PENDAHULUAN
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan
pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit
sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya. Berbagai masalah juga muncul dengan
bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari
ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri,
dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis. Seseorang dikatakan mencapai
maturasi ketika mereka sudah mencapai keseimbangan pertumbuhan fisikologis, psikososial,
dan kognitif. Individu yang matur merasa nyaman dengan kemampuan, pengetahuan, dan
respons yang telah mereka kembangkan selama bertahun-tahun. Mereka melihat dunia
dengan pandangan yang luas, bardasarkan paduan penglihatan, emosi, dan imajinasi. Mereka
menghadapi masalah yang dapat dipecahkan tetapi menganali dan belajar untuk hidup dengan
masalah yang tidak terpecahkan.
2.1 Definisi Masa Dewasa
a. Sisi Biologis.
Suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian
kematangan tubuh secara optimal dan kesiapan bereproduksi (berketurunan).
b. Sisi Psikologis.
Periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan ciri-ciri kedewasaan atau
kematangan, diantaranya : emotional stability, sense of reality, tidak menyalahkan
orang lain jika menghadapi kegagalan, toleransi dan optimistis.
c. Sisi Pedagogis.
Suatu periode dalam kehidupan yang ditandai dengan :
Sense of responsibility
Prilaku normatif (nilai-nilai agama)
Memiliki pekerjaan untuk penghidupan
Berpartisipasi aktif dalam bermasyarakat
2.2 Periode Perkembangan Masa Dewasa
2.2.1 Masa dewasa dini (20-40 tahun)
Merupakan masa peralihan dari ketergantungan ke masa mandiri bak dari segi ekonomi,
kebebasan menentukan diri sendiri dan pandangan tentang masa depan
Ciri-ciri masa dewasa dini :
Usia reproduktif
Siap menjadi orang tua dan mengasuh anak
Usia penetapan kedudukan dalam pola hidup
a. Teori mengenai Dewasa Muda
Kenniston (Santrock dalam Chusaini, 1995: 73).
Masa dewasa awal adalah masa muda yang merupakan periode transisi antara masa
dewasa dan masa remaja yang merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan
pribadi sementara, hal ini ditunjukkan oleh kemandirian ekonomi dan kemandirian
membuat keputusan.
Lerner (1983 : 554).
Fase dewasa awal adalah suatu fase dalam siklus kehidupan yang berbeda dengan fase-
fase sebelum dan sesudahnya, karena merupakan fase usia untuk membuat suatu
komitmen pada diri individu.
Erikson (1959, 1963).
Fase usia dewasa awal merupakan kebutuhan untuk membuat komitmen dengan
menciptakan suatu hubungan interpersonal yang erat dan stabil serta mampu
mengaktualisasikan diri seutuhnya untuk mempertahankan hubungan tersebut.
b. Aspek-aspek Perkembangan Dewasa Awal.
Aspek-aspek perkembangan yang dihadapi usia mahasiswa sebagai fase usia dewasa
awal (Santrock, 1995 : 91-100) adalah:
Perkembangan fisik. Pada fase dewasa awal adalah puncak perkembangan fisik dan juga
penurunan perkembangan individu secara fisik.
1. Perkembangan seksualitas. Terjadi sikap dan prilaku seksual secara heteroseksual dan
homoseksual.
2. Perkembangan kogitif. Menggambarkan efisiensi dalam memperoleh informasi yang
baru, berubah dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan itu
(Schaise, 1997).
3. Perkembangan karir. Suatu individu ketika memulai dunia kerja yang baru harus
menyesuaikan diri dengan peran yang baru dan memenuhi tuntutan karir (Heise, 1991
; Smither, 1998).
4. Perkembangan sosio-emosional. Menggambarkan hubungan sosial individu dengan
lingkungannya yang terdiri dari 3 fase yaitu fase pertama (menjadi dewasa dan hidup
mandiri), fase kedua (pasangan baru yang membentuk keluarga baru (Goldrick,
1989), dan fase ketiga (menjadi keluarga sebagai orang tua dan memiliki anak).
c. Ciri Perkembangan Dewasa Awal
Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson (dalam
Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut:
1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang
berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada
perasaan-perasaan diri sendri atau untuk kepentingan pribadi.
2. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang
yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-
tujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak
serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.
3. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir
perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam
mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak mementingkan
dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.
4. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai
keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
5. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham
bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-
saran orang lain demi peningkatan dirinya.
6. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau
memberi kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai
tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu
dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain,
tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.
7. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki
cirri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang
dihadapinya dengan situasi-situasi baru
Kedewasaan itu memanifestasikan diri dalam 2 bentuk, yaitu dalam :
1. proses individuasi dan sebagai
2. kesatuan pendukung norma susila
individuasi berarti mandiri sebagai individu yang konkrit dan unik khas. Sedangkan
sebagai kesatuan pendukung norma kesusilaan, manusia dewasa berusaha secara
berkesinambungan mengangkat harkat dirinya dengan hidup susila jadi ada proses
transendensi diri pula.
d. Perkembangan pada masa Dewasa Muda
1. Perkembangan Fisik
Individu berada pada kondisi fisik yang prima di awal usia 20-an. Sistem
musculoskeletal berkembang dengan baik dan terkoordinasi. Periode tersebut
merupakan periode ketika kegemaran terhadap atletik mencapai puncaknya. Semua
sistem lain pada tubuh (mis. kardiovaskular, penglihatan, pendengaran, dan
reproduktif) juga berfungsi pada efisiensi puncak.
Meskipun perubahan fisik selama tahap ini minimal, berat badan dan massa otot dapat
berubah akibat diet dan olahraga. Selain itu, perubahan fisik dan psikososial yang
sangat besar dapat terjadi pada ibu hamil dan menyusui.
2. Perkembangan Psikososial
Bertolak belakang dengan perubahan fisik yang minimal, perkembangan psikososial
pada masa dewasa muda justru besar, memuat perkembangan psikososial tersebut
berdasarkan teori Freud, Erikson, dan Havighurst
Dewasa Muda :
a. Berada pada tahap genital, yaitu ketika energy di arahkan untuk mencapai hubungan
seksual yang matur, mengacu pada teori Freud.
b. Berada pada fase keintiman versus isolasi tahap perkembangan Erikson
c. Memiliki tugas perkembangan berikut, mengacu pada pemikiran Havighurst :
Memilih pasangan
Belajar untuk hidup bersama pasan
Membentuk sebuah keluarga
Membesarkan anak
Mengatur rumah tangga
Memulai suatu pekerjaan
Memikul tanggung jawab sebagai warga Negara
Menemukan kelompok social yang cocok
Perkembangan Kognitif
Piaget meyakini bahwa struktur kognitif sempurna selama periode operasi formal,
kurang lebih sejak usia 11-15 tahun. Sejak periode tersebut, operasi formal (sebagai contoh,
membuat hipotesis) menandakan pemikiran selama masa dewasa dan diterapkan di lebih
banyak area.
Egosentrisme terus berkurang namun, menurut Piaget, perubahan tersebut tidak disertai
perubahan pada struktur pemikiran, hanya perubahan pada isi dan stabilitasnya saja.
Saat ini, para peneliti bidang psikologi telah mengemukakan bahwa tahap operasi formal
Piaget bukan merupakan tahap terakhir perkembangan manusia. Beberapa peneliti telah
mengajukan konsep pemikiran postformal (Stuart-Hamilton, 2000, hml. 84). Pemikiran
postformal, terkadang disebut sebagai tahap penemuan masalah, ditandai dengan “pemikiran
kreatif dalam bentuk penemuan masalah, pemikiran relativistic, formasi masalah generic,
munculnya berbagai pertanyaan umum terhadap masalah yang kurang jelas, penggunaan
intuisi, daya tarik diri, firasat, dan perkembangan pemikiran ilmiah yang signifikan” (Murray
& Zentner, 2001, hml.663). di samping kemampuan remaja untuk berpikir abstrak, para
pemikir postformal memiliki pemahaman tentang pengetahuan yang sementara atau relative.
Mereka mampu memahami dan menyeimbangkan argument yang diciptakan oleh logika dan
emosi.
Perkembangan Moral
Individu dewasa muda yang telah menguasai tahap sebelumnya pada teori
perkembangan moral Kohlberg saat ini memasuki tingkat poskonvensional. Pada periode ini,
individu mampu memisahkan diri dari pengharapan dan aturan-aturan orang lain, dan
mendefinisikan moralitas terkait prinsip moral. Saat mempersepsikan konflik dengan norma
dan hukum masyarakat, mereka membuat penilaian berdasarkan prinsip pribadi mereka.
Sebagai contoh, individu yang sengaja melanggar hukum dan bergabung dalam kelompok
protes untuk menghentikan aksi pembunuhan hewan liar oleh para pemburu, meyakini bahwa
prinsip pelestarian margasatwa membenarkan aksi protes tersebut. Tipe pola piker ini disebut
sebagai pola piker prinsip.
Perkembangan Spiritual
Menurut Fowler, individu memasuki periode reflektif-individual sekitar usia 18 tahun.
Selama periode ini, individu berfokus pada realitas. Individu dewasa yang berusia 27 tahun
dapat mengemukakan pertanyaan yang bersifat filosofi mengenai spiritualitas dan menyadari
akan hal spiritual tersebut. Ajaran-ajaran agama yang diperoleh dewasa muda semasa kecil
sekarang dapat diterima atau didefinisikan kembali.
Masalah Kesehatan
Masa dewasa muda umumnya merupakan masa sehat dalam hidup. Masalah
kesehatan yang muncul dan sering kali ditemui pada kelompok usia ini meliputi kecelakaan,
bunuh diri, penyalahgunaan zat, hipertensi, penyakit menular seks (PMS), penganiayaan
terhadap wanita, dan keganasan tertentu.
2.2.2 Masa Dewasa Madya/Setengah Baya (Midle Age = 40 – 60 tahun)
Ciri-ciri khususnya ialah :
1. Masa yang ditakuti :
Adanya perubahan yang menuju kemunduran
2. Masa penyesuaian terhadap berbagai kondisi tubuh yang berubah
a. Teori Masa Dewasa Tengah
Teori Erikson
Menurut teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan yang utama pada usia
baya adalah mencapai generativitas (Erikson, 1968, 1982). Generativitas adalah keinginan
untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generativitas
dengan anak-anaknya atau anak-anak sahabatnya atau melalui bimbingan dalam interaksi
social dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generativitas, akan
terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukakan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau
perilaku merusak terhadap anak-anaknya dan masyarakat.
Teori Havighurst
Teori perkembangan Havighurst telah diringkas dalam 7 tugas perkembangan untuk
orang dewasa tengah (Havighurst, 1972). Tugas perkembangan ini meliputi pencapaian
tanggung jawab sosial orang dewasa, menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan,
membantu anak-anak remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia,
mengembangkan aktivitas luang, berhubungan dengan pasangannya sebagai individu,
menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis pada usia pertengahan, dan menyesuaikan
diri dengan orang tua yang telah lansia. Lansia merupakan tantangan unik bagi dewasa tengah
dalam masyarakat masa kini. Sementara kebanyakan dewasa lansia tetap dapat berfungsi
secara mandiri, pertambahan usia meningkatkan kebutuhan terhadap bantuan ( Fawcett,
1993). Perceraian dan meningkatnya pengasuhan anak oleh wanita sendiri telah
meningkatkan prevalensi keluarga dengan orang tua tunggal, dan perubahan dalam struktur
keluarga ini dapat menyulitkan pemberian perawatan bagi orang tua lansia oleh dewasa
tengah pada generasi masa kini.
e. Perkembangan pada Masa Dewasa Tengah
Perkembangan Fisik
Perubahan fisiologis utama terjadi antara usia 40-65, perubahan yang paling terlihat
adalah rambut beruban, kulit mengerut dan pinggang membesar. Kobotakan biasanya mulai
terjadi selama masa usia pertengahan, tetapi juga dapat terjadi pada pria dewasa awal.
Penurunan ketajaman penglihatan dan pendengaran sering terlihat selama periode ini.
Sering kali perubahan fisiologis ini mempunyai dampak pada konsep-diri dan citra tubuh.
Perubahan fisiologis yang paling signifikan selama usia pertengahan adalah menopause pada
wanita dan klimakterik pada pria. Menopause adalah terhentinya siklus ini terutama karena
ketidakmampuan system neurohmoral untuk mempertahankan stimulasi periodiknya pada
system endokrin. Ovarium tidak lagi memproduksi estrogen dan progesterone, dan kadar
hormone ini dalam darah menurun secara nyata. Menopause secara nyata terjadi antara usia
45 dan 65 tahun. Kira-kira 10% wanita tidak mengalami gejala menopause lain selain
berhentinya menstruasi, 70% sampai 80% menyadari perubahan lain tapi tidak bermasalah
dan kira-kira 10% mengalami perubahan cukup berat sehingga mengganggu aktivitas
kehidupan sehari-hari (Edge dan Miller, 1994). Klimakterik atau andropause, terjadi pada
pria usia akhir 40-an atau awal 50-an. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya kadar
endrogen. Sepanjang periode dan sesudah itu, pria masih mampu memproduksi sperma fertile
dan menjadi ayah. Akan tetapi ereksi penis kurang kuat, ejakulasi kurang sering dan periode
refraksi lebih lama.
Perkembangan Psikososial
Perubahan psikososial pada dewasa tengah dapat meliputi kejadian yang diharapkan,
perpindahan anak dari rumah, atau peristiwa perpisahan dalam pernikahan atau kematian
teman. Perubahan ini mungkin mengakibatkan stress yang dapat mempengaruhi seluruh
tingkat kesehatan dewasa tengah.
Pada masa dewasa tengah, seiring anak-anak meninggalkan rumahnya, keluarga memasuki
tahap keluarga pascaparental. Tuntutan waktu dan financial pada orang tua berkurang, dan
pasangan menghadapi tugas menetapkan kembali hubungan mereka. Meskipun, tidak harus
menunggu sampai tahap kehidupan ini untuk memikirkan peningkatan kesehatan, “lebih baik
terlambat dari pada tidak” memang berlaku. Kebutuhan pengkajian peningkatan kesehatan
bagi dewasa tengah meliputi istirahat ytang adekuat, aktivitas luang, latihan yang teratur,
nutrisi yang baik, penurunan atau penghentian penggunaan rokok atau alcohol, serta
pemeriksaan skrining yang teratur. Pengkajian lingkungan social pada dewasa tengah juga
penting, termasuk masalah hubungan, komunikasi dan hubungan dengan anak, cucu dan
orang tua lansia, dan masalah pemberian perawatan dengan penuaan atau orang tua yang
sudah tidak mampu.
Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif dan intelektual dimasa paruh baya tidak banyak mengalami
perubahan. Proses kognitif meliputi waktu reaksi, memori, persepsi, pembelajaran,
pemecahan masalah, dan kreativitas. Waktu reaksi selama periode ini hampir berubah atau
menjadi berkurang di bagian akhir usia paruh baya. Memori dan kemampuan memecahkan
masalah tetap sama selama masa paruh baya. Proses belajar terus berlanjut dan dapat
dikembangkan dengan motivasi yang kian meningkat di masa kini.
Individu paruh baya mampu menjalankan semua strategi yang dijelaskan pada fase operasi
formal Piaget. Sebagian individu mungkin menggunakan strategi fase operasi postformal
untuk membantu mereka memahami kontradiksi yang ada pada aspek personal maupun aspek
fisik realitas. Pengalaman professional, social, dan kehidupan pribadi individu paruh baya
akan tercermin dalam performa kognitif mereka. Dengan demikian, pendekatan yang diambil
untuk memecahkan masalah serta menyelesaikan tugas akan sangat bervariasi pada kelompok
usia tersebut. Individu paruh baya dapat “bercermin pada pengalaman masa lalu dan masa
kini dan dapat membayangkan, mengantisipasi, berencana dan berharap” (Murray dan
Zentner, 2001, hlm.722).
Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg, individu dewasa dapat bergerak melewati tingkat konvensial
menuju tingkat postkonvensional. Kohlberg meyakini bahwa sebelum mampu mencapai
tingkat postkonvensional yang luas tentang pilihan moral personal serta tanggung jawab.
Kohlberg menyadari bahwa sebagian subyek penelitiannya mencapai tingkat pemikiran moral
tinggi. Untuk beralih dari tahap 4, yakni orientasi hukum dan tata tertib, menuju tahap 5,
orientasi kontrak social, individu harus beralih menuju tahap ketika hak orang lain lebih
diutamakan. Individu pada tahap 5 mengambil langkah untuk mendukung hak orang lain.
Perkembangan Spiritual
Tidak semua individu dewasa berproses menuju tahap kelima perkembangan spiritual
Fowler, yakni tanpa paradoksikal-konsolidatif. Pada tahap ini, individu dapat memandang
kebenaran dari sejumlah sudut pandang. Tahap kelima Fowler ini sangat mirip dengan tahap
kelima perkembangan kognitif Kohlberg. Fowler meyakini bahwa hanya beberapa individu di
atas usia 30 tahun yang mencapai tahap tersebut.
Di usia paruh baya, individu cenderung tidak terlalu fanatic terhadap keyakinan agama, dan
agama sering kali memberikan lebih banyak kenyamanan pada diri individu dimasa ini
dibandingkan sebelumnya. Individu di kelompok usia ini kerap kali bergantung pada
keyakinan spiritual untuk membantu mereka menghadapi penyakit, kematian, dan tragedi.
Masalah Kesehatan
Banyak individu paruh baya yang tetap sehat, namun resiko munculnya masalah
kesehatan pada kelompok usia ini lebih besar daripada kelompok usia dewasa muda.
Penyebab utama kamatian pada kelompok usian ini meliputi kecelakaan kendaraan bermotor,
dan kecelakaan di tempat kerja, penyakit kronis seperti kanker dan penyakit kardiovaskular.
Pola gaya hidup individu yang berkombinasi dengan penuaan, riwayat keluarga, dan stressor
perkembangan (mis. Menopause, klimakterik) serta stressor situasional (mis, perceraian)
sering kali berkaitan dengan masalah kesehatan yang muncul. Sebagai contoh, merokok dan
mengkonsumsi alcohol secara berlebihan menyebabkan individu beresiko lebih tinggi
mengalami masalah pernafasan kronis, kanker paru, dan penyakit hati. Pola makan berlebih
dapat menyebabkan obesitas, diabetes mellitus, aterosklerosis, dan resiko hipertensi serta
penyakit arteri koroner yang berkaitan dengan kondisi tersebut.
Teori Imunologis
Beberapa teori menyatakan bahwa penurunan atau perubahan dalam keefktifan
system imun berperan dalam penuaan. Mekanisme selular tidak tak-teratur diperkirakan
menyebabkan serangan pada jaringan tubuh melalui autoagresi atau imunodefisiensi
(penurunan imun) (Ebersole dan Hess, 1994).tubuh kehilangan kemampuan untuk
membedakan proteinnya sendiri dengan protein asing, system imun menyerang dan
menghancurkan jaringannya sendiri pada kecepatan yang meningkat secara bertahap.
Dengan bertambahnya usia, kemampuan system imun untuk menghancurkan bakteri, virus,
dan jamur melemah bahkan sistem ini mungkin tidak memulai serangannya sehingga sel
mutasi terbentuk beberapa kali. Destruksi bagian jaringan yang luas dapat terjadi sebelum
respons imun dimulai. Disfungsi system imun ini doperkirakan menjadi factor dalam
perkembangan penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskular, serta
infeksi.
Perkembangan Psikososial
Beberapa teori menjelasakan penuaan psikososial. Menurut teori pemisahan,
penuaan meliputi menarik diri antara individu lansia dan orang lain di lingkungan tempat
tinggal lansia. Perilaku menarik diri ini membebaska lamsia dari sejumlah tekanan di
masyarakat dan secara bertahap mengurangi jumlah orang yang berinteraksi dengan lansia.
Menurut teori aktivitas, cara terbaik untuk lansia adalah dengan tetap aktif, baik secara fisik
maupun mental. Sedangkan menurut teori kontinuitas, manusia akan tetap mempertahankan
nilai-nilai, kebiasaan, dan perilakunya di usia lanjut. Seseorang yang terbiasa berkumpul
bersama orang lain, akan terus melakukan hal yang sama di usia tuanya. Sedangkan orang
yang tidak terbiasa berurusan dengan orang lain, cenderung untuk menarik diri.
Menurut Erikson, tugas perkembangan di masa ini adalah integritas ego versus outus asa.
Seseorang yang mencapai integritas ego memandang kehidupan dengan perasaan utuh dan
meraih kepuasan dari keberhasilan yang dicapai dimasa lalu. Mereka memandang kematian
sebagai akhir kehidupan yang dapat diterima. Dengan mengetahui bahwa perbedaan antara
lansia-awal dan lansia-akhir tidak hanya terletak pada karakter fisik, tetapi juga pada respon
psikososial, banyak orang mengalami kesulitan dengan tugas perkembangan tunggal Erikson.
Peck (1968) mengemukakan tiga tugas perkembangan lansia berikut yang bertolak belakang
dengan tuga perkembangan integritas versus putus asa Erikson :
1) Ego differentiation versus work-role pre occupation
2) Body transcendence versus body pre occupation
3) Ego transcendence versus ego pre occupation
Perkembangan Kognitif
Fase perkembangan kognitif Piaget berakhir pada fase operasi formal. Namun, benyak
penelitian tentang kemampuan kognitif dan penuaan saat ini tengah dikembangkan. Kapasitas
intelektual meliputi persepsi, kecerdasan kognitif, memori, dan belajar.
Persepsi, atau kemampuan untuk menginterpertasikan lingkungan, bergantung pada
ketajaman indra. Jika lansia mengalami gangguan indra, kemampuannya dalam
mempersepsikan lingkungan secara tepat juga berkurang. Perubahan pada system saraf juga
memengaruhi kapasitas persepsi seseorang.
Perubahan kemampuan kognitif yang terjadi pada lansia lebih kepada perbedaan
kecepatan, bukan kemampuan. Secara keseluruhan lansia tetap cerdas, mampu memecahkan
masalah, menilai, kreatif, dan memiliki berbagai keterampilan kognitif lain yang terlatih
dengan baik. Penurunan intelektual umumnya mencerminkan proses penyakit, seperti
aterosklerosis, yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan penurunan perfusi
nutrisi ke otak. Kebanyakan lansia tidak mengalami gangguan kognitif.
Lansia memerlukan waktu yang lebih banyak dalam belajar. Kondisi ini umumnya
disebabkan oleh masalah yang muncul dalam proses penarikan informasi. Motivasi juga tidak
kalah penting. Lansia mengalami lebih banyak kesulitan disbanding individu yang lebih
muda dalam mempelajari informasi yangmenurut mereka tidak begitu berarti. Lansia
disarankan untuk tetap aktif secara mental guna mempertahankan kemampuan kognitif
mereka pada tingkat optimal. Aktivitas mental yang bertahan lama, khususnya aktivitas
verbal, membantu lansi dalam mempertahankan level fungsi kognitif yang tinggi, dan dapat
membantu mempertahankan memori jangka panjang. Gangguan kognitif yang memengaruhi
kehidupan normal bukan bagian dari proses penuaan normal. Penurunan kemampuan
intelektual yang mengganggu fungsi social atau okupasi harus selalu dipandang sebagai
kondisi yang tidak normal.
Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg, perkembangan moral terselesaikan pada masa dewasa awal.
Kebanyakan lansia berada pada tingkat konvensional perkembangan moral, sedangkan
sebagian lain berada pada tingkat prakonvensional. Lansia yang berada pada tingkat
prakonvensional mematuhi aturan agar tidak menyakiti atau menyusahkan orang lain. Pada
tahap 1, individu mendefinisikan baik dan buruk dalam kaitannya dengan diri sendiri,
sedangkan pada tahap 2, individu berupaya memenuhi kebutuhan orang lain sama seperti
kebutuhan mereka sendiri. Lansia pada tingkat konvensional mengikuti kaidah social yang
berlaku sebagai respons terhadap harapan orang lain.
Pola nilai serta keyakinan yang penting bagi lansia dapat memiliki makna yang kecil atau
bahkan tak berarti bagi individu yang lebih muda. Hal ini terjadi karena lansia tumbuh pada
masa yang jauh berbeda dengan saat ini. Selain itu, sebagian besar lansia yang ada saat ini
adalah warga Negara yang lahir di luar negeri atau warga Negara generasi pertama. Latar
belakang pengalaman hidup, gender, agama, dan kondisi social-ekonomi, kesemuanya
memengaruhi nilai-nilai yang dianut seseorang.
Perkembangan Spiritual
Lansia dapat merenungkan berbagai pandangan baru yang religious serta mencoba
memahami ide-ide yang sebelumnya terlupakan atau ditafsirkan dengan cara yang berbeda.
Lansia juga merasa berharga dengan membagikan pengalamannya atau pandangannya.
Sebaliknya, lansia yang belum matang secara spiritual dapat merasa tidak berdaya dan putus
asa saat upayanya untuk mencapai kesuksesan ekonomi dan professional menurun.
Carson (1989) mengemukakan bahwa agama “memberikan makna baru bagi lansia, yang
dapat memberikan kenyamanan, penghiburan dan penguatan dalam kegiatan keagamaan”.
Pengetahuan yang dimiliki lansia berubah menjadi kebijaksanaan, yakni suatu sumber dalam
diri yang berfungsi untuk menghadapi pengalaman hidup baik yang positif maupun negative.
Keterlibatan lansia dalam hal keagamaan kerap membantu mereka dalam mengatasi masalah
yang berkaitan dengan makna hidup, kesengsaraan, atau nasib baik. Menurut Fowler dan
Keen (1985), sebagian orang memasuki tahap keenam perkembangan spiritual, yakni
universalizing. Orang yang mencapai tingkat perkembangan spiritual tersebut berpikir dan
bertindak dalam cara yang menunjukkan cinta dan keadilan.
Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang mungkin dialami lansia meliputi kecelakaan, penyakit
ketunadayaan kronis, penyalahgunaan dan penggunasalahan obat, alkoholisme, demensia,
dan penganiayaan. Penyebab utama kematian pada individu yang berusia di atas 65 tahun
adalah penyakit jantung, penyakit serebrovaskular (stroke), pneumonia/influenza, penyakit
paru obstruktif, dan kanker.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fase usia dewasa awal merupakan kebutuhan untuk membuat komitmen dengan
menciptakan suatu hubungan interpersonal yang erat dan stabil serta mampu
mengaktualisasikan diri seutuhnya untuk mempertahankan hubungan tersebut.
Menurut teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan yang utama pada usia baya atau
dewasa menengah adalah mencapai generativitas (Erikson, 1968, 1982). Generativitas adalah
keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai
generativitas dengan anak-anaknya atau anak-anak sahabatnya atau melalui bimbingan dalam
interaksi social dengan generasi berikutnya.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Secara biologis penduduk
lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas penulis mengharapkan kepada pembaca dan calon perawat bisa
memahami tentang pertumbuhan dan perkembangaan khususnya dibahas disini mengenai
Masa Dewasa Awal, Menengah, dan Tua diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menerapkannya di lingkungan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
https://muhammadsyaifudin99.wordpress.com/2012/03/12/makalah-perkembangan-masa-
dewasa/
http://dahliaa-thaa.blogspot.co.id/2013/04/tumbuh-kembang-dewasa.html
Dariyo agus. Psikologi perkembangan dewasa muda; perkembangan dewasa. Grasindo.
Surabaya 2008.
DR. Kartini kartono. Psikologi wanita; wanita dewasa. Mandar Maju.Bandung 2006.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Tumbuh Kembang Dewasa”
Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada dosen yang membimbing kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Melalui kata pengantar ini kami terlebih dahulu meminta
maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang kami buat kurang tepat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
untuk kepentingan proses belajar.
Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik
dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk
pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan di masa mendatang. Semoga dengan adanya
tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua
KELOMPOK 5
ANGGOTA:
Amelia Safitri
Meidina Lima Nisari
Melani Seftiani
Suaemah
Tri Handayani
DOSEN PEMBIMBING
Hj. Titik Hindriati, S. Pd, M. Kes
Kata Pengantar
Bab I
Pendahuluan.............................................................................................................i
Bab II
Pembahasan..............................................................................................................ii
Bab III
Penutup........................................................................................................................iii
Kesimpulan........................................................................................................4
Saran .................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA