Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

MATA KULIAH INVESMENT MANAGMENT

Disusun oleh :

Nama : Fadli Amarullah


NPM : 1420104036
Kelas : Reguler B2-D

SEKOLAH PASCA SARJANA

MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS WIDYATAMA BANDUNG

HUBUNGAN TINGKAT SUKU BUNGA UMUM


DENGAN HARGA PASAR OBLIGASI

Salah satu prinsip utama yang perlu diketahui dalam berinvestasi obligasi adalah harga obligasi
bergerak dengan arah yang berlawanan dibandingkan suku bunga dan imbal hasil (yield) obligasi.

Sebagai sebuah produk investasi, obligasi memiliki harga. Harga tersebut dapat berubah, naik
atau turun, karena berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga tersebut adalah suku
bunga.

Perubahan suku bunga itu juga akan diikuti dengan perubahan yield. Yield adalah imbal hasil
yang diharapkan oleh investor obligasi dalam kurun waktu satu tahun. Yield biasanya dinyatakan dalam
persentase.

Dalam hubungan dengan sejumlah konsep tersebut, apabila suku bunga meningkat maka harga
obligasi akan turun, begitupula sebaliknya. Sejalan dengan hal tersebut, apabila harga obligasi turun maka
yield obligasi akan meningkat.

Hubungan ini dikenal dengan nama risiko suku bunga (interest rate risk) atau salah satu risiko
yang dihadapi oleh investor obligasi.

Hubungan terbalik antara suku bunga dan harga obligasi ini bisa dianalogikan dengan sebuah
papan jungkat-jungkit yang biasa dimainkan di taman kanak-kanak atau taman publik. Ketika satu sisi
papan tersebut naik maka sisi lain papan itu turun.

Di sisi lain, seiring peningkatan harga tersebut, yield atau tingkat keuntungan yang akan diperoleh
investor obligasi dari obligasi X hingga jatuh tempo akan mengalami penurunan.

Bagaimana bila suku bunga meningkat?

Katakanlah suku bunga meningkat menjadi 7% setahun kemudian. Jika obligasi X itu hendak
dijual di pasar sekunder sebelum jatuh tempo, harga obligasi X itu akan lebih rendah dibandingkan
dengan harga satu tahun yang lalu.

Mengapa? Obligasi X itu memiliki kupon yang lebih rendah dibandingkan dengan obligasi yang
diterbitkan setelah suku bunga dinaikkan yang memiliki kupon lebih tinggi.
Harga dan Yeild

Seperti yang telah dijelaskan di atas, harga obligasi dan yield berbanding terbalik. Perubahan
harga berpengaruh terhadap besaran yield to maturity atau potensi keuntungan tahunan yang diperoleh
dari kupon dan selisih harga apabila memegang obligasi hingga jatuh tempo.

Berikut ini ilustrasi di antara tiga obligasi yang memiliki tiga harga yang berbeda:

  Obligasi K Obligasi L Obligasi M


Harga (% dari nilai nominal) 100 (harga par) 90 (harga diskon) 110 (harga premium)
Jatuh tempo 10 tahun 10 tahun 10 tahun
Nilai nominal Rp100.000.000 Rp100.000.000 Rp100.000.000
Kupon 6% 6% 6%
Yield to maturity 6% 7.37% 4.76%

Harga par adalah harga obligasi yang sama dengan nilai par atau nilai nominal (=100%), harga premium
adalah harga obligasi di atas harga par (>100%) dan harga diskon adalah harga obligasi di bawah nilai par
(<100%). 

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa apabila investor membeli obligasi L di harga diskon memiliki yield
to maturity yang lebih tinggi dibandingkan dengan kupon. Sebaliknya, apabila membeli Z di harga
premium maka nilai yield to maturity akan lebih rendah daripada kupon.

Contoh Kasus

Lima tahun lalu, Pak Didi membeli obligasi ABCD dengan kupon 10% dengan harga 100 dengan nilai
Rp100.000.000. Pak Didi membeli obligasi itu dengan harapan dapat mendapatkan keuntungan setelah
pajak sekitar Rp8,5 juta per tahun atau sekitar Rp4,25 juta per 6 bulan.

Hasil investasi obligasi dari Pak Didi setiap tahunnya digunakan untuk membeli berbagai aneka tanaman
serta perlengkapan berkebun di rumah sesuai dengan hobinya. Dalam 5 tahun, Pak Didi menerima
keuntungan sekitar Rp42,5 juta (5 tahun dikali Rp8,5 juta per tahun).

Setelah 5 tahun, Pak Didi membutuhkan uang untuk merenovasi rumah. Pak Didi kemudian berpikir
untuk menjual obligasinya. Pada saat itu, harga obligasi sebesar 98. Apabila Pak Didi menjual obligasi
tersebut di harga 98 apakah dia mengalami kerugian dari investasi tersebut?
Jawabannya tidak. Dalam 5 tahun, dia telah mendapatkan keuntungan dari kupon yang dibayar setiap
tahun atau 2 kali setiap 6 bulan. Pergerakan harga tidak mempengaruhi nilai kupon yang diterima oleh
investor.

Pada saat menjual obligasi di harga 98, dia akan mengalami capital loss sebesar Rp2 juta yang berasal
dari perhitungan= Rp100.000.000 x (98-100) %. Namun, kerugian itu dikompensasi dari keuntungan
yang telah diperoleh setiap tahun dari kupon.

Salah satu a good rule of thumb dalam berinvestasi obligasi adalah investor yang memiliki horizon waktu
investasi lebih panjang dibandingkan dengan durasi akan merasakan manfaat dari peningkatan suku
bunga.

Anda mungkin juga menyukai