Anda di halaman 1dari 6

Di level Asia Tenggara, Petra Foods sudah cukup lama menekuk sejumlah raksasa cokelat dunia.

Lembaga riset Euromonitor International, misalnya, sejak 2005 mencatat Petra Foods sebagai
pemimpin pasar di bisnis cokelat konsumer. Petra Foods memegang pangsa pasar 19.6%, diikuti
Cadbury Schweppes (13,3%) dan Nestle (12 Yang mengejutkan, Mars Incorporated, yang dikenal
sebagai pemain cokelat terbesar dunia dengan merek terkenal M&M dan Snickers itu,
penguasaannya di Asia Tenggara tak lebih dari 9,2%. Meraih omset tahunan Rp 8 triliun dari bisnis
cokelat dan kakao tentu saja hal yang menarik dan pasti tak mudah diraih. Apalagi, di bisnis ini rata-
rata pemainnya sudah kawakan. Distribusi yang kuat memang menjadi kunci sukses keluarga
Chuang. Namun, mereka juga memiliki kunci kunci sukses lainnya. Apa saja?

Sebenarnya, dari sisi teknologi produksi, keluarga Chuang tidak terlalu istimewa. Teknologi
pembuatan cokelat terbilang sederhana. “Cukup sederhana. Hanya kakao, gula dan susu diaduk-
aduk. Lalu, memainkan temperatur, tekanan dan lamanya di penggorengan,” kata sumber SWA yang
pernah mengunjungi pabrik Ceres di Bandung. Hanya, catat sang sumber. Mereka memiliki jago-jago
pengetes rasa cokelat (tester). Mereka tahu cokelat yang akan dibuat cocok atau tidak dengan lidah
konsumen sehingga tahu suatu produk kelebihan gulanya atau tidak, waktu menggorengnya

Kelebihan waktu sekian menit atau tidak. Selain John dan adik-adiknya, ada sekitar 30 tester di
keluarga Chuang yang sangat diandalkan, termasuk Nancy Florencia, Direktur Keuangan PT Ceres.

Alhasil. Kualitas produknya sangat terjaga. Meises Ceres, misalnya. Cocoa butter dalam meises Ceres
memiki banyak kelebihan, di antaranya: fat nya stabil, tidak mudah rusak, dan suhunya sedikit di
bawah tubuh. Bila meises ini dimakan, akan langsung meleleh di bibir. Rasanya pun benar-benar
cokelat, tidak seperti lilin. Di pasar, produk-produk ini kemudian dilabeli dengan harga di atas para
pesaingnya untuk menunjukkan kualitasnya yang berbeda. Selain kemampuan membuat produk
yang bagus, grup ini pun tekun dan konsisten membangun pasar.

Konsistensi mereka tampak dari cara mereka menangani Silver Queen di Indonesia. Merek ini telah
dipasarkan sejak zaman M.C. Chuang, 1950-an. Dan dari awal rutin dipromosikan di berbagai media.
Produk ini jugat merupakan cokelat pertama yang diiklankan di televisi Indonesia. Dengan
mengusung slogan citra “Santai belum lengkap tanpa Silver Queen”, sejak 1999 mereka memberikan
pula aneka gimmick ke konsumennya; hadiah liburan santai ke Eropa, liburan domestik, dan hadiah-
hadiah langsung lainnya. Saking kuatnya di Indonesia, banyak yang mengira Silver Queen produk
asing.

Dari sisi promosi, grup ini pun menerapkan cara-cara promosi modern untuk mendongkrak sukses.
Mereka biasa mengiklankan produk-produknya di televisi dan media-media cetak. Adji Watono,
Presiden Direktur Dwi Sapta, mengakui hal itu karena perusahaannya menangani iklan beberapa
produk PT. Petra Food, seperti meises Ceres, biskuit Selamat, Anytime, Twister dan Fun Time.
Pertama, fokus. Keluarga Chuang sejak awal amat fokus pada bisnisnya: cokelat. Integrasi yang
dilakukan dari hulu hingga ke hilir kian memperkokoh eksistensinya. Kedun, diferensiasi: melakukan
diferensiasi produk cokelatnya dan hampir menutup rapat pasar dengan memasuki berbagai
segmen.
Dengan kemampuannya mengolah cokelat, keluarga Chuang selalu menjadikan produknya sebagai
produk yang berbasis cokelat. Contoh, dengan cokelatnya, dia membuat biskuit, wafer dan meises.
Biskuit Selamat dikomunikasikan sebagai cokelat biskuit, bukan biskuit cokelat. Arti cokelat biskuit
adalah cokelat yang dilapisi biskuit, bukan sebaliknya. Sudah begitu, keluarga Chuang juga membuat
segmen yang berlapis sehingga lawan sulit masuk, misalnya membuat meises Tulip sebagai second
brand-nya meises Ceres. Tugas Tulip adalah sebagai fighting brand.

Kedua strategi generik itu juga diperkokoh melalui aliansi strategis dengan mitra-mitra yang tepat,
termasuk Delfi dan Meiji, sehingga sekalipun harus menghadapi persaingan ketat, termasuk
melawan Cadbury, PT. Petra Food tetap tidak tergoyahkan dan memiliki basis pasar yang besar.

Fokus. Tak salah kalau strategi itu disebut sebagai salah satu pilar sukses keluarga Chuang. Sebagai
perusahaan besar, bisnis mereka memang tak berlari dari rel utamanya, cokelat. Hal ini juga tak
disangkal Cynthia yang membenarkan selama ini grup perusahaannya memang hanya bermain di
pengolahan kakao dan produksi cokelat konsumer. Bahkan, pihaknya pun belum tertarik masuk di
bisnis perkebunan kakao karena memang ingin fokus di kompetensinya pemrosesan cokelat. Tak
mengherankan, ketika ditanyakan kepadanya apa saja strategi keluarga Chuang untuk
mengembangkan bisnisnya, secara tegas dia menjawab, “Fokus pada satu bidang bisnis, yaitu
cokelat dan kakao.”

Analisis Industri PT. Petra Food dengan Teori 5 porter’s forces

Berikut akan dijelaskan mengenai analisis industri melalui metode teori 5 porter’s forces analysis.

Threat of New Entrants


Hambatan masuk (entry barriers) merupakan berbagai faktor yang akan menghambat pendatang
baru (potential new entrants). Memasuki suatu industry. PT. Petra Food yang bergerak di bidang
produk coklat. Hingga sekarang, perusahaan besar maupun kecil dalam negeri yang memproduksi
produk coklat pertumbuhannya tidak secepat PT. Petra Food. Karena sampai saat ini hanya
perusahaan ini yang berhasil melantai di bursa saham Di level ASEAN, Petra Food telah memegang
pangsa pasar sebesar 19% sejak tahun 2005. Hambatan masuk pada industry produk coklat ini
terbilang tinggi. Selain perusahaan ini selalu menjaga kualitas dari produknya, perusahaan juga
konsisten dalam membangun pasar.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini antara lain :

Skala Ekonomi (Economies of Scale),

Produk Petra Food saat ini selalu diproduksi dalam jumlah besar. Baik produk coklat, minuman
maupun produk-produk lainnya. Sekarang masih sedikit perusahaan yang memproduksi coklat dalam
kuantitas yangbesar. Baik produk coklat untuk kelas menengah maupun kelas menengah kebawah.
Sehingga masih sulit untuk pendatang baru menyaingi PT. Petra Food.

Kurva Pembelajaran (Learning or Experience Effect). PT. Petra Food telah berdiri semenjak. 1942 dan
kini sudah memiliki beberapa pabrik dengan teknologi canggih dan memproduksi dalam jumlah
besar sekitar 10 jenis produk setiap harinya baik itu produk yang sudah jadi maupun produk baku
(kakao bubuk). Perusahaan ini memiliki pabrik dan representatif di 15 lokasi yag tersebar di 11
negara di tiga benua. Negara negara tersebut adalah Indonesia, Malaysia, Filiphina, Singapura.
Thailand, Brasil, Meksiko, Amerika Serikat, Prancis, Jerman dan Belanda, Untuk pendatang baru yang
ingin menyaingi perusahaan ini pastimemerlukan biaya yang sangat fantastis sehingga dapat
dikatakan hambatan dari segikurva pembelajaran ini adalah tinggi.

Cost Disadvantages Independent of Scale.

PT. Petra Food telah memiliki hak paten dan brand nya sudah dikenal oleh masyarakat. PT. Petra
Food juga telah memiliki pabrik pengolahan yang dekat dengan bahan baku seperti kerjasama
perusahaan dengan Perusahaan Dagang Petani Kakao Lampung (PD PKL). Bahkan kini perusahaan
tertarik untuk masuk pada bisnis perkebunan kakao.

Diferensiasi Produk.
Merupakan suatu strategi di mana perusahaan mendisain produknya sedemikian rupa untuk
menciptakan keunikan tersendiri. Yang dirasakan oleh para pembeli pada produknya.Produk coklat
adalah suatu produk yang memiliki tantangan tersendiri apabila ingin menjualnya dalam jumlah yang
cukup besar, PT. Petra Food dari sejak berdiri memiliki beberapa terobosan inovasi. Perusahaan
melakukan diferensiasi produk cokelatnya dan hampir menutup rapat pasar bagi kompetitornya
dengan memasuki berbagai segmen. Dengan kemampuannya mengolah cokelat selalu menjadikan
produk-produknya sebagai produk yang berbasis cokelat. Contoh, dengan cokelatnya, dia membuat
biskuit, wafer dan meises. Biskuit Selamat dikomunikasikan sebagai cokelat biskuit, bukan biskuit
cokelat. Arti cokelat biskuit adalah cokelat yang dilapisi biskuit, bukan sebaliknya. Selain itu
perusahaan juga membuat segmen yang berlapis sehingga kompetitor sulit masuk, misalnya
membuat

Meises Tulip sebagai second brand-nya meises Ceres. Strategi yang sama juga dilakukan oleh
perusahaan ini untuk produk cocoa ingridient-nya.

Strategi Fokus

Strategi Fokus merupakan strategi dimana suatu perusahaan memusatkan perhatiannya pada upaya
melayani kebutuhan dari suatu segmen pasar ertentu, yang digambarkan dengan menjadi pemimpin
biaya rendah, ataupun dengan diferensiasi produk atau gabungan kedua-duanya. Sejak awal
berdirinya, PT. Petra Food sangat fokus pada bisnisnya, yaitu cokelat, Strategi fokus pada
perusahaan ini juga didukung oleh Sumber Daya Manusia yang berkwalitas. Perusahaan ini memiliki
pengetes rasa cokelat (tester) yang sangat hebat. Mereka tahu cokelat yang akan dibuat cocok atau
tidak dengan lidah konsumen, sehingga mengetahui suatu produk kelebihan gulanya atau tidak,
waktu menggorengnya kelebihan atau tidak, dengan demikian kualitas produknya sangat terjaga.

Kebutuhan Modal (Capital Requirement).

Saat ini PT. Petra Food sudah melenggangkankaki di lantai

Bursa saham. Sehingga PT. Petra Food bisa mendapat modal dari

Publik.

Bargaining Power of Suppliers


Pemasok memiliki posisi tawar-menawar (bargaining position) yang berbeda-beda terhadap
perusahaan. PT. Petra Food melakukan kerjasama dengan pemasok untuk selalumemasok bahan
baku seperti kerja sama dengan Perusahaan Dagang Petani Kakao Lampung (PD PKL). Selain itu
perusahaan melakukan binaan kepada petani kakao di Lampung dengan membentuk program Social
Economic Environmental Development for Sustainability (SEEDS). Program ini

Threat of Subtitute Products

Persaingan terhadap produk dihasilkan perusahaan tidak hanya berasal dari perusahaan yang
memproduksi produk yang sama sehingga menimbulkan persaingan langsung(direct competition),
melainkan bisa juga berasal dari perusahaan yang memproduksi produk yang memiliki kesamaan
fungsi dengan produk yang dihasilkan perusahaan. Produk seperti itu dinamakan produk subsitusi
(substitute products).untuk produk coklat, PT. Petra Food bisa bernafas lega larena hanya
perusahaan ini yang berhasil memproduksi produk coklat dengan jumlah besar hingga ekspor ke luar
negeri. Tetapi untuk produk lainnya seperti wafer selamat, PT. Petra Food belum boleh tenang
karena produsen lainnya juga memperoduksi dalam jumlah besar, melakuakn inovasi dan memiliki
brand yang sudah dikenal masyarakat.

Competitive Rivalry Within the Industry

Persaingan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya tidak dapat dihindari oleh semua
sektor industri bisnis. Dalam industri dimana PT. Petra Food bergelut, tingkat kompetitifnya terbilang
rendah. Karena masih sedikit pemain yang berada di industri produk. Coklat. Selama ini, PT. Petra
Food lancar saja melakukan perluasan pasar baikitu di dalam negeri maupun di luar negeri.
Inovasilah yang membuat PT. Petra Food menjadi perusahaan raksasa di bidang produk coklat.
Sulitnya pendatang baru masuk dalam industri ini karena pencapaian dan pertumbuhan PT. Petra
Food yang amat pesat serta dibutuhkannya biaya besar. Selain itu, perusahaan juga melakukan
akuisisi terhadap pemain lama dalam segmen produk ini dan melakukan aliansi untuk distribusikan
coklat dan cocoa ingridients. Inilah kesempatan PT. Petra Food untuk terus melahap pangsa pasar
produk coklat.

Apa itu Scribd?

GUEST
Bargaining Power of Buyers/Consumers

Pembeli memiliki posisi penting terhadap keberlangsungan hidup. Perusahaan karena sales revenue
yang diperoleh perusahaan berasal dari penjualan produk perusahaan kepada buyer. Posisi tawar
menawar pembeli terhadap perusahaan yang menjual barangdan jasa ditentukan oleh dua hal
utama yakni bargaining leverage dan price sensitivity Bargaining Leverage pembeli selanjutnya
ditentukan oleh beberapa hal yakni volumepembelian, konsumen PT. Petra Food terdiri dari retailer;
distributor luar negeri yang membeli dalam kuantitas besar maupun end customer yang membeli
secara ecer serta produk subtitusi dari PT. Petra Food. Saat ini, produk penggantinya berupa produk
coklat dari brand lain seperti Cadbury, Nestle, Hersey, dan Mars. Tetapi saat ini PT. Petra Food telah
melakukan ekspansi di luar negeri dengan mengekspor produknya, PT. Petra Food juga berusaha
untuk meratakan distribusinya di seluruh penjuru musantara termasuk Indonesia Timur.
Keberagaman lokasi penjualan ini membuat perusahaan ini tidak gentar untuk kehilangan konsumen
di satu bagian saja karena memiliki lokasi pasar lainnya. Untuk masalah harga, PT. Petra
Foodmemproduksi dengan skala yangbesar sehingga dapat menekan biaya. Selain itu, perusahaan
melakukan segmen berlapis sehingga masyarakat baik dari golongan bawah dan atas dapat
mengkonsumsi produknya

Anda mungkin juga menyukai