Anda di halaman 1dari 6

Larangan Istihza’

terhadap Ayat Allah


Pernahkan kalian mendengar kisah orang-orang yang
memperolok-olokan ayat-ayat Allah? Apa akibatnya bagi
mereka? Apa saja yang termasuk dalam perbuatan
memperolok-olokan ayat-ayat Allah dalam kehidupan
nyata? Bagaimana Islam menyikapi hal ini? Marilah kita
ikuti materi ini dengan saksama..
Pengantar
Keimanan dan kebatilan adalah dua hal yang
sangat jauh berlainan. Orang beriman selalu
bertindak amla saleh dan menjauhi untuk
bertindak buruk pada agamanya sendiri.

Al Fakhrur Razi dalam ‘Al kabir’ mengatakan,


“Sesungguhnya, memperolok-olok agama,
bagaimanapun bentuknya, hukumnya kafir.
Karena olok-olokan itu menunjukkan penghinaan.
Sementara keimanan dibangun atas pondasi
pengagungan terhadap Allah dengan sebenar-
benar pengagungan. Dan mustahil keduanya bisa
berkumpul.”
A. Definisi Istihza’ Allah Swt berfirman dalam surah al An’am yang artinya:

“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokan


Istihza’ secara bahasa artinya melecehkan. Istihza’ berakar dari
ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka
kata al huju’ yang artinya senda gurau tersembunyi, senda
membicarakan pembicraan yang lain…”
gurau atau kelakar. Istihza’ berarti pelecehan dan penghinaan
dalam bentuk olok-olokan dan kelakar. Ayat yang
Sebab dilarangnya hal tersebut, karena kaum musyrikin pernah
menerangkan tentang kata istihza’ sebagai berikut:
membicarakan Al Qur’an di majelis mereka, kemudian
mengolok-oloknya. Maka, Allah melarang kaum muslimin
untuk duduk bersama mereka selama mereka tetap mengolok-
oloknya.

Allah memberikan penjelasan mengenai akibat dari berkumpul


dengan orang-orang yang mengolok-olok ayat-Nya, yaitu Allah
akan mengumpulkan kaum munafik dan kaum kafir di dalam
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang beriman, neraka jahanam, sebagaimana ayat berikut (an Nisa:10):
mereka mengatakan, ‘kami telah beriman.’ Dan bila mereka
kembali kepda setan-setan mereka, mereka mengatakan, ‘ “Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam al
Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah Qur’an, bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari
berolok-olok.’ Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan dan diperolok-olokan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah
membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki
mereka.” (QS. Al Baqarah: 14-15) pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya 9kalua kamu
berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.
Ayat di atas, menerangkan tentang perilaku orang munafik Sesunggunya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang
yang senang mengolok-olok ayat-ayat Allah Swt. munafik dan orang-orang kafir di dalam jahanam.
B. Larangan Istihza’ terhadap Ada beberapa perkara penting yang dapat diambil dari ayat tadi,
yaitu sebagai berikut:
ayat-ayat Allah 1. Larangan menjadikan ayat-ayat al Qur’an sebagai bahan
ejekan dan olok-olokan.
Larangan istihza’ dan duduk di majelis bersama orang yang
memperolok-olokan agama terdapat dalam ayat berikut ini. 2. Larangan duduk di majelis yang di dalamnya terdapat
pembicaraan yang mengolok-olok dan mempermainkan al
Qur’an. Sebagaimana telah dipaparkan, setiap muslim wajib
mengingkari kemunkaran yang dilihatnya sesuai dengan
batas kemampuannya. Duduk bersama dalam satu majelis
dengan orang-orang yang sedang melakukan kemunkaran
Artinya: bisa dikategorikan sebagai salah satu keridoan terhadap
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokan apa yang telah diperbuat dalam majelis tersebut. Selain
ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga larangan duduk bersama dalam majelis yang mengolok-olok
mereka membicarakan pembicraanyang lain. Dan jika setan al Qur’an, larangan tersebut berlaku untuk semua majelis
menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah yang di dalamnya terdapat kemunkaran dan kemaksiatan.
kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah
teringat (akan larangan itu.” (QS al An’am:68) 3. Kebebasan berbicara harus sesuai dengan syariat Islam.
Telah maklum, kebebasan berpendapat merupakan ide barat
yang lahir dari ideology kapitalisme. Ide ini memberikan
kebebasan kepada manusia untuk berbicara dan
mengeluarkan pendapatnya, maka sebagai umat Islam
sudah seharusnya apa yang diperbuat selalu bersandar pada
perintah Allah dan Rasul-Nya.
Ibnu Qudamah dalam al Mughni jilid X halaman 113
mengatakan, “Barang siapa mencaci Allah, maka hukumnya
kafir, sama halnya ia bercanda atau bersungguh-sungguh.
Demikian pula, siapa saja yang memperolok-olok Allah atau ayat- C. Akibat Istihza’
ayat-Nya atau rasul-rasul-Nya atau kitab-Nya.” Allah swt.
Berfirman:
terhadap ayat-ayat
Allah

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang


mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab,
‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main
saja. ‘Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-
Nya kamu selalu berolok-olok?, Tidak usah kamu minta maaf,
karena kamu kafir sesudah beriman. Jika, Kami memaafkan
segolongan kamu (lantaran mereka tobat), niscaya Kami akan
mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah
orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At Taubah:65-66)
D. Macam dan Bentuk Istihza’
1. Istihza’ Sarih

contoh dari istihzah saris adalah seperti yang pernah dilakukan Salman Rushdie yang menulis ayat-ayat
setan, perkataan orang-orang munafik terhadap ayat-ayat Allah yang disebutkan dalam awal surah al
Baqarah, mengolok-olok hukum-hokum yang terdapat dalam alQur’an, memperolok-olok syiar-syiar
Islam, dan menggambar karikatur Nabi Muhammad saw, membawa bom.

2. Istihzah Ghairu Sarih

Jenis ini sangat luas dan banyak sekali cabangnya. Diantaranya adalah ejekan dan sindiran dalma
bentuk isyarat tubuh. Misalnya, semjulurkan lidah, mencibirkan bibir, dan menggerakkan tangan atau
anggota tubuh lainnya.

Anda mungkin juga menyukai