gene therapy)

Terapi gen Terapi gen


in vivo ex vivo
Terapi Gen secara In vivo
Terapi gen secara in vivo
melibatkan proses transduksi
secara langsung di dalam tubuh,
lebih mudah dilaksanakan dan
dikembangkan dalam skala
tertentu, dan tidak membutuhkan
fasilitas khusus karena injeksi atau
transfer gen bisa dilakukan dengan
metode umum maupun
menggunakan biolistic gene gun.
Terapi Gen secara Ex vivo

Terapi gen secara ex vivo (Baldor, 2012)


Transfer Gen
Keberhasilan terapi gen sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama
efisiensi transfer dan ekspresi gen pada sel target. Transfer gen fungsional
ke dalam sel target dalam terapi gen memerlukan vektor yang kompeten
dan dapat membawa gen target dengan baik.
Gen normal akan disisipkan ke dalam genom organisme untuk
menggantikan gen abnormal yang menyebabkan penyakit.
Vektor Terapi Gen

Penyisipan gen pada terapi gen umumnya menggunakan vektor berupa virus
(viral vector) maupun senyawa atau molekul selain virus (non viral vector). Transfer
gen pada terapi gen dengan menggunakan vektor berupa virus disebut sebagai
transduksi sedangkan transfer dengan vektor selain virus disebut sebagai
transfeksi.
Vektor yang ideal sebaiknya mampu mengantarkan gen ke tipe sel spesifik,
mengakomodasi gen asing untuk menyesuaikan ukurannya, mencapai level dan
durasi ekspresi transgenik yang mampu memperbaiki kerusakan atau
ketidaknormalan gen, serta bersifat aman dan nonimunogenik (Mali, 2013).
Karakteristik ideal yang harus dimiliki oleh jenis virus yang akan dijadikan
sebagai vektor dalam terapi gen haruslah memiliki kemampuan untuk diproduksi dalam
titer yang tinggi secara mudah dan efisien, tidak memiliki toksisitas terhadap sel target
maupun efek lainnya yang dapat meniadakan kemampuannya untuk transduksi gen ke
dalam sel target, dapat berintegrasi dengan sisi spesifik dari sel target yang memungkinkan
terjadinya ekspresi untuk terapi gen, memiliki kapasitas transduksi yang baik pada sel-sel
spesifik, serta harus memiliki kemampuan untuk menginfeksi sel-sel yang masih dapat
berproliferasi. Virus yang digunakan sebagai vektor pembawa gen juga harus memiliki
kemampuan untuk menghindar dari imunitas sel target (Crystal, 2014).
Nayerossadat et al. (2012) menyatakan bahwa beberapa
virus yang dimanfaatkan sebagai vektor dalam terapi gen diantaranya
adalah retrovirus, adenovirus (tipe 2 dan 5), adenoassociated virus
(AAV), virus herpes, virus cacar, human foamy virus (HFV), lentivirus,
serta beberapa jenis lainnya. Namun virus yang banyak digunakan
dalam terapi gen yaitu Adenovirus (tipe 2 dan 5),Retrovirus, dan
Adenoassociated virus (AAV)
Adenovirus
Adenovirus termasuk dalam virus ikosahedral yang
berukuran antara 90–100 nm, memiliki 252 kapsomer dengan 240
hekson dan 12 penton. Adenovirus memiliki protein fibrosa yang
memanjang keluar dari penton dan struktur tersebut diketahui sebagai
struktur yang mendukung kemampuan adenovirus untuk mengenali
serta berikatan dengan reseptor sel target. Genom adenovirus terdiri
dari DNA yang linear, double stranded, dan tidak bersegmen dengan
ukuran antara 26– 45 Kbp. Genom adenovirus memiliki setidaknya
22–40 gen yang berbeda (Viswanathan et al., 2015). Adenovirus
memiliki kemampuan untuk menginfeksi sel manusia dan
memungkinkan munculnya penyakit pada system pernafasan,
pencernaan, maupun indera (Misra, 2013).
Struktur adenovirus terdiri dari dua
protein utama yaitu protein inti dan
protein kapsid (Waye & Sing, 2010)
Kelebihan dan Kekurangan Adenovirus Dalam Terapi Gen

Kelebihan :
1. Virus DNA yang memiliki kemampuan yang baik
untuk mentransfer gen target ke sel, efisiensi
transduksi yang tinggi untuk tipe sel yang berbeda
sekalipun serta memiliki waktu ekspresi gen yang Kelemahan :
cepat untuk mendukung efek substitusi gen pada
terapi gen. Memiliki spesifisitas yang tinggi
terhadap jenis jaringan atau
2. Dapat memfasilitasi ekspresi gen secara efektif organ target yang dapat diinfeksi
baik pada sel yang berproliferasi maupun yang sehingga tidak dapat menginfeksi
tidak, serta memiliki efisiensi yang cukup tinggi jaringan atau organ selain
untuk menginfeksi sel target. targetnya.

3. Adenovirus juga memiliki imunogenisitas yang


cukup tinggi.
Retrovirus

Retrovirus merupakan salah satu virus yang menginfeksi sel


hewan, termasuk manusia. Pertama kali identifikasi retrovirus berhasil
dilakukan pada infeksi terhadap ayam sebagai salah satu faktor
onkogenik. Retrovirus memiliki struktur spheris dengan diameter antara
80–100 nm. Virion retrovirus memiliki enzim transkriptase balik (reverse
transcriptase), integrase, serta juga memiliki dua subunit RNA yang
identik dan berikatan membentuk ikatan dimer pada kapsidnya. RNA
retrovirus akan ditranskripsi balik saat virus ini menginfeksi sel inang
(Maurya et al., 2009)

Struktur retrovirus (US National


Institute of Health, 2016)
Proses integrasi materi genetik retrovirus dengan inang
Kelebihan dan Kekurangan Retrovirus Dalam Terapi Gen

Kelemahan:
Adanya kemungkinan
Kelebihan : penyisipan gen virus di
Dapat menginfeksi sel yang fragmen genom manapun pada
sedang membelah karena virus sel inang dimana hal tersebut
ini memiliki kemampuan untuk dapat mengakibatkan
menembus pori nukleus saat terjadinya mutasi apabila
siklus mitosis. penyisipan gen virus terjadi
pada bagian tengah dari
genom sel inang.
Adeno-associated virus (AAV)

Struktur Adeno-associated
virus (Abs, 2016)

Adeno-associated virus (AAV) adalah virus yang tidak memiliki


selubung. Virus ini berukuran cukup kecil (25 nm) serta memiliki genom
berupa DNA untai tunggal yang linear. Infeksi AAV hanya akan efektif jika
terdapat virus pembantu, baik adenovirus maupun herpesvirus. AAV memiliki
ukuran genom 4,7 Kbp serta memiliki gen rep dan gen cap. Gen rep
mengkode protein non struktural yang akan berperan dalam replikasi,
pengemasan, dan integrasi genom, sedangkan gen cap mengkode protein
struktural seperti VP1, VP2, dan VP3 yang akan bergabung membentuk
kapsid virus yang berperan dalam transfer gen.
Terapi gen dengan vektor AAV
Kelebihan dan Kekurangan Adeno-associated virus Dalam Terapi Gen

Kelebihan :
Produk vektor ini memiliki
kelebihan yang dinilai potensial
Kelemahan:
untuk dikembangkan, yaitu
Vektor berupa virus
telah siap untuk diproduksi
dikhawatirkan kembali virulen
dalam skala besar, lebih efektif
saat berada di dalam tubuh
dibanding senyawa organik
pasien sehingga justru dapat
lain, dikarenakan
membahayakan kesehatan
karakteristiknya yang berbeda
pasien.
dibanding vektor virus maka
resistensi kekebalan tubuh
penerimanya dapat dihindari.
Persentase jenis vektor yang digunakan dalam terapi gen (Baldor, 2012)
Saat ini para ilmuwan sedang mencoba beberapa cara kerja terapi gen untuk pengobatan kanker :
1. Menambahkan gen sehat pada sel yang memiliki gen cacat atau tidak lengkap. Contohnya, sel sehat
memiliki “gen penekan tumor” seperti p53 yang mencegah terjadinya kanker. Setelah diteliti, ternyata pada
kebanyakan sel kanker gen p53 rusak atau bahkan tidak ada. Dengan memasukkan gen p53 yang normal
ke dalam sel kanker, diharapkan sel tersebut akan normal dan sehat kembali.
2. Menghentikan aktivitas “gen kanker” (oncogenes). “Gen kanker” merupakan hasil mutasi dari sel normal,
yang menyebabkan sel tersebut membelah secara liar menjadi kanker. Ada juga gen yang menyebabkan
sel kanker bermetastase (menjalar) ke bagian tubuh lain. Menghentikan aktivitas gen ini atau protein yang
dibentuknya, dapat mencegah kanker membesar maupun menyebar.
3. Menambahkan gen tertentu pada sel kanker sehingga lebih peka terhadap kemoterapi maupun radiasi,
atau menghalangi kerja gen yang dapat membuat sel kanker kebal terhadap obat-obat kemoterapi. Juga
dicoba cara lain, membuat sel sehat lebih kebal terhadap kemoterapi dosis tinggi, sehingga tidak
menimbulkan efek samping.
4. Menambahkan gen tertentu sehingga sel-sel tumor/kanker lebih mudah dikenali dan dihancurkan oleh
sistem kekebalan tubuh. Atau sebaliknya, menambahkan gen pada sel-sel kekebalan tubuh sehingga lebih
mudah mendeteksi dan menghancurkan sel-sel kanker.
5. Menghentikan gen yang berperan dalam pembentukan jaringan pembuluh darah baru (angiogenesis)
atau menambahkan gen yang bisa mencegah angiogenesis. Jika suplai darah dan makanannya terhenti,
kanker akan berhenti tumbuh, atau bahkan mengecil lalu mati.
6. Memberikan gen yang mengaktifkan protein toksik tertentu pada sel kanker, sehingga sel tersebut
melakukan aksi “bunuh diri” (apoptosis).
Aplikasi Terapi gen
Terapi gen dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan terhadap
penyakitpenyakit yang selama ini belum ditemukan obat maupun vaksinnya.
Penyakit-penyakit tersebut dapat diterapi apabila gen yang terkait dengan
munculnya penyakit telah berhasil diidentifikasi dan dapat ditemukan gen
fungsional yang dapat mensubstitusi gen yang abnormal tadi. Urutan pertama
penyakit yang diterapi gen adalah kanker. Beberapa jenis kanker terutama yang
terkait dengan abnormalitas suatu gen telah berhasil diterapi dengan menyisipkan
gen fungsional tertentu.
05
APLIKASI PRODUK
BIOTEKNOLOGI
Contoh produk Bioteknologi medicine

1.Hormon insulin 2.Antibiotik


Merek dagang insulin suntik: Apidra, • Amoxilin :
Insulatard HM, Insuman Basal, Merk dagang :mobiotic, Amoxicillin
Insuman Comb 25, Insuman Comb Trihydrate, Amoxsan, Betamox,
30, Insuman Rapid, Lantus, Mixtard Erlamoxy, Etamox, Holimox,
30 HM, Sansulin Log-G. Hufanoxil, Omemox, Pehamoxil,
Pritamox, Supramox, Topcillin.
• Ampicillin
Merek dagang: Ambiopi, Ampicillin,
Ampicillin Trihydrate, Binotal,
Phapin, Sanpicillin, Viccillin

• Cefadroxil
Merek dagang: Cefat, Droxal, Droxefa, Lapicef,
Lostacef, Netfad, Renasistin, Roksicap,
Staforin, Vocefa, Vocefa Forte, Yaricef
3. Vaksin
• Vaksin campak
Merek dagang : Trimovax Merieux, Vaksin MMR
• Vaksin tetanus
Merek dagang : Bio TT
• Vaksin covid19
Merek dagang : Astrazenaca,moderna,sinovac,pfizer.
• Vaksin hepatitis
Merek dagang : Avaxim, Havrix, Twinrix, Vaqta, Vivaxim.
05
Studi Kasus
❑ Latar Belakang

Vaksinasi dianggap sebagai cara yang efektif dalam mencegah penyakit menular.
Pendekatan konvensional dalam pengembangan vaksin membutuhkan biakan
mikroorganisme pathogen, dan metode ini berhasil dalam berbagai kasus, namun
gagal memberikan solusi bagi banyak patogen yang belum dapat dibuatkan
vaksinnya.
Maka dari itu, dimungkinkan untuk menggunakan informasi genomik untuk
mempelajari perancangan vaksin secara in silico, tanpa perlu membiakan
mikroorganisme patogen. 'vaksinologi terbalik' ini dapat mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk identifikasi kandidat vaksin dan memberikan solusi baru bagi
vaksin-vaksin yang selama ini sulit dikembangkan.
❑ Tujuan

- Untuk menemukan kandidat vaksin HPV tipe


16 berbasis peptida/epitop menggunakan
pendekatan imunoinformatika dengan fokus
utama potensi afinitas peptida terhadap MHC
I yang diprediksi menggunakan IEDB-AR
(Immune Epitope Database Analysis
Resource).
- Kemudian, interaksi molekular antara peptida
kandidat vaksin dan MHC I diprediksi dengan
metode doking molekular.

Hipotesis : Penelitian ini diharapkan dapat


membantu proses penemuan kandidat vaksin
kanker serviks yang lebih efektif dan efisien.
❑ Metode Penelitian
Analisis homologi gen Prediksi afinitas peptida Prediksi interaksi molekuler
HPV tipe 16 terhadap terhadap MHC antara peptida kandidat dan
genom manusia MHC
1. Urutan gen HPV tipe 16 Urutan asam amino yang tidak Doking molekular dilakukan dengan
yang sudah ditranslasi homolog dengan genom manusia, menggunakan program Cabsdock
manjadi asam amino diprediksi afinitasnya terhadap (Kurcinski et al., 2015).
diperoleh dari uniprot. MHC menggunakan program Validasi metode dan parameter
2. Dianalisis homologi IEDBAR (Vita et al., 2014). Cabsdock dilakukan dengan doking
urutan asam amino ulang enam struktur kristal kompleks
terhadap genom manusia Varian MHC yang digunakan untuk MHC-peptida yang diperoleh dari
menggunakan program prediksi afinitas peptida terhadap PDB (Protein Data Bank). Pada
TFASTY (Wang et MHC I adalah alel HLA-A*02:01. tahapan penyiapan struktur MHC,
al.,2010). asam amino selain sisi aktif protein
tidak dimasukkan dalam perhitungan
doking molekular.
❑ Hasil dan Pembahasan Analisis homologi gen HPV tipe
16 terhadap genom manusia

Prediksi peptide yang dapat


mengiikat MHC I
Prediksi interaksi molecular peptide
kandidat vaksin dengan MHC I
Analisis homologi menunjukkan bahwa E1, E6, dan L2 memiliki
persentase keidentikan sebesar 28,57%, 28,91%, dan 25,71%
dengan genom manusia → diprediksi dapat menimbulkan
respon autoimun apabila digunakan sebagai komponen vaksin Analisis
peptida (epitope
homologi gen
Diantara gen gen HPV tipe 16 yang tidak homolog dengan HPV tipe 16
genom manusia, E7 dipilih untuk dikaji lebih lanjut sebagai terhadap genom
komponen vaksin peptida. E7 diketahui sebagai salah satu manusia
onkoprotein yang penting dalam pertumbuhan sel kanker
melalui interaksinya dengan pRb (Yim and Park, 2005).
Prediksi peptida yang dapat
mengikat Major Histocompatibility Dalam hasil analisis, peptida dengan
Complex (MHC) I peringkat persentil (percentile rank) yang
kecil diprediksi memiliki afinitas yang baik
dengan MHC I.

Peringkat persentil mengacu pada


persentase skor yang sama atau kurang
dari nilai IC50 peptida yang terprediksi.
IC50 adalah konsentrasi peptida yang
menyebabkan 50% MHC terinhibisi.

Tinggi (IC50 <50 nM), menengah (<500


nM) dan rendah (<5000 nM) (Vita et al.,
2014). Analisis epitop MHC I dengan
IEDB-AR menghasilkan lima peptida
dengan nilai peringkat persentil terbaik,
yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Prediksi interaksi molekular peptida
kandidat vaksin dengan MHC I Interaksi molekular antara peptida ini dengan
MHC dianalisis lebih lanjut menggunakan
metode doking molekular.

Hasil doking ulang struktur kristal


menunjukkan bahwa nilai RMSD program
Cabsdock untuk enam struktur kristal peptida-
MHC berada pada rentang antara 0,85
sampai 2,61 Å.

Gambar 1 menunjukkan bahwa konformasi


peptida hasil doking berada di binding groove
yang sama dengan peptida hasil eksperimen
sinar-X, dengan nilai simpangan struktur
(RMSD) sebesar 0,85 Å. Hal ini menunjukan
bahwa parameter dan metode Cabsdock
yang dilakukan memiliki kualitas yang baik.
Setelah metode dan parameter Cabsdock
terevaluasi baik, selanjutnya dilakukan doking
peptida kandidat vaksin terhadap struktur
MHC I (kode PDB 1I4F).
Gambar 2 menunjukkan interaksi molekular
peptida kandidat vaksin terhadap MHC I
dalam rentang jarak 5 Å. Diprediksi terdapat
tujuh ikatan hidrogen dan delapan belas
interaksi hidrofobik (Tabel 2).

Energi ikatan antara peptida YMLDLQPET


dengan MHC I hasil doking diprediksi sebesar
-165,80. Nilai ini lebih rendah dari energi
ikatan antara peptida kristal dan MHC I (kode
PDB 1I4F), yaitu 112,00. Sehingga, diprediksi
bahwa peptida YMLDLQPET memiliki afinitas
yang baik dengan MHC I.
❑ Kesimpulan

Imunoinformatika sangat berpotensi untuk dimanfaatkan dalam


pengembangan vaksin baru. imunoinformatika hanyalah alat
atau instrumen.
Protein E7 dipilih untuk dikaji lebih lanjut karena merupakan
salah satu onkoprotein yang penting dalam pertumbuhan
sel kanker. Berdasarkan prediksi afinitas peptida terhadap
MHC I, urutan epitop yang dapat dijadikan kandidat vaksin
berbasis protein E7 adalah YMLDLQPET. Kajian interaksi
epitop E7 dan MHC melalui doking molekular menunjukkan
bahwa YMLDLQPET diprediksi memiliki afinitas baik
terhadap MHC I dan berpotensi untuk digunakan sebagai
kandidat vaksin HPV tipe 16.
Daftar Pustaka
Anand, N.N., Mandal, S., MacKanzie, C.R.,Sadowska, J., Sigurskjold, B., Young, N.M., Bundle, D.R., dan
Narang, S.A. (1191). Bacterial Expresion and Scretion of Various Single-Chain Fv Genes
Encoding Proteins Specific for a salmonella serotype B O-antigen, J. Biol. Chem.
Baldor. (2012). Gene therapy. Retrieved from http://www.anthonybaldor.com/thoughtsand-
notes/bioblog/gene-therapy/ .
Crystal, R. G. (2014). Adenovirus: the first effective in vivo gene delivery vector. Human Gene Therapy,
25, 3-11.
Emengaha, F. C., Johnkennedy, N., Hope, O., Henry, A., & Ukamaka, E. (2015). Gene therapy in the
developing countries. International Journal of Medical and Health Sciences Research, (2), 80-92.
Grace, S.( 2017). Bioteknologi Hasil Perikanan. Manado:Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat UNSRAT.
Hanly, W.C., Arthwol, J.E., dan Bennet, B.T. (1995). Review of Polyclonal Antibody Production in Mammals
and Poultry ILAR Journal, Institute of Laboratory Animal Resources, Washington, D.C.,
Johnson, R. G. (2017). Will gene therapy and gene editing change your life? Retrieved from
http://www.lopc.org/wp-content/up loads/2017/03/Gene-Therapy.pdf.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015: Kementerian Kesehatan
RI 2015.
Mali, S. (2013). Delivery systems for gene therapy. Indian Journal of Human Genetics, 19, 3-8.
Maurya, S. K., Srivastava, S., & Joshi, R. K., (2009). Retroviral vectors and gene therapy: an update. Indian
Journal of Biotechnology, 8, 349-357.
Miesfeld, R. L. (2000). Gene therapy. Retrieved from
http://cbc.arizona.edu/classes/bioc471/pages/Lecture24.html
Misra, S. (2013). Human gene therapy: a brief overview of the genetic revolution. Journal of the Association
of Physicians of India, 61, 41-47
Molina, F. M. (2013). Gene Therapy: Tools and Potential Applications. Croatia. InTech
Nayerossadat, N., Maedeh, T., & Ali, P. A. (2012). Viral and nonviral delivery systems for gene delivery.
Advanced Biomedical Research, 1, 27.
Prabandini, L. S, AAAIJ.(2020). Proses Pembuatan Vaksin. IndonesiaRE.
https://www.indonesiare.co.id/id/article/proses-pembuatan-vaksin
Proverawati A, Citra Andhini. Buku Imunisasi dan Vaksinasi. Edisi 2. Jakarta. Nuha Medika 2010: 25-28.
US National Institute of Health. (2016). Discovery of key component of HIV virus yields new drug target.
Retrieved from http://medicalxpress.com/news/20 16-08-discovery-key-component-hiv-virus.html.
Viswanathan, S., Srinivasan, P., & Prabhu. P. (2015). Adenovirus in gene therapy-a review. Bioengineering
and Bioscience, 3, 1-5.
Wang, L., Li, F., Dang, L., Liang, C., Wang, C., He, B., Liu, J., Li, D., Wu, X., Xu, X., Lu, A., & Zhang, G.
(2016). In vivo delivery systems for therapeutic genome editing. International Journal of
Molecular Sciences, 17, 1-19.
World Health Organization. (2021). Dasar-Dasar Keamanan Vaksin Pelatihan Melalui Elektronik.
https://in.vaccine-safety-training.org/pre-licensure-vaccine-safety.html
ALTERNATIVE RESOURCES
INTRODUCTION
Mercury is the closest planet to
the Sun and the smallest one in
the Solar System
Nayerossadat, N., Maedeh, T., & Ali, P. A. (2012). Viral and nonviral delivery systems for gene delivery.
Advanced Biomedical Research, 1, 27.
Riechmann L, Clark M, Waldmann H, Winter G. (1988). Reshaping Human Antibodies for Therapy. Nature;
Hal 332.
Rifaí M., (2010). Genetika Rekombinasi dan Populasi. Malang : Galaxy Science.
US National Institute of Health. (2016). Discovery of key component of HIV virus yields new drug target.
Retrieved from http://medicalxpress.com/news/20 16-08-discovery-key-component-hiv-virus.html.
Viswanathan, S., Srinivasan, P., & Prabhu. P. (2015). Adenovirus in gene therapy-a review. Bioengineering
and Bioscience, 3, 1-5.
Wang, L., Li, F., Dang, L., Liang, C., Wang, C., He, B., Liu, J., Li, D., Wu, X., Xu, X., Lu, A., & Zhang, G.
(2016). In vivo delivery systems for therapeutic genome editing. International Journal of
Molecular Sciences, 17, 1-19.
MERCURY
Mercury is the closest
planet to the Sun

MARS
Despite being red, Mars
is a cold place

JUPITER
It’s the biggest planet in
the Solar System
GOALS
MERCURY
Mercury is the closest planet to
the Sun and the smallest one in
the Solar System

VENUS
Venus has a beautiful name and
is the second planet from the
Sun. It’s terribly hot

JUPITER
Jupiter is a gas giant and also
the biggest planet in the entire
Solar System
RESEARCH AND PUBLICATIONS

Venus has a beautiful Mercury is the closest planet Mars is full of iron oxide
name and is the second to the Sun and the smallest dust, which gives the
planet from the Sun one in the Solar System planet its reddish cast

by VENUS by MERCURY by MARS


FACTORS TO CONSIDER

VENUS MERCURY
Venus has a beautiful Mercury is the closest
name and is the second planet to the Sun and the
planet from the Sun smallest one
CLINICAL TRIAL

PRECLINICAL PHASE 1 PHASE 2 PHASE 3


Lab Studies Human Safety Expanded Safety Efficacy & Safety
TENDENCY
MARS
Despite being red, Mars
is a cold place

JUPITER
It’s the biggest planet in
the Solar System

MERCURY
Mercury is the closest
planet to the Sun

To modify this graph, click on it, follow the link, change the data and paste the resulting graph here
RESULTS

Experiment A Experiment B

OUTCOME OUTCOME

TREATMENT Test 1 Test 2 Test 3 TREATMENT Test 1 Test 2 Test 3

Group 1 315 285 600 Group 1 189 285 474

Group 2 210 390 600 Group 2 210 234 444

Group 3 240 165 580 Group 3 367 123 396


RESULTS

JUPITER
MARS It’s the biggest planet
Despite being red, in the Solar System
Mars is a cold place
10,000,000
Big numbers catch your audience’s attention
MULTIMEDIA

DESKTOP
SOFTWARE
You can replace the
image on the screen with
your own work
CONCLUSION
Mercury is the closest planet to the Sun and
the smallest one in the Solar System—it’s
only a bit larger than the Moon
THANKS!
Do you have any questions?
addyouremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com

facebook.com/Freepik
Please keep this slide for attribution
@Freepik_Vectors
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons
by Flaticon, infographics & images by Freepik and illustrations by Stories company/freepik-company
RESOURCES
VECTOR
● Emergency ambulance van and person in hazmat suit
● Coronavirus vaccine development
● Coronavirus vaccine development concept
● Virus cure concept
● Mental health awareness and meditation concept
● Character wearing protection and holding a covid-19 test
● Science team trying to develop coronavirus cure
● Web responsive design

PHOTO
● Heart and medical dust mask copy space
● Front view of coronavirus concept with medical mask

Anda mungkin juga menyukai