Sisi biologis, masa dewasa dapat diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan
individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan tubuh secara optimal dan
kesiapan untuk bereproduksi (berketurunan).
2.
Sisi psikologis, masa dewasa dapat diartikan sebagai periode dalam kehidupan individu
yang ditandai dengan cirri-ciri kedewasaan atau kematangan, yaitu
a.
b.
c.
d.
3.
a.
b.
c.
d.
Menurut Hurlock (1968) masa ini terbagi kepada tiga periode sebagai berikut:
1.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
beberapa faktor seperti yang disebutkan di atas. Beberapa di antaranya juga sukses
melaksanakan tugas-tugas perkembangan sebagaimana mestinya.
2.
a.
b.
c.
Membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia.
d.
e.
f.
3.
a.
b.
c.
Menyesuaikan diri dengan masa pensiun (jika menjadi pegawai negeri) dan
berkurangnya income (penghasilan keluarga).
d.
e.
f.
Memantapkan hubungan yang harmonis dengan anggota keluarga (anak, cucu, dan
menantu).
Dalam kehidupan sehari-hari orang-orang dalam masa dewasa lanjut banyak yang
mengalami kesehatan yang buruk, jadi untuk pemenuhan tugas-tugas perkembangan
seringkali mengalami kegagalan.
Dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan, tidak sedikit orang dewasa
yang mengalami kegagalan, yang disebabkan oleh 1) tidak ada bimbingan untuk
memahami dan menguasai tugas-tugas perkembangan, 2) tidak ada motivasi untuk
berkembang ke arah kedewasaan, 3) mengalami kesehatan yang buruk, 4) cacat tubuh,
5) tingkat kecerdasan yang rendah.
Kegagalan mencapai atau menuntaskan tugas-tugas perkembangan tersebut,
akan memunculkan perilaku yang menyimpang (maladjustment), atau situasi kehidupan
yang tidak bahagia, di antaranya adalah:
1.
Berzina atau berselingkuh (memacari wanita atau pria lain padahal sudah memiliki
istri/suami).
2.
3.
4.
5.
6.
1.
Keragaman pendidikan agama yang diterimanya waktu kecil, ada yang menerima dan
ada juga yang tidak menerimanya.
2.
3.
Keragaman corak pergaulan dengan kolega atau teman kerja, ada yang taat agama
begitu pula ada yang melecehkan.
4.
Keragaman sikap terhadap permasalahan kehidupan yang dialami, ada yang sabar
(menerimanya dengan penuh ketabahan) dan ada juga frustasi bahkan depresi dalam
menghadapinya.
5.
a. Masa pengaturan, usia dewasa awal merupakan saat ketika seseorang mulai
menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.
b. Usia reproduktif, usia dewasa awal merupakan masa yang paling produktif untuk
memiliki keturunan, dengan memiliki anak mereka akan memiliki peran baru sebagai
orangtua
c. Masa Bermasalah, pada usia masa dewasa awal akan timbul masalah-masalah baru
yang berbeda dengan masalah sebelumnya, di antaranya masalah pernikahan.
d. Masa ketegangan emosional, merupakan masa yang memiliki peluang terjadinya
ketegangan emosional, karena pada masa dewasa awal seseorang berada pada
harapan-harapan
baru,
dan
kondisi
lingkungan
serta
e. Masa keterasingan sosial, Ketika pendidikan berakhir dan mulai memasuki dunia kerja
dan kehidupan keluarga, seiring dengan itu hubungan dengan kelompok teman sebaya
semakin renggang.
f. Masa komitmen, seseorang akan menentukan pola hidup baru, dengan memikul
tanggung jawab baru dan memuat komitmen-komitmen baru dalam kehidupan.
g. Masa ketergantungan, Meskipun status dewasa dan kemandirian telah tercapai, tetapi
masih banyak orang dewasa awal yang tergantung pada pihak lain.
h. Masa perubahan nilai, jika orang dewasa awal ingin diterima oleh anggota kelompok
orang dewaa
i.
j.
2.
a. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik pada masa dewasa awal dari satu sisi merupakan puncaknya,
tetapi pada sisi lain adalah kecenderungan penurunan periode ini sehingga fase usia
dewasa awal dikatakan sebagai puncak dan penurunan perkembangan individu secara
fisik. Misalnya pendengaran relatif konstan dan mulai mengalami penurunan pada akhir
fase usia dewasa awal. Kondisi kesehatan dapat ditingkatkan dengan cara mengurangi
gaya hidup yang merusak kesehatan, nutrisi yang baik, rutinitas berolahraga.
Namun pada kehidupan sehari-hari dapat ditemukan orang pada masa dewasa awal
justru secara sadar ataupun tidak sadar seringkali mengabaikan kesehatan mereka,
misalnya dengan merokok, malas olahraga, dan sebagainya.
b. Perkembangan seksualitas
Merupakan sikap dan perilaku seksual pada individu sebagai kodrat dan dampak dari
perubahan-perubahan hormon yang terjadi. Ada dua hal tentang sikap dan perilaku
seksual yaitu ditinjau dari:
1)
a)
Sikap dan perilaku seksual secara heteroseksual. Sikap dan perilaku seksual
berdasarkan tinjauan longitudinal dari tahun 1900-1980-an, menunjukkan dua
kecenderungan penting (Darling et., 1984), yaitu:
Persentase dari kaum muda yang melakukan hubungan seksual meningkat tajam.
b)
2)
c. Perkembangan kognitif
Schaie (1997) mengemukakan bahwa tahap-tahap kognitif piaget menggambarkan
peningkatan efisiensi dalam perolehan informasi yang baru. Misalnya pada masa
dewasa awal terdapat perubahan dari mencari pengetahuan menuju menerapkan
pengetahuan, menerapkan apa yang sudah diketahui, khususnya dalam hal penentuan
karier dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pernikahan dan hidup berkeluarga.
d. Perkembangan karier
Tuntutan peran karier terhadap kompetensi menunjukkan sangat tinggi pada fase usia
dewasa awal. Memenuhi tuntutan karier dan penyesuaian diri dengan peran yang baru
adalah penting bagi individu pada fase ini (Heise, 1991; Smither, 1988).
Terkadang kita menemukan seseorang yang telah mendapatkan pekerjaan namun tidak
betah dengan pekerjaannya. Hal tersebut mungkin terjadi karena tidak berhasilnya
penyesuaian diri dengan peran yang baru.
e. Perkembangan sosio-emosional
Dalam menjalin hubungan sosial dengan klingkungannya, pada fase usia dewasa awal
tidak hanya sekedar mampu menunjukkan jalinan persahabatan atau percintaan, namun
lebih mengarah kepada hubungan sosio-emosional yang terikat oleh komitmen dengan
menunjukkan hubungan dan niat untuk mempertahankan dalam mempersiapkan diri
menuju kehidupan bersama melalui pernikahan dan hidup berkeluarga.
Kajian tentang perkembangan sosio-emosional pada fase usia dewasa awal ialah:
1)
Fase pertama, menjadi orang dewasa dan mulai melangkah untuk hidup mandiri. Untuk
membangun identitas serta membentuk keluarga baru, merupakan realisasi waktu bagi
fase usia dewasa awal dalam menyeleksi diri secara sosio-emosional, yaitu apa yang
akan dibawa dari keluarga asal, apa yang akan mereka tinggalkan, dan apa yang
hendak mereka ciptakan bagi dirinya ketika akan melangkah ke depan bergabung dalam
membina keluarga sebagai pasangan baru melalui pernikahan.
2)
Fase kedua, adalah pasangan baru (new couple) dari siklus kehidupan keluarga.
Pasangan baru yang dimaksud adalah keterikatan melalui pernikahan yang sah antara
dua jenis kelamin yang berbeda, berasal dari keluarga dan latar belakang kehidupan
bahkan kebudayaan yang berbeda.
3)
Fase ketiga adalah menjadi orang tua dalam kehidupan berkeluarga. Memasuki fase ini
menuntut orang dewasa untuk maju satu generasi dan menjadi pemberi kasih sayang
untuk generasi yang lebih muda. Untuk dapat melalui fase yang panjang ini, dalam
perjalanannya menuntut komitmen waktu sebagai peran orang dewasa menuju peran
sebagai orang tua, serta peran dalam memahami dan menyesuaikan diri sebagai orang
tua yang kompeten dan sumber teladan bagi anak.
3.
a.
memilih pasangan yang sifatnya bertentangan, tapi sebagian besar memilih yang
memiliki kesamaan karakteristik. Istilah opposites attract atau daya tarik lawan jenis
biasanya terjadi pada pernikahan yang dilandasi kebutuhan saling melengkapi. Adanya
perbedaan kebutuhan antarindividu dalam pasangan tersebut, yaitu kebutuhan untuk
berperan dominan (memberikan simpati, cinta, dan perlindungan) dan kebutuhan untuk
berperan submissive(memperoleh simpati, cinta, dan perlindungan).
Memahami perbedaan antara sifat yang bertentangan dan sifat saling melengkapi
sangatlah penting. Norman menambahkan bahwa dalam penentuan pasangan hidup
sangat dipengaruhi oleh kebudayaan. Pengaruh kebudayaan terhadap penentuan
pasangan hidup ditunjukkan dalam dua hal, yaitu pertama, definisi kebudayaan
menentukan sisi yang menarik dari seseorang, sehingga lawan jenis akan memiliki
ketertarikan yang tinggi terhadap orang yang memenuhi kriteria tersebut. Kedua,
terbentuklah idealisasi pasangan pada mental individu, artinya walaupun individu tidak
memperoleh seseorang yang memenuhi kriteria ideal, dia akan menetapkan standar
ideal tersebut pada orang yang dicintainya.
b.
c.
1)
Sifat tugas.
Dalam memulai kehidupan berkeluarga, kehadiran anak merupakan manifestasi dari
keberhasilan sebuah pernikahan, bagi pihak istri maupun suami. Terlebih kesuksesan
Dasar biologis
Melahirkan anak merupakan suatu proses biologis, apalagi tugas melahirkan anak
pertama merupakan suatu proses biologis dan psikologis.
3)
Dasar psikologis
Secara psikologis, wanita dan pria memiliki suatu tugas yang ingin dicapai untuk
menjadi seorang ayah bagi laki-laki dan seorang ibu bagi wanita. Bagi wanita, jika dia
takut atau benci dengan ide mengenai kehamilan, maka tugas tersebut akan sulit
baginya. Tetapi jika menganggap keibuan dengan rasa senang sebagai pemenuhan
peran seksnya, maka tugas tersebut menjadi cukup mudah.
4)
Dasar budaya
Masalah kehamilan merupakan masalah yang muncul secara pandangan budaya.
5)
d.
Memelihara anak
Tugas, peran, dan tanggungjawab sebagai suami istri sudah lebih bertambah
dengan sebutan sebagai ibu dan ayah, sudah hadir sosok manusia baru sebagai
pelengkap dalam kehidupan di dalam keluarga mereka. Mereka harus belajar memenuhi
berbagai kebutuhan baik secara fisik atau biologis, maupun kasih sayang yang
sepenuhnya diberikan pada anak, sehingga anak mencapai perkembangan secara
optimal sesuai kemampuan dan karakteristik yang dimilikinya.
e.
tanggungjawabnya masing-masing sebagai seorang suami istri atau orang tua dari
anak-anaknya.
f.
Mulai bekerja
Dalam menghadapi dan menjalani tugas perkembangan ini, para pria dewasa awal,
cenderung mulai memperhatikan dan memikirkannya, bahkan sering kali dia
mengabaikan tugas lainnya seperti menunda untuk mencari calon pasangan hidup. Hal
ini berbeda jika dibandingkan dengan wanita dewasa awal yang cenderung belum begitu
aktif dalam menghadapi tuntutan pekerjaan.
g.
h.
D. Permasalahan mahasiswa
1. Sumber masalah
Permasalahan yang dialami oleh siswa dan mahasiswa akan terkait dengan
perkembangan yang dialami selama dalam perkembangannya. Seperti dijelaskan
di
atas bahwa adanya perubahan yang cepat dalam aspek fisik, emosi, kognitif dan
psikososial akan memberikan konsekuensi kepada kemunculan masalah.
a. Perubahan fisik
Perubahan kondisi fisik akan menyebabkan keprihatinan, hanya sedikit remaja
yang merasa puas dengan kondisi tubuhnya (Hurlock, 1999), sementara
sebagian
besar mengalami ketidakpuasan. Keprihatinan akan kondisi tubuh dapat
menyebabkan munculnya konsep diri yang kurang baik dan rendahnya harga
diri
mereka. Kepuasan terhadap kondisi fisik merupakan hal yang sangat penting,
bagi
remaja penampilan fisik beserta identifitas sosial merupakan ciri pribadi yang
paling
jelas dan mudah dikenali orang lain dan menjadi daya tarik penting dalam
kehidupan
sosial. Selain itu percepatan pertumbuhan fisik juga akan membuat kemampuan
fisik
mereka mereka menjadi makin tinggi. Energi yang besar akan membuat para
remaja
menyukai kegiatan yang bersifat fisik. Bentuk aktivitas yang menunjukan
kekuatan
fisik akan menjadi sarana untuk menunjukan dirinya guna mendapatkan
pengakuan.
Dalam konteks ini olah raga merupakan salah satu cara yang sehat untuk
menunjukan kemampuan fisik mereka, dan sebaliknya penyalahgunaan
kemampuan
fisik dalam bentuk kekerasan meskipun dapat menunjukan kemampuan fisik,
tetapi
jelas merupakan cara yang tidak tepat.
b. Perubahan emosi
Secara tradisional dijelaskan bahwa periode remaja dianggap sebagai periode
badai dan tekanan, sebutan ini menjelaskan mengenai ketegangan emosi yang
meninggi, sebagai akibat perubahan fisik dan kelenjar. Remaja akan mengalami
ketidakstabilan emosi sebagai akibata dari usaha penyesuaian diri pada pola
perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Meskipun emosi remaja seringkali
sangat kuat, tidak terkendali dan tampak irasional,
tetapi dalam tahap perkembanganya sejalan dengan bertambahnya usia, emosi
mereka akan menjadi lebih stabil. Ekspresi emosi remaja agak berbeda dengan
anak-anak yang biasanya meledak-ledak, mereka akan mengungkapkannya
dengan
cara menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengkritik
orang
yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri dengan orang yang memiliki benda
yang lebih banyak. Kemampuan remaja untuk mengelola emosi dapat terlihat
apabila mereka sudah dapat mengendalikan emosinya dengan tidak
meledakannya,
tetapi dengan cara menunggu sampai waktu dan tempat yang lebih tepat untuk
mengungkapkan emosi dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk
yang
menunjukan kematangan emosi adalah mereka menilai dengan kritis atas
sumber
pembangkit emosi sebelum bereaksi, artinya berpikir dahulu sebelum melakukan
suatu tindakan.
c. Perubahan sosial
Penyesuaian sosial merupakan salah satu tugas perkembangan yang sangat
sulit. Mereka diharapkan untuk dapat menyesuaikan diri dengan peran-peran
baru,
orang dewasa di luar lingkungan rumah dan sekolah selama ini, menyesuaikan
diri
dengan lawan jenis. Di antara bagian yang tersulit dan terpenting adalah
penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh dari kelompok sebaya dan
perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai
baru
dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi
pemimpin.
Secara singkat sumber masalah yang dialami oleh siswa dan mahasiswa, dapat
dibagi menjadi 2 sumber, yaitu dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).
a. Sumber internal
Masalah yang bersumber dari dalam dapat berupa kondisi diri, kecerdasan,
bakat,
minat, fisik, nilai, kreativitas, pribadi, keterampilan belajar, dan sebagainya.
c. Sumber eksternal
Masalah yang bersumber dari luar adalah : kondisi fisik dan sosio-emosional di
lingkungan keluarga dan sekolah/ kampus, hubungan dengan teman/ dosen/
keluarga, status sekolah atau perguruan tinggi, ketidakjelasan orientasi kerja,
dan
sarana belajar.
2. Bentuk masalah
Secara umum masalah yang dihadapi oleh mahasiswa adalah sebagai berikut
a. Karier dan Pekerjaan
1) Belum memahami potensi diri
2) Kurang memahami bidang kerja yang akan dimasuki
3) Ingin mendapat pelatihan pendukung kesiapan kerja
4) Khawatir tidak mendapat pekerjaan atau dapat bekerja dengan baik
5) Belum merencanakan masa depanb. Ekonomi dan Keuangan
1) Khawatir dengan kondisi keuangan keluarga
2) Khawatir putus kuliah
3) Uang saku tidak yang cukup
4) Uang untuk membeli perlengkapan belajar tidak cukup
5) ingin mendapatkan beasiswa
d. Diri Pribadi
1) Daya juang yang rendah
2) Kurang serius
3) Ceroboh
e. Banyak cuti
f. Perubahan tingkah laku
Munculnya masalah masalah di atas seringkali merupakan manifestasi lanjutan
dari masalah yang tidak terselesaikan, karena itu ada pentingnya untuk
mengidentifikasi masalah secara lebih dini.
E. Cara mengidentifikasi kemunculan masalah
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya masalah
pada mahasiswa adalah :
1. Laporan hasil belajar
Prestasi yang tercatat dalam laporan hasil belajar (KHS) dapat menjadi petunjuk
adanya masalah. Perubahan prestasi yang drastis menunjukan bahwa
mahasiswa
sedang mendapat suatu persoalan yang mungkin mereka sadari atau tidak
disadari.
Dosen dapat melihat laporan hasil belajar sebagai petunjuk awal guna
menelusuri lebih
lanjut melalui teknik lain berupa wawancara dan observasi.
2. DCM atau AUM
DCM (daftar cek masalah) atau AUM (alat ungkap masalah) merupakan alat
pengumpul data terstandar yang digunakan oleh guru pembimbing dalam upaya
untuk
mengetahui permasalahan yang dialami oleh para siswa dan mahasiswa.
3. Observasi Teknik observasi yang baik dapat mengidentifikasi perubahan yang
terjadi pada
mahasiswa yang mengalami masalah. Kecenderungan menyembunyikan
masalah pada
siswa/mahasiswa dapat ditanggulangi dengan observasi yang tajam. Observasi
ini
ditujukan kepada tingkah laku yang ditunjukan oleh mahasiswa yang diduga
mengalami
masalah, baik ketika yang bersangkutan sedang sendirian atau sedang bersamasama
teman.
4. Wawancara
Wawancara merupakan teknik yang baik untuk mengungkapkan adanya
masalah. Berbeda dengan penelitian pada umumnya atau wawancara
investigasi,
wawancara yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah tidak merupakan
wawacara
terstruktur, dilakukan dengan rileks tidak menekan. Ciptakan situasi yang
nyaman, agar
ybs dapat lebih terbuka.
5. Diskusi kelompok terfokus (Focus Group discussion/FGD)
Merupakan bentuk diskusi yang membahas situasi atau masalah tertentu. Terdiri
dari 8 12 orang. dosen dapat menggunkan teknik ini untuk mengungkapkan
persoalan
yang mereka hadapi. FGD yang baik dapat mengungkapkan masalah yang
selama ini
tersembunyi (latent) karena terdapat interaksi dari peserta. Selain mendapatkan
informasi verbal yang mereka sampaikan, guru/dosen juga dapat mendapatkan
informasi melalui observasi yang juga dilakukan ketika diskusi berlangsung. Akan
lebih
baik apabila menggunakan rekaman suara dan video ketika FGD berlangsung
sehingga
dapat dilihat/didengar secara berulang-ulang.
6. Metode Sosiometrik
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-individu disukai atau
saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan sering diajukan dengan niat untuk
mengetahui
dengan siapa subyek tertentu ingin bekerja sama, atau berhubungan dalam
suatu
kegiatan bersama. Pertanyaan juga mungkin berusaha mengungkapkan dengan
siapa
subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan. Hasilnya biasanya