Anda di halaman 1dari 12

KONSEP ISTIKHLAF

DALAM EKONOMI
ISLAM
Dosen Pengampu : Mawaddah Irham, M. E. I
ASSALAMMUALAIKUM

NAMA : NUR AINUN


NIM : 0502191010
KELAS : AKUNTANSI SYARIAH 4G (AKS 4G)
MATA KULIAH : TEOLOGI EKONOMI (TI)

2
Pengertian dan Dasar Pemikiran Istikhlaf

Dalam konteks Islam, konsep hak milik dapat dilihat dari dua persperktif yaitu:
1. Dalam konteks fikih Mu’amalah
Para ulama fikih menyatakan ada 4 cara pemilikan harta yang disyariatkan Islam yaitu:
-Melalui penguasaan terhadap harta yang belum dimilik seseorang atau lembaga hukum lainnya, yang
dalam islam disebut sebagai harta yang mubah.
-Melalui suatu transaksi yang ia lakukan dengan orang lain atau suatu lembaga hukum seperti jual beli,
hibah dan wakaf.
-Melalui peninggalan seseorang seperti menerima harta warisan dan ahli warisnya yang telah wafat.
-Hasil/buah dari hati yang telah dimiliki seseorang, sama ada hasil itu ada secara alami seperti buah
dikebun, anak sapi yang lahir atau hasil dari keuntungan dagang.
3
2. Dalam konteks teologis
Penguasa dan pemilik seluruh harta atau sumber daya alam disemesta ini
adalah Allah SWT. Di dalam Q. S. Al- Nas, ada ungkapan malik al-nas (raja manusia) dan
pada Q. S. Al-Fatihah terdapat ungkapan malik yaumu al-din (pemilik dan penguasa hari
pembalasan). Begitu juga dalam Q. S. Al-Maidah ayat 120 dan Q. S. Al-Ibrahim ayat 32-34.
Lewat ayat-ayat tersebut, Allah SWT tidak hanya menganugerahkan sumber
daya alam untuk manusia tetapi juga telah menundukkannya (taskhir) yang membuat
manusia mudah dan dapat mengelolanya dengan ilmu yang dimilikinya. Konsep taskhir ini
mengandung implikasi teologis yang cukup dalam.
Dalam perspektif taskhir menjadi mudah bagi kita untuk memahami mengapa Allah
SWT menjadikan manusia sebagai khalifah dalam kaitannya dengan harta. Allah memberikan
kepada manusia hak istikhlaf yaitu hak untuk mengelola dan memanfaatkan harta untuk kebaikan
kehidupan manusia dan isi semesta.
Ungkapan Yusuf Qardhawi dan Muhammad Sharif Chaudry konsekuensi dari posisi
manusia sebagai wakil tuhan dalam mengelola harta atau sumber daya alam adalah: Pertama,
mengolah, mengembangkan dan memberi nilai tambah terhadap harta tersebut. Kedua,
konsekuensi manusia sebagai wakil tuhan dalam mengelola harta adalah, manusia harus mampu
memerankan “Tangan Tuhan” yang bekerja untuk menyalurkan dan membagi rezeki itu khusunya
kepada orang-orang yang tidak mampu.

Muhammad Djakfar didalam Teologi Ekonominya mengatakan bahwa hikmah dari
konsep Istikhlaf adalah:
1.bekerja keras, kreatif dan inovatif.
2. membangun organisasi atau kerjasama tim.
3. implikasi dari organisasi dan kerja tim maka kita mesti membangun manajemen
kerja yang unggul yang memungkinkan semua potensi termanfaatkan secara
maksimal.
4. mengembangkan budaya syukur dan tradisi berbagi.

6
Etika Lingkungan dan Generasi Mendatang

Dalam teori etika lingkungan ada satu pertanyaan besar yang perlu dijawab. Apakah
entitas-entitas non-manusia (hal-hal alamiah atau “lingkungan”) diakui sebagai memiliki nilai
intrinsik (nilai pada dirinya sendiri) atau hanya sekedar nilai instrumental (nilai alat, yakni
sejauh dapat diperalat demi kebaikan dan kepentingan manusia).
Jawaban atas pertanyaan diatas adalah pada akhirnya melahirkan dua teori besar
dalam masalah etika lingkungan. Pertama, etika antroposentris yang menganggap hanya
manusialah yang memiliki moral patienst dan kedua, etika biosentris yang memperluas cakupan
moral patienst kepada hal-hal yang bersifat non-manusiawi.

7
Implikasi dari etika antroposentrisme adalah keharusan manusia menjaga kelestarian
alam semata-mata didasarkan pada kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Tetapi ternyata
pandangan yang antroposentrisme terhadap lingkungan, tidak saja merusak lingkungan tetapi pada
gilirannya menimbulkan kesusahan pada manusia itu sendiri berupa ketidaknyamanan hidup dan
juga mengancam kehidupannya.
Robert Mellert mengajukan 4 pertimbangan dasar mengapa manusia yang hidup pada
zaman ini peduli dengan generasi mendatang (future generation) (Alois Nugroho:2001;11).
Pertama, generasi-generasi mendatang pada hakikatnya sama dengan kita yang hidup saat ini.
Kedua, seseorang yang dilahirkan kedunia dalam suatu generasi tertentu sebenarnya merupakan
suatu kebetulan sejarah (historical accident). Ketiga, kelangsungan hidup kita sebagai spesies lebih
penting dari kelangsungan hidup sebagai individual. Keempat, hidup boleh berakhir, tetapi
kenangan hidup dan dampak hidup akan terus berlangsung.
Dimensi Teologis Istikhlaf

Konsep Istikhlaf mengantarkan manusia kepada pemahaman bahwa:


1. Harta milik mutlak Allah dan manusia hanya sebagai pemegang amanah , orang yang
dipercaya untuk mengelolanya dengan baik.
2. Harta itu sejatinya harus diperoleh dengan cara-cara yang dibenarkan syara’misalnya
dengan kerja produktif.
3. Harta itu dimanfaatkan untuk kehidupan manusia dan seluruh penghuni semesta.
Allah bekerja di alam ini lewat ar-rahman dan ar-rahimnya. Allah
memberikan rahmannya kepada seluruh makhluk tanpa membedakan keimanan
dan kekufurannya. Disisi lain, Allah berikan rahimnya kepada hambanya yang
saleh. Semuanya lewat kerja keras baik itu kerja-kerja prouduktif ataupun lewat
ibadah.
Implikasi dari teologis dari konsep istikhlaf ini adalah kepedulian
untuk generasi mendatang. Pertimbangan etika-filosofis mengapa generasi
mendatang harus menjadi perhatian dan kepedulian kita bersama. Seperti firman
Allah Q. S. An-Nisa’ ayat 9.

10
DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Azhari Akmal. Penghantar


Teologi Ekonomi. 2014. Medan: FEBI UIN-
Press.

11
-THANK YOU-

Anda mungkin juga menyukai