Anda di halaman 1dari 5

Tugas kasus tentang pelanggaran HAM

“Guru pesantren memperkosa 12


santriwati sampai punya anak ”

Nama : Chantika Putri Cahya Islami


Kelas: XIC Al-Battani
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh , Saya Chantika Putri Cahya Islami dari
kelas XIC Al-Battani . Dikesempatan kali ini saya akan membawakan dan juga membahas salah
satu kasus HAM yang sedang ramai belakangan ini , yaitu Kasus dari HW atau Herry Wirawan
yang merupakan guru pesantren Madani Boarding School Cibiru Bandung di Kota Bandung yang
memperkosa 12 Santriwatinya

Menurut Ketua Forum Pondok Pesantren Kota Bandung Aceng, pelaku sering mengaku
sebagai pimpinan forum untuk memudahkan berkomunikasi dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dan yayasan yang dikelola pelaku memiliki sekitar 30 santri .pelecehan seksual
yang dilakukannya sudah dilakukan sejak 2016 hingga 2021. Akibat perbuatannya, 12 orang
menjadi korban dimana 4 korban diantarannya telah melahirkan 8 bayi . 2 korban juga
diketahui sedang hamil , salah satunya melahirkan saat tahap persidangan sehingga total anak
yang dilahirkan korban adalah. Beberapa korban juga diduga hamil berulang tapi belum
dipastikan . Korbannya adalah para santri pesantren di Cibiru, Kota Bandung. Usia para korban
juga masih di bawah umur rata-rata 16-17 tahun

Sementara itu Kasipenkum Kejati Jabar Dodi Gazali Emil menjelaskan, perbuatan Herry
dilakukan di berbagai tempat. Selain di Yayasan Komplek Sinergi Jalan Nyaman Anatapani,
pemerkosaan juga dilakukan di Yayasan Tahfidz Madani Komplek Yayasan Margasatwa Cibiru.
Serta di Pesantren Manarul Huda Komplek Margasatwa Cibiru, di apartemen di kawasan
Soekarno-Hatta Bandung, hingga di sejumlah hotel di Bandung.

Herry nyaris setiap hari memperkosa para santri. . Dalam keterangan surat dakwaan,
pelaku menggunakan berbagai cara untuk memaksa para santri melakukan hubungan intim
dengannya. Herry kerap mencekoki para Santri dengan pemahaman bahwa guru harus ditaati.
"Guru itu Salwa Zahra Atsilah, harus taat kepada guru," kata Herry Wiryawan di berkas
dakwaan.Salah satu korban mengatakan kalau ia sempat dijanjikan menjadi polwan oleh
pelaku.

Selain itu, pelaku juga menjanjikan akan membiayai biaya pendidikan korban hingga
selesai, untuk setelahnya akan menjadi pengurus pesantren. Dalam surat dakwaan itu, pelaku
mengatakan kalau mertuanya tak ingin punya banyak anak, sehingga hal itu membuat istrinya
enggan melayani hasratnya.
Kasus pemerkosaan itu sudah masuk dalam tahap persidangan dan sidang perdananya
telah digelar Selasa (7/12/2021) kemarin.Agenda sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim, Y
Purnomo Surya Adi itu digelar secara tertutup. Sejumlah saksi dihadirkan dalam sidang yang
umumnya merupakan santri korban kebiadaban HW.Kasus pemerkosaan itu sudah masuk
dalam tahap persidangan di mana sidang perdananya telah digelar Selasa (7/12/2021)
kemarin.Agenda sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim, Y Purnomo Surya Adi itu digelar
secara tertutup. Sejumlah saksi dihadirkan dalam sidang yang umumnya merupakan santri
korban kebiadaban HW.

Terdakwa didakwa dengan dakwaan primair, melanggar Pasal 81 ayat (1), ayat (3) jo
Pasal 76.D UU R.I Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.Dan Dakwaan Subsidair, yakni
terdakwa didakwa melanggar Pasal 81 ayat (2), ayat (3) jo Pasal 76.D UU R.I Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak jo Pasal 65 ayat (1) KUHP.

Sementara itu, pihak Kemenag seperti dkutip dari BBC ternyata telah mengetahui kasus
tersebut sejak lama.Pihak Kemenag mengaku menutup rapat kasus ini lantaran merasa kasihan
pada santri.Kasus ini ternyata sudah dilaporkan pada Mei silam, akan tetapi baru dibuka saat
sudah di persidangan.Lantaran baru tahu, publik tercengang dan menyoroti kasus tersebut,
hingga Gubernur Jabar, Ridwan Kamil dan istrinya kaget dan meminta terdakwa dihukum
berat.Alasan melindungi santriwati korban, sehingga fokus pada proses hukum. Hal itu
merupakan kesepakatan bersama lembaga swadaya masyarakat pendampingan perempuan
dan pihak kepolisian untuk "menyimpan" kasus ini.

"Kasihan juga santrinya. Waktu itu kami langsung berkoordinasi dengan pihak Polda,
NGO, bersepakat hukum tetap berproses, artinya kiainya tetap diproses, (hukum), korban juga
mendapat pendampingan," katanya.

Plt Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kemenag Thobib Al-Asyhar


mengatakan,Sejak kejadian tersebut pesantren tempat guru di Bandung perkosa belasan
santri telah ditutup. Ia mengungkapkan, peristiwa tersebut mencuat sejak enam bulan lalu.
Kemenag juga telah mengembalikan seluruh siswa ke daerah asal mereka. Pendidikan
mereka dilanjutkan ke madrasah atau sekolah sesuai jenjangnya yang ada di daerah masing-
masing dengan difasilitasi Kasi Pontren dan Forum Komunikasi Pendidikan Kesetaraan (FKPPS)
Kabupaten/Kota setempat.

Kemenag terus berkoordinasi dengan Polda dan Dinas Perlindungan Ibu dan Anak,
khususnya terkait penyelesaian perpindahan dan ijazah para peserta didik di lembaga
tersebut.Wakil Ketua LPSK, Livia Istania Iskandar berjanji memberikan perlindungan kepada
para korban. Di sisi lain, dia berharap para hakim benar-benar memberikan hukuman setimpal
pada pelaku.

Sebagai penutup, Saya akan memaparkan pendapat saya yang tentunya sangat kecewa
dengan kasus yang baru saja dibahas diatas, Begitu banyak harapan yang diberikan kepada anak
anak itu sebagai penerus bangsa oleh orangtua mereka dan tentunya Indonesia. Mereka
diharapkan dan dititipkan di pesantren tersebut dengan harapan bisa mengkaji banyak ilmu dan
memberikan mahkota untuk orangtua mereka di surga nanti , Sayang sekali yang didapatkan
dari tempat tersebut adalah pelecehan yang dilakukan oleh guru pesantren mereka sendiri yang
tentunya bisa memperkeruh bahkan merusak masa depan anak anak tersebut , ditambah lagi .
Anak-anak tersebut masih berumur sangat kecil dan belia. Tentunya mereka akan merasakan
trauma yang berat .

Mirisnya , santriwati yang menjadi korban belum tentu 12 orang melainkan bisa lebih
melihat dari kasus yang dilaporkan dari 2016 dan baru muncul di 2021 ini . perhatian dari
kementrian agama juga harusnya diperketat, karena laporan telah diberikan dan diketahui di
bulan Mei . Namun hingga sekarang . Kasus yang sedang diproses masih belum tuntas.

Harapan saya bahwa sang pelaku bisa diberikan hukuman yang berat dan setimpal dan bisa
diberikan keadilan pada 12 korban yang telah mengalami masa masa berat mereka. Diluar
kasus ini , saya berharap perhatian terhadap kasus serupa seperti pelecehan, Bullying,
kekerasan terhadap anak, KDRT dan banyak kasus HAM lainnya bisa dikurangi dengan hukuman
yang diperkeras lagi dan juga kita sebagai masyarakat Indonesia , bisa cukup cerdas dan
memiliki pengetahuan tentang pentingnya HAM agar bisa mengurangi kemungkinan terburuk
untuk negeri kita, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai