Anda di halaman 1dari 20

HULURISASI DAN HILIRISASI GAHARU

PRODUK TURUNAN GAHARU

PARFUM

Oleh :

KELOMPOK 3

NAMA :

Ghina Salsabila Athifah 119280112

Maulia Apriani Syabila 119280091

Mega Shinta Audina 119280066

Sely Yani 119280054

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

SUBJURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN HAYATI

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Pengertian Gaharu .................................................................................... 1

1.2. Proses Pembentukan Gaharu .................................................................... 2

1.3. Jenis – Jenis Gaharu ................................................................................. 4

1.4. Penyebaran Gaharu di Indonesia .............................................................. 5

BAB II ISI ............................................................................................................... 6

2.1. Produk Turunan Gaharu ........................................................................... 6

2.2 Parfum ...................................................................................................... 6

1.3. Peluang dan Pemasaran Parfum Gaharu................................................... 8

1.4. Standar Kualitas Produk Parfum Gaharu ................................................. 9

BAB III PROSES PEMBUATAN ........................................................................ 11

3.1 Pembuatan Minyak Gaharu (Essential Oil)............................................ 11

3.2 Pembuatan Parfum Gaharu ..................................................................... 12

3.3 Proses Kreatif Mengembangkan Aroma ................................................ 15

3.4 Proses Pematangan Parfum .................................................................... 16

BAB IV KESIMPULAN....................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Gaharu


Gaharu adalah tanaman pengahasil gubal yang merupakan suatu substansi
aromatik berwarna coklat muda, coklat tua, dan coklat kehitaman sampai hitam
yang berbentuk batang kayu penghasil gaharu (Aquilaria Malaccensis). Gaharu
sudah banyak dibudidayakan diberbagai daerah di Indonesia seperti Jambi, Riau,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua dan Kepulauan Bangka Belitung, dan
Sumatera.
Gaharu tumbuh dihutan tropika dan memiliki Genuz Aquilaria dan
Gonustillus yang semuanya masuk kedalam Family Thymelaeaceae. Gubal
dihasilkan dari bakteri Fusarium yang disuntikkan ke dalam pohon gaharu yang
telah dilubangi yaitu pada saat proses inokulasi. Pembentukan gubal gaharu
memiliki dua cara yaitu pembentukan gubal buatan dengan cara inokulasi dan
pembentukan dari alam. Pembentukan dari alam dibantu oleh cuaca, tanah, dan
hewan seperti semut. Ketika pohon terluka, pohon gaharu akan mempertahankan
diri dengan membentuk resin. Dari resin inilah yang akan menjadi wangi dan
memiliki nilai jualnya. Resin digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum)
karena berbau harum.
Untuk jenis gaharu dengan nilai jual yang relatif rendah, biasanya disebut
sebagai gaharu buaya. Gaharu ditentukan dari jenis tanaman penghasilnya, dan
banyaknya kandungan resin dalam jaringan kayunya. Semakin tinggi kandungan
resin di dalamnya maka harga gaharu tersebut akan semakin mahal dan begitu pula
sebaliknya. Secara umum perdagangan gaharu digolongkan menjadi tiga kelas
besar, yaitu gubal, kemedangan, dan abu. Gubal adalah kayu berwarna hitam atau
hitam kecoklatan dan diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang memiliki
kandungan damar wangi beraroma kuat. Kemedangan adalah kayu gaharu dengan
kandungan damar wangi dan aroma yang lemah serta memiliki penampakan fisik
berwarna kecoklatan sampai abu-abu, memiliki serat kasar, dan kayu lunak. Kelas
terakhir adalah abu gaharu yang merupakan serbuk kayu hasil pengerokan atau sisa
penghancuran kayu gaharu.

1
Gaharu merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi
untuk bahan industri parfum, dupa, dan obat-obatan. Gaharu menghasilkan gubal
yang merupakan bahan utama dalam pembuatan minyak yang berguna untuk
melekatkan minyak wangi dimana penggunaan minyak gubal gaharu memiliki
kualitas yang sangat baik dibandingkan dengan alkohol.

1.2. Proses Pembentukan Gaharu


Proses pembentukan gaharu secara alami umumnya terjadi akibat pohon
terluka dan terinfeksi penyakit. Mekanisme proses fisiologis terbentuknya gaharu
dimulai dari masuknya mikroba penyakit ke dalam jaringan kayu. Untuk
mempertahankan hidupnya, secara fisiologis mikroba akan memanfaatkan cairan
sel jaringan pembuluh batang. Secara perlahan hilangnya cairan sel tersebut akan
menurunkan kinerja jaringan pembuluh dalam mengalirkan hara ke daun
(fotosintesis). Sel-sel yang isinya sudah dikonsumsi mikroba penyakit akan
membentuk suatu kumpulan sel mati pada jaringan pembuluh. Akibatnya, fungsi
daun dalam proses fotosintesis akan terhenti sehingga daun menguning dan luruh
yang akhirnya tanaman akan mati. Secara fisik cabang dan ranting mongering, kulit
batang pecah, dan mudah dikelupas. Kondisi tersebut merupakan ciri biologis
pohon yang sudah menghasilkan gaharu. Beberapa jenis mikroba penyakit
pembentuk gaharu yaitu, Fusarium sp., Libertella sp., Trichoderma sp., dan
Scytalidium sp. dengan diketahui beberapa jenis mikroba penyakit tersebut maka
sangat dimungkinkan dilakukan inokulasi bibit penyakit yang sesuai pada bagian
batang dan cabang pohon sehingga diperoleh gaharu buatan. Pohon gaharu dapat
menghasilkan damar gaharu dengan teknik penularan menggunakan jamur
penyebab terbentuknya damar gaharu. Secara alami pembentukan gaharu ini dapat
terjadi melalui infeksi karena terluka atau cabang patah. Tetapi ini tidak selamanya
terjadi karena dipengaruhi oleh faktorfaktor lingkungan. Oleh karena itu untuk
mempercepat dan meningkatkan pembentukan gaharu diperlukan teknik penularan
secara sengaja. Untuk membentuk gaharu secara buatan yaitu dengan menggunakan
teknologi sederhana maupun teknologi canggih untuk memperkecil dampak negatif
dari pemotongan secara besar-besaran kayu penghasil gaharu di hutan alam, cara
tersebut antara lain :

2
1. Melukai Bagian Batang

Pohon Pohon jenis penghasil gaharu yang telah berumur 2-3 tahun
batangnya dilukai pada bagian kulitnya. Dari cara ini diharapkan masuknya
mikroorganisme ke dalam bagian batang, cabang, ranting yang terluka tadi,
sehingga menyebabkan terjadinya pembentukan gaharu pada bagian tersebut.
Salah satu caranya dengan pengeboran pada batang pohon gaharu. Lubang bor
dibuat berpola spiral dengan kemiringan 45º dengan diamater mata bor ±3 mm.
Jarak antar lubang ±4 cm dan jarak vertikalnya ±21 cm.

2. Penyuntikan Inokulan

Pemasukan inokulan dapat mengunakan berbagai cara tergantung dari jenis


inokulanya. Untuk inokulan cair dapat digunakan spoit atau suntikan,
sedangkan inokulan padat bisa menggunakan sejenis talang dan pendorong.

3
Penyuntikan inokulan dapat berupa cairan jamur fusarium sp sebanyak ±0,5-
2,5 mL.

3. Penutupan Lubang Inokulasi

Setelah inokulan dimasukkan lubang bor sebaiknya segera ditutup dengan


lilin atau kapas agar kontaminan yang merugikan dan air tidak masuk ke dalam
lubang inokulasi. Produksi gubal gaharu akan terbentuk setelah perlakuan
berjalan 3 bulan.

Gubal akan terbentuk setelah perlakuan berjalan 3 bulan.

1.3. Jenis – Jenis Gaharu


Adapun jenis Pohon Gaharu dan penyebarannya di Indonesia adalah:
1. Aquilaria malaccensis (Sumatra dan Kalimantan)
2. Aquilaria beccariana (Sumatra dan Kalimantan)

4
3. Aquilaria microcarpa (Sumatra dan Kalimantan)
4. Aquilaria filaria (Papua dan Maluku)
5. Aquilaria cumingiana (Sulawesi)
6. Aquilaria tomntosa (Papua)
7. Grynops audate dan Grynops podocarpus (Irian)
8. Grynops versteegii (Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Irian)
9. Wikstoemia androsaemifolia (Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan
Sulawesi).

1.4. Penyebaran Gaharu di Indonesia


Di Indonesia, daerah penyebaran tanaman penghasil gaharu dapat dijumpai
pada berbagai ekosistem hutan. Mulai dari hutan dataran rendah, pegunungan, dan
hutan rawa gambut. Tumbuhan penghasil gaharu tergolong sebagai tumbuhan
pioner dan memiliki sifat ekofisiologis pada fase pertumbuhan vegetatif hingga
umur tiga tahun. Tumbuhan ini juga tidak tahan cahaya matahari langsung
(semitoleran). Dengan demikian secara alami sebagian besar jenis-jenis pohon
penghasil gaharu pada fase awal tumbuh memerlukan naungan sebagai pelindung
dari sinar matahari. Lahan yang sesuai untuk pengembangan budidaya gaharu perlu
memperhatikan parameter ekologis tempat tumbuh yaitu suhu, kelembapan, iklim,
stuktur tanah, dan tekstur tanah tempat gaharu akan dikembangkan. Pengembangan
pada kondisi lahan dan lingkungan iklim yang berbeda memerlukan tahapan uji
kesesuaian tempat tumbuh dan pendekatan parameter ekologis. Hal ini dapat
diterapkan dengan perlakuan dan tindakan yang sesuai serta memenuhi persamaan
parameter ekologis dan kondisi lahan tempat tumbuh. Jenis-jenis dan penyebaran
tanaman penghasil gaharu yang terdapat di Indonesia terdiri dari famili
Thymeleaceae, Leguminoceae, dan Euforbiaceae. Spesies tanaman yang potensial
menghasilkan gaharu, perlu diketahui gambaran umum tentang ciri morfologi dan
ekologinya.

5
BAB II
ISI

2.1. Produk Turunan Gaharu


Terdapat berbagai macam produk turunan yang dihasilkan dari gaharu.
Gaharu mengandung essens yang disebut sebagai minyak essens (essential oil)
yang dapat dibuat dengan eksraksi atau penyulingan dari gubal dan abu gaharu.
Essens gaharu ini digunakan sebagai bahan pengikat dari berbagai jenis parfum,
kosmetika dan obat-obatan herbal. Selain itu, serbuk atau abu dari sisa penyulingan
gaharu digunakan sebagai bahan pembuatan dupa/hio dan bubuk aroma terapi.
Daun pohon gaharu bisa dibuat menjadi teh, daun gaharu yang membantu
kebugaran tubuh. Senyawa aktif agarospirol yang terkandung dalam daun gaharu
dapat menekan sistem syaraf pusat sehingga menimbulkan efek menenangkan, teh
daun gaharu juga ampuh sebagai obat anti mabuk. Ampas dari sulingan minyak dari
marga Aquilaria di Jepang dimanfaatkan sebagai kamfer anti ngengat dan juga
mengharumkan seluruh isi lemari. Oleh masyarakat tradisional Indonesia, gaharu
digunakan sebagai obat nyamuk, kulit atau kayu gaharu dibakar sampai berasap.
Aroma harum tersebutlah yang tidak disukai nyamuk. Disini kita akan membahas
tentang produk turunan dai gaharu berupa parfum.

2.2 Parfum
Kata 'Parfum' berasal dari kata latin parfume artinya 'melalui secepatnya'.
Bila manusia mulai dan membuat parfum, tidak diketahui dengan jelas. Sejarah
hanya mencatat sekitar 5000 tahun yang lalu, para penganut animisme dan pemeluk
berbagai kepercayaan kuno lainnya, sudah biasa menyajikan korban persembahan
kepada para dewa melalui pembakaran. Ini dapat dijelaskan karena para dewa yang
tidak berwujud, lebih mudah menerima korban persembahan dalam bentuk yang
tidak berwujud pula. Melalui pembakaran, korban persembahan akan berubah
menjadi secepatnya. Dan melalui secepatnya itulah, persembahan dapat langsung
melambung tinggi menuju sasaran. KART Dengan berkembangnya rasa estetika,
manusia juga mulai berusaha agar secepatnya mempersembahkan juga berbau
harum. Hal itu dirasakkan akan lebih sesuai dengan kedudukan para dewa

6
pujaannya. Maka bahan bakar dari kayu-kayuan dan bunga-bungaan yang
menimbulkan aroma harum, mulai banyak digunakan. Mungkin pada saat yang
sama itu pula, mulai dilakukan secara sadar untuk membuat parfum, sehingga dapat
menghasilkan parfum seperti adanya sekarang. Di Mesir purba, pembuatan parfum
yang ditangani oleh para pendeta di istana firaun juga dilakukan oleh dokter raja.
Dalam usaha menemukan ramuan obat-obatan pengawet mumi raja, para pendeta
berhasil membuat parfum. Parfum yang digunakan untuk membersihkan kain
pembalut mumi. Ketika Lord Carnarvon dari inggris dalam tahun 1922 menggali
makam Raja Tuthankhamon di 'Lembah para Raja', parfum yang diperkirakan
dibuat pada tahun 1350 sebelum Masehi. Jadi sudah sekitar 33 abad yang ternyata
masih dalam keadaan baik dan berbau harum. Di Inggris, parfum mulai digunakan
secara meluas, setelah berakhirnya Perang Salib. Para kesatria dalam Perang Salib
membawa kembali ke negaranya aneka kosmetika, termasuk parfum, yang
diperoleh dari istana para sultan Timur Tengah, yang sudah maju dalam pembuatan
kosmetika termasuk parfum. Di Perancis, parfum banyak digunakan sejak zaman
Louis ke XIII. Setelah Revolusi Perancis keadaannya menurun. Kemudian timbul
kembali pada zaman Napoleon, yang merupakan masa dimana kosmetika termasuk
parfum, memperoleh peran penting dalam kehidupan sosial. Permaisuri Joshepine
misalnya, tercatat sebagai tokoh yang sangat menyukai perhatian terhadap parfum.
Di Indonesia sendiri, sejak dahulu para wanita memiliki kebiasaan memberikan
"ratus" secepatnya pada pakaiannya, guna menimbulkan aroma harum anggun
sewaktu dipakainya nanti. Dalam cerita pewayangan juga disebutkan, keberhasilan
Arjuna sebagai tokoh pujaan para wanita bukan saja karena ketampanan dan
kesaktiannya, melainkan juga karena keharuman tubuh.
Aroma parfum memiliki variasi yang tidak terbatas jumlahnya. Campuran
kadar wewangian yang sedikit berbeda, sudah dapat menimbulkan perbedaan
aroma. Paling sedikit 200 minyak esensial yang banyak digunakan dalam
pembuatan parfum, sedangkan terdapat sekitar 800 lainnya yang digunakan dari
waktu ke waktu. Meski demikian aroma parfum pada dasarnya dikelompokkan
hanya dalam 7 kelompok aroma dasar yaitu:
1. single floral, yang diambil dari aroma bunga tunggal.

7
2. multi floral, disebut juga bouquet fragrance, yang berasal dari aroma berbagai
bunga.
3. fruity citrus, yang berasal dari aroma buah-buahan, seperti jeruk, apel dan
sebagainya.
4. woody mossy, berasal dari aroma kayu, rumput, daun, lumut.
5. species, berasal dari aroma rempah-rempah.
6. orientals, berasal dari kombinasi wewangian pekat, termasuk yang berasal dari
kelenjar hewan.
7. modern blend oldehyde, yang merupakan hasil sintesa di labolatorium.
Parfum Gaharu EsDP Sunan Kalijaga adalah salah satu produk Parfum
Gaharu Premium Alami yang berbahan dasar (basenotes) utama gaharu (oud)
terbaik yang telah diformulasikan dan dikombinasikan dengan minyak-minyak
atsiri (minyak esensial) dari bunga-bungaan, kayu-kayuan, rempah- rempah-
rempah, dan bahan-bahan alami lainnya, ditambah dengan fixative dan carrier
hingga 100% menghasilkan aroma yang khas, naturalis, orientalis, spiritualis,
aromaterapis, menyegarkan, tahan lama, dan ngangenin.
Parfum Gaharu Natural Original merupakan perpaduan antara: Natural
Gaharu, Sandalwood, Ambergris, Honey, Oleo Resin, Rose, dan lain-lain hingga
100%, melahirkan aroma oriental yang kaya dan tahan lama. Sudah terkirim ke 12
negara dan mendapat feedback positif dari: Eropa, Arab, dan Asia. Ini adalah
Parfum Gaharu Natural Premium Made in Indonesia.
Perlu diketahui bahwa Gaharu & Minyak Gaharu merupakan salah satu
bahan yang sangat penting dalam pembuatan parfum berkelas dunia. Tentu tidak
semua kualitas gaharu memenuhi kriteria untuk dapat dijadikan bahan parfum
tersebut. Semakin tua umurnya dan semakin tinggi kualitasnya maka akan semakin
baik pula parfum yang dihasilkan.

1.3. Peluang dan Pemasaran Parfum Gaharu


Permintaan pasar terhadap gaharu terus meningkat. Selain kebutuhan
peribadatan berberapa agama, gaharu juga digunakan oleh masyarakat Arab untuk
sebagai wewangian. Kondisi iklim yang panas dan kegemaran mengkonsumsi
daging membuat tubuh mereka bau menyengat sehingga wangi gaharu digunakan

8
sebagai pangharum. Adapun negara tujuan eksport gaharu diantaranya adalah
Singapura, Timur Tengah, Taiwan, Jepang, Hongkong, Korea dan Malaysia.
Adapun eksport terbanyak ke negara Singapura baru Timur Tengah di urutan ke-2.
Karena aromanya harum, maka perusahaan minyak wangi memanfaatkan
resin sebagai bahan utama minyak wangi aroma. Di Ser, perusahaan parfum di
Sapporo, Hokkaido, Jepang, menghabiskan waktu selama 15 tahun untuk
menyempurnakan proses ekstrak gaharu menjadi minyak yang dapat dipakai
sebagai wewangian. Di Ser mencampurkan minyak gaharu dengan aroma minyak
mawar, nilam, kayu cedar, dan cendana pada parfum ini. Parfum gaharu tersebut
dijual seharga lebih dari 1.000 dollar AS (sekitar Rp 14 juta) untuk ukuran botol 33
ml. Sementara itu, parfum gaharu buatan lokal dengan kualitas eau de parfum (8-
15% senyawa aromatik) dijual dengan kisaran harga Rp 900 ribu – 1 juta per 30 ml.

1.4. Standar Kualitas Produk Parfum Gaharu


Menurut SNI 16-4949-1998 definisi sediaan eau de parfum, eau de toilette,
atau eau de cologne adalah sediaan kosmetika yang berbentuk cair yang merupakan
campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya yang digunakan untuk memberikan
bau harum.
a. Sediaan eau de parfum adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang merupakan
campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar bahan pewangi 11-
15% yang digunakan untuk memberikan bau harum.
b. Sediaan eau de toilette adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang merupakan
campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar bahan pewangi 6-10%
yang digunakan untuk memberikan bau harum.
c. Sediaan eau de cologne adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang
merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar bahan
pewangi 3-5% yang digunakan untuk memberikan bau harum.
Klasifikasi pewangi dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yakni eau de extrait
dengan bahan pewangi 20-30%, eau de parfum 8-15%, eau de toilette 4-8%, eau de
cologne 3-5%, dan splash cologne 1-3%. Konsentrasi bahan pewangi yang
terkandung dalam pewangi akan berpengaruh pada intensitas dan ketahanan

9
wanginya, semakin tinggi konsentrasi bahan pewangi akan membuat wanginya
menjadi lebih kuat dan tahan lama.

10
BAB III
PROSES PEMBUATAN

3.1 Pembuatan Minyak Gaharu (Essential Oil)


Kayu gaharu merupakan salah satu penghasil minyak wangi yang sangat
terkenal minyak yang dihasilkan biasa disebut minyak atsiri. Berbagai macam
minyak yang dihasilkan antara lain minyak atsiri juga dikenal dengan minyak eterik
(aetheric oil), minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil), dan juga
minyak aromatik (aromatic oil), diantara minyak-minyak diatas terdapat minyak
nabati. Minyak- minyak ini dihasilkan dari proses penyulingan. Berikut ini
beberapa tahapan untuk menghasilkan minyak gaharu:
1. Metode Penyulingan Air
Salah satu proses penyulingan yang dilakukan yaitu dengan memasukan
bahan baku disini perlu diperhatikan bahan baku yang digunakan bisa berupa
bahan kering atau yang sudah layu. Masukan bahan tadi kedalam tempat
penyulingan dan diisi dengan air untuk proses merebusnya. Selama proses
perebusan ini nantinya akan menghasilkan uap yang disalurkan melalui pipa-
pipa yang terhubung dengan kondensor. Uap yang dihasilkan ini masih
tercampur dengan air dan minyak yang nantinya akan terkondensasi sampai
mencair. Untuk bisa memisahkan air dengan minyak nantinya akan memasuki
alat yang namanya separator.
2. Metode Penyulingan Air dan Uap
Metode Penyulingan Air dan Uap yakni biasa disebut Metode Water and
Steam Distillation, atau bisa juga disebut dengan cara kukus. Sama halnya dengan
system kukus pada umumnya dimana bahan baku yang digunakan tidak
bersentuhan langsung dengan air, dimana akan dibatasi oleh alas. Metode ini sering
digunakan karena tidak membutuhkan air yang banyak dan dapat mempersingkat
proses produksi. Namun cara ini harus dilengkapi dengan kohobasi dimana air
kondensat yang keluar dari separator tersebut akan masuk kembali dengan otomatis
kedalam untuk meminimkan air. Metode ini dinilai lebih menguntungkan pihak
produksi agar bebas dari proses hidrolisa pada komponen minyak atsiri. Dengan
metode ini uap yang dihasilkan lebih stabil dan merupakan cara yang sangat bagus.

11
3. Metode Distilasi Uap Langsung
Metode Distilasi Uap Langsung atau Metode Direct Steam Distillation
yakni cara penyulingan dimana bahan baku yang digunakan tidak terikat langsung
dengan air ataupun dengan api. Hanya saja uap yang digunakan dengan tekanan
tinggi yang dapat difungsikan untuk menyuling minyak. Untuk membuat uap yang
memiliki tekanan sangat tinggi pada boiler, yakni uap mengalir melewati pipa dan
akan masuk kedalam katel yang berisi dengan bahan baku. Dan nantinya uap yang
keluar akan terhubung dengan kondensor, supaya minyak dapat terpisah dengan
air yakni dengan menggunkan separator yang disesuaikan dengan berat jenis massa
minyak. Cara ini memerlukan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 72 jam
untuk penyulingan. Minyak pertama yang dihasilkan bias anya masih terdapat sisa-
sisa dari kayu gaharu oleh karena itu minyak perlu dijemur dibawah sinar matahari
dengan waktu 10 sampai dengan 15 menit didalam botol yang tertutup rapat .

3.2 Pembuatan Parfum Gaharu


3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan parfum ini adalah :
1. Corong
2. 2 wadah kaca yang bersih
3. Sendok
4. Saringan kopi atau teh

3.2.2 Bahan
Bahan -bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan parfum ini adalah :
1. 2 sdm minyak pembawa (bisa minyak jojoba, almond, atau biji anggur)
2. 6 sdm alkohol kadar 50-95%
3. 2,5 sdm air, gunakan air mineral atau suling, bukan air leding
4. 30 tetes minyak esensial gaharu (Bisa dicampur dengan aroma minyak mawar,
nilam, kayu cedar dan cendana).

12
3.2.2 Prosedur Pembuatan Parfum

1. Tuangkan 2 sdm minyak pembawa ke dalam botol kaca.

2. Masukkan minyak esensial gaharu 30 tetes. Mulailah dari not dasar, lalu
tengah dan terakhir atas. Perbandingan idealnya adalah 20% dasar, 50%
tengah, dan 30% atas. Perhatikan wewangian yang Anda tambahkan. Jika
salah satu wewangian beraroma sangat keras, tambahkan sedikit saja
sehingga tidak mengalahkan lainnya.

3. Tambahkan alkohol. Gunakan alkohol kualitas bagus dengan kadar tinggi.


Vodka banyak digunakan oleh mereka yang membuat parfum sendiri.

13
4. Diamkan parfum tersebut selama paling sedikit 48 jam. Matikan cahaya dan
diamkan agar proses pembuatan parfum selesai sekitar 48 jam. Anda bisa
membiarkannya maksimal 6 minggu, yaitu saat wanginya menguap sangat
kuat. Periksa botol secara teratur untuk memeriksa perkembangan
wewangian Anda.

5. Tambahkan 2 sdm air mineral. Setelah merasa puas dengan wewangian


yang dihasilkan, tambahkan 2 sdm air mineral ke parfum Anda.

6. Kocok botol kuat-kuat. Lakukan selama semenit hingga semua bahan


tercampur sempurna.

14
7. Pindahkan parfum ke botol lain. Dengan saringan kopi dan corong,
tuangkan parfum ke botol kaca berwarna gelap. Pastikan botol dalam
keadaan bersih. Tambahkan label di botol yang mencantumkan bahan dan
tanggal pembuatannya untuk memudahkan pemeriksaan terhadap daya
tahannya.

8. Cobalah membuat variasi. Untuk membuat parfum padat (seperti lip balm),
caranya sama seperti pembuatan parfum semprot atau cair, tetapi gantilah
air dengan lilin lebah cair. Masukkan lilin lebah ke parfum dan tuangkan
campuran yang masih hangat tersebut ke wadah untuk dipadatkan.Lilin
lebah bisa dibeli di banyak toko makanan.
3.3 Proses Kreatif Mengembangkan Aroma
Proses pembuatan parfum yang melelahkan baru saja dimulai setelah
minyak esensial diekstraksi dan dikumpulkan. Mereka kemudian dicampur dengan
ahli menurut formula tertentu. Perlu waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan
resep unik dan sebanyak 800 bahan yang beragam. Setelah aroma akhirnya tercipta,
kemudian dicampur dengan alkohol dalam jumlah yang bervariasi. Mayoritas
parfum terdiri dari 10 hingga 20% minyak parfum yang dilarutkan dalam alkohol
dan sedikit air. Jumlah alkohol adalah faktor penentu apakah cairan yang dicampur
akan menjadi cologne, parfum, atau eau de toilette. Parfum, yang memiliki aroma

15
paling kuat mengandung hingga 40% minyak esensial; eau de toilette hingga 15%
dan cologne, sekitar 10% kandungan minyak.

3.4 Proses Pematangan Parfum


Pematangan parfum terjadi setelah konsentrat parfum diencerkan
sepenuhnya dalam alkohol, proses yang mungkin memakan waktu hingga satu
bulan. Pematangan terjadi setelahnya selama beberapa bulan hingga satu tahun. Ini
adalah waktu di mana parfum disimpan tanpa gangguan di tempat yang sejuk dan
gelap. Hal ini memungkinkan ikatan permanen alkohol dan minyak esensial. Di
akhir waktu yang ditentukan, seorang ahli dipanggil untuk menguji aroma. Pada
titik inilah penyesuaian, seperti pencampuran tambahan, dapat dilakukan. Hasil
akhir dari parfum yang bagus haruslah aroma yang mengandung tiga aroma
berbeda; aroma awal; aroma tengah atau hati dan aroma akhir. Campuran
pematangan parfum biasanya didinginkan dan disaring sebelum diisi ke dalam
flacon. Dengan tidak memaparkan parfum ke oksigen dan menyimpannya dalam
gelap pada suhu rendah, efek waktu yang merusak akan sangat berkurang. Saat ini,
ahli kimia menambahkan antioksidan ke setiap wewangian, yang paling umum,
butylated hydroxytoluene, yang membantu memperpanjang umur aroma.

16
BAB IV
KESIMPULAN

Parfum gaharu merupakan salah-satu produk turunan gaharu, yang


dihasilkan dari kombinasi pelarut murni (organic/anorganik) dengan minyak
esensial gaharu (konsentrat) dan minyak esensial/atsiri lainnya seperti mawar,
nilam dan cendana. Persentase volume konsentrat atau minyak esensial gaharu
dalam parfum dibedakan menjadi: 1) eau de extrait 20-30%. 2) eau de parfum 8-
15%. 3) eau de toilette 4-8%. 4) eau de cologne 3-5%. 5) splash cologne 1-3%
senyawa aromarik (konsentrat). Harga jual parfum gaharu tergantung dari kualitas
dan persentase senyawa aromatiknya, untuk parfum gaharu buatan perusahaan Di
Ser di Jepang dijual dengan harga lebih dari 1.000 dollar AS (sekitar Rp 14 juta)
per 33 ml. Sementara itu, parfum gaharu local dengan kualitas eau de parfum (8-
15% senyawa aromatic) dijual dengan harga Rp. 900 ribu - 1 juta per 30 ml.

Sebagai negara exportir gaharu terbesar di dunia, serta tingginya permintaan


pasar terutama dari Singapura dan negara-negara di Timur Tengah, pengolahan
produk-produk turunan gaharu salah satunya parfum, diharapkan dapat
menciptakan peluang ekonomi dan meningkatkan nilai ekonomis dari gaharu itu
sendiri guna meningatkan kesejahteraan masyarakan.

17
DAFTAR PUSTAKA
Guether, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta : Universitas Indonesia.

Herliani. 2018. Analisis Volume Minyak Gaharu Tipe Aquilaria Malaccensis L.


Pada Proses Penyulingan Minyak Gaharu. Samarinda : Universitas
Mulawarman.

Leonardi, Yohanes. 2013. Laporan Pengembangan Usaha Aquarius Perfume.


Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

18

Anda mungkin juga menyukai