BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dilengkapi dengan naluri untuk senantiasa hidup bersama dan saling membutuhkan
antara satu sama lain. Tuhan telah menciptakan segala sesuatu saling berpasangan,
perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita
untuk menjadi suami istri yang bertujuan membentuk keluarga bahagia kekal abadi
nasional dan Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam
(KHI) bagi semua warga negara Indonesia yang beragama Islam dan peraturan
1
2
sangat kuat untuk mentaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya merupakan
sakinah (ketenangan hati), mawaddah (rasa cinta) dan rahmah (kasih sayang).1
sistem hukum waris. Ketiga sistem hukum waris tersebut adalah, sistem Hukum
Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam.2 Hukum waris menduduki
yang ditinggal mati oleh pewarisnya. Naluriah manusia yang menyukai harta benda
pewarisnya sendiri.4
Ketentuan kewarisan dalam hukum Islam telah diamanatkan Allah SWT guna
pewarisan yang telah diamanatkan Allah SWT guna memberikan keadailan bagi
setiap umat manusia yang telah jarang diterapkan di dalam kehidupan saat ini.
1
Tim Redaksi Aulia, Kompilasi Hukum Islam, Nuansa Aulia, Jakarta, 2008, hal. 2.
2
Wery Gusmansyah, Pluralisme Hukum Waris Di Indonesia, Manhaj, Vol. 1, Nomor 2, Mei-
Agustus, 2013, hal. 153.
3
KH Ahmad Azhar Basyir, Hukum Waris Islam, UII Press, Yogyakarta, 2001, hal. 3.
4
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Cetakan Ketiga, PT. Grafindo, Jakarta, 2008,
hal. 355.
3
Seseorang yang meninggal dunia paling tidak akan meninggalkan 2 (dua) hal
yaitu Pertama meninggalkan ahli waris dan yang kedua meningggalkan harta
peninggalan. Harta peninggalan dari si mati, belum dapat dibagi sebab dalam hal
wasiat.5
Pada akhirnya, harta bersama dan harta warisan akan menjadi awal
persengketaan dan tidak dapat dipungkiri lembaga peradilan akan sangat berperan
Dasar Hukum Islam di Indonesia yang dijadikan pijakan oleh hakim Pengadilan
Agama yaitu dengan dikeluarkannya Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang diatur
dalam Inpres No. 1 Tahun 1991. Lahirnya KHI, merupakan salah satu bentuk untuk
1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3
bahwa hak istri atas harta perkawinan sering kali diabaikan oleh para suami.
5
Wahyu Muljono, Hukum Waris Islam dan Pemecahannya, Magister Ilmu Hukum FH-UJB,
Yogyakarta, 2010, hal. 12.
6
Rachmadi Usman, Hukum Kewarisan Islam, CV. Mandar Maju, Bandung, 2009, hal. 4.
4
Harta perkawinan sering disalah tafsirkan kepemilikannya, apalagi jika yang bekerja
atau yang berusaha mencari nafkah hanya suami saja. Kemudian terlebih jika ketika
perkawinan tetaplah merupakan harta yang dimiliki oleh suami dan istri secara
bersama-sama yang terikat dalam satu perkawinan baik itu monogami dan poligami,
meskipun istri tidak turut andil dalam mencari uang (nafkah) tersebut.
istri. Biasanya sengketa harta perkawinan akan timbul jika terjadi perselisihan antara
suami istri atau perceraian. Terlebih apabila tidak ada perjanjian pemisahan harta
perkawinan tesebut menjadi harta bawaan atau harta perolehannya atau, pihak istri
Salah satu perselisihan yang terjadi yaitu warisan yang dikuasai oleh istri kedua
Mieke Anggreni Dewi, SH, M.Hum. Binti R. Sriyanto, SH. anak sah satu-satunya
dari suami istri yang sah R. Sriyanto, SH. dan Sri Moerjani kemudian Ibu Sri
Moerjani binti Naftali (Ibu Penggugat) meninggal dunia karena sakit di Semarang
pada tanggal 23 Mei 1987 kemudian orangtua Penggugat (Bapak Sriyanto, SH.)
menikah dengan seorang wanita bernama Ibu Siti Muaroh Alias Wiwik (Tergugat)
pada tanggal 26 Nopember 1993 sebagaimana dalam kutipan Akta Nikah No.
5
Kotamadya Jakarta Timur, Propinsi DKI Jakarta, tertanggal 6 Desember 1993 dan
selama pemikahan antara Bapak Sriyanto, SH dengan Ibu Siti Muaroh Alias Wiwik
Warisan kemudian pada tanggal 28 Juli 1998 orangtua Penggugat (Bapak R. Sriyanto,
SH.) meninggal dunia karena sakit di Jakarta sebagaimana dalam Surat Laporan
meninggalkan ahli waris adalah Penggugat dan Tergugat dan selama hidupnya
meninggalkan harta warisan yaitu Objek Warisan yang sekarang dalam penguasaan
satunya anak dari Bapak R. Siyanto, SH., maka Penggugat memohon kepada Bapak
Ketua Pengadilan Agama Jakarta Timur untuk menetapkan bahwa Penggugat adalah
satu-satunya Ahli Waris yang berhak atas Objek Warisan. Berdasarkan Hukum
Kewarisan, Buku II Kompilasi Hukum Islam, dalam Pasal 180 menyatakan: Janda
mendapat seperempat bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak dan Bila pewaris
Tergugat secara baik-baik, namun tergugat dengan alasan yang tidak jelas dan bahkan
Bapak R. Sriyanto SH., sampai gugatan ini diajukan ke Pengadilan Agama Jakarta
Timur.
: 2581/Pdt.G/2010/PAJT)”.
B. Rumusan Masalah
peradilan?
istri kedua?
C. Tujuan Penelitian
istri kedua.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Medan.
2. Manfaat Teoritis
hukum terhadap gugatan harta warisan yang dikuasai oleh istri kedua.
3. Manfaat Praktis
hari.
E. Keaslian Penelitian
Skripsi ini merupakan karya yang ditulis secara objektif, ilmiah, serta melalui
lainnya yang dapat memberikan informasi yang akurat sehingga skripsi ini dapat
masalah yaitu :
nomor 341/Pdt.G/2016/PA.Kab.Mn?
2. UIN, Ahmad Ferizqo Achdan, 2018, meneliti tentang Pembagian Harta Bersama
poligami?
489/K/Ag/2011?
9
No.224/K/AG/2011?
AG/2011?
F. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Gugatan
perdata atau gugatan saja, diantaranya ketentuan Pasal 118 ayat (1) dan Pasal 120
HIR menggunakan istilah gugatan perdata. Gugatan yang diajukan melalui kuasa
pemberi kuasa yang harus memenuhi syarat yang digariskan pada Pasal 123 HIR
7
M. Anshary, Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama Dan Mahkamah Syar‟iyah, CV.
Mandar Maju, Bandung, 2017, hal.19.
10
(dua) pihak atau lebih yang diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dimana
salah satu pihak sebagai penggugat untuk menggugat pihak lain sebagai
tergugat.10
lainnya dan harus diperiksa menurut tata cara tertentu oleh pengadilan, serta
Harta dalam bahasa arab disebut al-Mal yang berarti condong, cenderung
atau miring. Oleh sebab itu manusia cenderung ingin memiliki dan menguasai
oleh manusia, baik berupa benda yang tampak seperti emas, perak, binatang,
8
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama Di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008,
hal. 229.
9
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2002, hal. 52.
10
Firef, Pengertian Gugatan, <https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=pengertian+GUGATAN>, Diakses Pada Tanggal 20 Maret 2019, Pukul 13.00 WIB.
11
Mulyadi, Tuntutan Provisionil Dalam Hukum Acara Perdata, Djambatan, Jakarta, 2006,
hal. 15-16.
11
tempat tinggal.12
Warisan berasal dari bahasa arab, artinya yang tinggal. Orang yang berhak
mendapat pusaka disebut waris, karena dialah yang tinggal sesudah mewarisinya.
Orang yang diwarisinya dari kata “muwarist” artinya orang yang meninggalkan
harta warisan yaitu orang yang diwarisi.13 Harta warisan adalah harta bawaan
Harta warisan adalah salah satu bagian dari rukun kewarisan, selain
pewaris dan ahli waris, yang harus dipenuhi (adanya) dalam proses perpindahan
hak dan kepemilikan seseorang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya.
Tanpa adanya, berarti waris mewarisi (pewarisan) menjadi batal. Sebab warisan,
adalah ungkapan dari perolehan hak seseorang terhadap harta orang lain karena
bagian, ashabah, atau rahim. Jika salah satu dari hal itu tidak ada maka tidak ada
warisan.15
3. Pengertian Istri
yang telah menikah atau yang bersuami dan wanita yang dinikahi.16
12
Abdullah Syah, Butir-Butir Fiqh Harta, Wal Ashri Publishing, Medan, 2009, hal. 9.
13
M. Hasballah Thaib, Hukum Benda Menurut Islam, Fakultas Hukum Universitas
Dharmawangsa, Medan, 2002, hal. 20
14
M. Fahmi Al Amruzi, Harta Kekayaan Perkawinan Studi Komparatif Fiqh, KHI, Hukum
Adat dan KUH Perdata, Cetakan Ke-I, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2013, hal. 29.
15
Abdul Hayyie Al Kattani, dkk., Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Hak-Hak Anak, Wasiat, Wakaf,
Warisan, Cetakan Pertama, Gema Insani Darul Fikir, Jakarta, 2011, hal. 346.
16
KBBI, Pengertian Istri, <https://kbbi.web.id/istri>, Diakses Pada Tanggal 01 Maret 2019,
Pukul 09.00 WIB.
12
Istri adalah salah seorang pelaku pernikahan yang berjenis kelamin wanita.
Seorang wanita biasanya menikah dengan seorang pria dalam suatu upacara
sebagai seorang suami. Dalam berbagai agama biasanya seorang wanita hanya
boleh menikah dengan satu pria. Dalam budaya tertentu, pernikahan seorang pria
G. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
memperoleh data mengenai hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain.
2. Jenis Penelitian
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada.18 Penelitian
17
Wiki, Pengertian Istri, <https://id.wikipedia.org/wiki/Istri>, Diakses Pada Tangal 01 Maret
2019, Pukul 10.00 WIB.
18
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Cetakan Ke-11, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. 13.
13
yang merupakan unsur sangat penting karena data merupakan fenomena yang
akan diteliti. Untuk memperoleh gambaran dari fenomena yang diteliti sehingga
dapat ditarik suatu kesimpulan, maka tidak terlepas dari kebutuhan akan suatu
4. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Sekunder, yaitu
dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi dan
a. Bahan Hukum Primer : Bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-
b. Bahan Hukum Sekunder : Bahan hukum yang terdiri dari literatur buku,
tulisan ilmiah hukum dan internet yang berkaitan dengan objek penelitian.
c. Bahan Hukum Tersier : Bahan hukum yang terdiri dari kamus hukum.
14
5. Analisis Data
deskriptif analisis yaitu pembahasan yang mendalam terhadap isi suatu informasi
dengan tema yang diteliti, dan berbagai permasalahan yang terkait untuk
untuk membahas bahan penelitian yang datanya mengarahkan pada kajian yang
lainnya.
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi,
penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah
19
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cetakan IV, Alfabeta,
Bandung, 2010, hal. 244.
15
H. Sistematika Penulisan
Acara Peradilan terdiri dari Gugatan Dalam Perspektif Hukum Acara Peradilan,
Timur.
Bab III berisi Pengaturan Kewarisan Menurut Hukum Islam terdiri dari
Ketentuan Mewarisi Harta Warisan Menurut Hukum Islam, Harta Bersama Dalam
Gugatan Harta Warisan Yang Dikuasai Oleh Istri Kedua terdiri dari Duduk Perkara,
Gugatan Harta Warisan Yang Dikuasai Oleh Istri Kedua dan Analisis Putusan Nomor
Kedua.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Aulia, Tim Redaksi, 2008, Kompilasi Hukum Islam, Nuansa Aulia, Jakarta.
Basyir, KH Ahmad Azhar, 2001, Hukum Waris Islam, UII Press, Yogyakarta.
Kattani, Abdul Hayyie Al, dkk , 2011, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Hak-Hak
Anak, Wasiat, Wakaf, Warisan, Cetakan Pertama, Gema Insani Darul Fikir,
Jakarta.
Muljono, Wahyu, 2010, Hukum Waris Islam dan Pemecahannya, Magister Ilmu
Hukum FH-UJB, Yogyakarta.
Rofiq, Ahmad, 2008, Hukum Islam Di Indonesia, Cetakan Ketiga, PT. Grafindo,
Jakarta.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, Cetakan Ke-11, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
17
Syah, Abdullah, 2009, Butir-Butir Fiqh Harta, Wal Ashri Publishing, Medan.
B. Peraturan Perundang-Undangan
C. Jurnal
D. Internet