1. Latar belakang
Kebutuhan akan data dan informasi mengenai potensi bahan galian industry
dirasakan cukup besar pada saat ini. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya
kegiatan eksplorasi di daerah yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta
dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Bahan galian industri
yang konsumsi sangat dibutuhkan adalah batugamping. Batugamping atau
batukapur merupakan salah satu bahan galian industri yang banyak digunakan
sebagai bahan baku industri. Penggunaan dan pemanfaatan batugamping sebagai
bahan baku industri terutama sangat ditentukan oleh sifat fisik dan kimianya.
Dalam pemanfataanya batugamping digunakan sebagai bahan baku utama maupun
sebagai bahan baku tambahan pada proses industri. Di Indonesia penggunaan
batugamping sebagai bahan baku industri telah banyak memberikan manfaat
kepada pemerintah daerah terutama kontribusinya didalam menopang dan
meningkatkan pendapat asli didaerah (PAD).
Salah satu sector yang perlu diperhatikan dan dicermati adalah sector sumberdaya
alam. Potensi sumberdaya alam terutama sumberdaya mineral didaerah ini belum
digali dan dikembangkan secara baik dan optimal. Didaerah Tapanuli Selatan terdapat
batugamping yang potensi kualitas dan penyebarannya belum diketahui secara akurat.
Hal ini disebabkan oleh belum adanya kajian kajian / penelitian yang dapat
Batugamping yang tersusun oleh mineral kalsium karbonat (CaCO 3) banyak digunakan
dan dimanfaatkan pada berbagai bahan baku industri seperti bahan baku industri
Semen, bahan baku industri Pupuk, Keramik, Penetral Tanah, Bahan Bangunan,
Ornament, industri Kertas, Cat, bahan Pemutih dan industri Kimia lainnya. Keberadaan
dan penggunaan batugamping sebagai bahan baku industri sangat ditentukan oleh sifat
fisik dan sifat kimianya. Dengan mengetahui kualitas dan kuantitas dari batugamping
terutama tentang potensi dan penyebaran batugamping tersebut. Disamping itu dapat
sumberdaya mineral.
1.2. Perumusan masalahan
Maksud dari penelitian ini adalah agar dapat memberikan jenis mineal,
komposisi kimia ( kualitas ) batugamping. Dan dapat mengklasifikasikan
sifat sifat batugamping.
Batugamping yang dikenal sebagai batu kapur merupakan bagian dari batuan karbonat
yang disusun oleh dominan mineral mineral karbonat (Kusumadinata, 1983). Penyusun
utama batugamping adalah mineral kalsit (CaCO3), sedangkan mineral karbonat lain
yang dapat hadir adalah dolomit (Ca Mg (CO 3)2), aragonit (CaCO3), kalsit yang kaya
akan magnesit, Magnesit (MgCO3) dan siderit (FeCO3). Mineral lain dapat juga hadir
sebagai mineral pengotor yang terbentuk pada saat pengendapan seperti mineral
lempung, kuarsa (silika). Kehadiran mineral pengotor tersebut dapat menjadi dasar
lempungan dan bila pengotornya kuarsa disebut batugamping kuarsa. Warna dari
batugamping sangat di kontrol oleh persentasi mineral penyusun yang dominan dan
mineral pengotornya. Batugamping yang berwarna putih susu dominan disusun oleh
Batugamping adalah salah satu diantara bahan galian industri yang paling banyak
kegunaannya dalam berbagai sektor industri, baik sebagai bahan baku utama maupun
sektor kegunaan. Konsumen industri yang paling besar adalah industri semen dan bahan
bangunan (agregat dan ornamen), diikuti oleh industri lain seperti industri kertas, cat,
plastik, kosmetik, farmasi, besi baja, kapur untuk pertanian, tekstil, industri gula,
plastik, karet, bahan penjernih, pembuatan gas CO 2, industri lemak dan lain-lain.
unsur pengotor (Mg, Al, Fe, P, S, Na, K dan F), mineral pengotor (kuarsa, pirit, dan
markasit) dan sifat fisiknya (kecerahan, ukuran butir, luas permukaan dan
kelembapannya).
- CaO antara 40 – 55 %
- SiO2 antara 0,23 – 18,12 %
- Al2O3 antara 0,20 – 4,33 %
- Fe2O3 antara 0,1 – 1,36 %
- MgO antara 0,05 – 4,26 %
- CO2 antara 35,74 – 42,78 %
- H2O antara 0,1 - 0,85 %
- P2O5 antara 0,072 - 0,109 %
- K2O = 0,18 dan L.O.I = 40,06 %
2.3. Industri Semen
Batugamping merupakan bahan baku utama dalam pembuatan semen, terdapat tiga jenis
yaitu semen portland, semen puzolan dan semen alam. Komponen terbesar dalam semen
adalah batugamping (karbonat), yaitu sekitar 64 %. Secara umum untuk satu ton semen
diperlukan lebih kurang satu ton batugamping. Persyaratan batugamping untuk dapat
2 %, kadar Fe2O3 = 2,47 % dan Al2O3 = 0,95 % dan kekentalan luluhan 3200 centipoise
(40 % H2O). Pendapat lain mengatakan, bahwa batugamping yang baik untuk bahan
Semen portland merupakan jenis semen yang paling banyak menggunakan bahan baku
batugamping dan merupakan jenis semen yang paling penting. Bahan-bahan untuk
serta pasir silika, pasir besi dan gips sekitar 5 %. Menurut Projartoro, (1992) bahan-
a. Komponen utama, terdiri dari CaO, SiO2, Al2O3 dan Fe2O3, dimana CaO dari
material batugamping sedangkan SiO2, Al2O3 dan FeO3 dari lempung dan
batupasir.
komponen utama yang kurang (misal CaO high grade limestone), Al2O3
bauksit).
Berdasarkan komposisi kimia, menurut Sarno Harjanto (1992) semen portland harus
- Faktor kejenuhan kapur tidak lebih dari 1,02 dan tidak kurang dari 0,66.
- Sisa bahan tidak larut tidak kurang dari 1,5,%
- Awal pengerasan tidak lebih dari 45 menit, sedang akhir pengerasan tidak
Batugamping yang digunakan untuk bahan ini adalah jenis kapur tohor sebesar 60 %
dan merupakan bahan bahan baku utama, bahan lainnya adalah kokas 40 %, antrasit,
petrolium coke (carbon black). Spesifikasi kapur tohor untuk bahan karbit adalah :
Fungsi batugamping/dolomit dalam peleburan dan pemurnian besi atau logam adalah
sebagai bahan imbuh pada tanur tinggi. Disamping itu batugamping berperan sebagai
pengikat gas-gas seperti SO2, H2S dan HF sehingga diperlukan batugamping yang
mempunyai kadar CaO yang tinggi, dimana batuan tersebut harus sarang dan
keras. Syarat batugamping/dolomit untuk bahan ini adalah :
Fe2O3 maksimum 3 %.
BAB III LANDASAN TEORI
Secara umum cadangan batugamping di Sumatera Utara sangat banyak dan memiliki
penyebaran yang begitu luas, hanya saja potensi dan kualitas batugamping tersebut
belum diketahui secara baik dan akurat. Selama ini konsumsi batugamping didaerah
hanya digunakan sebagai bahan baku pertanian terutama untuk penetralitas tanah yang
sebagai bahan agregat penimbun jalan untuk perbaikan sarana infrastruktur yang ada.
begitu besar sementara penyebaran luas cadangan. Batugamping yang tersusun oleh
mineral kalsium karbonat (CaCO3) banyak digunakan dan dimanfaatkan pada berbagai
bahan baku industri seperti bahan baku industri Semen, bahan baku industri Pupuk,
Keramik, Penetral Tanah, Bahan Bangunan, Ornament, industri Kertas, Cat, bahan
Pemutih dan industri Kimia lainnya. Keberadaan dan penggunaan batugamping sebagai
bahan baku industri sangat ditentukan oleh sifat fisik dan sifat kimianya.
3.1 Batugamping
bukan terbentuk dari batuan sediment seperti yang kita kira, tidak juga terbentuk
dari clay dan sand, terbentuk dari batu-batuan bahkan juga terbentuk dari kerangka
calcite yang berasal dari organisme microscopic di laut dangkal. Pulau Bahama
adalah sebagai contoh dari daerah dimana proses ini masih terus berlangsung
hingga sekarang. Sebagian perlapisan batu gamping hampir murni terdiri dari
kalsit, dan pada perlapisan yanglain terdapat sejumlah kandungan silt atau clay
yang membantu ketahanan dari batu gamping tersebut terhadap cuaca. Lapisan
gelap pada bagian atas mengandung sejumlah besar fraksidari silika yang
terbentuk dari kerangka mikrofosil, dimana lapisan pada bagian ini lebihtahan
terhadap cuaca.Batu gamping dapat terlarutkan oleh air hujan lebih mudah
dibandingkan dengan batuan yang lainnya. Air hujan mengandung sejumlah kecil
dari karbon dioksida selama perjalanannya di udara, dan hal tersebut mengubah air
hujan tersebut menjadi nersifat asam. Kalsit adalah sangat reaktif terhadap asam.
Hal tersebut menjelaskan mengapa goa - goa bawah tanah cenderung untuk
terbentuk pada daerah yang banyak mengandung batu gamping, dan juga
rentan terhadap air hujan yang mengandung asam. Pada daerah daerah tropis , batu
a. Mud Stone
b. Wake Stone
c. Pack Stone
d. Grain Stone
e. Bound Stone
f. Kristalin Karbonat
3.3 Ganesa Batugamping
Menurut Hendra Sulistya, 2014. Batugamping dapat terjadi dari dua proses,
yaitu proses sedimentasi bahan yang mengandung karbonat dan bersifat
poligenetik dan proses pelapukan.
1. Proses sedimentasi Proses sedimentasi dapat berupa sedimentasi secara
organik, kimia, m a u p u n m e k a n i k . P r o s e s s e d i m e n t a s i o r g a n i k
terjadi karena adanya tumbuhan larut koloni binatang
foraminifera, algae y a n g t e l a h m a t i d a n diendapkan di
dasar laut dengan kondisi laut yang tenang
s edimentasi kimia ini diakibatkan oleh proses kimia,
s e d a n g k a n p a d a proses sedimentasi mekanik diakibatkan oleh
adanya proses akumulasi dari lumpur - lumpur yang mengandung
karbonat k a r e n a p r o s e s d i a t a s t e r j a d i s a n g a t l a m a , m a k a
hasil akhir dari proses sedimentasi ini serta proses
d i a g e n e s a a k a n t e r b e n t u k b a t u gamping.
2. Proses Pelapukan Pada proses ini sumber unsur karbonatnya adalah
karbon diaoksida (CO), d a r i u d a r a d a n m i n e r a l - m i n e r a l y a n g
mengandung unsure-unsur karbonat yang terdapat pada
b a t u a n a s a l y a n g t e r s e b a r d i p e r m u k a a n bumi. dalam bentuk
yang umum adalah melalui proses pelapukan pada masa
batugamping sehingga membentuk larutan kalsium
k a r b o n a t ( CaCO) yang mana larutan tersebut oleh media air diangkut
dan diendapkan di lingkungan laut dangkal.
Daftar Pustaka