PENDAHULUAN
berdasarkan teori ataupun praktikum yang didapat diperkuliahan. PKL ini pada
dari PKL ini dan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan serta
program ini.
secara terus menerus baik kuantitas maupun kualitasnya. Salah satunya dengan
bobot 8 SKS.
Operasional.
1
2
bidangnya.
kebutuhan masyarakat.
3
1. Menjalin hubungan yang baik, sehat dan dinamis antara Instansi Rumah
perkuliahan.
sakit pemerintah dengan 143 tempat tidur (TT). Kepemilikan RSUD Pariaman
mengembangkan diri secara optimal, karena adanya dukungan dan dorongan yang
kuat untuk tumbuh dan berkembang serta pendanaan yang labih besar
kinerja perbulan yang wajib dilaporkan kepada BKD dan dikaitkan dengan
berarti secara Nasional telah diakui memenuhi standar mutu dan menerapkan
yang lebih berkualitas dan menuju standar Internasional yaitu Joint Commission
International (JCI). Secara SOP tidak begitu banyak berbeda dengan Akreditasi
KARS, namun penilaian mutu layanan lebih berientasi terhadap pelanggan, bukan
SOP.
dan Bayi, yang artinya bahwa penanganan kasus anak dan Ibu di RS ini cukup
baik, walaupun standar peralatan medik dan kapasitas/daya tampung bagi kasus
emergency peranatologi (bayi dibawah 1 tahun) dan saat ini telah tersedia Unit
pendidikan bagi Universitas Andalas. RSUD Pariaman saat ini banyak digunakan
Keperawatan /Akbid dan sekarang juga merupakan wahana bagi dokter internship.
Dengan demikian salah satu fungsi rumah sakit sebagai sarana pendidikan dan
Pariaman.
KOORDINASI PELAYANAN
Ira Oktavina S.ST
3.25 SAMPLING
3.26 Resi
fadilla,Amd.Kep
Pariaman merupakan salah satu Rumah Sakit Tipe B yang dimiliki Pemerintah
Provinsi Sumatera Barat. Sebagai Rumah Sakit rujukan wilayah Sumatera Barat
bidang kesehatan.
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan.
6
7
Rawat Inap Penyakit Dalam, Rawat Inap Anak, Rawat Inap Perinatologi,
Rawat Inap Paru, Rawat Inap Neurologi, Rawat Inap Jantung, Rawat Inap Mata,
VIP Nan Tongga, Rawat Inap ICU, Kamar Bersalin dan Rawatan Kebidanan, Unit
Haemodialisa.
Pelayanan Penunjang
Pelayanan Radiologi.
Pelayanan Ambulance
Rawat Inap Penyakit Dalam, Rawat Inap Bedah, Rawat Inap Kebidanan
dan Kandungan, Rawat Inap Anak, Rawat Inap Perinatologi, Rawat Inap Paru,
Rawat Inap Neurologi, Rawat Inap Jantung, Rawat Inap Mata, Rawat Inap ICU.
slice. Radiologi Konfensional (rontgen) : Rontgen Gigi dan. UGD 4D. Pelayanan
Tujuan :
Untuk mengetahui cara pengambilan darah kapiler yang baik dan benar
Teori :
Pada orang dewasa pakailah ujung jari tangan atau daun telinga untuk
mengambil darah kapiler. Pada bayi dan anak kecil diambil pada tumit atau ibu
jari kaki. Tempat yang dipilih itu tidak boleh yang memperlihatkan gangguan
Alat/Bahan :
Prosedur :
2. Pijatlah jari yang akan di tusuk supaya tegang untuk mengurangi rasa nyeri
mm
5. Lap dahulu tetesan darah yang keluar dan tetesan selanjutnya di gunakan
untuk pemeriksaan
10
11
Metode : Syringe
Tujuan :
Untuk mengetahui cara pengambilan darah vena yang baik dan benar.
Prinsip :
vena caphilica, vena basilica, dan vena cubiti. Sedangkan pada anak – anak
Alat/Bahan:
Prosedur :
3. Pasang tourniquet pada lengan pasien kira-kira 3 jari di atas lipat siku,
6. Bersihkan daerah yang akan di tusuk dengan alkohol swab, tunggu kering
8. Saat darah masuk kedalam spuit mintalah pasien untuk membuka kepalan
tangannya
10. Lepas tourniquet dan letakkan alcohol swab di tempat yang sudah
pemeriksaanya
InstrumenPembuatan Serum
A. Pengertian
supernatant dan endapan dari suatu specimen cair, untuk pemutaran pada
kecepatan tertentu.
B. Tujuan
menit)
Centriouge akan bekerja sesuai dengan kecepatan yang diset dan waktu
Tujuan :
Untuk mengetahui cara persiapan pengambilan sampel urine yang baik dan
benar.
Alat/Bahan :
Persiapan pengambilan sampel urine:Siapkan botol sampel/wadah urine,ke
mudian beri label nama atau biodata pasien pada botol sampel/wadah urine.
urine sewaktu, yaitu urine yang dikeluarkan pada waktu yang tidak
ditentukan dengan khusus. Urine sewaktu ini biasanya cukup baik untuk
pemeriksaan rutin.
2. Urin pagi: Urine yang pertama-tama keluar pada pagi hari setelah bangun
tidur. Urine ini lebih pekat dari pada urine yang dikeluarkan pada siang
hari, jadi baik untuk pemeriksaan sediment, berat jenis, protein, dan
glukosuria, ini merupakan urine yang pertama kali dilepaskan 1-3 jam
sehabis makan.
Sampel urine yang biasa digunakan adalah urine porsi tengah (midstream).
Jenis pengambilan sampel urine ini dimaksudkan agar urine tidak terkontaminasi
dengan kuman yang berasal dari perineum, prostat, uretra, maupun vagina, karena
mikroorganisme lain.
Jika pengambilan sampel urine dilakukan oleh pasien sendiri, maka pasien
harus diberikan penjelasan cara pengambilan sampel urine, yaitu sebagai berikut:
15
tisu.
4. Kemudian buang urine pertama yang keluar, setelah itu tampung urine
Tujuan :
Untuk mengetahui cara pengambilan sampel feses yang baik dan benar.
Prinsip :
Tinja atau feses yang telah diambil harus segera diperiksa, kalau dibiarkan
lama akan memungkinkan unsur-unsur dalam tinja atau feses itu akan rusak. Jika
akan memeriksa tinja pilihlah bagian-bagian dari tinja itu yang akan memberikan
Alat/Bahan :
Prosedur :
1. Siapkan alat dan bahan. Berilah label data pasien pada botol
penampung feses
pemeriksaan.
Prosedur :
2. Berikan 3 pot penampung sputum kepada pasien yang telah diberi kode
dengan masing berkodekan (S1), (P), dan (S2) dan tulis identitas pasien
3. Sputum pertama di tampung pada pot yang bertanda (S1) untuk sputum
4. Untuk sputum pagi hari (P) yaitu keesokan harinya ketika pasien datang
lagi dengan membawa sputum pagi (sputum pertama setelah bangun tidur
pagi hari).
untuk mengeluarkan sputumnya dan ditampung pada pot yang ketiga yang
Tujuan :
Untuk mengetahui nilai parameter yang dapat di periksa dari bahan darah
EDTA
Metode :
Prinsip :
- Setiap sel yang melewati berkas sinar laser akan menyebabkan sinar laser
terpancar (scattered) kedua arah, yaitu forward scatter (FSC) yang pararel
dengan arah sinar dan side scatter (SSC) yang arahnya tegak lurus pada
- Adapun SSC ditentukan oleh morfologi dan emisi sinar fluoresem yang
Parameter Pemeriksaan
cycles – start
tekan tombol biarkan darah dihisap dan tarik tabung jika terdengar bunyi
2. Balikkan tabung dengan posisi tabung terbalik dan masukkan pada probe
manual closed tube dan tekan terus lepaskan jika sudah terdengar bunyi
tube.
Nilai normal :
Basofil : 0-1 %
Eosinofil : 0-3 %
Limfosit : 20-40 %
Monosit : 2-8 %
20
3. Eritrosit
Laki-laki : 4.500.000-6.500.000/mm3
Perempuan : 3.800.000-5.800.000/mm3
4. Hematokrit : 37-47 %
5. Trombosit : 150.000-450.000/mm3
Metode : Westergren
Prinsip :
dalam tabung khusus (Westegreen) yang diletakkan tegak lurus dan dibiarkan
selama 1 jam, maka eritrosit akan mengendap, 3 fase dalam pemeriksaan LED
menit (pada fase ini terjadi gaya tarik menarik antara partikel partikel eritrosit),
Prosedur :
0,4ml, homogenkan
21
mm
Nilai Normal :
1. Letakkan objek glass dengan tetesan darah diatas meja atau permukaan
yang datar.
6. Apusan darah tepi yang baik adalah apusan berbentuk lidah rata, dan
3. Tetesi apusan darah tepi dengan larutan Giemsa 3%, biarkan selama 20
menit
Tujuan :
Prinsip :
antibody antisera A dan B yang terdapat dalam plasma/serum dan jika antigen
Prosedur Pemeriksaan :
1. Letakanlah 1 tetes anti-A sebelah kiri dan anti-B sebelah kanan diatas
slide.
23
2. Teteskan darah 1 tetes disamping anti-A dan 1 tetes darah disamping anti-
B.
melingkar (rotator).
Pembacaan Hasil :
4. Golongan darah O : tidak ada aglutinasi pada kedua tetesan darah tersebut,
tidak ada antigen dipermukaan sel eritrosit, dipermukaan sel eritrosit tidak
Urobilin, Billirubin.
24
3.3.4 Fesses
melakukan pemeriksaan
6. Tunggu hasil
9. Tunggu hasil
A. Pemeriksaan Sampel
1. Pemeriksaan Makroskopis
kuning tua
2. Mikroskopis
Sedimen urin.
b. Cara kerja
yang tersisa dibawah diambil menggunakan pipet tetes dan diletakkan di atas
(-) tidak ada, (+) ada, (++) banyak, (+++) banyak sekali.
d. Interprestasi hasil
Protein Urin
f. Cara Kerja :
g. Hasil
-
27
4. Glukosa
a. Metode : Benedict
f. Cara Kerja
sambil di homogenkan
- Amati hasil
g. Hasil
5. Bilirubin
a. Alat: Tabung Reaksi, Rak tabung, Bunsesn, Pematik api, Penjepit, Kertas
saring, Corong
c. Cara Kerja
- Amati hasil
6. Carik Celup
- Berat Jenis
Dengan adanya kation, protein yang dilepas oleh zat pengompleks dalam
pad tes. Indikator bromthynol biru, perubahan dari biru melalui hijau ke
kuning
- Uji pH
Pengujian berisi indikator metil merah dan bromthymol biru. Indikator ini
- Uji Leukosit
warna ungu.
- Uji Nitrit
- Uji Protein
- Uji Glukosa
hijau
- Uji Keton
pewarna ungu. Hasil positif ditunjukan dengan perubahan warna dari krem
ke ungu
30
- Uji Urobilinogen
tetrafluroborate dalam asam media untuk membentuk zat warna azo merah
- Uji Bilirubin
- Uji Darah
peroksida organik terkandung dalam tes pad. Titik hijau tersebar atau
dipadatkan pada pad tes kuning adalah indikasi dari eritrosit utuh, atau
miglobin.
b). Alat : Urin analyzer, Tabung reaksi, Centrifuges, Rak tabung, Stick carik
celup
7. Fesses Rutin
dan parasite
a. Jumlah
Jumlah ini bisa dipengaruhi apabila banyak makan sayur. Maka jumlah
faces meningkat
b. Konsistensi
c. Warna
Tinja normal berwarna kuning kecoklatan dan warna ini dapat berubah
d. Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja.Bau
e. Darah
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat atau
f. Lendir
Dalam keadaan normal, terdapat sekiit sekali lendir dalam tinja terdapat
g. Parasit
1. Metode : Slide
4. Cara kerja
a. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru
b. Telur cacing
sebagainya
c. Leukosit
sediaaan.
d. Eritrosit
Terlihat apabila terjadi lesi dalam kolon, rectum atau anus. Sedangkan bila
berarti normal.
e. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa jenis sel epitel yaitu
berasal dari bagian usus dinding distal. Sel epitel yang berasal dari bagian
proksimal jarang terlihat karna sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel
f. Kristal
Krital dalam tinja tidak terlalu berpangaruh. Dalam tinja normal mungkin
terlihat kristal triple phospat, kalsium oksalat dan asam lemak. Pada
Tujuan :
pemeriksaan.
Alat :
Prosedur :
2. Berikan 3 pot penampung sputum kepada pasien yang telah diberi kode
dengan masing berkodekan (S1), (P), dan (S2) dan tulis identitas pasien
3. Sputum pertama di tampung pada pot yang bertanda (S1) untuk sputum
4. Untuk sputum pagi hari (P) yaitu keesokan harinya ketika pasien datang
lagi dengan membawa sputum pagi (sputum pertama setelah bangun tidur
pagi hari).
35
untuk mengeluarkan sputumnya dan ditampung pada pot yang ketiga yang
Prinsip : BTA Bakteri akan mengikat kuat zat warna utama (carbol fuchsin)
dan tidak bisa di lunturkan dengan zat peluntur (HCl alcohol 3%) dan
Prosedur :
A. Pembuatan Sediaan
2. Buat pola 2x3 cm pada objek glass dan tulis identitas sesuai dengan
nomor pasien.
3. Ambil sputum dengan lidi lancip yang telah di pipih, pilih bagian yang
4. Sediaan dibuat tersebar merata, ukuran 2 x 3 cm, dan tidak terlalu tipis
setengah kering.
5. Patahkan lidi buang pada limbah yang telah diberi lisol 5%.
B. Pengecatan
merah hilang.
Tujuan : Untuk mendeteksi DNA bakteri TBC yang kompleks dan resisten
Alat dan bahan : Computer, Katrid, Barcode scanner, Pipet steril, Rotator,Reagen
Sampel : Sputum
Prosedur kerja :
1. Beri label identitas pasien pada setiap katrid (jangan tulis label pada
bagian barcode)
homogen
B. Pengoperasian komputer
3. Masukan data pasien, pada bagian “select module” akan terisi secara
otomatis.
4. Klik “start test” lampu hijau pada TCM akan berkedip pada module
yang terpilih
Interpretasi hasil :
a. Prinsip alat :
b. Metode : ELISA
2. Menu VIDAS
3. Isi identitas
Sampel ID >>> “ S”
4. Klik Create
6. Klik VIDAS 1
8. Klik Run
3. Isi identitas
4. Klik Create
6. Klik VIDAS 1
8. Klik Run
a. T3 ( Triidothyronine)
Receptacle (SPR) berfungsi sebagai fase padat serta perangkat pemipetan untuk
sebelumnya dalam strip reagen yang disegel. Semua langkah pengujian dilakukan
secara otomatis oleh instrumen. Media reaksi berputar kwluar masuk dari SPR
beberapa kali. Sampel diambil dan dipindahkan kedalam sumur yang berisi
antigen T3 yang diberi label alkali fosfatase (konjugat). Persaingan terjadi antara
antigen yang ada dalam sampel dan antigen berlabel untuk antibodi anti T3
42
spesifik yang dilapisi di dalam SPR. Substrat (4- methyl- umbelliferyl phosphate)
diputar masuk dan keluar dari SPR. Enzim konjugasi mengkatalisis hidrolidid
konsentrasi antigen yang ada dalam sampel. Di akhir pengujian hasilnya secara
otomatis dihitung oleh instrumen terkait dengan kurva kalibrasi yang disimpan
30 menit.
c) Klik VIDAS PC
e) Isi sampel ID
g) Klik create
h) Klik angka
i) Klik VIDAS 1
b. Free T3 (FT3)
1. Prinsip pemeriksaan
dengan deteksi fluoresen akhir (ELFA). Solid Phase Receptacle (SPR) berfungsi
sebagai fase padat serta perangkat pemipetan untuk pengujian. Reagen untuk
pengujian siap digunakan dan telah dikeluarkan sebelumnya dalam strip reagen
yang disegel. Semua langkah pengujian dilakukan secara otomatis oleh instrumen.
Media reaksi berputar masuk dan keluar dari SPR beberapa kali selama langkah
keluar dari SPR. Enzim konjugasi mengkatalisis hidrolisis. Substrat ini menjadi
bebas yang ada dalam sampel. Diakhir pengujian, hasilnya secara otomatis
dihitung oleh instrumen, terkait dengan kurva kalibrasi yang disimpan dalam
20-30 menit.
c) Klik VIDAS PC
e) Isi sampel ID
g) Klik create
h) Klik angka
i) Klik VIDAS 1
c. Thyroxine (T4)
1. Prinsip pemeriksaan
dengan deteksi fluoresen akhir (ELFA). Solid Phase Receptacle (SPR) berfungsi
sebagai fase padat serta perangkat pemipetan untuk pengujian. Reagen untuk
pengujian siap digunakan dan telah dikeluarkan sebelumnya dalam strip reagen
ada dalam sampel dan antigen T4 yang dilapisi dibagian dalam SPR bersaing
untuk mendapatkan situs yang tersedia pada antibodi anti-T4 spesifik yang
disaur ulang keluar masuk SPR. Enzim konjugasi mengkatalisis hidrolisis substrat
diukur pada 450 nm. Intensitas flouresensi berbanding terbalik dengan konsentrasi
antigen yang ada dalam sampel. Di akhir pengujian, hasilnya secara otomatis
dihitung oleh instrumen terkait dengan kurva kalibrasi yang disimpan dalam
c) Klik VIDAS PC
e) Isi sampel ID
g) Klik create
h) Klik angka
i) Klik VIDAS 1
d. Free T4 (FT4)
1. Prinsip Pemeriksaan
dengan deteksi fluoresen akhir (ELFA). Solid Phase Receptacle (SPR) berfungsi
sebagai fase padat serta perangkat pemipetan untuk pengujian. Reagen untuk
pengujian siap digunakan dan telah dikeluarkan sebelumnya dalam strip reagen
ada dalam sampel dan antigen T4 yang dilapisi dibagian dalam SPR bersaing
untuk mendapatkan situs yang tersedia pada antibodi anti-T4 spesifik yang
disaur ulang keluar masuk SPR. Enzim konjugasi mengkatalisis hidrolisis substrat
diukur pada 450 nm. Intensitas flouresensi berbanding terbalik dengan konsentrasi
antigen yang ada dalam sampel. Di akhir pengujian, hasilnya secara otomatis
dihitung oleh instrumen terkait dengan kurva kalibrasi yang disimpan dalam
c) Klik VIDAS PC
47
e) Isi sampel ID
g) Klik create
h) Klik angka
i) Klik VIDAS 1
e. TSH
1. Pinsip pemeriksaan
satu langkah dengan deteksi flouresen akhir (ELFA). Solid Phase Receptacle
(SPR) berfungsi sebagai fase padat serta perangkat pemipetan untuk pengujian.
Reagen untuk pengujian siap digunakan dan telah dikeluarkan sebelumnya dalam
strip reagen yang disegel. Campuran sampel atau konjugasi berputar masuk dan
keluar dari SPR. Antigen mengikat antibodi yang dilapisi pada SPR dan konjugasi
dari SPR. Enzim konjugasi mengkatalisis hidrolisis substrat ini menjadi produk
instrumen terkait dengan kurva kalibrasi yang disimpan dalam memori dan
kemudian dicetak.
c) Klik VIDAS PC
f) Klik create
g) Klik angka
h) Klik VIDAS 1
f. Pemeriksaan HIV
1. Metode : imunokromatografi
2. Prinsip :
jalur pita. Ketika spesimen diaplikasikan pada salah satu ujung membran, ia
bereaksi dengan konjugat emas anti retroviral rekombinan HIV yang diuji dalam
kapiler dan bereaksi dengan antiretroviral rekombinal HIV pada membran dalam
area jalur uji. Jika spesimen mengandung antibodi HIV garis berwarna akan
muncul pada area jalur uji, menandakan hasil positif. Tidak adanya garis berwarna
negatif.
3. Tujuan :
serum pasien.
e) Baca hasil
50
5. Interpretasi hasil
a) Positif jika terdapat 2 garis pada area control (C) dan pada area Test
(T)
c) Invalid apabila tidak terdapat garis pada area Control (C) dan pada
g. HbsAg
1. Metode : imunokromatografi
didasarkan pada prinsip teknik antibodi sandwich ganda. Membrane strip dilapisi
dengan antibodi anti-HbsAg pada garis test. Selama pengujian, spesimen seurum
berwarna. Kemunculan garis berwarna pada test menunjukkan hasil positif, dan
jika tidak ada muncul garis berwarna maka hasilnya negatif. Sebagai prosedur
kontrol, garis berwarna selalu muncul dalam area garis kontrol yang menunjukkan
3. Tujuan
b. Tempatkan test pada permukaan yang bersih dan datar, pegang pipet
dropper secara vertikal dan transfer 2-3 tetes penuh serum atau plasma
sekitar (60µl-90 µl) dan atur waktu atau timer. Hindari gelembung
5. Interpretasi Hasil
a. Positif jika terdapat 2 garis pada area control (C) dan pada area Test
c. Invalid apabila tidak terdapat garis pada area Control (C) dan pada
h. HbsAb
1. Metode : imunokromatografi
HbsAg pada daerah garis uji test. Selama pengujian, spesimen (Serum/Plasma)
3. Tujuan
52
pipet dropper
secara vertikal dan transfer 2-3 tetes penuh serum atau plasma sekitar
(60µl-90 µl) dan atur waktu atau timer. Hindari gelembung udara pada
5. Interpretasi Hasil
a. Positif jika terdapat 2 garis pada area control (C) dan pada area Test
(T)
c. Invalid apabila tidak terdapat garis pada area Control (C) dan pada
i. Widal
spesifik yang terdapat dalam serum penderita demam tifoid dan paratifoid.
yang cocok, dan menandakan adanya infeksi oleh infeksi oleh bakteri tersebut.
53
3. Tujuan
a) Letakan masing-masing 20 ul, 10 ul, 5 ul, 2,5 ul serum pada test slide
antigenya
beberapa detik
5. Interpretasi Hasil
Tujuan : Untuk mengetahui nilai dari hasil parameter yang dapat diperiksa dengan
bahan serum.
listrik antara dua elektroda didalam larutan yaitu elektroda penguji dan
Bahan : Serum
Prosedur :
1. Hidupkan komputer
User : LABOR
Pasword : PARIAMAN
4. Klik tanda kunci untuk memulai pemanasan alat. Biarkan alat 20 menit
sampai posisi alat dalam keadaan STAN BY agar suhu alat stabil.
6. Lakukan control atau kalibrator jika perlu, lihat di prosedur kontrol dan
kalibrator.
2. Tekan “exit” pilih “with shut-down. Lalu pilih yes dan tunggu sampai
proses selesai.
4. Matikan komputer.
3. Tekan test.
4. Pilih parameter yang akan dikontrol. Jika sudah tekan tanda ceklis.
8. Letakkan serum kontrol sesuai dengan posisi yang ada dilayar. Tekan
3. Tekan test.
4. Pilih parameter yang akan dikalibrasi. Jika sudah tekan tanda ceklis.
8. Letakkan serum kalibrator sesuai dengan posisi yang ada dilayar. Tekan
1. Glukosa
Metode : Hexokinase, UV
2. Kreatinin
3. Bilirubin Total
4. Bilirubin Direk
5. SGOT
Metode : Enzymatic
P = <31 u/l
6. SGPT
Metode : Enzymatic
P = <31 u/l
7. Albumin
Tujuan : Untuk mengetahui nilai dari hasil parameter yang dapat diperiksa dengan
bahan serum.
listrik antara dua elektroda didalam larutan yaitu elektroda penguji dan
Bahan : Serum
Prosedur :
Menghidupkan Alat :
3. Pilih dimension
2. Pastikan label barcode berada pada bagian segmen yang terbaca ole
barcode reader
4. Tekan RUN
akar digunakan
11. Tekan F3: load list, untuk memasukkan sampel pada segen yang
Mematikan Alat :
3. Pilih shutdown
9. Jika ada pertanyaan "is the selected lot same as the one on the
11. Ketik rak & posisi kalibrator pada start at position misal Al. Tekan
enter
15. Jika hasil kalibrasi dan kontrol sesuai kriteria yang ditentukan maka
19. Pilih : accept data jika kalibrasi dan kontrol dapat diterima dengan
20. Pilih F8: reject data, juka ada data kalibrasi tidak sesuai, lakukan
kalibrasi ulang.
62
9. F8 :next fluid tekan sampai berubah SerumQC1, dst sesuai level kontrol
1. Trigliserida :
2. Cholesterol
Metode : Ezymatic
3. HDL
P = >60 mg/dl
4. LDL
5. Asam Urat
Metode : Uricase
6. Kreatinin
7. Glukosa
Metode : Hexokinase, UV
Tujuan : Untuk mengukur kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan
Prosedur :
Cara kerja :
1. pH
2. pCO2
3. pO2
4. Hct
4. Alat STATLYTE C+
Sampel : Serum
5. Hidupkan alat
67
6. Pastikan fungsi test diagnostik berjalan normal dan unit siap untuk
digunakan.
Mempersiapkan sampel
2. Pastikan sample sudah benar dan tidak menambah apa pun yang dapat
3. Setelah semua slope masuk dalam batas yang dianjurkan dan hasil
scanner.
3. Klik apabila jarum probe tidak pada posisi Aspirasi sehingga probe
sampai aspirasi sample selesai dan terdengar bunyi beep, lalu keluarkan
printer.
kanan.layar.
b. Matikan Alat, lalu Alat akan proses reboot dan setelah fungsi test
secara otomatis
1. Kalium :
2. Natrium
3. Clorida
1. Amphetamin
3. THC (ganja)
4. Benzodiazepin
b. Prinsip :
c. Alat
- THC (Marijuana)
- AMP (Ampethamin)
- MOP ( Morphin)
d. Bahan
- Urin
e. Cara Kerja
- Amati hasil
f. Hasil
70
- Garis(II)Negatif
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
0 34 34 0 hati
Albumin 0 44 44 0 Hati
Kalsium 0 5 5 0 Ginjal
CKMB 0 6 6 0 Jantung
LDH 0 11 11 0 Jantung
Gas Darah 0 6 6 0
Elektrolit :
K
0 6 6 0 Jantung
Na
Cl
Imunosero : 41 41 0
HIV 0 0 HIV
HBsAg/HBsAb 0 0 Hepatitis
Widal 0 0 Tifoid
T3 0 0 Tiroid
FT4 0 0 Tiroid
72
TSH 0 0 Tiroid
Whole
Hb 0 0 113 HD
Infeksi,
Leukosit 0 0 113 HD
Anemia,
Eritrosit 0 0 113 HD
Anemia,
Hematokrit 0 0 113 HD
Trombosit 0 0 113 Dbd, HD
Diff count 0 0 26 Anemia
Radang,
LED 0 0 14 tbc
Golda 0 0 14 -
Telah dilakukan kegiatan Praktek kerja lapangan di RSUD Pariaman pada
tahap verifikasi selama 4 minggu yang di mulai pada tanggal 29 Maret s/d 24
April 2021. Hasil darikegiatan praktek kerja lapangan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Berdasarkan pada tabel 4.1 Didapatkan sampel serum sebanyak 256 buah
dengan kriteria sampel lisis sebanyak 2 buah dan yang tidak lisis sebanyak 254
buah. Whole blood didapatkan sebanyak 151 buah dan tidak ada yang lisis.
73
mellitus
Billirubin 29 - + - - Hepatitis
Urobilin 29 - + - - sirosis hati
Leukosit 25 - 5 0 - Infeksi saluran
kemih
Eritrosit 25 - 1 0 - Hematuria
Epitel 25 - 3 0 - infeksi saluran
kemih
Silinder 25 - 3 0 - infeksi saluran
kemih
Ph 29 - 7 5 - batu ginjal
Bj 29 - 1.030 1.010 - diabetes
mellitus
Berdasarkan pada tabel 4.3 didapatkan sampel urinalisa sebanyak 274,
rata
Pemeriksaan awal
Tinggi Rendah
Feses 1 - + - - Cacingan
Berdasarkan pada tabel 4.4 didapatkan sampel untuk pemeriksaan feses
sabanyak 1 sampel
sebanyak 180 dengan jumlah pemeriksaan THC, AMP dan MOP masing-masing
sebanyak 60 sampel.
dengan jumlah pemeriksaan BTA sebanyak 310 sampel dan pleura sebanyak 7
sampel.
n h rata Pemeriksaan
Tinggi Rendah
Glukosa 240 22 394 63 mg/dl Jantung , Ginjal,
DM, Obesitas
Kolesterol 120 11 370 152 mg/dl Jantung, DM,
Hipertensi
HDL 120 11 81 21 mg/dl Jantung, DM,
Hipertensi
LDL 120 11 273 30 mg/dl Jantung, DM,
Hipertensi
Trigliserida 120 11 364 53 mg/dl Jantung, DM,
Hipertensi
Ureum 114 10 192 9 mg/dl Ginjal, Hati
Kreatinin 114 10 7,5 0,3 mg/dl Ginjal,
Asam Urat 100 9 16,3 1,5 mg/dl Jantung, Ginjal,
DM, Sendi,
Total 40 3 13,7 0,3 mg/dl Ikterik
Bilirubin
Bilirubin 40 3 5,7 0,1 mg/dl Ikterik
Direk
SGOT 58 5 208 12 u/L Jantung, Sirosis
Hati
SGPT 58 5 67 5 u/L Jantung, Sirosis
Hati
Total 34 3 7,1 4,2 g/dl Ginjal, Hati
Protein
Albumin 44 4 4,2 1,2 g/dl Hati
Kalsium 5 0 10,7 8,0 mg/dl Jantung, Ginjal,
Saraf
CKMB 6 0 30 17 u/L Jantung
LDH 11 1 497 195 u/L Hati, Stroke
Gas Darah 6 0 Asidosis
Elektrolit 23 2 Jantung
76
mahasiswa memeriksa 113 buah sampel. Untuk nilai pemeriksaan tertiggi dan
jantung, HD
3 3 3
Leukosit 113 10 33, 9 (10 ) 2,68(10 ) Cell/mm Infeksi ,HD
Eritrosit 113 10 6,62 (106) 1,45(106) Cell/mm6 Anemia , HD
Hematokri 113 10 62,3 13,2 % Anemia ,HD
t
Trombosit 113 10 987 (103) 15 (103) Cell/mm3 Dbd , HD
Diff count 26 2 - - - Anemia
LED 14 1 15 1 mm/jam Radang , tbc
Golda 14 1 - - - -
Berdasarkan pada tabel 4.6 didapatkan sampel hematologi sebanyak 612
H:1/160 O: 1/80
HBsAg 23 2 R NR - Hepatitis
HBsAb 23 2 R NR - Hepatitis
HIV 29 3 R NR - HIV
T3 91 8 11,40 0,8 nmol/L Tiroid
FT4 125 11 91,72 <1,0 pmol/L Tiroid
TSH 130 12 >69,0 <0,05 µIU/L Tiroid
Berdasarkan pada tabel 4.7 didapatkan pemeriksaan di ruang
memeriksa FT4 sebanyak 11 kali. Pemeriksaan TSH sebanyak 130 kali, setiap
mahasiswa memeriksa TSH sebanyak 12 kali. Nilai tertinggi dan terendah dapat
5.1 Kesimpulan
dan juga pengetahuan yang belum kami dapatkan di sekolah. Tidak hanya itu,
pelaksanaan praktek kerja lapangan ini juga membantu kami dalam persiapan
untuk menghadapi dunia kerja baik itu segi mental, keterampilan, ketelitian dan
tanggung jawab. Menjadi seorang tenaga analis yang profesional tidak mudah
karena tidak hanya mahir sebatas teori atau praktek saja, melainkan harus
seimbang antara keduanya yaitu mempunyai skillbagus dan wawasan yang luas
K3.
akurat.
5.2 Saran