Ham Dalam Islam
Ham Dalam Islam
DI SUSUN OLEH:
WAHYUDI : 04020180854
C1
FAKULTAS HUKUM
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal. Dan berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Hak Asasi
Manusia dalam Islam pada mata kuliah Hukum dan hak Asasi Manusia tepat pada waktunya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................................13
ii
1. Pengertian HAM dalam Islam
Untuk memahami konsep dan hakikat Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Islam,
terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dasar tentang HAM. Dalam bahasa Arab,
HAM dikenal dengan (Haqq al- Insânî al-Asâsî atau juga disebut Haqq al-Insânî ad-
Darûrî), yang terdiri terdiri atas tiga kata, yaitu: a. kata hak (haqq) artinya: milik,
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu, dan merupakan sesuatu yang
harus diperoleh. b. kata manusia (al-insân) artinya: makhluk yang berakal budi, dan
berfungsi sebagai subyek hukum. c. asasi (asâsî) artinya: bersifat dasar atau pokok.
1
adalah menjaga akal, agama, jiwa, kehormatan dan harta benda manusia. Nabi saw telah
menegaskan hak-hak ini dalam suatu pertemuan besar internasional, yaitu pada haji
wada’. Dari Abu Umamah bin Tsa’labah, nabi saw bersabda: "Barangsiapa merampas
hak seorang muslim, maka dia telah berhak masuk neraka dan haram masuk
surga." Seorang lelaki bertanya: "Walaupun itu sesuatu yang kecil, wahay
rasulullah ?"Beliau menjawab: "Walaupun hanya sebatang kayu arak." (HR. Muslim).
Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia sebagai hamba
Allah tidak boleh diserahkan dan bergantung kepada penguasa dan undang-undangnya.
Tetapi semua harus mengacu pada hukum Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap
dipandang sebagaimana hal-hal besar lain. Misalnya Allah melarang bershadaqah
(berbuat baik) dengan hal-hal yang buruk. "Dan janganlah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya..." (QS. 2: 267).
a) Hak-hak alamiah
Hak-hak alamiah manusia telah diberikan kepada seluruh ummat manusia
sebagai makhluk yang diciptakan dari unsur yang sama dan dari sumber yang sama
pula (lihat QS. 4: 1, QS. 3: 195).
Hak Hidup
Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan
dan meng-qishas pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179). Bahkan hak mayit
pun dijaga oleh Allah. Misalnya hadist nabi: "Apabila seseorang mengkafani
mayat saudaranya, hendaklah ia mengkafani dengan baik." Atau "Janganlah
kamu mencaci-maki orang yang sudah mati. Sebab mereka telah melewati
apa yang mereka kerjakan."(Keduanya HR. Bukhari).
2
untuk tidak mengganggu tempat peribadahan (gereja dan sinagog) mereka
serta tidak melarang upacara-upacaranya.
Kerukunan hidup beragama bagi golongan minoritas diatur oleh
prinsip umum ayat "Tidak ada paksaan dalam beragama." (QS. 2: 256).
Sedangkan dalam masalah sipil dan kehidupan pribadi (ahwal
syakhsiyah) bagi mereka diatur syari’at Islam dengan syarat mereka bersedia
menerimanya sebagai undang-undang. Firman Allah: "Apabila mereka (orang
Yahudi) datang kepadamu minta keputusan, berilah putusan antara mereka
atau biarkanlah mereka. Jika engkau biarkan mereka, maka tidak akan
mendatangkan mudharat bagimu. Jika engkau menjatuhkan putusan hukum,
hendaklah engkau putuskan dengan adil. Sesungguhnya Allah mengasihi
orang-orang yang adil." (QS. 5: 42). Jika mereka tidak mengikuti aturan
hukum yang berlaku di negara Islam, maka mereka boleh mengikuti aturan
agamanya - selama mereka berpegang pada ajaran yang asli. Firman
Allah: "Dan bagaimana mereka mengangkat kamu sebagai hakim, sedangkan
ada pada mereka Taurat yang di dalamnya ada hukum Allah? Kemudian
mereka tidak mengindahkan keputusanmu. Sesungguhnya mereka bukan
orang-orang yang beriman ." (QS.5: 7).
Hak Bekerja
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga
kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw
bersabda: "Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang
daripada makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya sendiri." (HR.
Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam
hadist: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya." (HR. Ibnu
Majah).
b) Hak hidup
Islam melindungi segala hak yang diperoleh manusia yang disyari’atkan oleh Allah.
Diantara hak-hak ini adalah :
Hak Pemilikan
Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan
penggunaan cara apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan
haknya, sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah sebagian kamu memakan
harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan bathil dan janganlah
kamu bawa urusan harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan
sebagian harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal kamu
mengetahuinya."(QS. 2: 188). Oleh karena itulah Islam melarang riba dan
setiap upaya yang merugikan hajat manusia. Islam juga melarang penipuan
dalam
3
perniagaan. Sabda nabi saw: "Jual beli itu dengan pilihan selama antara
penjual dan pembeli belum berpisah. Jika keduanya jujur dalam jual-beli,
maka mereka diberkahi. Tetapi jika berdusta dan menipu berkah jual-bei
mereka dihapus." (HR. Al-Khamsah).
Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha
yang halal, kecuali untuk kemashlahatan umum dan mewajibkan pembayaran
ganti yang setimpal bagi pemiliknya. Sabda nabi saw: "Barangsiapa
mengambil hak tanah orang lain secara tidak sah, maka dia dibenamkan ke
dalam bumi lapis tujuh pada hari kiamat." Pelanggaran terhadap hak umum
lebih besar dan sanksinya akan lebih berat, karena itu berarti pelanggaran
tehadap masyarakat secara keseluruhan.
Hak Berkeluarga
Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan
ketentraman. Bahkan Allah memerintahkan para wali mengawinkan orang-
orang yang bujangan di bawah perwaliannya (QS. 24: 32). Aallah menentukan
hak dan kewajiban sesuai dengan fithrah yang telah diberikan pada diri
manusia dan sesuai dengan beban yang dipikul individu.
Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada kepala
keluarga yaitu kaum laki-laki. Inilah yang dimaksudkan sebagai kelebihan
laki-laki atas wanita (QS. 4: 34). Tetapi dalam hak dan kewajiban masing-
masing memiliki beban yang sama. "Dan para wanita mempunyai hak yang
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf, akan tetapi para
suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari istrinya." (QS. 2: 228).
Hak Keamanan
Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata
pencaharian dan jaminan keamanan jiwa serta harta benda. Firman
Allah: "Allah yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan." (QS.
Quraisy: 3-4).
Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa
izin (QS. 24: 27). Jika warga negara tidak memiliki tempat tinggal, negara
berkewajiban menyediakan baginya. Termasuk keamanan dalam Islam adalah
memberi tunjangan kepada fakir miskin, anak yatim dan yang
membutuhkannya. Oleh karena itulah, Umar bin Khattab menerapkan
tunjangan sosial kepada setiap bayi yang lahir dalam Islam baik miskin
ataupun kaya. Dia berkata: "Demi Allah yang tidak ada sembahan selain Dia,
setiap orang mempunyai hak dalam harta negara ini, aku beri atau tidak aku
beri."(Abu Yusuf dalam Al-Kharaj). Umar jugalah yang membawa seorang
Yahudi tua miskin ke petugas Baitul-Maal untuk diberikan shadaqah dan
dibebaskan dari jizyah.
4
Bagi para terpidana atau tertuduh mempunyai jaminan keamanan untuk
tidak disiksa atau diperlakukan semena-mena. Peringatan rasulullah
saw: "Sesungguhnya Allah menyiksa orang-orang yang menyiksa manusia di
dunia." (HR. Al-Khamsah). Islam memandang gugur terhadap keputusan yang
diambil dari pengakuan kejahatan yang tidak dilakukan. Sabda nabi
saw: "Sesungguhnya Allah menghapus dari ummatku kesalahan dan lupa
serta perbuatan yang dilakukan paksaan" (HR. Ibnu Majah).
Diantara jaminan keamanan adalah hak mendpat suaka politik. Ketika
ada warga tertindas yang mencari suaka ke negeri yang masuk wilayah Darul
Islam. Dan masyarakat muslim wajib memberi suaka dan jaminan keamanan
kepada mereka bila mereka meminta. Firman Allah: "Dan jika seorang dari
kaum musyrikin minta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya
ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ke tempat yang
aman baginya." (QS. 9: 6).
Hak Keadilan
Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syari’ah dan
diberi putusan hukum sesuai dengan syari’ah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga
hak setiap orang untuk membela diri dari tindakan tidak adil yang dia terima.
Firman Allah swt: "Allah tidak menyukai ucapan yang diucapkan terus-terang
kecuali oleh orang yang dianiaya." (QS. 4: 148).
Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada
penguasa yang sah yang dapat memberikan perlindungan dan membelanya
dari bahaya atau kesewenang-wenangan. Bagi penguasa muslim wajib
menegakkan keadilan dan memberikan jaminan keamanan yang cukup. Sabda
nabi saw: "Pemimpin itu sebuah tameng, berperang dibaliknya dan
berlindung dengannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Termasuk hak setiap orang untuk mendapatkan pembelaan dan juga
mempunyai kewajiban membela hak orang lain dengan kesadarannya.
Rasulullah saw bersabda: "Maukah kamu aku beri tahu saksi yang palng
baik? Dialah yang memberi kesaksian sebelum diminta kesaksiannya." (HR.
Muslim, Abu Daud, Nasa’i dan Tirmidzi). Tidak dibenarkan mengambil hak
orang lain untuk membela dirinya atas nama apapun. Sebab rasulullah
menegaskan: "Sesungguhnya pihak yang benar memiliki pembelaan." (HR.
Al-Khamsah). Seorang muslim juga berhak menolak aturan yang bertentangan
dengan syari’ah, dan secara kolektif diperintahkan untuk mengambil sikap
sebagai solidaritas terhadap sesama muslim yang mempertahankan hak.
Persoalan HAM saat ini muncul kepermukaan dengan menyita perhatian umat
manusia. Kaum buruk menuntut hak-haknya, para tenaga kerja wanita menuntut hak-
haknya pula dan rakyat pun menuntut hak-hak demokrasinya. Jika dipahami kata `hak'
tidak bisa dibicarakan terpisah dari kewajiban, karena tidak akan ada hak tanpa
kewajiban. Keduanya berjalan seimbang, dan keseimbangan inilah yang mewujud- kan
keadilan.
Salah satu prinsip Islam, menyebutkan bahwa semua kita adalah pemimpin yang akan
dimintai pertanggungj awaban atas kepemirnpinan-nya. Pemimpin bertanggung jawab
berlaku adil yaitu menjamin bahwa apa dan siapapun yang dipimpinnya akan mendapat
semua haknya tanpa terkecuali. Dan karena semua orang adalah pemimpin, maka
kewajiban menjamin hak-hak siapa saja. Dan ini adalah ajaran dasar tentang hak asasi
manusia dan makhluk lainnya. 9
Kemudian dalam prinsip al-amru bil ma'ruf wan nahyu ' anil munkar, jelas tergambar
bahwa dalam rangka hidup berbangsa dan bernegara, tiap-tiap warga negara mempunyai
hak untuk mendukung yang baik dan melakukan sosial kontrol terhadap yang tidak baik.
Dalam hal ini tergambar bahwa Islam memerintah-kan umatnya untuk beriman,
melarang keja-hatan dan memerintahkan kebajikan. Dengan memerintahkan kewajiban
ini, Islam dapat menjadikan masya-rakat waspada terhadap negara atau kekuasaan asasi
manusia dan makhluk lainnya. 9
Kemudian dalam prinsip al-amru bil ma'ruf wan nahyu ' anil munkar, jelas tergambar
bahwa dalam rangka hidup berbangsa dan bernegara, tiap-tiap warga negara mempunyai
hak untuk mendukung yang baik dan melakukan sosial kontrol terhadap yang tidak baik.
Dalam hal ini tergambar bahwa Islam memerintah-kan umatnya untuk beriman,
melarang keja-hatan dan memerintahkan kebajikan. Dengan memerintahkan kewajiban
ini, Islam dapat menjadikan masya-rakat waspada terhadap negara atau kekuasaan yang
melanggar batasan.
Dalam situasi ini, diperlukan jaminan hukum. Hak-hak seorang warga negara
terhadap negaranya harus dijamin secara timbal balik. Dan diberikan persamaan hak
untuk membicarakan masalah-masalah bersama. Tidak ada hak monopoli bagi suatu
golongan dalam menangani masalah-masalah bersama. Bahkan hal ini hams juga
meliputi hak-hak untuk berpartisipasi. Karena dengan member-lakukan hak
berpartisipasi itu akan lebih mendekatkan orang kepada tanggung jawabnya terhadap
kehidup-an bersama.
Jika dilihat dari hasil deklarasi HAM Islam sedunia, dimana deklarasi ini berdasarkan
kitab Al-Qur'an dan Hadits. Sangatlah tepat jika hal ini dijadikan upaya pemecahan
masalah, yang sampai saat ini masih dirasakan umat manusia. Dalam deklarasi HAM
tersebut, terdapat komitmen bersama untuk menegakkan HAM, yaitu meliputi
Hak hidup
Hak Kemerdekaan
Hak persamaan dan larangan terhadap adanya diskriminasi yang t idak terizinkan.
Hak mendapatkan keadilan
Hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan dan urusan- urusan
publik.
Hak memperoleh perlindungan atas harta benda. 17. Status dan martabat pekerja dan
buruh.
Berdasarkan deklarasi HAM diatas, dipahami bahwa HAM dalam Islam bertujuan
mengarahkan. Martabat dan kehormatan bagi umat manusia, serta dicanangkan untuk
menghapus segala penindasan dan tidak adilan. Olehnya itu upaya pe-mahaman
(interpretasi) yang baik terhadap nilai-nilai persamaan dan keadilan dalam Al-Qur'an
maupun hadits, perlu ditingkatkan bahwa diaplikasikan dalam situasi sekarang.
Dalam hal ini terdapat beberapa usaha perlindungan dalam Islam terhadap
pelaksanaan HAM yaitu Adanya konsep kedaulatan Allah, dimana umat Islam
ataupun seluruh umat manusia dianggap sebagai warga negara dari sang penguasa
yang sebenarnya. Tak ada seorang pun yang mempunyai superioritas diatas lainnya.
Manusia dilarang melakukan tindakan pelanggaran HAM.
Dengan melihat uraian di atas, bahwa dengan melaksanakan ajaran Islam tentnag HAM,
maka segala upaya yang merugikan akan lenyap bahkan melanggar HAM tidak akan
pernah terjadi.
8
4. HAM dan Umat Islam Indonesia
Karena itu, melihat umat Islam Indonesia harus dipisahkan dari kebijakan-kebijakan
pemerintahnya. Jika ada pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara, maka tidak
otomatis oleh umat Islam. Jika ada kekerasan dilakukan oleh oknum umat Islam, tidak
otomatis oleh Islam. Pemisahan ini perlu agar segala hal yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam dianggap sebagai ajaran Islam itu sendiri.
Sikap umat Islam Indonesia terhadap prinsip-prinsip HAM sudah final dan konklusif.
Perbedaannya terletak pada aspek rincian dan metode implementasi. Karena itu,
kerjasama dan dialog tentang bagaimana menegakkan HAM terus dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek- aspek spesifik dari masing-masing konsep ajaran agama.
Ormas-ormas Islam adalah representasi dari umat Islam Indonesia. Dalam sejarah
HAM, umat Islam justru menjadi korban pelanggaran HAM oleh negara (rejim politik
tertentu). Tragedi G 30 S, Peristiwa Tanjung Periuk, dan lain-lainnya adalah contoh
pelanggaran HAM yang meminta korban umat Islam. Dengan demikian, selama ini umat
Islam Indonesia tetap konsisten membela tegaknya HAM dan bahkan sangat kritis
terhadap semua bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh negara ataupun oleh
oknum umat Islam.
Karena itu, menilai apakah Islam di Indonesia bagian dari penegakan HAM harus
dilihat dari sikap resmi ormas-ormas Islamnya. Bukan oleh sikap pribadi-pribadi Muslim
atau kebijakan-kebijakan peme- rintah. Dari perspektif ini hubungan antara umat Islam
Indonesia dengan prinsip-prinsip HAM adalah paralel dan bukan antagonistis.
9
Kerjasama global yang selama ini terjalin baik dalam menyelesaikan masalah HAM
seperti ternoda dan kehilangan maknanya. Agama-agama harus menjadi spirit
perdamaian dan spirit penegakan HAM tanpa batas sehingga menjadi topangan kuat bagi
terjalinnya kehidupan manusia yang terlindungi secara HAM. Dalam kasus Indonesia,
masih ada beberapa tantangan dalam penegakan HAM, yaitu :
Belum terciptanya sistem pemerintahan yang memiliki komitmen ku- at terhadap
upaya penegakan HAM dan mampu melaksanakan kebijakan HAM secara efektif,
sebagaimana diamanatkan oleh kon- stitusi.
Masih lemahnya kekuatan masyarakat (civil society) yang mampu menekan
pemerintah secara demokratis, sehingga pemerintah bersedia bersikap lebih peduli
dan serius dalam menjalankan agenda penega- kan HAM.22
Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk penegakan HAM dilakukan dengan dua cara,
yaitu pencegahan dan penindakan. Pencegahan dapat dilakukan dengan :
Penciptaan perundang-undangan HAM yang semakin lengkap, terma- suk di
dalmnya ratifikasi berbagai instrument HAM internasional.
Penciptaan lembaga-lembaga pemantau dan pengawas pelaksanaan HAM. Lembaga
ini bisa merupakan lembaga negara yang bersifat independen (misalnya Komnas
HAM) maupun lembaga-lembaga yang dibentuk atas inisiatif masyarakat (berbagai
organisasi non- pemerintah/LSM yang bergerak dalam bidang pemantauan HAM).
Penciptaan perundang-undangan dan pembentukan lembaga peradilan HAM.
Pelaksanaan pendidikan HAM kepada masyarakat melalui pendidikan dalam
keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini, media massa cetak maupun
elektronik serta organisasi non-pemerintah (LSM) yang bergerak dalam penyadaran
masyarakat memiliki peran yang amat besar.23
Adapun penegakan HAM melalui penindakan antara lain di lakukan dalam bentuk
upaya-upaya sebagai berikut.
Pelayanan, konsultasi, pendampingan, dan advokasi bagi masyarakat yang
menghadapi kasus HAM. Dalam hal ini, lembaga-lembaga bantuan hukum serta
organisasi non-pemerintah yang bergerak dalam bidang advokasi masyarakat
memainkan peran penting.
Penerimaan pengaduan dari korban pelanggaran HAM. Dalam hal ini Komnas
HAM, lembaga-lembaga bantuan hukum, dan LSM HAM memiliki peran penting.
Investigasi, yaitu pencairan data, informasi, dan fakta yang berkaitan dengan
peristiwa dalam masyarakat yang patut diduga merupakan pelanggaran HAM.
Investigasi ini merupakan tugas Komnas HAM. Namun, pada umumnya LSM HAM
maupun media massa juga dapat melakukan investigasi secara independen.
10
Penyelesain perkara melalui perdamaian, negosiasi, mediasi, konsi- liasi, dan
penilaian ahli. Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan proses ini.
Penyelesaian perkara pelanggaran HAM berat melalui proses peradi- lan di
pengadilan HAM. Pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida
(menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis.dan kelompok agama dengan cara-cara tertentu} dan kejahatan
terhadap kemanusiaan (serangan yang meluas dan sistematik yang di tujukan secara
langsung kepada penduduk sipil). 24
Dari penjelasan di atas dapat diambil pemahaman bahwa posisi umat Islam Indonesia
terkait HAM adalah mengikuti perundang-undangan negara. Namun demikian bisa
dilihat bahwa aturan dalam perundang-undangan tersebut tidak bertentangan dengan
ajaran Islam. Sehingga menghadapi kenyataan ini umat Islam seharusnya tidak terlalu
mempersoalkan tapi yang terpenting adalah bagaimana umat Islam itu betul-betul
menjunjung nilai-nilai HAM. Dalam hal ini lebih mengedepankan pelaksanaan atau
implementasi nilai-nilai HAM sehingga terjadi kehidupan yang harmonis, aman dan
kehidupan yang jauh dari kekerasan, pemaksaan kehendak dan perampasan hak dalam
kehidupan bernegara.
11
KESIMPULAN DAN SARAN
a) Kesimpulan
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada individu sejak ia lahir
secara kodrati yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat
dirampas dan dicabut keberadaannya. Karena itu, nilai-nilai HAM dengan prinsip-
prinsipnya yang universal adalah bagian dari semangat dan nilai-nilai syari'ah.
Keduanya tidak perlu dipertentangkan. Keduanya justru membentuk sebuah sinergitas
yang harmonis. Dengan menilik potensi-potensi nilai HAM dalam syari'ah, masa
depan HAM di dalam tradisi Islam justru amat cerah dan memperoleh topangan yang
amat kuat. Pertumbuhannya akan mengalami gerak naik yang amat menggembirakan.
Dibutuhkan pemahaman para ulama yang makin baik tentang sumber-sumber syari'ah
dan wawasan kemodern tentang HAM. Dengan wawasan yang luas tentang ini, para
ulama akan menjadi avant-guard (garda depan) bagi penegakan HAM berdasarkan
Syari'ah dan nilai-nilai universal.
b) Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
https://tajuklombok.com/berita/detail/konsep-ham-dalam-islam
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/2386/1800#:~:text=Secara%20te
https://media.neliti.com/media/publications/240340-hak-asasi-manusia-ham-dalam-islam-
c8066bfe.pdf
https://www.researchgate.net/publication/332560486_HAM_DALAM_PERSPEKTIF_ISLA
M/fulltext/5cbdbd244585156cd7a93993/HAM-DALAM-PERSPEKTIF-ISLAM.pdf?
origin=publication_detail
13