Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PENERJEMAHAN

“Studi Kasus Pada Teks Eksposisi Yang Berjudul Neuro Linguistic


Programming Ke Bahasa Indonesia”

Zunaedah
NIM : 016924106
sweet_heart270@yahoo.com
Program S1 Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemah
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Terbuka

Abstrak

Penerjemahan adalah serangkaian tindakan analitis terhadap teks sumber (TSu) untuk
dialihbahasakan kedalam teks sasaran (TSa) yang sepadan sehingga menghasilkan
terjemahan yang baik dan dapat di mengerti oleh pembaca. Karya ilmiah ini
merupakan studi kasus penerjemahan teks eksposisi yang berjudul “Neuro Linguistic
Programming” sebagai teks sumber (TSu) kedalam bahasa indonesia yang merupakan
teks sasaran (TSa). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aspek-
aspek teoretis penerjemahan dan bagaimanakah proses pengalihbahasaan teks sumber
(TSu) kedalam teks sasaran (TSa) agar menghasilkan terjemahan yang sepadan.
Dalam proses penerjemahan kita tidak dapat mengadopsi hanya satu metode
penerjemahan, karena kita harus mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi sebuah teks agar menghasilkan terjemahan yang sepadan dan lugas
serta dapat difahami dengan baik oleh pembaca. Kemudian, faktor-faktor teoretis
penerjemahan seperti struktur kalimat dan budaya juga tidak dapat dikesampingkan.

Kata kunci : Karya ilmiah penerjemahan, penerjemahan, metode penerjemahan, neuro


linguistic programming, NLP.
BAB I Comment [K1]: delete

I. PENDAHULUAN Formatted: Left, Indent: Left: 0 cm,


Hanging: 0,63 cm, Numbered + Level:
1 + Numbering Style: I, II, III, … +
Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
at: 0,63 cm + Indent at: 1,9 cm
1.1 Latar Belakang
Penerjemahan di abad ke 21 ini merupakan salah satu bidang yang sangat
dibutuhkan. Banyaknya literatur maupun media berbahasa asing menjadi salah
satu faktor penyebab. Hal ini membuat kebutuhan akan seorang penerjemah
semakin meningkat.

Proses penerjemahan merupakan serangkaian tindakan analitis terhadap teks


sumber (TSu) untuk dialihbahasakan kedalam teks sasaran (TSa) yang sepadan
sehingga menghasilkan terjemahan yang baik dan dapat di mengerti oleh
pembaca.

Karya ilmiah ini merupakan studi kasus penerjemahan teks eksposisi yang
berjudul “Neuro Linguistic Programming” sebagai teks sumber (TSu) kedalam
bahasa indonesia yang merupakan teks sasaran (TSa). Topik tersebut dipilih
karena menurut penulis sangat menarik, disamping itu TSu tersebut merupakan
tulisan dari seorang native speaker.

1.2 Rumusan Masalah (research question)


Dari latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
1) Bagaimana proses pengalihbahasaan dilakukan agar menghasilkan terjemahan
yang sepadan antara TSu dan TSa?
2) Aspek-aspek teoretis terjemahan apa saja yang muncul dalam penerjemahan
TSu kedalam TSa? Comment [K2]: Aspek teoretis yang
dimaksud adalah strategi penerjemahan
yang antara lain meliputi teknik
penerjemahan dan metode penerjemahan,
1.3 Tujuan (objective) bukan aspek linguistik/non linguistik atau
pun aspek budaya.
1) Mendeskripsikan bagaimanakah proses pengalihbahasaan teks sumber (TSu)
kedalam teks sasaran (TSa) yang menghasilkan terjemahan yang sepadan.
2) Mendeskripsikan aspek-aspek teoretis penerjemahan apa saja yang muncul
dalam penerjemahan teks sumber (TSu) kedalam teks sasaran (TSa).

1.4 Manfaat TP bagi para pembaca


Beberapa manfaat dari karya ilmiah (Translation Portfolio) ini bagi para
pembaca sebagai berikut:
1) Para pembaca dapat memahami bagaimana proses pengalihbahasaan TSu
kedalam TSa yang menghasilkan terjemahan yang sepadan.
2) Para pembaca dapat memahami aspek-aspek teoretis terjemahan yang muncul
dalam penerjemahan TSu kedalam TSa.
BAB II Comment [K3]: idem

II. TINJAUAN PUSTAKA Formatted: Left, Numbered + Level: 1


+ Numbering Style: I, II, III, … + Start
at: 1 + Alignment: Left + Aligned at:
0,63 cm + Indent at: 1,9 cm

2.1 Definisi Penerjemahan


Menurut Catford (1965). “Translation is the replacement of textual material in
one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL)”
(P.20). Artinya, Penerjemahan adalah penggantian materi tekstual pada suatu
bahasa (TSu) dengan materi tekstual yang sepadan pada bahasa lain (TSa).
Definisi tersebut lebih menekankan pada padanan struktural antara teks sumber
(TSu) dan teks sasaran (TSa).

Menurut Nida dan Taber (1969). “Translating consists of reproducing in the


receptor language the closest natural equivalent of the source language massage,
first in terms of meaning and secondly in terms of style” (P.12). Artinya,
penerjemahan merupakan proses reproduksi senatural mungkin sepadan dengan
bahasa sumber, pertama dalam hal makna dan kedua dalam hal gaya bahasa.
Definisi tersebut tidak hanya menekankan pada maknanya saja melainkan juga
pada gaya bahasanya.

2.2 Metode Penerjemahan


Newmark (1988). Menyebutkan bahwa : Ada delapan metode penerjemahan
yang di susun dalam sebuah V diagram. Metode tersebut dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu empat metode pertama menggunakan pendekatan bahasa
sumber (BSu) kemudian sisanya menggunakan pendekatan bahasa sasaran (BSa).
Metode-metode tersebut sebagai berikut:
1. Penerjemahan Kata demi kata (Word-for-word Translation)
Adalah metode penerjemahan yang mengoposisi binerkan kata pada TSu
dengan kata pada TSa. Comment [K4]: masing-masing beri
contoh.

2. Penerjemahan Harfiah (literal Translation)


adalah metode penerjemahan yang sudah terstruktur atau memenuhi
kaidah gramatika, tetapi penerjemah tidak memahami makna ungkapan
yang terdapat dalam TSu.

3. Penerjemahan Setia (Faithful Translation)


adalah penerjemahan yang mengikuti atau patuh pada struktur BSu.
Karena memakai struktur BSu, TSa menjadi tidak wajar.

4. Penerjemahan Semantik (Semantic Translation)


adalah metode yang demi menciptakan kewajaran, TSa dibuat luwes
serta mempertimbangkan unsur estetika.

5. Adaptasi (Adaptation)
adalah metode penerjemahan yang mengubah karakter serta latar TSu
dan menyesuaikan dengan budaya BSa. Metode penerjemahan adaptasi
menghasilkan TSa yang sangat jauh berbeda dengan TSu.

6. Penerjemahan Bebas (Free Translation)


adalah penerjemahan bebas yang berupaya memenuhi "selera" pembaca
TSa dengan mengorbankan bentuk, tetapi tetap mempertahankan isi atau
pesan yang ada dalam TSu.

7. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)


adalah metode penerjemahan yang menggunakan ungkapan idiom atau
kolokial yang mungkin tidak terdapat dalam budaya BSu.

8. Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation)


adalah metode penerjemahan yang berupaya menyampaikan isi atau
pesan dalam TSu ke TSa secara lugas, wajar, tetap, serta komunikatif
sesuai dengan latar pembaca TSa. Bentuk TSu dapat saja diabaikan dan
isi diformulasikan dengan sedemikian rupa guna mempermudah pembaca
TSa memahami makna TSu.
BAB III Comment [K5]: delete

III. METODE PENELITIAN Formatted: Left, Indent: Left: 0 cm,


Hanging: 0,63 cm, Numbered + Level:
1 + Numbering Style: I, II, III, … +
Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
at: 0,63 cm + Indent at: 1,9 cm
3.1 Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah metode
kualitatif yang didasarkan pada analisis tekstual yang melibatkan teks sumber
dan teks sasaran serta mengadopsi salah satu model teoretis penerjemahan, yaitu
model komparatif (comparative model) dengan rumusan: TSu ≈ TSa, atau TSa ≈
TSu.

3.2 Data
Data yang digunakan dalam karya ilmiah ini berupa teks eksposisi yang berjudul
“Neuro Linguistic Programming” yang merupakan teks sumber (TSu). Teks ini
merupakan artikel berupa ebook yang diadaptasi dari situs http://www.new-
oceans.co.uk/new/nlppresupps.htm.

3.3 Pemrosesan Data


Tahapan pemrosesan data dalam karya ilmiah ini dimulai dengan
menerjemahkan teks sumber (TSu) kedalam bahasa indonesia sebagai teks
sasaran (TSa) dengan model komparatif, kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan teoretis tentang bagaimana proses pengalihbahasaan dilakukan agar
menghasilkan terjemahan yang sepadan antara teks sumber (TSu) dan teks
sasaran (TSa), serta aspek-aspek penerjemahan apa saja yang muncul dalam
proses penerjemahan tersebut.
BAB IV
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN Formatted: Left, Indent: Left: 0 cm,
Hanging: 0,63 cm, Numbered + Level:
1 + Numbering Style: I, II, III, … +
Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
at: 0,63 cm + Indent at: 1,9 cm
4.1 Hasil – Penerjemahan teks sumber ke bahasa Indonesia.
Comment [K6]: Pembahsan/analisis
penerjemahan untuk setiap paragraf
langsung ditempatkan di bawah paragraf
Teks Sumber Teks Sasaran TSu & TSa ybs.

Neuro Linguistic Programming Neuro Linguistic Programming


“NLP is an explicit and powerful model “NLP adalah sebuah model eksplisit dan
of human experience and
powerful dari pengalaman dan
communication. Using the principles of
NLP it is possible to describe any human komunikasi manusia. Menggunakan
activity in a detailed way that allows you
prinsip NLP memungkinkan untuk dapat
to make many deep and lasting changes
quickly and easily.” Richard Bandler and menggambarkan aktivitas manusia secara
John Grinder.
detail yang memperbolehkan anda untuk
membuat banyak perubahan secara
mendalam dan permanen dengan mudah
dan cepat.” Richard Bandler dan John
Grinder.
NLP is short for Neuro-Linguistic NLP adalah singkatan Neuro Linguistic
Programming. The name sounds high Programming. Namanya terdengar
tech, yet it is purely descriptive. berteknologi tinggi, namun ini murni
deskriptif.
Neuro refers to neurology, our nervous Neuro mengacu pada neurology, sistem
system - the mental pathways our five syaraf – jalur mental yang panca indera
senses take which allow us to see, hear, kita memungkinkan untuk melihat,
feel, taste and smell. mendengar, meraba, merasakan dan
mencium.
Linguistic refers to our language ability; Linguistik mengacu pada kemampuan
how we put together words and phrases berbahasa kita; bagaimana merangkai
to express ourselves, as well as how our kata dan frasa untuk mengekspresikan
"silent language" of movement and diri, serta bagaimana “bahasa tubuh” kita
gestures reveals our states, thinking dalam gerakan dan isyarat
styles and more. mengungkapkan keadaan kita, gaya
berpikir, dan masih banyak lagi.
Programming, taken from computer Programming, diambil dari ilmu
science, refers to the idea that our komputer, mengacu pada gagasan
thoughts, feelings and actions are like pemikiran kita, perasaan dan tindakan
computer software programs. When we seperti perangkat lunak komputer. Ketika
change those programs, just as when we kita mengubah program-program
change or upgrade software, we tersebut, sehabis saja kita mengubah atau
immediately get positive changes in our mengupgrade perangkat lunak, kita
performance. We get immediate segera mendapatkan perubahan positif
improvements in how we think, feel, act dalam prestasi kita. Kita segera
and live. mendapatkan kemajuandalam cara
berpikir, merasa, bertindak dan
kehidupan.
NLP was developed in the early 1970's NLP dikembangkan pada awal 1970-an
by Richard Bandler, Ph.D., an oleh Richard Bandler, Ph.D., seorang
information scientist, and John Grinder, ilmuwan informasi, dan John Grinder,
Ph.D., a linguist. Bandler and Grinder Ph.D., seorang ahli bahasa. Bandler dan
were interested in how people influence Grinder tertarik pada bagaimana orang
one another, and in the possibility of mempengaruhi satu sama lain, dan
being able to duplicate the behavior, and kemungkinan untuk dapat meniru
therefore effectiveness of perilaku, dan karena itu efektivitas orang
highlyinfluential people. Their early sangat berpengaruh. Penelitian awal
research was conducted at the University mereka dilakukan di University of
of California at Santa Cruz. What made California di Santa Cruz. Apa yang
their search special was their use of membuat penelitian mereka menjadi
technology from linguistics and spesial adalah penggunaan teknologi dari
information science, combined with linguistik dan ilmu informasi,
insights from behavioral psychology and dikombinasikan dengan wawasan dari
general systems theory, to unlock the perilaku psikologi dan teori sistem
secrets of highly effective umum, untuk membuka rahasia
communication. komunikasi yang sangat efektif.
The actual technology, or methodology, Sebenarnya teknologi atau metodologi,
that Bandler and Grinder used is known yang Bandler dan Grinder gunakan
as human modeling; actually the building dikenal sebagai pemodelan manusia;
of models of how people perform or benar-benar membangun model
accomplish something (anything—the bagaimana orang melakukan atau
usefulness in benchmarking best menyelesaikan sesuatu (apa pun-
practices should be immediately kegunaan dalam pembandingan praktik
obvious). This modeling process actually terbaik harus segera jelas). Proses
means finding and describing the pemodelan ini benar-benar berarti
important elements and processes that menemukan dan menggambarkan
people go through, beginning with elemen-elemen penting dan proses yang
finding and studying a human model. dilalui orang, dimulai dengan mencari
This is a person, who does something in a dan belajar model manusia. Ini adalah
particular, usually highly skillful, way. seseorang, yang melakukan sesuatu
For example, if you want to know how to dengan cara yang khusus, biasanya
teach some particular skill or concept, sangat terampil. Misalnya, jika anda ingin
you'd first find someone who does it tahu bagaimana cara mengajar beberapa
extremely well. Then ask him or her lots keterampilan khusus atau konsep,
of questions about what they do, why pertama anda harus mencari seseorang
they do it, what works and doesn't work, yang dapat melakukannya dengan sangat
and so on. At the same time, observing baik. Kemudian bertanyalah sebanyak-
this person in action will often lead to banyaknya kepadanya tentang apa yang
new and better questions to ask in the mereka lakukan, mengapa mereka
process. Most of us do this already, melakukannya, apa yang berhasil dan
though perhaps not systematically. tidak , dan sebagainya. Pada saat yang
sama, tindakan mengamati orang
tersebut biasanya akan mengarah ke
pertanyaan-pertanyaan baru dan lebih
baik untuk ditanyakan di dalam proses.
Sebagian besar dari kita sudah
melakukannya, meskipun mungkin tidak
secara sistematis.
The addition of specific NLP technology Penambalan teknologi NLP spesifik
makes it possible to discover much of memungkinkan untuk menemukan
what this human model does that he or banyak model manusia apa yang dia
she is not aware of. To do this well tidak sadari. Untuk melakukan ini dengan
means to actually study the structure of baik berarti untuk benar-benar belajar
people's thought processes and internal struktur proses pemikiran manusia dan
experience, as well as their observable pengalaman internal, serta perilaku
behaver. mereka yang dapat diamati.
During their early studies Bandler and Selama studi awal mereka Bandler dan
Grinder developed a unique system of Grinder mengembangkan sistem yang
asking questions and gathering unik mengajukan pertanyaan dan
information that was based on the fields mengumpulkan informasi yang
of transformational grammar and general didasarkan pada bidang transformasional
semantics. Later they and their tata bahasa dan semantik umum.
colleagues discovered certain minimal Kemudian mereka dan rekan-rekannya
cues people give that indicate very menemukan isyarat minimal orang-orang
specific kinds of thought processes. tertentu yang mengindikasikan jenis
These include eye movements, certain proses berpikir yang sangat spesifik. Ini
gestures, breathing patterns, voice tone termasuk gerakan mata, isyarat tertentu,
changes and even very subtle cues such pola pernapasan, perubahan nada suara
as pupil dilation and skin color changes dan bahkan isyarat yang sangat halus
(training of Practitioners of NLP includes seperti perubahan warna kulit dan
the skills and knowledge to use these pembesaran pupil (pelatihan praktisi NLP
information gathering techniques and to termasuk ketrampilan dan pengetahuan
notice and interpret the subtle cues) untuk menggunakan teknik pengumpulan
informasi dan untuk melihat dan
menafsirkan isyarat halus).
4.2 Pembahasan Comment [K7]: Pembahsan/analisis
penerjemahan untuk setiap paragraf
Dalam sub bab pembahasan ini akan diuraikan dua pertanyaan rumusan masalah. langsung ditempatkan di bawah paragraf
TSu & TSa ybs.
Yaitu, bagaimana proses pengalihbahasaan dilakukan agar menghasilkan terjemahan
yang sepadan antara TSu dan TSa. Kemudian dilanjutkan dengan aspek-aspek teoretis
terjemahan apa saja yang muncul dalam penerjemahan teks sumber (TSu) kedalam
teks sasaran (TSa).

Pertama, dalam proses pengalihbahasaan untuk menghasilkan terjemahan yang


sepadan antara teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa) tidak dapat hanya
mengadopsi satu metode penerjemahan, karena sebuah teks yang akan diterjemahkan
dipengaruhi oleh 10 faktor, yaitu (1) penulis TSu; (2) norma-norma yang berlaku
dalam BSu; (3) kebudayaan yang melatari BSu; (4) tempat/waktu dan tradisi
penulisan/penerbitan TSu; (5) pembaca TSa; (6) norma-norma yang berlaku dalam
BSa; (7) kebudayaan yang melatari BSa; (8) tempat/waktu dan tradisi
penulisan/penerbitan TSa; (9) hal yang dibicarakan; dan (10) penerjemah. Kesepuluh
faktor itu harus selalu dipertimbangkan dalam proses penerjemahan (Machali, 2009).
Dimulai dari menganalisis kata perkata, kemudian dilanjutkan dengan telaah
gramatikal dan selanjutnya diolah kembali agar menjadi kalimat yang lugas sesuai
dengan struktur kalimat dan budaya bahasa sasaran sehingga dapat difahami dengan
baik oleh pembaca tanpa mengesampingkan keutuhan makna teks sumber (TSu).
Contoh, pada penerjemahan "The name sounds high tech, yet is purely descriptive"
diterjemahkan menjadi "Namanya terdengar berteknologi tinggi, namun ini murni
deskriptif. Penulis tetap mempertahankan keutuhan struktur dan makna dari teks
sumber (TSu) dengan tidak mengabaikan kenaturalan teks sasaran (TSa). Comment [K8]: Lakukan analisis
penerjemahan untuk setiap paragraf TSu &
TSa ybs; sebuah contoh saja tidak cukup.

Kedua, aspek-aspek teoretis yang muncul dalam proses penerjemahan teks sumber
(TSa) kedalam teks sasaran (TSa) di dalam karya ilmiah ini yaitu aspek linguistik dan
non linguistik. Aspek linguistik berhubungan dengan struktur dan makna, sedangkan
aspek non linguistik berhubungan dengan perbedaan budaya masing-masing bahasa
yaitu bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa). Comment [K9]: Anda harus mengacu
pada setiap paragraf TSu & TSa ybs
sebelum sampai pada kesimpulan ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan dalam bab-bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam penerjemahan terdapat faktor-faktor yang terkandung di dalam sebuah
teks yang harus dipertimbangkan untuk memilih sebuah metode dalam
pengalihbahasaan teks tersebut agar mendapatkan hasil terjemahan yang
sepadan dan dapat difahami dengan baik oleh pembaca.

2. Aspek-aspek teoretis penerjemahan yaitu aspek linguistik dan non linguistik


seperti berbedaan budaya dan struktur kalimat merupakan hal yang tidak
dapat dikesampingkan. Comment [K10]: Aspek teoretis yang
dimaksud adalah strategi penerjemahan
yang antara lain meliputi teknik
penerjemahan dan metode penerjemahan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, dapat dikemukakan saran-saran yang
perlu ditindaklanjuti, baik untuk pengembangan pengetahuan, bagi peneliti
selanjutnya terutama yang berminat pada bidang Penerjemah, maupun
kepentingan praktis, sebagai berikut:

1. Dalam pengalihbahasaan kita harus mempertimbangkan beberapa faktor yang


terdapat di dalam sebuah teks untuk kemudian memilih metode yang tepat di
dalam menerjemahkan teks tersebut agar mendapatkan hasil penerjemahan
yang dapat difahami dengan baik oleh pembaca.

2. Aspek-aspek teoretis penerjemahan seperti aspek linguistik dan non linguistik


juga harus diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

J.C Catford. (1965). A Linguistics Theory of Translation, Oxford: Oxford University


Press.
Eugene. A. Nida and Charles R. Taber (1969). The Theory and Practice of
Translation. Leiden: E.J Brill.
Newmark, Peter. (1988). A text book of translation. Hertfordshire: Prentice Hall.
Machali, Rochayah. (2009). Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai