LANDASAN TEORI
v. D. ρ
Re = . . . . Pers (2.1)
μ
Keterangan :
Re = Bilangan Reynolds
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
D = Diameter dalam pipa (m)
ρ = Massa jenis (kg/m 3 )
µ = Viskositas dinamis (N.s/m 3 )
Pada fluida air, suatu aliran diklasifikasikan laminar apabila aliran tersebut
mempunyai bilangan Reynolds (Re) kurang dari 2300. Untuk aliran transisi berada
pada bilangan 2300 < Re < 4000, disebut juga sebagai bilangan Reynolds kritis.
Sedangkan untuk aliran turbulen mempunyai bilangan Reynolds lebih dari
4000 (Waspodo, 2017).
dm
ρ = . . . . Pers (2.2)
dV
Keterangan :
ρ = Rapat jenis (kg/m3)
m = Massa fluida (kg)
V = Volume aliran fluida (m3)
V
Q = . . . . Pers (2.3)
t
1 . . . . Pers (2.4)
A = π D2
4
Maka kecepatan aliran dalam suatu penampang adalah:
Q . . . . Pers (2.5)
v=
A
atau
Q . . . . Pers (2.6)
v=
1
π D2
4
Keterangan :
ρ1 . A 1 . v 1 . m 1 = ρ 2 . A 2 . v 2 . m 2 . . . . Pers (2.8)
Jika aliran fluida bersifat incompressible dan steady flow, maka persamaan menjadi :
A1 v 1 = A 2 v 2 . . . . Pers (2.10)
Keterangan:
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
Q = Debit aliran (m3/s)
A = Luas penampang aliran (m2)
m = Massa fluida (kg)
2.4 Aliran dalam Saluran Tertutup
Saluran tertutup atau saluran pipa biasanya digunakan untuk mengalirkan
fluidadi bawah tekanan atmosfer (tampang aliran penuh), karena apabila tekanan di
dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair didalam pipa tidak penuh), maka
aliran termasuk dalam pengaliran terbuka. Fluida yang dialirkan melalui pipa bisa
berupa zat cair atau gas dan tekanan bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan
atmosfer. Untuk aliran tidak mampu mampat (incompressible) dan steady di dalam
pipa, dinyatakan dalam kerugian tinggi tekan. Untuk perhitungan dalam pipa
umumnya dipakai persamaan Darcy Weisbach. Persamaan Darcy Weisbach adalah
sebagai berikut (Waspodo, 2017).
L. v 2 . . . . Pers (2.11)
hf = f
D.2.g
Keterangan :
Hf = Kehilangan energi karena gesekan (tidak berdimensi) (m)
f = Koefisien Darcy Weisbach
L = Panjang pipa (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)
0,316
f = . . . . Pers (2.12)
Re1/4 .g
Keterangan :
f = Faktor gesek (tidak berdimensi )
Re = Bilangan Reynolds
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
a. Aliran Turbulen
Kondisi aliran dengan garis-garis aliran yang saling bersilangan sehingga
terjadi percampuran antar bidang-bidang geser di dalam fluida. Aliran ini terjadi jika
fluida rendah dan kecepatan fluida tinggi. Aliran turbulen memiliki bilangan Re >
4000 (Zainudin et al., 2012).
b. Aliran laminar
Kondisi aliran dengan garis aliran mengikuti jalur yang sejajar sehingga tidak
terjadi percampuranantara bidang-bidang geser fluida. Aliran ini terjadi jika fluida
tinggi dan kecepatan fluda rendah.Aliran laminar memiliki bilangan Re < 4000
(Zainudin et al., 2012).
c. Aliran Transisi
Kondisi aliran peralihan dari aliran laminar menjadi aliran turbulen dan
sebaliknya. Aliran transisi adalah rejim yang terjadi antara aliran laminar dan
turbulen. Jadi aliran transisi adalah proses terjadinya aliran laminar ke turbulen.
Aliran transisi memiliki bilangan Re antara 2300-4000 (Zainudin et al., 2012).
Kehilangan energi (tekanan) untuk menghitung kehilangan energi (head loss)
pengaliran air pada pipa, dapat menggunakan rumus Hanzen Williams, yang telah
dikonversi ke metrik unit oleh konsultan sebagai berikut (Waspodo, 2017).
0,541 2,63
CHL X D
Q = 3,5885× 10
{
-6 L
0,54187
.g } . . . . Pers (2.13)
atau
1,85
Q XL
10
{
C1,85 X D4,87 . g } . . . . Pers (2.14)
HL = 1,1846×10
Keterangan :
HL = Kehilangan tinggi tenaga (m)
Q = Debit aliran (m3/s)
L = Panjang pipa (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
D = Diameter pipa (m)
C = Koefisien kekasaran Pipa dari Hazen dan William
v2 . . . . Pers (2.16)
hf = K
2.g
Keterangan :
Hf = Kehilangan tinggi tenaga (m)
K = Koefisien yang besarnya ditentukan oleh tipe sambungan
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Keterangan :
ΔP = Penurunan tekanan dalam pascal (Pa)
f = Faktor gesekan
v = Kecepatan dalam meter per detik (m/s)
L = Panjang pipa atau selang dalam meter (m)
ρ = Densitas cairan kilogram per meter kubik (870-890 kg / m³ untuk minyak)
D = Diameter dalam pipa atau selang dalam meter (m)
Untuk menentukan penurunan tekanan fluida (cairan atau gas) sepanjang pipa
atau pipa komponen adalah sebagai berikut (Waspodo, 2017). Tentukan Nomor
Reynolds:
f
f2
f3
Abidin, K., & Wagiani, S. (2013). Studi Analisis Perbandingan Kecepatanaliran Air
Melalui Pipa Venturi Dengan Perbedaan Diameter Pipa. Jurnal Dinamika,
04(1), 62–78.
Al-Shemmeri,T.,Engineering Fluid Mechanics. http:// bookboon. com/en/mechanics
-ebooks 10 Juni 2012 .
Nurnawaty, & Sumardi. (2020). Analisis perubahan tinggi tekanan akibat sudut
belokan 90˚ dan 45˚ dengan menggunakan fluid friction apparatus. Jurnal
Teknik Hidro, 13(1), 28–37.
Suhendra, S. (2019). Konsep Dasar dan Aplikasi Mekanika Fluida Bidang Teknik
Sipil. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.Waspodo, W. (2017). Analisa Head
Loss Sistem Jaringan Pipa Pada Sambungan Pipa Kombinasi Diameter Berbeda.
Suara Teknik: Jurnal Ilmiah, 8(1), 1–12. https://doi.org/10.29406/stek.v8i1.534
Wibowo. 2013. Perilaku dalam Organisasi.. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2012. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Zainudin, Z., Adi Sayoga, I. M., & Nuarsa, M. (2012). Analisa Pengaruh Variasi
Sudut Sambungan Belokan Terhadap Head Losses Aliran Pipa. Dinamika
Teknik Mesin, 2(2), 75–83. https://doi.org/10.29303/d.v2i2.97