Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kebutuhan akan data dan informasi mengenai potensi bahan galian industry
dirasakan cukup besar pada saat ini. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya
kegiatan eksplorasi di daerah yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta
dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Bahan galian industri
yang konsumsi sangat dibutuhkan adalah batugamping. Batugamping atau
batukapur merupakan salah satu bahan galian industri yang banyak digunakan
sebagai bahan baku industri. Penggunaan dan pemanfaatan batugamping sebagai
bahan baku industri terutama sangat ditentukan oleh sifat fisik dan kimianya.
Dalam pemanfataanya batugamping digunakan sebagai bahan baku utama maupun
sebagai bahan baku tambahan pada proses industri. Di Indonesia penggunaan
batugamping sebagai bahan baku industri telah banyak memberikan manfaat
kepada pemerintah daerah terutama kontribusinya didalam menopang dan
meningkatkan pendapat asli didaerah (PAD).

Secara umum cadangan batugamping di Sumatera Utara sangat banyak dan


memiliki penyebaran yang begitu luas, hanya saja potensi dan kualitas
batugamping tersebut belum diketahui secara baik dan akurat. Selaman ini
konsumsi batugamping didaerah hanya digunakan sebagai bahan baku pertanian
terutama untuk penetralitas tanah yang memiliki konsentrasi tanah asam tinggi.
Kemudian batugamping banyak digunakan sebagai bahan agregat penimbun jalan
terutama didaerah untuk perbaikan sarana infrastruktur yang ada. Kondisi yang
demikian menyebabkan pemanfaatan dan konsumsi batugamping tidak begitu
besar sementara penyebaran luas cadangan.
didaerah cukup melimpah. Untuk itu perlu dilakukan kajian kajian sehinga
konsumsi dan pemenfaatan batugamping dapat digunakan secara optimal dengan
memperhatikan sifat fisik dan kimianya.
Di sektor industri laju pertumbuhan setiap tahunnya berkisar 10,45 %. Industri
semen merupakan industri pemakai utama batugamping, tercatat sekitar 86,84 %
jumlah konsumsi batugamping diserap oleh industri semen. Diperkirakan pada
tahun-tahun mendatang penggunaan batugamping akan semakin meningkat dengan
kuantitas yang cukup besar, baik di sektor industri, konstruksi/jalan maupun di
sektor pertanian.
Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai daerah otonom perlu menggali dan mencari

sumber sumber pemasukan didalam menambah dan meningkatkan pendapatan asli

didaerah untuk mendukung pembangunan daerah dan mensejahterakan masyarakat.

Salah satu sector yang perlu diperhatikan dan dicermati adalah sector sumberdaya

alam. Potensi sumberdaya alam terutama sumberdaya mineral didaerah ini belum

digali dan dikembangkan secara baik dan optimal. Didaerah Tapanuli Selatan terdapat

batugamping yang potensi kualitas dan penyebarannya belum diketahui secara akurat.

Hal ini disebabkan oleh belum adanya kajian kajian / penelitian yang dapat

mengungkap tentang potensi dan cadangan batugamping tersebut.

Batugamping yang tersusun oleh mineral kalsium karbonat (CaCO 3) banyak digunakan

dan dimanfaatkan pada berbagai bahan baku industri seperti bahan baku industri

Semen, bahan baku industri Pupuk, Keramik, Penetral Tanah, Bahan Bangunan,
Ornament, industri Kertas, Cat, bahan Pemutih dan industri Kimia lainnya. Keberadaan

dan penggunaan batugamping sebagai bahan baku industri sangat ditentukan oleh sifat

fisik dan sifat kimianya. Dengan mengetahui kualitas dan kuantitas dari batugamping

didaerah tersebut, pemerintah daerah dapat memberikan masukan kepada investor

terutama tentang potensi dan penyebaran batugamping tersebut. Disamping itu dapat

memberikan gambaran kepada instansi terkait didalam penyusunan profile investasi

sumberdaya mineral.
1.2. Perumusan masalahan

Beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam kaitanya dengan penelitian


Studi Pemanfaatan batugamping adalah:

a. Bagaimana pemanfaatan batugamping.


b. Bagaimana sifat fisik batugamping.
c. Apakah batugamping tersebut sudah digunakan secara baik dan optimal
sesuai kualitasnya.

1.3. Maksud dan Tujuan

 Maksud dari penelitian ini adalah agar dapat memberikan jenis mineal,
komposisi kimia ( kualitas ) batugamping. Dan dapat mengklasifikasikan
sifat sifat batugamping.

 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan


batugamping dengan suatu aplikasi. Dan pengembangan Kemudian sebagai
bahan kebijakan didalam penyusunan profile investasi sumberdaya mineral.

1.4. Batasan Masalah

 Analisis Laboratorium kimia (AAS) untuk mengetahui kualitas


batugamping
 Batugamping pada penelitian ini di asumsikan semua sama.
 Mendeliniasi potensi batugamping yang diperoleh pada suatu bahan galian.

1.5. Metodologi Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimen, proses penelitian
ini dilakukan dengan percobaan berdasarkan literatur seperti internet.

1.6. Luaran ( Output )

Sebuah laporan yang digunakan sebagai refrensi masyarakat dalam memahami


mengenai batu gamping tersebut serta mengetahui pemanfaatan batu gamping.
1.7 Diagram Alir Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batugamping

Batugamping yang dikenal sebagai batu kapur merupakan bagian dari batuan karbonat
yang disusun oleh dominan mineral mineral karbonat (Kusumadinata, 1983). Penyusun

utama batugamping adalah mineral kalsit (CaCO3), sedangkan mineral karbonat lain

yang dapat hadir adalah dolomit (Ca Mg (CO 3)2), aragonit (CaCO3), kalsit yang kaya

akan magnesit, Magnesit (MgCO3) dan siderit (FeCO3). Mineral lain dapat juga hadir

sebagai mineral pengotor yang terbentuk pada saat pengendapan seperti mineral

lempung, kuarsa (silika). Kehadiran mineral pengotor tersebut dapat menjadi dasar

pengklasifikasian batugamping. Bila batugamping banyak dikotori oleh magnesit,

maka disebut dolomit, bila pengotor mineral lempung disebut batugamping

lempungan dan bila pengotornya kuarsa disebut batugamping kuarsa. Warna dari

batugamping sangat di kontrol oleh persentasi mineral penyusun yang dominan dan

mineral pengotornya. Batugamping yang berwarna putih susu dominan disusun oleh

mineral kalsit, berwarna abu-abu muda – tua menunjukan kehadiran unsur

magnesium, warna kemerah-merahan umumnya disebabkan oleh hadirnya mangan

dan warna kehitaman disebabkan oleh hadirnya unsur organik.

Tabel 2.1. Klasifikasi batugamping berdasarkan kadar dolomit


atau MgO (Petti Jhon,1990)

Nama Batuan Kadar Dolomit Kadar MgO (%)


Batugamping 0–5 0,1– 1,1
Batukapur bermagnesium 5 – 10 1,1– 2,2
Batukapur dolomitan 10 – 50 2,2 – 10,9
Dolomit berkalsium 50 – 90 10,9– 19,7
Dolomit 90 - 100 19,7– 21,8
2.2. Kegunaan Batugamping

Batugamping adalah salah satu diantara bahan galian industri yang paling banyak

kegunaannya dalam berbagai sektor industri, baik sebagai bahan baku utama maupun

sebagai bahan tambahan/campuran. Data dari Direktorat Sumber Daya Mineral,

Departemen Pertambangan dan Energi mengatakan bahwa batugamping memiliki 32

sektor kegunaan. Konsumen industri yang paling besar adalah industri semen dan bahan

bangunan (agregat dan ornamen), diikuti oleh industri lain seperti industri kertas, cat,

plastik, kosmetik, farmasi, besi baja, kapur untuk pertanian, tekstil, industri gula,

plastik, karet, bahan penjernih, pembuatan gas CO 2, industri lemak dan lain-lain.

Penggunaan batugamping memerlukan persyaratan tertentu untuk masing-masing

peruntukan, seperti derajat kemurnian (kadar CaO), serta memperhatikan kehadiran

unsur pengotor (Mg, Al, Fe, P, S, Na, K dan F), mineral pengotor (kuarsa, pirit, dan

markasit) dan sifat fisiknya (kecerahan, ukuran butir, luas permukaan dan

kelembapannya).

Secara umum cadangan batugamping Indonesia mempunyai

komposisi kimia sebagai berikut :

- CaO antara 40 – 55 %
- SiO2 antara 0,23 – 18,12 %
- Al2O3 antara 0,20 – 4,33 %
- Fe2O3 antara 0,1 – 1,36 %
- MgO antara 0,05 – 4,26 %
- CO2 antara 35,74 – 42,78 %
- H2O antara 0,1 - 0,85 %
- P2O5 antara 0,072 - 0,109 %
- K2O = 0,18 dan L.O.I = 40,06 %
2.3. Industri Semen

Batugamping merupakan bahan baku utama dalam pembuatan semen, terdapat tiga jenis

semen yang menggunakan kalsium karbonat (batugamping) sebagai bahan mentahnya,

yaitu semen portland, semen puzolan dan semen alam. Komponen terbesar dalam semen

adalah batugamping (karbonat), yaitu sekitar 64 %. Secara umum untuk satu ton semen

diperlukan lebih kurang satu ton batugamping. Persyaratan batugamping untuk dapat

dijadikan bahan baku semen adalah : kadar CaCO3 = 50 – 55 %; MgO maksimum

2 %, kadar Fe2O3 = 2,47 % dan Al2O3 = 0,95 % dan kekentalan luluhan 3200 centipoise

(40 % H2O). Pendapat lain mengatakan, bahwa batugamping yang baik untuk bahan

semen adalah batugamping yang kandungan CaCO3 > 75 % (Prajartoro, 1992).

Semen portland merupakan jenis semen yang paling banyak menggunakan bahan baku

batugamping dan merupakan jenis semen yang paling penting. Bahan-bahan untuk

pembuatan semen portland terdiri dari kalsium karbonat = 75 %, lempung = 20 %

serta pasir silika, pasir besi dan gips sekitar 5 %. Menurut Projartoro, (1992) bahan-

bahan mentah tersebut dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Komponen utama, terdiri dari CaO, SiO2, Al2O3 dan Fe2O3, dimana CaO dari

material batugamping sedangkan SiO2, Al2O3 dan FeO3 dari lempung dan
batupasir.

b. Material pengoreksi (corrective material), digunakan untuk menambah

komponen utama yang kurang (misal CaO high grade limestone), Al2O3

bauksit).

c. Material tambahan (additive material), yaitu material yang ditambahkan untuk

membuat efek tertentu pada semen, seperti gipsum (CaSO 3).

Berdasarkan komposisi kimia, menurut Sarno Harjanto (1992) semen portland harus

memenuhi persyaratan berikut :

- Faktor kejenuhan kapur tidak lebih dari 1,02 dan tidak kurang dari 0,66.
- Sisa bahan tidak larut tidak kurang dari 1,5,%

- MgO tidak lebih dari 4 – 5 %

- Hilang dalam pembakaran (LOI) tidak lebih dari 3 – 4 %

- Awal pengerasan tidak lebih dari 45 menit, sedang akhir pengerasan tidak

lebih dari 10 jam.

2.4 Pembuatan Karbit.

Batugamping yang digunakan untuk bahan ini adalah jenis kapur tohor sebesar 60 %

dan merupakan bahan bahan baku utama, bahan lainnya adalah kokas 40 %, antrasit,

petrolium coke (carbon black). Spesifikasi kapur tohor untuk bahan karbit adalah :

- Total CaO minimum 92 %


- MgO maksimum 1,75 %
- SiO2 maksimum 2 %
- Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1 %
- Fe2O3 tidak lebih dari 5 %
- Sulfur (S) tidak lebih dari 5 %
- Potasium (P) maksimum 0,02 %
- Hilang dalam pemijaran pada contoh yang diambil ditungku 4 %.

2.5 Bahan Peleburan dan Pemurnian Baja

Fungsi batugamping/dolomit dalam peleburan dan pemurnian besi atau logam adalah

sebagai bahan imbuh pada tanur tinggi. Disamping itu batugamping berperan sebagai

pengikat gas-gas seperti SO2, H2S dan HF sehingga diperlukan batugamping yang

mempunyai kadar CaO yang tinggi, dimana batuan tersebut harus sarang dan
keras. Syarat batugamping/dolomit untuk bahan ini adalah :

a. Untuk batugamping CaO minimum 52 %, SiO 2 maksimum 4 % (1,5 – 4 %),

Al2O3 + Fe2O3 maksium 3 %, MgO maksimum 3,5 %, Fe 2O5 maksimum 0,65


%, P maksimum 0,1 %.

b. Untuk dolomit syaratnya MgO 17 – 19 %, SiO 2 maksimum 6 % dan Al2O3 +

Fe2O3 maksimum 3 %.
BAB III LANDASAN TEORI

Secara umum cadangan batugamping di Sumatera Utara sangat banyak dan memiliki

penyebaran yang begitu luas, hanya saja potensi dan kualitas batugamping tersebut

belum diketahui secara baik dan akurat. Selama ini konsumsi batugamping didaerah

hanya digunakan sebagai bahan baku pertanian terutama untuk penetralitas tanah yang

memiliki konsentrasi tanah asam tinggi. Kemudian batugamping banyak digunakan

sebagai bahan agregat penimbun jalan untuk perbaikan sarana infrastruktur yang ada.

Kondisi yang demikian menyebabkan pemanfaatan dan konsumsi batugamping tidak

begitu besar sementara penyebaran luas cadangan. Batugamping yang tersusun oleh

mineral kalsium karbonat (CaCO3) banyak digunakan dan dimanfaatkan pada berbagai

bahan baku industri seperti bahan baku industri Semen, bahan baku industri Pupuk,

Keramik, Penetral Tanah, Bahan Bangunan, Ornament, industri Kertas, Cat, bahan

Pemutih dan industri Kimia lainnya. Keberadaan dan penggunaan batugamping sebagai

bahan baku industri sangat ditentukan oleh sifat fisik dan sifat kimianya.

3.1 Batugamping

Menurut nyaman pasek subawa, 2013. Batugamping pada umumnya adalah

bukan terbentuk dari batuan sediment seperti yang kita kira, tidak juga terbentuk

dari clay dan sand, terbentuk dari batu-batuan bahkan juga terbentuk dari kerangka

calcite yang berasal dari organisme microscopic di laut dangkal. Pulau Bahama

adalah sebagai contoh dari daerah dimana proses ini masih terus berlangsung

hingga sekarang. Sebagian perlapisan batu gamping hampir murni terdiri dari

kalsit, dan pada perlapisan yanglain terdapat sejumlah kandungan silt atau clay

yang membantu ketahanan dari batu gamping tersebut terhadap cuaca. Lapisan
gelap pada bagian atas mengandung sejumlah besar fraksidari silika yang

terbentuk dari kerangka mikrofosil, dimana lapisan pada bagian ini lebihtahan

terhadap cuaca.Batu gamping dapat terlarutkan oleh air hujan lebih mudah

dibandingkan dengan batuan yang lainnya. Air hujan mengandung sejumlah kecil

dari karbon dioksida selama perjalanannya di udara, dan hal tersebut mengubah air

hujan tersebut menjadi nersifat asam. Kalsit adalah sangat reaktif terhadap asam.

Hal tersebut menjelaskan mengapa goa - goa bawah tanah cenderung untuk

terbentuk pada daerah yang banyak mengandung batu gamping, dan juga

menjelaskan mengapa bangunan bangunan yang terbuat dari bahan batugamping

rentan terhadap air hujan yang mengandung asam. Pada daerah daerah tropis , batu

gamping terbentuk menjadi batuan yang kuat membentuk sejumlah pegunungan -

pegunungan batugamping yang indah.

3.2 Klasifikasi Batugamping

Menurut Dunham, 1962. Batugamping termasuk batuan sedimen. Batu gamping


ini dapat diklasifikasikan salah satunya adalah klasifikasi dunham yang membahas
tentang pembagianbatugamping. Klasifikasi Dunham (1962) ini dilihat secara
megaskopis yang manadia mengamati indikasi adanya pengendapan batugamping
yang ditunjukkan olehtekstur hasil pengendapan yaitu limemud (nikrit) semakin
sedikit nikrit semakinbesar energi yang mempengaruhi pengendapannya. Menurut
klasifikasi inibatugamping terbagi atas :

a. Mud Stone

b. Wake Stone

c. Pack Stone

d. Grain Stone

e. Bound Stone

f. Kristalin Karbonat
3.3 Ganesa Batugamping

Menurut Hendra Sulistya, 2014. Batugamping dapat terjadi dari dua proses,
yaitu proses sedimentasi bahan yang mengandung karbonat dan bersifat
poligenetik dan proses pelapukan.
1. Proses sedimentasi Proses sedimentasi dapat berupa sedimentasi secara
organik, kimia, m a u p u n m e k a n i k . P r o s e s s e d i m e n t a s i o r g a n i k
terjadi karena adanya tumbuhan larut koloni binatang
foraminifera, algae y a n g t e l a h m a t i d a n diendapkan di
dasar laut dengan kondisi laut yang tenang
s edimentasi kimia ini diakibatkan oleh proses kimia,
s e d a n g k a n p a d a proses sedimentasi mekanik diakibatkan oleh
adanya proses akumulasi dari lumpur - lumpur yang mengandung
karbonat k a r e n a p r o s e s d i a t a s t e r j a d i s a n g a t l a m a , m a k a
hasil akhir dari proses sedimentasi ini serta proses
d i a g e n e s a a k a n t e r b e n t u k b a t u gamping.
2. Proses Pelapukan Pada proses ini sumber unsur karbonatnya adalah
karbon diaoksida (CO), d a r i u d a r a d a n m i n e r a l - m i n e r a l y a n g
mengandung unsure-unsur karbonat yang terdapat pada
b a t u a n a s a l y a n g t e r s e b a r d i p e r m u k a a n bumi. dalam bentuk
yang umum adalah melalui proses pelapukan pada masa
batugamping sehingga membentuk larutan kalsium
k a r b o n a t ( CaCO) yang mana larutan tersebut oleh media air diangkut
dan diendapkan di lingkungan laut dangkal.
Daftar Pustaka

Suhendar,1996. Prospek Semen Pozolan untuk Mensubtitusi Semen Portlan, Pusat


Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM), Bandung

Rachman Wiryosudarmono, 1991. Kebijakan Pengembangan Mineral Industri di


Indonesia. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

Jhon Petti,1990, Klafisikasi batugamping.

Dunham,1962, Klasifikasi Batugmping.

Subawa pasek nyaman, 2013, pengertian Batugamping.

Anda mungkin juga menyukai