Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HAK ASASI AMNUSIA DALAM ISLAM

TUGAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DI SUSUN OLEH:

WAHYUDI : 04020180854

C1

Dosen : Dr. Andi Baharuddin SH.,MH

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

FAKULTAS HUKUM

MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Hak Asasi
Manusia dalam Islam pada mata kuliah Hukum dan hak Asasi Manusia tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa


adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah terlibat
dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak terdapat banyak


kekurangan. Akhirnya, kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat penulis butuhkan
untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Makassar, 30 Desember 2020


Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................i

DAFTAR ISI ....


........................................................................................................................ii

1. Pengertian HAM dalam Islam


................................................................................................1

2. Rumusan HAM dalam


Islam...................................................................................................1

3. Upaya Pemecahan Masalah HAM


..........................................................................................6

4. HAM dan Umat Islam Indonesia ...........................................................................................9

KESIMPULAN DAN SARAN


..............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................................13
ii
1. Pengertian HAM dalam Islam

Untuk memahami konsep dan hakikat Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Islam,
terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dasar tentang HAM. Dalam bahasa Arab,
HAM dikenal dengan (Haqq al- Insânî al-Asâsî atau juga disebut Haqq al-Insânî ad-
Darûrî), yang terdiri terdiri atas tiga kata, yaitu: a. kata hak (haqq) artinya: milik,
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu, dan merupakan sesuatu yang
harus diperoleh. b. kata manusia (al-insân) artinya: makhluk yang berakal budi, dan
berfungsi sebagai subyek hukum. c. asasi (asâsî) artinya: bersifat dasar atau pokok.

Secara terminologis, HAM dalam persepsi Islam, Muhammad Khalfullah Ahmad


telah memberikan pengertian bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri
manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu amanah dan anugerah
Allah SWT yang harus dijaga, dihormati, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat
atau negara. Bahkan Ibn Rusyd lebih menegaskan bahwa HAM dalam persepsi Islam
telah memberikan format perlindungan, pengamanan, dan antisipasi terhadap berbagai
hak asasi yang bersifat primair (darûriyyât) yang dimiliki oleh setiap insan. Perlindungan
tersebut hadir dalam bentuk antisipasi terhadap berbagai hal yang akan mengancam
eksistensi jiwa, eksistensi kehormatan dan keturunan, eksistensi harta benda material,
eksistensi akal pikiran, serta eksistensi agama. 6

Dengan demikian, hakikat penghormatan dan perlindungan terhadap HAM dalam


konsep Islam ialah menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh dan adanya
keseimbangan, yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta keseimbangan antara
kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Jadi dalam memenuhi dan
menuntut hak tidak terlepas dari pemenuhan kewajiban yang harus dilaksanakan. Begitu
juga dalam memenuhi kepentingan perseorangan tidak boleh merusak kepentingan orang
banyak (kepentingan umum). Oleh sebab itu, pemenuhan, perlindungan dan
penghormatan terhadap HAM harus disertai dengan pemenuhan terhadap KAM
(kewajiban Asasi Manusia), dan TAM (Tanggung jawab Asasi Manusia), dalam
kehidupan pribadi, kehidupan bermasyarakat, dan bernegara. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hakikat dari HAM itu adalah keterpaduan antara HAM, KAM, dan
TAM yang berlangsung secara sinergis dan seimbang. Kesemuanya ini (HAM, KAM,
dan TAM) merupakan nikmat dan anugerah sekaligus sebagai amanah yang akan diminta
pertanggungjawabannya di hadapan pengadilan ilahi Allah SWT Rabbul `alamin.

2. Rumusan HAM dalam Islam


Apa yang disebut dengan hak asasi manusia dalam aturan buatan manusia adalah
keharusan (dharurat)yang mana masyarakat tidak dapat hidup tanpa dengannya. Para
ulama muslim mendefinisikan masalah-masalah dalam kitab Fiqh yang disebut
sebagai Ad-Dharurat Al-Khams, dimana ditetapkan bahwa tujuan akhir syari’ah Islam

1
adalah menjaga akal, agama, jiwa, kehormatan dan harta benda manusia. Nabi saw telah
menegaskan hak-hak ini dalam suatu pertemuan besar internasional, yaitu pada haji
wada’. Dari Abu Umamah bin Tsa’labah, nabi saw bersabda: "Barangsiapa merampas
hak seorang muslim, maka dia telah berhak masuk neraka dan haram masuk
surga." Seorang lelaki bertanya: "Walaupun itu sesuatu yang kecil, wahay
rasulullah ?"Beliau menjawab: "Walaupun hanya sebatang kayu arak." (HR. Muslim).

Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia sebagai hamba
Allah tidak boleh diserahkan dan bergantung kepada penguasa dan undang-undangnya.
Tetapi semua harus mengacu pada hukum Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap
dipandang sebagaimana hal-hal besar lain. Misalnya Allah melarang bershadaqah
(berbuat baik) dengan hal-hal yang buruk. "Dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya..." (QS. 2: 267).

a) Hak-hak alamiah
Hak-hak alamiah manusia telah diberikan kepada seluruh ummat manusia
sebagai makhluk yang diciptakan dari unsur yang sama dan dari sumber yang sama
pula (lihat QS. 4: 1, QS. 3: 195).

 Hak Hidup
Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan
dan meng-qishas pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179). Bahkan hak mayit
pun dijaga oleh Allah. Misalnya hadist nabi: "Apabila seseorang mengkafani
mayat saudaranya, hendaklah ia mengkafani dengan baik." Atau "Janganlah
kamu mencaci-maki orang yang sudah mati. Sebab mereka telah melewati
apa yang mereka kerjakan."(Keduanya HR. Bukhari).

 Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi


Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan
kebebasan paling suci adalah kebebasan beragama dan menjalankan
agamanya, selama tidak mengganggu hak-hak orang lain. Firman Allah: "Dan
seandainya Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman orang di muka bumi
seluruhnya. Apakah kamu memaksa manusia supaya mereka menjadi orang
beriman semuanya?" (QS. 10: 99).
Untuk menjamin kebebasan kelompok, masyarakat dan antara negara,
Allah memerintahkan memerangi kelompok yang berbuat aniaya terhadap
kelompok lain (QS. 49: 9). Begitu pula hak beribadah kalangan non-muslim.
Khalifah Abu Bakar menasehati Yazid ketika akan memimpin
pasukan: "Kamu akan menemukan kaum yang mempunyai keyakinan bahwa
mereka tenggelam dalam kesendirian beribadah kepada Allah di biara-biara,
maka biarkanlah mereka." Khalid bin Walid melakukan kesepakatan dengan
penduduk Hirah

2
untuk tidak mengganggu tempat peribadahan (gereja dan sinagog) mereka
serta tidak melarang upacara-upacaranya.
Kerukunan hidup beragama bagi golongan minoritas diatur oleh
prinsip umum ayat "Tidak ada paksaan dalam beragama." (QS. 2: 256).
Sedangkan dalam masalah sipil dan kehidupan pribadi (ahwal
syakhsiyah) bagi mereka diatur syari’at Islam dengan syarat mereka bersedia
menerimanya sebagai undang-undang. Firman Allah: "Apabila mereka (orang
Yahudi) datang kepadamu minta keputusan, berilah putusan antara mereka
atau biarkanlah mereka. Jika engkau biarkan mereka, maka tidak akan
mendatangkan mudharat bagimu. Jika engkau menjatuhkan putusan hukum,
hendaklah engkau putuskan dengan adil. Sesungguhnya Allah mengasihi
orang-orang yang adil." (QS. 5: 42). Jika mereka tidak mengikuti aturan
hukum yang berlaku di negara Islam, maka mereka boleh mengikuti aturan
agamanya - selama mereka berpegang pada ajaran yang asli. Firman
Allah: "Dan bagaimana mereka mengangkat kamu sebagai hakim, sedangkan
ada pada mereka Taurat yang di dalamnya ada hukum Allah? Kemudian
mereka tidak mengindahkan keputusanmu. Sesungguhnya mereka bukan
orang-orang yang beriman ." (QS.5: 7).

 Hak Bekerja
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga
kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw
bersabda: "Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang
daripada makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya sendiri." (HR.
Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam
hadist: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya." (HR. Ibnu
Majah).

b) Hak hidup
Islam melindungi segala hak yang diperoleh manusia yang disyari’atkan oleh Allah.
Diantara hak-hak ini adalah :

 Hak Pemilikan
Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan
penggunaan cara apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan
haknya, sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah sebagian kamu memakan
harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan bathil dan janganlah
kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan
sebagian harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal kamu
mengetahuinya."(QS. 2: 188). Oleh karena itulah Islam melarang riba dan
setiap upaya yang merugikan hajat manusia. Islam juga melarang penipuan
dalam

3
perniagaan. Sabda nabi saw: "Jual beli itu dengan pilihan selama antara
penjual dan pembeli belum berpisah. Jika keduanya jujur dalam jual-beli,
maka mereka diberkahi. Tetapi jika berdusta dan menipu berkah jual-bei
mereka dihapus." (HR. Al-Khamsah).
Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha
yang halal, kecuali untuk kemashlahatan umum dan mewajibkan pembayaran
ganti yang setimpal bagi pemiliknya. Sabda nabi saw: "Barangsiapa
mengambil hak tanah orang lain secara tidak sah, maka dia dibenamkan ke
dalam bumi lapis tujuh pada hari kiamat." Pelanggaran terhadap hak umum
lebih besar dan sanksinya akan lebih berat, karena itu berarti pelanggaran
tehadap masyarakat secara keseluruhan.

 Hak Berkeluarga
Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan
ketentraman. Bahkan Allah memerintahkan para wali mengawinkan orang-
orang yang bujangan di bawah perwaliannya (QS. 24: 32). Aallah menentukan
hak dan kewajiban sesuai dengan fithrah yang telah diberikan pada diri
manusia dan sesuai dengan beban yang dipikul individu.
Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada kepala
keluarga yaitu kaum laki-laki. Inilah yang dimaksudkan sebagai kelebihan
laki-laki atas wanita (QS. 4: 34). Tetapi dalam hak dan kewajiban masing-
masing memiliki beban yang sama. "Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf, akan tetapi para
suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari istrinya." (QS. 2: 228).

 Hak Keamanan
Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata
pencaharian dan jaminan keamanan jiwa serta harta benda. Firman
Allah: "Allah yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan." (QS.
Quraisy: 3-4).
Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa
izin (QS. 24: 27). Jika warga negara tidak memiliki tempat tinggal, negara
berkewajiban menyediakan baginya. Termasuk keamanan dalam Islam adalah
memberi tunjangan kepada fakir miskin, anak yatim dan yang
membutuhkannya. Oleh karena itulah, Umar bin Khattab menerapkan
tunjangan sosial kepada setiap bayi yang lahir dalam Islam baik miskin
ataupun kaya. Dia berkata: "Demi Allah yang tidak ada sembahan selain Dia,
setiap orang mempunyai hak dalam harta negara ini, aku beri atau tidak aku
beri."(Abu Yusuf dalam Al-Kharaj). Umar jugalah yang membawa seorang
Yahudi tua miskin ke petugas Baitul-Maal untuk diberikan shadaqah dan
dibebaskan dari jizyah.
4
Bagi para terpidana atau tertuduh mempunyai jaminan keamanan untuk
tidak disiksa atau diperlakukan semena-mena. Peringatan rasulullah
saw: "Sesungguhnya Allah menyiksa orang-orang yang menyiksa manusia di
dunia." (HR. Al-Khamsah). Islam memandang gugur terhadap keputusan yang
diambil dari pengakuan kejahatan yang tidak dilakukan. Sabda nabi
saw: "Sesungguhnya Allah menghapus dari ummatku kesalahan dan lupa
serta perbuatan yang dilakukan paksaan" (HR. Ibnu Majah).
Diantara jaminan keamanan adalah hak mendpat suaka politik. Ketika
ada warga tertindas yang mencari suaka ke negeri yang masuk wilayah Darul
Islam. Dan masyarakat muslim wajib memberi suaka dan jaminan keamanan
kepada mereka bila mereka meminta. Firman Allah: "Dan jika seorang dari
kaum musyrikin minta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya
ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang
aman baginya." (QS. 9: 6).

 Hak Keadilan
Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syari’ah dan
diberi putusan hukum sesuai dengan syari’ah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga
hak setiap orang untuk membela diri dari tindakan tidak adil yang dia terima.
Firman Allah swt: "Allah tidak menyukai ucapan yang diucapkan terus-terang
kecuali oleh orang yang dianiaya." (QS. 4: 148).
Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada
penguasa yang sah yang dapat memberikan perlindungan dan membelanya
dari bahaya atau kesewenang-wenangan. Bagi penguasa muslim wajib
menegakkan keadilan dan memberikan jaminan keamanan yang cukup. Sabda
nabi saw: "Pemimpin itu sebuah tameng, berperang dibaliknya dan
berlindung dengannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Termasuk hak setiap orang untuk mendapatkan pembelaan dan juga
mempunyai kewajiban membela hak orang lain dengan kesadarannya.
Rasulullah saw bersabda: "Maukah kamu aku beri tahu saksi yang palng
baik? Dialah yang memberi kesaksian sebelum diminta kesaksiannya." (HR.
Muslim, Abu Daud, Nasa’i dan Tirmidzi). Tidak dibenarkan mengambil hak
orang lain untuk membela dirinya atas nama apapun. Sebab rasulullah
menegaskan: "Sesungguhnya pihak yang benar memiliki pembelaan." (HR.
Al-Khamsah). Seorang muslim juga berhak menolak aturan yang bertentangan
dengan syari’ah, dan secara kolektif diperintahkan untuk mengambil sikap
sebagai solidaritas terhadap sesama muslim yang mempertahankan hak.

 Hak Saling Membela dan Mendukung


Kesempurnaan iman diantaranya ditunjukkan dengan menyampaikan
hak kepada pemiliknya sebaik mungkin, dan saling tolong-menolong dalam
membela hak dan mencegah kedzaliman. Bahkan rasul melarang sikap
5
mendiamkan sesama muslim, memutus hubungan relasi dan saling berpaling
muka. Sabda nabi saw: "Hak muslim terhadap muslim ada lima: menjawab
salam, menjenguk yang sakit, mengantar ke kubur, memenuhi undangan dan
mendoakan bila bersin." (HR. Bukhari).

 Hak Keadilan dan Persamaan


Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan
mendeklarasikan persamaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia (lihat
QS. Al-Hadid: 25, Al-A’raf: 157 dan An-Nisa: 5). Manusia seluruhnya sama
di mata hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya Fathimah anak Muhammad
mencuri, pasti aku potong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada masa rasulullah banyak kisah tentang kesamaan dan keadilan
hukum ini. Misalnya kasus putri bangsawan dari suku Makhzum yang mencuri
lalu dimintai keringanan hukum oleh Usamah bin Zaid, sampai kemudian
rasul menegur dengan: "... Apabila orang yang berkedudukan di antara kalian
melakukan pencurian, dia dibiarkan. Akan tetapi bila orang lemah yang
melakukan pencurian, mereka memberlakukan hukum kriminal..." Juga kisah
raja Jabalah Al-Ghassani masuk Islam dan melakukan penganiayaan saat haji,
Umar tetap memberlakukan hukum meskipun ia seorang raja. Atau kisah Ali
yang mengadukan seorang Yahudi mengenai tameng perangnya, dimana
Yahudi akhirnya memenangkan perkara.
Umar pernah berpesan kepada Abu Musa Al-Asy’ari ketika
mengangkatnya sebagai Qadli: "Perbaikilah manusia di hadapanmu, dalam
majlismu, dan dalam pengadilanmu. Sehingga seseorang yang berkedudukan
tidak mengharap kedzalimanmu dan seorang yang lemah tidak putus asa atas
keadilanmu."

3. Upaya Pemecahan Masalah HAM

Persoalan HAM saat ini muncul kepermukaan dengan menyita perhatian umat
manusia. Kaum buruk menuntut hak-haknya, para tenaga kerja wanita menuntut hak-
haknya pula dan rakyat pun menuntut hak-hak demokrasinya. Jika dipahami kata `hak'
tidak bisa dibicarakan terpisah dari kewajiban, karena tidak akan ada hak tanpa
kewajiban. Keduanya berjalan seimbang, dan keseimbangan inilah yang mewujud- kan
keadilan.

Salah satu prinsip Islam, menyebutkan bahwa semua kita adalah pemimpin yang akan
dimintai pertanggungj awaban atas kepemirnpinan-nya. Pemimpin bertanggung jawab
berlaku adil yaitu menjamin bahwa apa dan siapapun yang dipimpinnya akan mendapat
semua haknya tanpa terkecuali. Dan karena semua orang adalah pemimpin, maka
kewajiban menjamin hak-hak siapa saja. Dan ini adalah ajaran dasar tentang hak asasi
manusia dan makhluk lainnya. 9

Kemudian dalam prinsip al-amru bil ma'ruf wan nahyu ' anil munkar, jelas tergambar
bahwa dalam rangka hidup berbangsa dan bernegara, tiap-tiap warga negara mempunyai
hak untuk mendukung yang baik dan melakukan sosial kontrol terhadap yang tidak baik.
Dalam hal ini tergambar bahwa Islam memerintah-kan umatnya untuk beriman,
melarang keja-hatan dan memerintahkan kebajikan. Dengan memerintahkan kewajiban
ini, Islam dapat menjadikan masya-rakat waspada terhadap negara atau kekuasaan asasi
manusia dan makhluk lainnya. 9

Kemudian dalam prinsip al-amru bil ma'ruf wan nahyu ' anil munkar, jelas tergambar
bahwa dalam rangka hidup berbangsa dan bernegara, tiap-tiap warga negara mempunyai
hak untuk mendukung yang baik dan melakukan sosial kontrol terhadap yang tidak baik.
Dalam hal ini tergambar bahwa Islam memerintah-kan umatnya untuk beriman,
melarang keja-hatan dan memerintahkan kebajikan. Dengan memerintahkan kewajiban
ini, Islam dapat menjadikan masya-rakat waspada terhadap negara atau kekuasaan yang
melanggar batasan.

Pemikiran filsafat telah banyak memberi petunjuk kepada manusia ten-tang


bagaimana hubungan sese-orang dengan orang lain, antara seorang warga negara dengan
pe-merintah dan sebalik-nya. Akan tetapi dalam praktek kehidupan sehari hari sering
terjadi perbedaan dan bahkan pertentangan dengan ajaran-ajaran filsafatnya sendiri.

Dalam situasi ini, diperlukan jaminan hukum. Hak-hak seorang warga negara
terhadap negaranya harus dijamin secara timbal balik. Dan diberikan persamaan hak
untuk membicarakan masalah-masalah bersama. Tidak ada hak monopoli bagi suatu
golongan dalam menangani masalah-masalah bersama. Bahkan hal ini hams juga
meliputi hak-hak untuk berpartisipasi. Karena dengan member-lakukan hak
berpartisipasi itu akan lebih mendekatkan orang kepada tanggung jawabnya terhadap
kehidup-an bersama.

Jika dilihat dari hasil deklarasi HAM Islam sedunia, dimana deklarasi ini berdasarkan
kitab Al-Qur'an dan Hadits. Sangatlah tepat jika hal ini dijadikan upaya pemecahan
masalah, yang sampai saat ini masih dirasakan umat manusia. Dalam deklarasi HAM
tersebut, terdapat komitmen bersama untuk menegakkan HAM, yaitu meliputi

 Hak hidup

 Hak Kemerdekaan

 Hak persamaan dan larangan terhadap adanya diskriminasi yang t idak terizinkan.
 Hak mendapatkan keadilan

 Hak mendapatkan proses hukum yang adil

 Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyalahgunaan kekuasaan.

 Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penyiksaan.

 Hak untuk mendapatkan perlindungan atau kehormatan dan nama baik.

 Hak untuk memperoleh suaka

 Hak-hak yang minoritas.

 Hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan dan urusan- urusan
publik.

 Hak kebebasan percaya, berfikir dan berbicara.

 Hak kebebasan beragama.

 Hak berserikat bebas.

 Susunan ekonomi dan hak berkembang darinya.

 Hak memperoleh perlindungan atas harta benda. 17. Status dan martabat pekerja dan
buruh.

 Hak membentuk suatu keluarga dan masalah-masalahnya.

 Hak-hak wanita yang sudah menikah.

 Hak mendapatkan pendidikan.

 Hak menikmati keleluasaan pribadi.

 Hak mendapatkan kebebasan ber pindah dan bertempat tinggal.

Berdasarkan deklarasi HAM diatas, dipahami bahwa HAM dalam Islam bertujuan
mengarahkan. Martabat dan kehormatan bagi umat manusia, serta dicanangkan untuk
menghapus segala penindasan dan tidak adilan. Olehnya itu upaya pe-mahaman
(interpretasi) yang baik terhadap nilai-nilai persamaan dan keadilan dalam Al-Qur'an
maupun hadits, perlu ditingkatkan bahwa diaplikasikan dalam situasi sekarang.
 Dalam hal ini terdapat beberapa usaha perlindungan dalam Islam terhadap
pelaksanaan HAM yaitu Adanya konsep kedaulatan Allah, dimana umat Islam
ataupun seluruh umat manusia dianggap sebagai warga negara dari sang penguasa
yang sebenarnya. Tak ada seorang pun yang mempunyai superioritas diatas lainnya.
Manusia dilarang melakukan tindakan pelanggaran HAM.

 Manusia diangggap sebagai Khali-fah, dimana dengan amanah ke-khalifahan


manusia harus melakukan aktifitasnya sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan
Allah SWT.

 Adanya konsep kesucian hak-hak manusia karena Al—Qur'an menyata-kan bahwa


barang siapa membunuh seorang anak manusia, maka seakan- akan is telah
membunuh seluruh manusia.

 Pendidikan masyarakat yakni dengan mengadakan pendidikan masyarakat yang


berkaitan dengan hak-hak dan kewajibannya. Dan pendidikan meru-pakan jaminan
yang nyata terhadap HAM.

Dengan melihat uraian di atas, bahwa dengan melaksanakan ajaran Islam tentnag HAM,
maka segala upaya yang merugikan akan lenyap bahkan melanggar HAM tidak akan
pernah terjadi.

8
4. HAM dan Umat Islam Indonesia

Implementasi HAM di Indonesia mengikuti iklim politik yang berjalan. Politik di


Indonesia bukanlah politik Islam. Namun demikian, dalam banyak hal nilai-nilai Islam
masuk ke dalam semangat perundangan dan peraturan negara. Terkait dengan toleransi,
kerukunan beragama, dan penolakan terhadap terorisme, umat Islam Indonesia
sebagaimana diwakili oleh ormas-ormas Islam (Muhammadiyah, NU, Persis, Al-Irsyad,
dan lain-lain) memiliki sikap yang jelas. Umat Islam Indonesia mendukung toleransi,
mengutuk terorisme, mengembangkan kebajikan-kebajikan sosial, dan aktif dalam
program pemberdayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan melalui unit-unit
organisasi di bawahnya.

Karena itu, melihat umat Islam Indonesia harus dipisahkan dari kebijakan-kebijakan
pemerintahnya. Jika ada pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara, maka tidak
otomatis oleh umat Islam. Jika ada kekerasan dilakukan oleh oknum umat Islam, tidak
otomatis oleh Islam. Pemisahan ini perlu agar segala hal yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam dianggap sebagai ajaran Islam itu sendiri.
Sikap umat Islam Indonesia terhadap prinsip-prinsip HAM sudah final dan konklusif.
Perbedaannya terletak pada aspek rincian dan metode implementasi. Karena itu,
kerjasama dan dialog tentang bagaimana menegakkan HAM terus dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek- aspek spesifik dari masing-masing konsep ajaran agama.

Ormas-ormas Islam adalah representasi dari umat Islam Indonesia. Dalam sejarah
HAM, umat Islam justru menjadi korban pelanggaran HAM oleh negara (rejim politik
tertentu). Tragedi G 30 S, Peristiwa Tanjung Periuk, dan lain-lainnya adalah contoh
pelanggaran HAM yang meminta korban umat Islam. Dengan demikian, selama ini umat
Islam Indonesia tetap konsisten membela tegaknya HAM dan bahkan sangat kritis
terhadap semua bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh negara ataupun oleh
oknum umat Islam.

Karena itu, menilai apakah Islam di Indonesia bagian dari penegakan HAM harus
dilihat dari sikap resmi ormas-ormas Islamnya. Bukan oleh sikap pribadi-pribadi Muslim
atau kebijakan-kebijakan peme- rintah. Dari perspektif ini hubungan antara umat Islam
Indonesia dengan prinsip-prinsip HAM adalah paralel dan bukan antagonistis.

Di sini, fakta HAM tengah mengalami anti-klimaks di Timur Tengah melalui


serangan membabi buta militer Israel atas komunitas Gaza. Kini korban-korban konflik
Israel-Palestina yang jumlahnya ribuan jiwa dan terus meningkat (termasuk anak-anak,
wanita, dan orang tua) menyuguhkan belum pulihnya tragedi kemanusiaan di zaman
modern.

9
Kerjasama global yang selama ini terjalin baik dalam menyelesaikan masalah HAM
seperti ternoda dan kehilangan maknanya. Agama-agama harus menjadi spirit
perdamaian dan spirit penegakan HAM tanpa batas sehingga menjadi topangan kuat bagi
terjalinnya kehidupan manusia yang terlindungi secara HAM. Dalam kasus Indonesia,
masih ada beberapa tantangan dalam penegakan HAM, yaitu :
 Belum terciptanya sistem pemerintahan yang memiliki komitmen ku- at terhadap
upaya penegakan HAM dan mampu melaksanakan kebijakan HAM secara efektif,
sebagaimana diamanatkan oleh kon- stitusi.
 Masih lemahnya kekuatan masyarakat (civil society) yang mampu menekan
pemerintah secara demokratis, sehingga pemerintah bersedia bersikap lebih peduli
dan serius dalam menjalankan agenda penega- kan HAM.22

Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk penegakan HAM dilakukan dengan dua cara,
yaitu pencegahan dan penindakan. Pencegahan dapat dilakukan dengan :
 Penciptaan perundang-undangan HAM yang semakin lengkap, terma- suk di
dalmnya ratifikasi berbagai instrument HAM internasional.
 Penciptaan lembaga-lembaga pemantau dan pengawas pelaksanaan HAM. Lembaga
ini bisa merupakan lembaga negara yang bersifat independen (misalnya Komnas
HAM) maupun lembaga-lembaga yang dibentuk atas inisiatif masyarakat (berbagai
organisasi non- pemerintah/LSM yang bergerak dalam bidang pemantauan HAM).
 Penciptaan perundang-undangan dan pembentukan lembaga peradilan HAM.
 Pelaksanaan pendidikan HAM kepada masyarakat melalui pendidikan dalam
keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini, media massa cetak maupun
elektronik serta organisasi non-pemerintah (LSM) yang bergerak dalam penyadaran
masyarakat memiliki peran yang amat besar.23
Adapun penegakan HAM melalui penindakan antara lain di lakukan dalam bentuk
upaya-upaya sebagai berikut.
 Pelayanan, konsultasi, pendampingan, dan advokasi bagi masyarakat yang
menghadapi kasus HAM. Dalam hal ini, lembaga-lembaga bantuan hukum serta
organisasi non-pemerintah yang bergerak dalam bidang advokasi masyarakat
memainkan peran penting.
 Penerimaan pengaduan dari korban pelanggaran HAM. Dalam hal ini Komnas
HAM, lembaga-lembaga bantuan hukum, dan LSM HAM memiliki peran penting.
 Investigasi, yaitu pencairan data, informasi, dan fakta yang berkaitan dengan
peristiwa dalam masyarakat yang patut diduga merupakan pelanggaran HAM.
Investigasi ini merupakan tugas Komnas HAM. Namun, pada umumnya LSM HAM
maupun media massa juga dapat melakukan investigasi secara independen.

10
 Penyelesain perkara melalui perdamaian, negosiasi, mediasi, konsi- liasi, dan
penilaian ahli. Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan proses ini.
 Penyelesaian perkara pelanggaran HAM berat melalui proses peradi- lan di
pengadilan HAM. Pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida
(menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis.dan kelompok agama dengan cara-cara tertentu} dan kejahatan
terhadap kemanusiaan (serangan yang meluas dan sistematik yang di tujukan secara
langsung kepada penduduk sipil). 24

Dari penjelasan di atas dapat diambil pemahaman bahwa posisi umat Islam Indonesia
terkait HAM adalah mengikuti perundang-undangan negara. Namun demikian bisa
dilihat bahwa aturan dalam perundang-undangan tersebut tidak bertentangan dengan
ajaran Islam. Sehingga menghadapi kenyataan ini umat Islam seharusnya tidak terlalu
mempersoalkan tapi yang terpenting adalah bagaimana umat Islam itu betul-betul
menjunjung nilai-nilai HAM. Dalam hal ini lebih mengedepankan pelaksanaan atau
implementasi nilai-nilai HAM sehingga terjadi kehidupan yang harmonis, aman dan
kehidupan yang jauh dari kekerasan, pemaksaan kehendak dan perampasan hak dalam
kehidupan bernegara.
11
KESIMPULAN DAN SARAN

a) Kesimpulan

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada individu sejak ia lahir
secara kodrati yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat
dirampas dan dicabut keberadaannya. Karena itu, nilai-nilai HAM dengan prinsip-
prinsipnya yang universal adalah bagian dari semangat dan nilai-nilai syari'ah.
Keduanya tidak perlu dipertentangkan. Keduanya justru membentuk sebuah sinergitas
yang harmonis. Dengan menilik potensi-potensi nilai HAM dalam syari'ah, masa
depan HAM di dalam tradisi Islam justru amat cerah dan memperoleh topangan yang
amat kuat. Pertumbuhannya akan mengalami gerak naik yang amat menggembirakan.
Dibutuhkan pemahaman para ulama yang makin baik tentang sumber-sumber syari'ah
dan wawasan kemodern tentang HAM. Dengan wawasan yang luas tentang ini, para
ulama akan menjadi avant-guard (garda depan) bagi penegakan HAM berdasarkan
Syari'ah dan nilai-nilai universal.
b) Saran

Semoga pemerintahan Indonesia dapat menegakkan HAM di Indonesia dengan lebih


baik

12
DAFTAR PUSTAKA

https://tajuklombok.com/berita/detail/konsep-ham-dalam-islam
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/2386/1800#:~:text=Secara%20te
https://media.neliti.com/media/publications/240340-hak-asasi-manusia-ham-dalam-islam-
c8066bfe.pdf
https://www.researchgate.net/publication/332560486_HAM_DALAM_PERSPEKTIF_ISLA
M/fulltext/5cbdbd244585156cd7a93993/HAM-DALAM-PERSPEKTIF-ISLAM.pdf?
origin=publication_detail
13

Anda mungkin juga menyukai