UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 UU Kepagawaian Indonesia Sebagai Langkah Awal Reformasi.....................................3
2.2 Teori, Kebaruan dan Kerangka Teoritis...........................................................................4
2.3 Peralihan Rezim (Penambahan Fungsi dan Tugas Kementrian Tanpa Perubahan
Kualitas..................................................................................................................................6
2.4 Pemberantasan Korupsi dan Revolusi Mental.................................................................6
2.5 Rekrutmen Terbuka untuk Pejabat Tingkat Tinggi, Antara Integritas dan Prosedur.......7
2.6 Reformasi Manajemen ASN............................................................................................7
2.7 ; Sistem Pengiriman Elektronik dalam Pelayanan Publik, Informatif Bukan
Transaksional.........................................................................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................10
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pemerintahan Joko Widodo adalah pemegang pemerintahan saat ini di Indonesia.
Dengan diceritakan permulaan karir Joko Widodo sampai dapat menjadi pemegang
pemerintahan yang kemudia pada tahun 2014 mulai pemerintahan jokowi sebagai priotas
untuk reformasi birokrasi. Selanjutnya, beberapa masalah mulai muncul pada pemerintahan
Joko Widodo dalam melakukan reformasi administrasi yaitu transisi rezim yang mengarah ke
berbagai peningkatan fungsi kementerian, meskipun jumlahnya tidak berubah, lemahnya
mentalitas dalam memerangi korupsi yang masih ada di antara beberapa pejabat Indonesia,
masih ditemukan kendala dalam rekrutmen terbuka yang dianggap jauh dari pemilihan
pejabat yang berintegritas tinggi, situasi politik yang tidak menentu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 UU Kepagawaian Indonesia Sebagai Langkah Awal Reformasi
Dalam UU Kepegawaian Indonesia terdapat klausul yang mewajibkan PNS mengikuti
pandangan politik tertentu, tetapi tidak menjadikan PNS apolitis (tanpa pandangan politik).
Beberapa pejabat tinggi berusaha menghindari perilaku ini, namun pengaruh politik di tingkat
pusat dan daerah masih terlalu kuat. Di beberapa kementerian pemerintah pusat, beberapa
perubahan jabatan tidak didasarkan pada kompetensi tetapi dengan alasan lain, misalnya
kedekatan pejabat tertentu dengan anggota partai tertentu. Dalam situasi politik di Indonesia
saat ini, terdapat dua koalisi besar yaitu Koalisi Indonesia Berprestasi (Koalisi Indonesia
Hebat, KIH) dan Koalisi Merah Putih (Koalisi Merah Putih, KMP). Secara agregat,
kepentingan politik dalam lanskap politik Indonesia tidak pernah setajam ini, di mana kedua
belah pihak saling bertentangan secara langsung.
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat sebagai pemerintah yang berkuasa
seringkali tidak dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah karena perbedaan pandangan
politik dengan pemerintah kota/daerah. Terkadang kebijakan pemerintah pusat ditahan oleh
pemerintah daerah. Kebijakan terakhir yang mengejutkan pemerintahan Joko Widodo adalah
kebijakan tentang pemerintahan desa yang mewajibkan sebagian pejabat di desa menjadi
PNS. . Rentang kendali yang relatif tinggi ini menghasilkan pengambilan keputusan yang
lebih lama. Di sisi lain, pemerintahan Joko Widodo menjamin akan melakukan perbaikan
dalam pelayanan publik. Dilihat dari Struktur pemerintahan Indonesia yang bertele-tele dan
3
letak geografis yang luas, membuat rentang kendali pemerintah pusat kepada masyarakat
semakin sulit. Hal ini menyebabkan proses pengambilan keputusan menjadi sangat kompleks.
Berbagai teori di beberapa negara mengenai gerakan reformasi administrasi adalah sebagai
berikut: Teori dan kebaruan dalam tulisan ini akan menggunakan pengertian reformasi
administrasi di Indonesia pada masa pemerintahan Joko Widodo yaitu
4
4. Jerman dengan memperbaiki pola hubungan pihak-pihak yang mendukung pemerintah
dan birokrasi pemerintah (Götz et. al, 2015);
5. Italia menjalankan reformasi administrasi secara khusus dijelaskan dalam gerakan
reformasi administrasi di Amerika Serikat oleh Pollitt dan Bouckaert (2000) yang disebut
“tingkat mikro dan tingkat makro” gerakan reformasi administrasi. Menurut Pollit dan
Bouckaert (2000), level mikro adalah alat khusus untuk reformasi, sedangkan level makro
adalah level sistem pemerintahan. Gerakan reformasi administrasi tersebut oleh Pollitt
dan Bouckaert dijelaskan lebih lanjut dalam buku Durant (2009) yang membagi tahapan
perkembangan gerakan reformasi administrasi menjadi tiga bentuk:
a. sejarah (urutan peristiwa, ketergantungan jalur, umpan balik, penguncian,
amplifikasi, dan refleksivitas)
b. konteks (konjungsi peristiwa, pelapisan dan intercurrency institusi, gesekan dan
abrasi di dalam dan di seberangnya, penggabungan institusional, dan perpindahan
tempat untuk menciptakan struktur paralel)
Gerakan dengan mengubah sistem akuntansi pemerintah pusat dengan sistem yang lebih
modern mengikuti ketidaksesuaian dan efek interpretatif dari reformasi pada warga).
perkembangan Uni Eropa (UE) (Liguori et. al, 2016
6. Portugal dan Kongo dengan kendala yang ada selama gerakan reformasi administrasi
mereka, salah satu kendala yang ditemukan di dua negara yang mirip dengan Indonesia
adalah latar belakang budaya masyarakat yang sangat plural (Rocha et.al, 2007; Trefon,
2010);
7. Belgia juga memiliki kemiripan yang dekat dengan Indonesia, khususnya pada masa
administrasi pemerintah berdasarkan:
a.pertama memperbaiki pola organisasi;
b. mengembangkan semangat budaya perbaikan dengan “Gerakan Revolusi
Mental”;
c.rekrutmen terbuka untuk pejabat tingkat atas;
d. sistem penyelenggaraan pelayanan publik. Level makro;
Peralihan Rezim (Penambahan Fungsi dan Tugas Kementerian gerakan reformasi di
pemerintahan awal Joko Widodo, di mana komisi yang bertanggung jawab untuk
reformasi administrasi dibentuk. Indonesia membentuk Komisi Pembaharuan Sipil
Negara sebagai tanggapan atas pemberian rasa keadilan dalam kepegawaian, terutama
pada jabatan-jabatan yang diembannya (Thijs dan Steven, 2005).
5
2.3 Peralihan Rezim (Penambahan Fungsi dan Tugas Kementrian Tanpa Perubahan
Kualitas.
Pada era Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia memiliki 165 lembaga (Lembaga
Negara, Kementerian, Non Kementerian, dan Lembaga Negara Tingkat Menteri). Pada
pemerintahan saat ini, terdapat 150 lembaga (Pusat Studi Kinerja Kelembagaan Deputi
Bidang Kelembagaan dan Aparatur). Terjadi pengurangan jumlah institusi ketika terjadi
transisi dari Susilo Bambang Yudhoyono ke Joko Widodo. Joko Widodo juga berencana
merancang empat lembaga baru ke depan. Pemerintahan Joko Widodo, misalnya, berjanji
akan membangun “jalan raya laut” yang belum pernah ada sebelumnya. Janji tersebut secara
tidak langsung mengarah pada penambahan jumlah kementerian di pemerintahan Joko
Widodo. Perkembangan instansi di era Joko Widodo lebih menekankan pada program
prioritas pemerintah pusat. Program prioritas yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia
menyebabkan penambahan beberapa lembaga yang dapat mendukung pembangunan
nasional, seperti pengaktifan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, penguatan Badan Keamanan
Laut Republik Indonesia dan pemisahan berbagai tugas dan fungsi.
6
tidak ekonomis dan membuka jalan bagi korupsi. Namun, kebijakan ini kemudian direvisi
oleh pemerintahan Joko Widodo setelah beberapa pertimbangan anggaran.
2.5 Rekrutmen Terbuka untuk Pejabat Tingkat Tinggi, Antara Integritas dan Prosedur
Rekrutmen terbuka di Indonesia diprakarsai oleh Kementerian Keuangan pada tahun
2007 dan bentuk penunjukan ini mulai populer ketika Joko Widodo menjadi Gubernur
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Metode rekrutmen ini kemudian dilanjutkan kembali ketika
Joko Widodo menjadi Presiden. Pada abad ke-19, visi reformasi pegawai negeri adalah untuk
menghindari patronase, kronisme, dan korupsi (Smith, 1971). Salah satu cara untuk
menghindari patronase dalam pengangkatan pejabat tinggi dalam birokrasi negara adalah
dengan sistem rekrutmen terbuka. Undang-Undang Kepegawaian sebelumnya di Indonesia
tidak mengizinkan perekrutan terbuka seperti itu. Metode penunjukan yang digunakan pada
saat itu mengarah pada korupsi, kolusi, dan nepotisme. Prosedur berbelit-belit tersebut
menghambat pencairan anggaran untuk pembangunan Indonesia yang saat ini berada di
tengah perekonomian yang kurang kondusif, dimana anggaran pemerintah belum mampu
mendongkrak perekonomian Indonesia.
7
ekonomi Indonesia pada awal masa kepresidenannya adalah prosedur rekrutmen terbuka yang
memakan waktu (3 hingga 4 bulan) yang berdampak pada pengambilan keputusan terkait
anggaran. proses yang dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk. Perombakan kabinet menjadi isu
yang sangat hangat karena sejumlah menteri tidak mampu meningkatkan kapasitas beberapa
pejabat di kementeriannya. Selain faktor integritas (komitmen dan konsistensi), keberhasilan
rekrutmen terbuka juga bergantung pada transformasi budaya dalam birokrasi. Transformasi
tersebut adalah gagasan revolusi mental yang dicetuskan oleh Joko Widodo.
Era globalisasi dan reformasi, perubahan tatanan masyarakat, bangsa dan negara
dengan cepat mengikuti perkembangan dunia internasional. Pimpinan dan pimpinan
organisasi pemerintahan pada umumnya dan pemerintahan kelurahan pada khususnya telah
menjadi perhatian utama masyarakat baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Seiring
dengan tuntutan masyarakat dan kebutuhan zaman, dibutuhkan pemimpin yang berkualitas
agar pelayanan publik dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara cepat, efektif dan
akuntabel.
8
keragaman besar dalam jenis (PBB, 2014). Elektronifikasi berbagai sistem pelayanan publik
digunakan untuk memfasilitasi berbagai pelayanan kepada masyarakat.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemerintahan Joko Widodo saat ini stagnan dalam melakukan reformasi administrasi.
Berbagai macam kebijakan yang ada masih mengalami hambatan, terutama masih adanya :
10