Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN KEPERAWATAN

MANAJEMEN KONFLIK

Oleh Kelompok 10:

1. I Nengah Alit Tuadi (18089014001)


2. Ketut Alus Paryastini (18089014002)
3. Ni Kadek Dian Arta Melani (18089014014)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen
Konflik” Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Keperawatan.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan oleh penyusun demi sempurnanya tugas ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
.

Singaraja, 20 September 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
2.1 Pengertian manajemen konflik ...................................................... 3
2.2 Penyebab konflik ........................................................................... 3
2.3 Dampak konflik ............................................................................. 5
2.4 Jenis-jenis konflik ......................................................................... 5
2.5 Proses terjadinya konflik ............................................................... 7
2.6 Manajemen konflik ....................................................................... 8
2.7 Cara mengatasi konflik.................................................................. 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan.................................................................................... 14
3.2 Saran .............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konflik secara umum didefinisikan sebagai perselisihan internal
atau eksternal akibat adanya perbedaan gagasan, nilai atau perasaan antara
dua orang atau lebih. Karena setiap individu memiliki hubungan
interpersonal dengan orang lain yang memiliki nilai, keyakinan, latar
belakang dan tujuan yang berbeda, maka konflik merupakan hal yang telah
diperkirakan akan terjadi. Konflik tidak dapat dihindari, melainkan dapat
dikelola agar memberikan dampak positif sebagai sebuah pembelajaran.
Konflik dapat bersifat negatif (merugikan) tetapi dapat bersifat positif
(menguntungkan), tergantung bagaimana konflik dikelola. Konflik yang
sedikit dapat membuat suatu organisasi statis dan konflik yang terlalu
banyak dapat menyebabkan kehancuran (Doris et al., 2019).
Keperawatan merupakan profesi yang mengharuskan berinteraksi
dengan pasien, intradisiplin dan masyarakat. Perbedaan nilai, persepsi,
budaya, latar belakang antara satu dengan yang lain dapat memicu
terjadinya sebuah konflik. Konflik dapat mempengarui kualitas pelayanan
keperawatan. Konflik yang tidak diselesaikan secara tepat dapat merusak
kesatuan unit kerja dan menimbulkan situasi yang tidak menyenangkan,
sehingga dapat menurunkan produktivitas (Wulandari et al., 2019).
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu cara untuk
meredam adanya konflik, salah satunya dengan menerapkan manajemen
konflik pada setiap organisasi. Manajemen konflik adalah suatu tindakan
yang dilakukan seseorang untuk mengelola konflik yang dihadapi.
Manajemen konflik yang tidak efektif dapat menyebabkan kondisi kerja
yang tidak sehat, permainan kekuasaan, ketidakpuasan klien, penurunan
kualitas perawatan, dan peningkatan biaya kesehatan. Dampak konflik
diharapkan mengarah kearah yang positif agar pemberian pelayanan
keperawatan dapat berkualitas (Doris et al., 2019).

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari manajemen konflik?
1.2.2 Apa sajakah penyebab konflik?
1.2.3 Bagaimanakah dampak dari konflik?
1.2.4 Apa sajakah jenis-jenis konflik?
1.2.5 Bagaimanakah proses terjadinya konflik?
1.2.6 Bagaimanakah manajemen konflik?
1.2.7 Bagaimanakah cara mengatasi konflik?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian manajemen konflik.
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab konflik.
1.3.3 Untuk mengetahui dampak konflik.
1.3.4 Untuk mengetahui jenis-jenis konflik.
1.3.5 Untuk mengetahui proses konflik.
1.3.6 Untuk mengetahui manajemen konflik.
1.3.7 Untuk mengetahui cara mengatasi konflik.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini agar dapat mudah
memahami tentang Manajemen Konflik dan untuk menambah wawasan
mengenai Manajemen Keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Konflik
Menurut Kazimoto (2016), konflik adalah adanya perselisihan
yang terjadi ketika tujuan, keinginan, dan nilai bertentangan terhadap
individu atau kelompok.
Konflik memiliki banyak arti dimana konflik dapat di
artikan pertentangan, persaingan, ketidaksepakatan, atau sesuatu yang
bertentangan antara apa yang diharapkan oleh seseorang terhadap
orang lainnya dan/atau organisasi dengan kenyataan. Konflik biasanya
terjadi dikarenakan adanya perbedaan ide, pandangan, prioritas,
pilihan, prioritas, kepercayaan nilai dan tujuan bisa menyebabkan
ketidaksetujuan baik orang perorangan maupun kelompok tertentu di
organisasi.
Manajemen konflik adalah suatu tindakan yang dilakukan
seseorang untuk mengelola konflik yang dihadapi. Manajemen konflik
merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga
dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang
mungkin atau tidak mungkin menciptakan ketenangan, mufakat, hal positif
atau agresif.
2.2 Penyebab Konflik
Konflik antara perawat dengan pihak manajemen biasanya
terjadi berupa, kurangnya komunikasi, ketidakseimbangan autoritas dan
tanggung jawab, ketidakjelasan pendeskripsian pekerjaan, kurangnya
kesempatan untuk promosi kerja, lemahnya apresiasi akan pencapaian,
kekurang puasan akan pekerjaan, penghasilan yang tidak mencukupi
dan ketidakcocokan antara pekerjaan, pelatihan serta kemampuan (skill)
yang dimiliki.

3
Secara keseluruhan bisa di simpulkan ada penyebab konflik :
1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas
Pendeskripsian batasan pekerjaan yang tidak jelas dapat memicu
munculnya konflik dikarenakan adanya orang/individu yang tidak tahu
pekerjaanya dan dapat mengganggu tugas dan wewenang dari orang
lain.
2. Hambatan komunikasi
Konflik juga dapat terjadi jika komunikasi dalam suatu komunitas
tidak berjalan lancar, kondisi yang seperti ini akan menimbulkan
misunderstanding/kesalahpahaman.
3. Tekanan waktu
Tekanan waktu juga dapat memicu adanya konflik, jika dalam
suatu komunitas tidak dapat memanage waktu dengan baik dan
menggunakannya secara efektif dalam mencapai target yang
ditentukan.
4. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal
Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal, juga
dapat memicu konflik dikarenakan adanya standar, peraturan dan
kebijakan yang tidak dapat diwujudkan.
5. Pertikaian antarpribadi
Pertikaian antarpribadi juga dapat memicu adanya konflik karena
akan muncul tidak adanya sinergi/kerjasama antara pribadi yang
bertikai dan mencari pembenaran pribadi masing-masing.
6. Perbedaan status
Perbedaan status juga termasuk pemicu munculnya konflik, karena
adanya yang merasa superioritas/diatas daripada yang lain.
7. Harapan yang tidak terwujud
Harapan yang tidak terwujud akan memicu konflik karena akan
menjadi halangan tersendiri bagi komunitas atau individu ketika
adanya harapan yang tidak terwujud dapat menurunkan self

4
confidance/kepercayaan dirinya menurun sehingga terjadi kesusahan
dalam mempercayai diri maupun orang lain.
2.3 Dampak Konflik
A. Dampak Positif
1) Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi jika terdapat konflik
baru.
2) Menstimulasi kemampuan mencari problem solving baru.
3) Meningkatkan kekohesifan kelompok.
4) Dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kekuatan atau
kemampuan pemimpin.
B. Dampak negatif
1) Konflik mengakibatkan job stress, perasaan terbakar, dan
ketidakpuasan.
2) Komunikasi antar inidividu dan kelompok menjadi berkurang.
3) Ketidakpercayaan dan kecurigaan berkembang.
4) Hubungan antar personal tercederai.
5) Kinerja pekerjaan berkurang.
6) Perlawananan atas perubahan meningkat.
7) Komitmen dan kesetiaan organisasi akan terpengaruh.
2.4 Jenis Konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima
jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik
antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar
organisasi
1. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya
sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki
dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Sebagaimana
diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal
sebagai berikut:

5
a. Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang
bersaing.
b. Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-
peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
c. Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara
dorongan dan tujuan.
d. Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang
menghalangi tujuan-tujuan yang diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap
lingkungannya seringkali menimbulkan konflik. Kalau konflik
dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
a) Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang
dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
b) Konflik pendekatan-penghindaran, contohnya orang yang
dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
c) Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang
dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan
negatif sekaligus.
2. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan
orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini
sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang
kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu
dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.
3. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi
tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada
mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan
bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya

6
karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok
dimana ia berada.
4. Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam
organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja-
manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.
5. Konflik antara organisasi
Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan
negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini
biasanya disebut dengan persaingan. Konflik ini berdasarkan
pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan
produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah
dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
2.5 Proses Konflik
Proses konflik dibagi menjadi 5 yaitu:
1. Konflik Laten
Tahapan konflik yang terjadi terus-menerus (laten) dalam suatu
organisasi. Misalnya, kondisi tentang keterbatasan staf dan perubahan
yang cepat. Kondisi ini memicu terhadap ketidakstabilan organisasi
dan kualitas, meskipun konflik terkadang tidak nampak secara nyata
atau tidak pernah terjadi.
2. Konflik yang Dirasakan (Felt Conflict)
Konflik yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai
ancaman, ketakutan, tidak percaya dan marah. Konflik ini disebut juga
konflik affectiveness. Hal ini penting bagi seseorang untuk menerima
konflik dan tidak merasakan konflik tersebut sebagai suatu
masalah/ancaman terhadap keberadaannya.
3. Konflik yang sengaja dimunculkan/yang tampak
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya.
Tindakan yang dilakukan menghindar, kompetisi, debat, atau mencari
penyelesaian konflik. Sementara itu, penyelesaian konflik dalam suatu

7
organisasi memerlukan upaya dan strategi sehingga dapat mencapai
tujuan organisasi. Misalnya tidak ada emosi yang melekat pada konflik
dan orang tersebut melihatnya hanya sebagai masalah yang harus
diselesaikan. Seseorang juga dapat merasakan konflik tetapi tidak
memahami masalahnya (dia merasa ada konflik, tetapi mungkin tidak
menyadari akarnya).
4. Resolusi konflik
Resolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara
memuasakan semua orang terlibat didalamnya dengan prinsip win-win
solution.
5. Konflik aftermath
Konflik aftermath merupakan konflik yang terjadi akibat dari tidak
terselesaikannya konflik yang pertama. Konflik ini akan menjadi
masalah besar dan bisa menjadi penyebab dari konflik yang utama bila
tidak segera diatasi atau dikurangi.
2.6 Manajemen Konflik
Manajemen konflik dalam keperawatan merupakan salah satu
implementasi yang mendukung pelayanan keperawatan. Perawat baik
pelaksana dan kepala ruangan bertugas untuk memberikan motivasi,
pemikiran, pengaturan untuk mencapai tujuan dengan meminimalkan
hambatan/konflik. Pemimpin dalam perawat bertugas memberikan
motivasi kepada pelaksana untuk selalu bersikap asertif guna mencegah
terjadinya konflik.
Tugas dari seorang kepala ruangan adalah memastikan bahwa unit
kerjanya kondusif. Leader atau kepala ruangan menjalankan lima fungsi
POSAC yaitu planning, organizing, staffing, actuating, dan controlling.
1. Planning, belum adanya pedoman, prosedur atau panduan
penatalaksanaan manajemen konflik. Tujuan dengan adanya
perencanaan dapat membuat suatu kegiatan menjadi lebih
strategis.

8
2. Organizing, penyelesaian konflik dilakukan secara berjenjang,
apabila terdapat masalah di unit maka kepala ruang akan
menyelesaikannya, namun jika tidak maka akan berkoordinasi
dengan koordinator instalasi rawat inap.
3. Staffing, Beberapa ahli mengatakan bahwa gaya penyelesaian
konflik, antara lain kompetisi, kolaborasi/negosiasi,
menghindar, smoothing (melancarkan), akomodasi.
4. Actuating, penerapan fungsi pengarahan kepada staf
seharusnya sesuai standar secara berkesinambungan sehingga
meningkatkan kinerja staf. Kepala ruang keperawatan
sebaiknya melaksanakan fungsi pengarahan untuk memandu
organisasi dalam mencapai tujuan yang spesifik. Pengarahan
yang dilakukan melalui supervisi, komunikasi, kolaborasi dan
koordinasi.
5. Controlling, kepala ruang perlu untuk melakukan penilaian
kinerja perawat dan malakukan evaluasi guna memastikan
kondisi tempat kerja yang kondusif. Menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif menjadi fungsi pokok yang harus
dikerjakan oleh manajer keperawatan dari level rendah sampai
tertinggi.
Penelitian dengan judul Conflict Resolution Styles In The Nursing
Profession menjelaskan gaya kepemimpinan yang umum digunakan oleh
perawat secara keseluruhan untuk menyelesaikan konflik di tempat kerja
antara lain mengkompromikan. Strategi dalam Manajemen Konflik yaitu:
a. Creative-problem solving
Semua pihak bekerjasama untuk mendapatkan solusi yang
memuaskan semua pihak. Semua pihak merasa diuntungkan dan tidak
ada yang dirugikan. Cara ini merupakan mode paling efektif dalam
manajemen konflik. Langkah-langkah untuk mecapai solusi ini adalah:
1. Mulai dengan berdiskusi, dengan waktu dan tempat yang kondusif
2. Hargai perbedaan individu

9
3. Bersikap empati dengan semua pihak
4. Gunakan komunikasi asertif dengan mamaparkan isu dan fakta
dengan jelas, membedakan sudut pandang, meyakinkan bahwa tiap
individu dapat menyampaikan idenya masing-masing, membuat
kerangka isu utama berdasarkan prinsip yang umum, menjadi
pendengar yang baik.
5. Setuju terhadap solusi yang menyeimbangkan kekuatan dan
memuaskan semua pihak sehingga dicapai “win-win solution”.
b. Compromise
Dalam mode ini setiap pihak mengalami keuntungan dan kerugian.
Mode ini digunakan pada saat kedua atau lebih menginginkan
keharmonisan atau mengakhiri konflik dengan cara setiap sisi
memberikan bagian dari tuntutannya. sehingga masing-masing pihak
bisa mengambil jalan tengah.
c. Defensive Mode ini dilaksanakan untuk mengatasi akibat buruk
konflik saat tidak bisa lagi menggunakan dua mode di atas. Mode ini
juga bisa digunakan untuk menambah waktu untuk menenangkan diri
dan situasi atau memikirkan cara yang lebih efektif untuk mengelola
konflik. Contoh strategi yang dilakukan adalah memisahkan pihak
yang bertentangan dan menghindari topik yang memicu konflik.
2.7 Cara Mengatasi Konflik
1. Avoidance (Menghindar)
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang
memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya
tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya.
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang
terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan
“Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan
menentukan tanggal untuk melakukan diskusi” Sikap menghindari

10
terlebih dahulu dan kemudian masalah yang timbul di selesaikan
dengan efektif pada saat setelah pihak yang terlibat menjadi tenang.
2. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi
pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang
lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi
kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang
menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain
dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama
(kesediaan dari satu pihak dalam suatu konflik untuk menaruh
kepentingan lawannya di atas kepentingannya).
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih
banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau
ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini
mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang
penting untuk alasan-alasan keamanan (berorientasi pada kekuasaan
dimana seseorang akan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya
untuk memenangkan konflik).
4. Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu
yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan
kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat
mempunyai tujuan kerja yang sama. Gaya ini merupakan upaya
bernegosiasi untuk menciptakan solusi yang sepenuhnya memuaskan
pihak-pihak yang terlibat konflik. Perlu adanya satu komitmen dari
semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling
memperhatikan satu sama lainnya.

11
Untuk menjelaskan berbagai alternatif penyelesaian konflik dipandang
Dari sudut menang-kalah masing-masing pihak, ada empat kuadran
manajemen konflik:
1. Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)
Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik
kolaborasi atau bekerja sama. Tujuan kita adalah mengatasi konflik
dengan menciptakan penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan
bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya
yang paling lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi
kedua kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu
sama lainnya. Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua
pihak untuk menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan
jangka panjang yang kokoh. Secara sederhana proses ini dapat
dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya
keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh
komitmen untuk mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.
2. Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)
Kuadran kedua ini memastikan bahwa kita memenangkan konflik
dan pihak lain kalah. Biasanya kita menggunakan kekuasaan atau
pengaruh kita untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut kita
yang keluar sebagai pemenangnya.
Biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan diri dalam
pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan
atau kompetisi di antara kedua pihak. Gaya penyelesaian konflik
seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang merasa terpaksa
harus berada dalam posisi kalah, sehingga sebaiknya hanya digunakan
dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat
dan tegas.
3. Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)
Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kita
kalah dan mereka menang ini berarti kita berada dalam posisi

12
mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini kita
gunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar.
Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan
akibat dari konflik tersebut atau menciptakan perdamaian yang kita
inginkan. Mengalah dalam hal ini bukan berarti kita kalah, tetapi kita
menciptakan suasana untuk memungkinkan penyelesaian yang
paripurna terhadap konflik yang timbul antara kedua pihak. Mengalah
memiliki esensi kebesaran jiwa dan memberikesempatan kepada pihak
lain untuk juga mau mengakomodasi kepentingan kita sehingga
selanjutnya kita bersama bisa menuju ke kuadran pertama.
4. Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari konflik)
Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan
menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Atau bisa
berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan
konflik atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik
tersebut. Kita tidak memaksakan keinginan kita dan sebaliknya tidak
terlalu menginginkan sesuatu yang dimiliki atau dikuasai pihak lain.
Cara ini sebetulnya hanya bisa kita lakukan untuk potensi konflik yang
ringan dan tidak terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi beban dalam
pikiran atau kehidupan kita, sebaiknya memang setiap potensi konflik
harus dapat segera diselesaikan.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konflik secara umum didefinisikan sebagai perselisihan internal atau
eksternal akibat adanya perbedaan gagasan, nilai atau perasaan antara dua
orang atau lebih. Karena setiap individu memiliki hubungan interpersonal
dengan orang lain yang memiliki nilai, keyakinan, latar belakang dan tujuan
yang berbeda, maka konflik merupakan hal yang telah diperkirakan akan
terjadi. Konflik tidak dapat dihindari, melainkan dapat dikelola agar
memberikan dampak positif sebagai sebuah pembelajaran.
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu cara untuk meredam
adanya konflik, salah satunya dengan menerapkan manajemen konflik pada
setiap organisasi. Manajemen konflik adalah suatu tindakan yang dilakukan
seseorang untuk mengelola konflik yang dihadapi. Manajemen konflik yang
tidak efektif dapat menyebabkan kondisi kerja yang tidak sehat, permainan
kekuasaan, ketidakpuasan klien, penurunan kualitas perawatan, dan
peningkatan biaya kesehatan.
Konflik antara perawat dengan pihak manajemen biasanya terjadi
berupa, kurangnya komunikasi, ketidakseimbangan autoritas dan tanggung
jawab, ketidakjelasan pendeskripsian pekerjaan, kurangnya kesempatan
untuk promosi kerja, lemahnya apresiasi akan pencapaian, kekurang
puasan akan pekerjaan, penghasilan yang tidak mencukupi dan
ketidakcocokan antara pekerjaan, pelatihan serta kemampuan (skill) yang
dimiliki.
Konflik memiliki dampak positif dan negative, untik menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan pemimpin dapat melaksanakan manajemen konflik
untuk meredam konflik yang berlangsung, manajemen konflik dalam
keperawatan merupakan salah satu implementasi yang mendukung pelayanan
keperawatan. Perawat baik pelaksana dan kepala ruangan bertugas untuk
memberikan motivasi, pemikiran, pengaturan untuk mencapai tujuan dengan
meminimalkan hambatan/konflik. Pemimpin dalam perawat bertugas

14
memberikan motivasi kepada pelaksana untuk selalu bersikap asertif guna
mencegah terjadinya konflik.
Adapun cara untuk mengatasi konflik yaitu, avoidance (Menghindar),
mengakomodasi, kompetisi, kompromi atau negosiasi dan memecahkan
Masalah atau kolaborasi.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Tentunya penulis akan terus memperbaiki makalah oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah di atas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Doris, A., Sriwahyuni, F., Priscilla, V., Keperawatan, M., & Keperawatan, F.
(2019). 155-162) Astri Doris, dkk. NERS: Jurnal Keperawatan, 15(2), 155–
162.

Pedhu, Y. (2020). Gaya manajemen konflik seminaris. 8(1), 38–47.

Mito Julianto. (2016). Peran dan fungsi manajemen keperawatan dalam


manajemen Konflik. Fatmawati Hospital Journal, 1–7.
http://jurnal.fatmawatihospital.com/pdf/PerandanFungsiManajemenKeperaw
atandalamManajemenKonflik.pdf

Wulandari, C. I., Novieastari, E., & Purwaningsih, S. (2019). Optimalisasi


Manajemen Konflik: Perilaku Asertif Dalam Keperawatan. Jurnal Kesehatan
Saelmakers, 2(2).

Wijayanti, E. T. (2019). Gaya Manajemen Konflik Perawat Pelaksana Di Rsm


Ahmad Dahlan Kota Kediri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1), 47.
https://doi.org/10.32831/jik.v8i1.237

16

Anda mungkin juga menyukai