Anda di halaman 1dari 8

NILAI-NILAI AJARAN DALAM CERITA RAMAYANA

Aprianus Dody1, Fransiska Mayang2, Sandra Icha Pardila3, Saptiana Sulastri4


Fakultas Pendidikan Bahasa Dan Seni
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Pontianak
Surel: aprianusdody20@gmail.com

ABSTRAK
Kisah Ramayana adalah seorang ksatria yang sakti mandraguna, mahir
memanah, dan berhati welas asih. Kalau sudah memiliki kemauan, tidak mudah
menyerah Rama adalah simbolisasi dari kebijaksanaan. Sedangkan Laksmana adik
Rama yang sangat setia kepada kakaknya. Dewi Sita pernah menuduhnya
menyukai dirinya. Karena itu, Lakshmana bersumpah tidak akan menikah seumur
hidupnya. Laksamana adalah perlambang kesetiakawanan.
Kata Kunci: sejarah Ramayana, nilai-nilai ajaran

ABSTRACT
The story of Ramayana is about a knight who is powerful, capable of
archery, and has a compassionate heart. If you already have the will, don't give up
easily. Rama is a symbol of wisdom. Meanwhile, Laksmana, Rama's brother, is
very loyal to his brother. Dewi Sita once accused him of liking her. Therefore,
Lakshmana vowed never to marry for the rest of his life. Admiral is a symbol of
solidarity.
Keywords: Ramayana history, teaching values
PENDAHULUAN
Ramayana berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu kata Rama dan Ayana yang berarti
“Perjalanan kehidupan sang ksatria gagah perkasa yang bernama Rama”. Ramayana
merupakan karya sastra klasik dari cerita Hindu yang sampai saat ini masih mendapat
sambutan dan apresiasi dari masyarakat pembaca Indonesia atas karya sastranya bahkan
dunia.menyatakan bahwa “selama sungai masih mengalir dan gunung masih berdiri tegak
selama itu pula kisah Ramayana terus berkembang”. Karya sastra Ramayana membuktikan
bahwa cerita Ramayana adalah sebuah karya sastra yang tidak akan habis jika diteliti
melalui kajian karya sastra. Diagungkannya serta dicintainya Ramayana oleh masyarakat
sampai saat ini bukan merupakan sebuah kebetulan, namun ini merupakan sebuah karya
hasil karya dan menjadi warisan dunia salah satunya Negara tercinta kita ini yaitu
Indonesia. Begitu terkenalnya Ramayana sehingga membuat banyak karya sastra lahir dan
berkembang dari hasil Transformasi cerita dari Ramayana.

METODE PENELITIAN
Data dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata, sejarah dan nilai-nilai ajaran
dalam cerita Ramayana. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif-deskriptif. Pemilihan jenis penelitian ini disesuaikan dengan permasalahan yang
akan dibahas. Untuk membahas permasalahan ini, penelitian kualitatif deskriptif memakai
strategi berpikir fenomenologis yang bersifat lentur dan terbuka serta menekankan
analisisnya secara induktif dengan meletakkan data penelitian bukan sebagai alat
pembuktian melainkan sebagai modal dasar untuk memahami fakta-fakta yang ada
(Sutopo, 1996:47). Dalam penelitian ini, penulis melakukan pembacaan teks,
mengumpulkan data dalam teks kemudian menginterpretasikannya berdasarkan sejarah dan
nilai-nilai dalam cerita Ramayana.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah Rama, Terdapat suatu perbedaan nyata antara konsep dalam melihat dan
memahami sejarah terutama cara melihat atau konsep berfikir dalam Masyarakat Barat dan
Masyarakat Timur dalam hal ini Asia. Dalam konsep tentang sejarah,Masyarakat
Barat.Menganggap adanya bukti fisik sangat dibutuhkan dalam melihat suatu kejadian
sejarah,Dalam hal ini ialah tarikh atau masa, tempat atau lokasi kejadian itu berlaku adalah
amat penting. Penemuan sebuah situs batu, sebuah prasasti purba yang ditemui saat
menggali sesuatu area arkeologi adalah lebih tinggi nilainya dan dianggap sebagai
'keterangan' atau 'bukti' atas suatu kejadian berlaku. Oleh karena itu, Dalam konsep tentang
sejarah,Masyarakat Barat tidak menganggap suatu bukti sejarah jika hanya berupa cerita
lisan atau tertulis yang ada pada wilayah arkeologi tersebut.

Sebaliknya, Dalam sejarah Masyarakat Timur dalam hal ini Asia, suatu kejadian
atau sejarah sangat pasti meninggalkan kesan atau terekam dalam ingatan memory
masyarakat turun temurun dimana kejadian terdahulu benar benar terjadi. Hal ini yaitu
sejarah ada yang berupa cerita lisan dan ada yang tertulis. Dalam keilmuan Hal ini bisa
disebut Epos, Legenda Mitos, Cerita rakyat atau apapun penamaan nya, Pada wilayah
masing masing peristiwa sejarah terdahulu itu terjadi. Dan oleh karena itu, dalam Budaya
masyarakat Timur dalam hal ini Asia suatu kejadian atau sejarah dianggap memang telah
benar-benar terjadi.

Terdapat satu lagi perbedaan antara konsep tentang sejarah masyarakat Barat dan
konsep tentang sejarah Masyarakat Timur. Dalam masyarakat Barat, waktu dilihat sebagai
suatu garis yang linear yaitu mempunyai titik permulaan dan titik terakhir. Sebaliknya,
Waktu dalam konteks Masyarakat Timur lah suatu putaran, yang tidak memiliki permulaan
atau akhir. Itulah sebabnya dalam Hinduisme,Waktu dibagi kepada Yuga, Manvantara Dan
waktu yang tidak terkira.

Atas sebab-sebab ini, ilmuwan Barat enggan menerima Rama sebagai seorang
tokoh sejarah dan menganggap Ramayana sebagai suatu karya sastra yang penuh dengan
mitologi. Ramayana dan Mahabharata dikelompokan sebagai 'Itihasa' yang berarti, karya-
karya ini adalah suatu penceritaan tentang suatu kejadian atau sejarah yang pernah terjadi
dahulu. Kedua-dua mahakarya ini juga penuh dengan data-data astronomi berhubung
dengan peristiwa-peristiwa penting.

Berdasarkan kepada perkiraan astronomi, maka, suatu perkiraan waktu terjadi


sejarah kejadian dapat dihitung mundur kapan waktu itu terjadi. Seperti kapan saat saat
tokoh dalam Ramayana ini dapat diketahui terjadi nya : Kelahiran Rama - 4.439 S.M.
Pembuangan negeri Rama - 4.414 S.M. Rama menaiki tahta Ayodhya - 4.400 S.M. Ada
perkiraan waktu dari pendapat lain yaitu : Kelahiran Rama - 4.342 S.M. Perkahwinan
dengan Sita - 4.327 S.M. Pembuangan negeri Rama - 4.315 S.M. Rama menaiki tahta
Ayodhya - 4.301 S.Mi 21 Ramayana yang populer di Asia adalah seperti berikut: Kakawin
Ramayana (Jawa), Hikayat Sri Rama (Malaysia), Ramakien (Thailand), Pha Lak Pha Lam
dan Khvay Thuaraphi (Laos), Hakubutsushi (Jepang), Ramasvamedha (Nepal),
Janakiharana (Sri Lanka) Ramayana dalam kebudayaan tradisional Indonesia, khususnya di
Jawa dan Bali, berkaitan dengan tradisi sangjit. Sanggit adalah penyusunan suatu cerita
yang telah dikenal secara khas, yang dilakukan oleh seorang seniman atas dasar pandangan
hidup, pendirian, selera, maupun tujuan-tujuan tertentu yang mungkin dimiliki seniman
tersebut dalam menampilkan suatu cerita.

Kakawin Ramayana Jawa kuno hanya berakhir dengan kembalinya Rama dan Sita
ke Ayodhya. Bagian-bagian selanjutnya dihilangkan oleh penyalurnya. H.Kern merupakan
orang pertama yang menerbitkan kakawin Ramayana dalam aksara Jawa baru pada 1900.
Selanjutnya HH Juynboll menerjemahkannya ke dalam bahasa Belanda. Setelah itu naskah
Ramayana banyak diteliti para pakar, antara lain WF Stutterheim RMNg.Poerbatjaraka dan
C.Hooykaas. Di mata para pakar, Ramayana sering dianggap sebagai salah satu sumber
untuk mengetahui hubungan pertama India Dengan Nusantara. Kitab itu menyebut nama
Yawadwipa sebagai pulau emas dan perak. Mungkin mengacu kepada Pulau Jawa
sekarang. Kitab itu juga menyebut Suwarnadwipa, yang berarti pulau emas, mungkin yang
dimaksud Pulau Sumatera.
Cerita Ramayana versi Jawa yang paling populer di kalangan rakyat adalah Serat
Rama karya Yasadipura I (1729-1802). Dia seorang pujangga istana Surakarta. Sendratari
Ramayana yang dikenal sekarang, menggunakan Serat Rama sebagai sumber cerita. Cerita
Ramayana Pernah diadaptasi ke dalam bahasa Melayu dengan judul Hikayat Seri Rama.
Ramayana dipahatkan pada Situs Prambanan dan Situs Penataran. Pada Situs Prambanan,
relief Ramayana dipahatkan pada pagar langkan bagian dalam Situs Siwa dan Situs
Brahma. Relief tersebut terbagi dalam panel-panel, masing-masing 24 panel pada Situs
Siwa dan 30 panel pada Situs Brahma.

Setiap panel dipisahkan oleh pahatan pilaster. Kadang-kadang sebuah panel


memuat lebih dari satu adegan.Relief Ramayana dimulai dari Situs Siwa dengan urutan
cerita berawal dari sebelah kiri pintu masuk sisi timur, berjalan searah jarum jam, dan
berakhir di sebelah kanan pintu masuk sisi timur. Dilanjutkan di Situs Brahma dengan
dengan urutan seperti di Situs Siwa, mulai dari sebelah kiri pintu masuk dan berakhir di
sebelah kanan pintu masuk (Moertjipto dkk, 1991). Relief pada Situs Penataran kurang
begitu dikenal,mungkin karena Situs itu terletak di Jawa Timur.

Sejak beberapa tahun lalu beberapa arkeolog, termasuk arkeolog India, menelusuri
nama-nama tempat yang disebutkan dalam kitab Ramayana,termasuk kitab Mahabharata
yang juga berisi epos. Penelitian juga pernah dilakukan arkeolog AS, Michael Cremo tahun
2003. Selama delapan tahun dia meneliti kitab suci Weda dan Jaina, yang ditulis pendeta
Walmiki. Dia menemukan nama-nama yang tertera di kitab tersebut ada di India. Sampai
di sini kita belum yakin apakah nama tempat itu ada setelah atau sebelum kejadian terjadi.
Bisa juga nama tempat yang sama dengan di kitab dibuat setelah kitab itu ada terlebih
dahulu.

Dengan kata lain nama tempat atau kota dapat saja dibuat meniru nama sesuai
dengan nama yang ada pada kitab Ramayana. Cerita Ramayana berasal dari bahasa
sansekerta yaitu dai kata rama dan ayana yang berarti “ perjalanan rama” adalah sebuah
cerita epos dari india yang digubah oleh walmiki dalam (walmiki) valmiki Ramayana
terdapat pula dalam khazanah sastra jawa dalam bentuk kekawin Ramayana.

Dalam bahasa melayu di dapati pula hikayat sri rama yang isinya berbeda dengan
kakawin Ramayana dalam bahasa jawa kuno. Di India dalam bahasa sansekerta, Ramayana
dibagi tujuh kitab/kanda yaitu : balakanda kitab pertama sang dasaratha yg menjadi raja
ayodhya. Ayodhya kanda kitab kedua sang dasaratha yg akan menyerahkan kepada sang
rama, tetapi dihalangi oleh dewi kekayi. Aranyakanda kitab ketiga dalam kitab ini di
ceritakanlah bagaimana sang rama dan laksamana membantu para tapa di sebuah asrama
mengusir sekalian raksasa yg datang mengganggu. Kiskindhakanda kitab keempat dalam
kita ini di ceritakan bagaimana sang rama amat berduka cita akan hilangnya dei sita.
Sundara Kanda kitab kelima dalam kitab ini diceritakan bagaimana sang hanuman datang
ke alengka pura mencari tahu akan keadaan dewi sita dan membakar kota alengka pura
karena iseng. Yuddhakanda kitab keenam dalam kitab ini diceritakan sang raja kera
sugriwa mengerahkan bala tentara kera menyiapkan penyerangan alengka pura.
Untuk membuktikan hal ini maka bukti fisik sangat diperlukan untuk membuktikan
sebuah nama tempat benar atau tidak sebagai sebuah nama pada kejadian sejarah
terdahulu. Penelitian Dr Rao, arkeolog ditemani tim dan rekannya di India.Dikabarkan
telah ditemukan sebuah jembatan yang sangat unik di Selat Palk antara India dan Srilanka.
Jembatan Misterius itu menghubungkan dua daratan, yaitu antara Pulau Manand (Sri
Lanka) dan Pulau Pamban (India). Jembatan itu populer karena konon digunakan oleh
tentara Hanoman untuk menyeberang ke Alengka dalam rangka membebaskan Sita dari
penculikan Rahwana. Keberadaan jembatan itu tidak di darat, melainkan di bawah air laut
sekitar 1,5 meter. Konstruksi jembatan akan tampak lebih nyata bila dilihat dari udara.
Jembatan tersebut panjangnya sekitar 30 kilometer, dengan lebar hampir 100 meter.
Disinilah peran ilmu pengetahuan yang harus membuktikan fakta kebenaran dari sesuatu
yang dianggap sejarah.

Cerita Ramayana semakin diterima di Jawa, setelah melalui pertunjukan wayang


(wayang orang, wayang kulit purwa termasuk sendratari). Tapi ia kalah menarik dengan
wayang yang mengambil cerita Mahabharata, karena tampilan ceritanya sama sekali tidak
mewakili perasaan kaum awam (hanya pantas untuk kaum Brahmana dan Satria) walau
jika dikaji lebih mendalam, cerita Ramayana sebenarnya merupakan simbol perjuangan
rakyat merebut kemerdekaan negerinya. Bahwa cerita Ramayana tidak bisa merebut hati
kaum awam Jawa seperti Mahabharata, antara lain disebabkan:

1. Ceritanya dipenuhi oleh lambang-lambang dan nasehat-nasehat kehidupan para


bangsawan dan penguasa negeri, yang perilaku dan tindakannya tidak membaur di hati
kaum awam
2. Ramayana adalah raja dengan rakyat bangsa kera yang musuhnya bangsa raksasa
dengan rakyat para buta berduwak dan siluman.
3. Kaum awam memiliki jalan pikiran yang relatif sangat sederhana, dan berharap pada
setiap cerita berakhir pada kebahagiaan.

Nilai-nilai ajaran agama Hindu yang ada dalam cerita Ramayana, antara lain:
1. Satya mitra dan Satya Wacana, Rama yang setia akan kata-katanya kepada ayahnya
bahwa ia akan menyerahkan tahtanya kepada Barata demi janji ayahnya, selain itu
terlihat dari kesetiaan Sugriwa terhadap janjinya kepada Rama.
2. Guru Bakti dan Pitra yajna, diperlihatkan dari rasa baktinya Rama terhadap Orang
tuanya sehingga bersedia untuk mengasingkan diri kehutan.
3. Satya Semaya, diperlihatkan pada kesetiaan Dasarata dalam menepati janjinya pada
Dewi Kekayi sampai harus meninggal dunia.
4. Dharma Negara, diperlihatkan oleh Rama yang rela membuang istrinya kehutan demi
kedamaian rakyatnya selain itu juga terlihat dari Kumbakarna yang dengan sepenuh
hati hingga mengorbankan nyawa untuk membela Negaranya.
5. Dharma Agama, diperlihatkan oleh Wibisana yang menentang kakaknya demi
membela kebenaran.
Rama adalah seorang ksatria yang sakti mandraguna, mahir memanah, dan berhati
welas asih. Kalau sudah memiliki kemauan, tidak mudah menyerah Rama adalah
simbolisasi dari kebijaksanaan. Sedangkan Laksmana adik Rama yang sangat setia kepada
kakaknya. Dewi Sita pernah menuduhnya menyukai dirinya. Karena itu, Lakshmana
bersumpah tidak akan menikah seumur hidupnya. Laksamana adalah perlambang
kesetiakawanan
Demikianlah kaitan kepemimpinan tokoh epos Ramayana tersebut dengan ajaran
ajaran agama Hindu, dapat dijadikan pedoman bagi para pemimpin untuk selalu melakukan
sesuatu sesuai dengan ajaran agama.

Dari segi alur cerita dan tokoh-tokohnya Ramayana versi Indonesia tidak jauh berbeda
dengan versi aslinya, yang berbeda adalah pada bagian akhirnya . Versi Indonesia kisah
Ramayana berakhir bahagia yakni dengan bersatunya Rama dan Dewi Sinta setelah Sinta
berhasil dibebaskan dari tawanan Rahwana. Sedangkan pada versi aslinya berakhir tragis
mereka berpisah setelah Sinta diusir karena kesuciannya diragukan. Ada kemungkinan
perbedaan ini dikarenakan masyarakat kita menyukai hal-hal yang melankolis sehingga
tidak dapat menerima kalau Sinta yang sudah menderita harus menderita lagi. Bukankah
seharusnya orang harus bahagia setelah mengalami penderitaan. Barangkali itulah
sebabnya maka cerita Ramayana versi Indonesia berakhir pada bagian itu.

Dalam versi aslinya cerita Rama dan Sinta belum berakhir dengan kembalinya mereka
ke Ayodhia. Sinta yang dalam keadaan hamil kemudian diusir dari istana karena rakyat
Ayodhia meragukan kesucian Ratu mereka dan Rama kemudian ikut terpengaruh. Setelah
berpisah mereka kemudian bertemu kembali untuk kemudian berpisah untuk selamanya.
Perbedaan versi cerita Ramayana juga semakin menarik karena ternyata Ramayana versi
Sri Lanka berbeda dengan Ramayana versi India. Sri Rama dalam Ramayana versi India
dan versi Indonesia adalah tokoh baik (protagonis) dan Rahwana adalah tokoh jahat
(antagonis) karena telah menculik Dewi Sinta istri Rama. Sebaliknya Ramayana versi Sri
Lanka justru Rahwana sang raja Alengka adalah tokoh baik, dan yang yang jahat adalah
Sri Rama. Sinta tidak diculik tapi ia sendiri meminta Rahwana menculiknya, Rama sangat
licik ia memperalat Wibisana adik Rahwana agar bisa menguasai kerajaan Alengka.
Perbedaan versi antara India dan Srilangka masih dapat dipahami karena Sri Lanka kuno
adalah Alengka (konon). Ada perbedaan sudut pandang. Sama dengan Indonesia, bagi kita
Pangeran Diponegoro adalah pahlawan sebaliknya bagi Belanda Pangeran Diponegoro
tidak lebih dari seorang pemberontak.
PENUTUP

SIMPULAN
Ramayana berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu kata Rama dan Ayana yang berarti
“Perjalanan kehidupan sang ksatria gagah perkasa yang bernama Rama”. Ramayana
merupakan karya sastra klasik dari cerita Hindu yang sampai saat ini masih mendapat
sambutan dan apresiasi dari masyarakat pembaca Indonesia atas karya sastranya.
Nilai-nilai ajaran yang terdapat di dalam cerita Ramayana bahwa rama seorang
ksatria yang setia, berbakti kepada orang tua, membela keberanara, berani, sakti
mandraguna, mahir memanah, dan berhati welas asih. Kalau sudah memiliki kemauan,
tidak mudah menyerah Rama adalah simbolisasi dari kebijaksanaan.
SARAN
Walaupun kita sekarang berada pada kondisi yang berbeda dari cerita yang dimuat
pada Kitab Mahabarata. Kita harus mampu mengikuti kemampuan kemampuan mereka
yang semangat menjalani hidup ini. Demikianlah kaitan kepemimpinan tokoh epos
Ramayana tersebut dengan ajaran ajaran agama Hindu, dapat dijadikan pedoman bagi para
pemimpin untuk selalu melakukan sesuatu sesuai dengan ajaran agama. Nilai moral yang
terkandung dalam kisah tokoh Panji antara lain loyalitas pada kerajaan, berani meraih
kejayaan, berkorban demi tujuan luhur, mensejahterakan masyarakat, serta tabah dan sabar
menjalani penderitaan lahir batin.
DAFTAR PUSTAKA

Alfian Magdalia 2013. Potensi Kearifan Lokal dalam Pembentukan Jati Diri dan Karakter
Bangsa. Jurnal International Conference On Indonesian Studies, (Online) 425-435
Aminuddin. 2014. Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Offset Bandung
Poerbatjaraka, Tardjan Hadidjaja, 1952, Kepustakaan Djawa. Jakarta: Djambatan.
Pendit. Nyoman, S. 2015. Ramayana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Susetya, Wawan. 2008. Ramayana. Yogyakarta: Penerbit Narasi.
Sutopo, Heribertus B. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif (Metodologi Penelitian
untuk Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya).Surakarta: UNS Press

Anda mungkin juga menyukai