Anda di halaman 1dari 20

MODUL 24: PERILAKU DAN JIWA

SKENARIO 1
(EKLEKTIK HOLISTIK)

Disusun oleh

ELVINA DIANITHA
(71180811061)
SEMESTER VII
SGD 14

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITA ISLAM SUMATERA UTARA
TA 2021/2022
Lembar Penilaian Makalah

NO Bagian yang Dinilai Skor Nilai

1 Cara Penulisan 0 – 40

2 Konten atau Isi 0 – 40

3 Daftar Pustaka 0 – 20

TOT AL

NB : LO = Learning Objective Medan, 12 Desember 2021

Dinilai Oleh :

Tutor

(dr. Agus Sumedi, Sp. An-KIC)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia – Nya saya dapat menyelesaikan makalah dari pelaksanaan
SGD (Small Group Discussion) kami. Makalah ini disusun berdasarkan
pengalaman dan pengamatan saya selama melakukan kegiatan berdasarkan
paradigma pembelajaran yang baru. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas saya
dalam bidang studi kedokteran yang menggunakan metode PBL (Problem Based
Learning). Makalah ini diharapkan dapat sebagai bahan acuan untuk mencapai
penggunaan metode baru tersebut secara berkelanjutan. Saya berusaha menyajikan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh semua kalangan untuk
mempermudah dalam penyampaian informasi metode pembelajaran ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Agus Sumedi, Sp.
An-KIC, selaku Dosen tutorial SGD 14 Fakultas Kedokteran UISU yang telah
membimbing kami selama proses pembelajaran dan SGD pada modul 24 Perilaku
dan Jiwa. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu saya menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari para pembaca
untuk memperbaiki kekurangan dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberi manfaat pada kita semua.

Medan, 12 Desember 2021


Penulis

Elvina Dianitha
(71180811061)

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………….…………………………………………. ii
SKENARIO ………………………………………………………………… iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………..……………………………………..... 1
1.2 Rumusan Masalah……………...…………………………………………. 2
1.3 Tujuan ..……..…………………………………………………………...... 3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Psikiatri ………………………….…..……………………… 4
2.2. Ruang Lingkup Psikiatri ……………………….…..…………………… 5
2.2.1 Psikiatri Anak dan Remaja ……………………….…..…………… 5
2.2.2 Psikogeriatri ……………………….…..………………………….. 5
2.2.3 Psikiatri Forensik ……………………….…..…………………….. 6
2.2.4 Psikiatri Industri ……………………….…..……………………… 6
2.3. Aliran – aliran Psikiatri
2.3.1 Psikoanalisa ……………………….…..…………………………... 7
2.3.2 Psikobiologis ……………………………………………………… 9
2.3.3 Eklektik Holistik ………………………………………………….. 9
2.3.4 Behaviorisme ……………………………………………………… 11
2.4. Perbedaan Antara Psikiatri dengan Psikologi …………………………… 11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………….…..…………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...... 15

ii
SKENARIO 1
Eklektik Holistik

Dalam satu diskusi kelompok kecil mahasiswa semester 7 Fakultas
Kedokteran A yang membahas tentang dasar – dasar Ilmu Psikiatri. Eklektik
Holistik adalah salah satu aliran dalam Psikiatri Modern yang termasuk dibahas.
Aliran ini pertama sekali dikemukakan oleh Kusumanto Setyonegoro yang dikenal
sebagai Bapak Psikiatri Indonesia.
Dengan mendiskusikan aliran ini secara rinci diharapkan mahasiswa lebih
mudah memahami Psikiatri tersebut. Untuk lebih mudah dan rinci memahami
psikiatri tersebut akan lebih mudah dengan menggunakan diagram di bawah ini.

Konsep aliran Biopsikososial à Eklektik Holistik

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang unik dan menerapkan
sistem terbuka dan saling berinteraksi. Manusia sebagai sistem terbuka terdiri dari
berbagai sub sistem atau komponen yang saling berhubungan secara terintegrasi
untuk menjadi satu total sistem yaitu komponen biologik, komponen psikologik,
komponen sosial dan komponen spiritual. Manusia selalu berusaha
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh
setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan linkungannya. Keadaan individu
yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan disebut sehat, sebaliknya
dikatakan sakit apabila gagal dalam menyesuikan diri dengan lingkungannya.
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku seseorang
yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya
(impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi
psikologi, perilaku, biologi dan gangguan itu tidak hanya terltak didalam hubungan
antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010).
Kesehatan jiwa bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijaga, dengan tekanan
kehidupan yang semakin berat untuk dihadapi. Seiring dengan berkembangnya
zaman dan kemajuan teknologi semakin banyak pula masalah yang mesti dihadapi,
baik menggunakan fisik ataupun psikologi untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Dengan keadaan seperti ini yang akan menuntut para individu untuk menyesuaikan
(adaptasi). Tidak setiap individu mampu beradaptasi dengan kemajuan, setiap
individu mempunyai hambatan masing – masing. Dan masalah yang datang tanpa
diiringi dengan pemecahan – pemecahan masalah akan menimbulkan semacam
ancaman bagi perasaan individu yang dapat menimbulkan stres berkepanjangan
bahkan menyebabkan gangguan jiwa. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik
positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadian (WHO, 2007)

1
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) jumlah penderita gangguan
jiwa didunia adalah 450 juta jiwa. Satu dari empat keluarga sedikitnya mempunya
seorang dari anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Setiap
empat orang yang membutuhkan pelayanan kesehatan, seorang diantaranya
mengalami gangguan jiwa dan tidak terdiagnosa secara tepat sehingga kurang
mendapat pengobatan dan perawatan secara tepat. Di indonesia sendiri prevalensi
gangguan jiwa tertinggi terdapat di provinsi Daerah Khusus Ibu Kota jakarta
(24,3%), Diikuti Nagroe Aceh Darusalam (18,5%), Sumatra Barat (17,7%), NTB
(10,9%), Sumatra Selatan (9,2%), dan Jawa Tengah (6,8%). (Depkes RI 2008).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukan prevalensi gangguan
jiwa nasional mencapai 5,6% dari jumlah penduduk. Berdasar data tersebut bisa
disimpulkan bahwa penderita gangguan jiwa di Indonesia setiap tahunya selalu
meningkat.
Dilihat dari angka kejadian diatas penyebab yang paling sering timbulnya
gangguan jiwa adalah dikarenakan himpitan masalah ekonomi dan kemiskinan.
Kemampuan dalam beradaptasi tersebut berdampak pada kebingungan, kecemasan,
frustasi, perilaku kekerasan, konflik batin dan gangguan emosional menjadi faktor
penyebab tumbuhnya penyakit mental.
Psikiatri adalah suatu cabang spesialistik dalam ilmu kedokteran yang
menangani gangguan jiwa serta pengobatannya yang bertujuan untuk mempelajari
aspek mental/manusia baik dalam keadaan sehat maupun sakit secara khusus
meneliti kausa (timbulnya penyakit), diagnosis, prognosis, terapi, prevensi segala
gangguan mental, emosional, juga tingkah laku manusia, dan rehabilitasinya, serta
berusaha menyembuhkan gangguan tersebut atau setidak – tidaknya menaikkan
taraf keadaan jiwanya. Dengan adanya cabang ilmu psikiatri ini, diharapkan pasien
dapat ditangani dengan tepat dan baik sehingga dapat mengembalikan kualitas
hidup mereka seoptimal mungkin.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari psikiatri ?


2. Apa saja ruang lingkup dalam psikiatri ?
3. Apa saja aliran – aliran dalam psikiatri ?

2
4. Apa perbedaan antara psikiatri dengan psikologi ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah yaitu untuk mengetahui dan memahami
psikiatri yang meliputi dari pengertian, ruang lingkup dan aliran – aliran
psikiatri, serta perbedaan psikiatri dengan psikologi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikiatri


Psikiatri adalah suatu cabang spesialistik dalam ilmu kedokteran yang
menangani gangguan jiwa serta pengobatannya. Kata psikiatri berasal dari
Bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa (soul) atau pikiran (mind) dan
iatros yang berarti penyembuhan. Psiaktri bertujuan untuk mempelajari aspek
mental/manusia baik dalam keadaan sehat maupun sakit secara khusus meneliti
kausa (timbulnya penyakit), diagnosis, prognosis, terapi, prevensi segala
gangguan mental, emosional, juga tingkah laku manusia, dan rehabilitasinya,
serta berusaha menyembuhkan gangguan tersebut atau setidak – tidaknya
menaikkan taraf keadaan jiwanya.
Psikiatri kadang juga disebut kedokteran psikologis. Psikiater adalah
seorang dokter yang sudah menjalani pendidikan dokter spesialis, serta
memperoleh pengalaman dan keahlian di bidang gangguan jiwa, termasuk
penyakit dan gangguan emosi. Berikut beberapa istilah terkait dalam keilmuan
psiaktri, yaitu:
ü Psikologi
Psikologi adalah disiplin non-medis; ilmu pengetahuan yang
mendalami perilaku, pengalaman dan fungsi pikiran (seperti memori,
perkembangan, pembelajaran) yang normal.
ü Psikoterapi
Psikoterapi adalah penanganan masalah psikologis dengan cara non-
fisik. Hal ini biasanya merujuk kepada terapi percakapan (talking
therapies), tetapi dalam arti yang lebih luas, meliputi terapi kesenian,
drama, music dll. ahli terapi ini tidak perlu seorang dengan kualifikasi
kompetensi klinis.
ü Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah psikoterapi tertentu atau metode penelusuran pikiran
bawah sadar yang diciptakan oleh Sigmund Freud, tetapi dikembangkan

4
oleh banyak sarjana lain. Seorang ahli psikoanalisis harus menjalani
pelatihan analisis dan tidak perlu seoang psikiater.
ü Psikodinamika
Psikodinamika adalah studi mengenai cara pengalaman masa lalu
dan masa kini terkait sehingga menyebabkan gejala saat ini (kadang –
kadang disingkat menjadi “dinamika”).
ü Keperawatan psikiatrik
Keperawatan psikiatrik adalah suatu pelatihan keperawatan
spesialistik (juga dikenal sebagai “keperawatan mental”), yaitu perawatan
pada penderita dengan masalah kesehatan mental oleh perawat professional
dengan basis dari hari ke hari baik di rumah sakit maupun di komunitas.
ü Psychobabble
Psychobabble adalah jargon yang digunakan oleh kelompok di atas,
untuk berkomunitas satu sama lain, tetapi sering membingungkan pasien.

2.2 Ruang Lingkup Psikiatri


2.2.1 Psikiatri Anak dan Remaja
Psikiatri anak dan remaja adalah subspesialisasi dalam disiplin ilmu
Psikiatri yan menangani masalah perilaku anak dan remaja beserta
etiologinya, menyusun rencana terapi untuk menghilangkan, mengurangi
atau mengendalikan gejala serta pelbagai kekuatan-kekuatan negatif, serta
berusaha menggunakan secara optimal kekuatan-kekuatan positif yangada
(dalam diri anak dan atau lingkungannya).
2.2.2 Psikogeriatri
Psikogeriatri sebagai cabang ilmu kedokteran, mempunyai fokus
perhatian terhadap upaya memperpanjang umur serta mencegah,
mendiagnosis dan mengobati gangguan fisik dan psikologis pada usia lanjut.
Psikogeriatri memerlukan pengetahuan khusus karena gangguan mental
pada usia lanjut mempunyai manifestasi klinis, patogenesis dan patofisiologi
yang berbeda dengan kelompok usia yang lebih muda. Psikiatri geriatrik
menangani semua masalah mental – emosional lanjut usia, meliputi aspek
promosi, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam kenyataannya tatalaksana

5
di bidang psikiatri geriatrik memerlukan kerja-sama yang erat antar disiplin
(inter-disiplin) dengan fokus pada kepentingan pasien. Diagnosis dan
tatalaksana gangguan mental pada usia lanjut umumnya lebih sulit
dibandingkan usia yang lebih muda karena adanya komorbiditas dengan
penyakit kronis, disabilitas, impermen kognitif dan pemakaian bermacam-
macam obat (polifarmasi).
2.2.3 Psikiatri Forensik
Psikiatri forensik adalah subspesialisasi di bidang psikiatri yang
menelaah mental manusia dan berfungsi membantu hukum dan peradilan. Di
dalam psikiatri forensik, ekspertise klinis dan keilmuan psikiatri digunakan
dan diaplikasikan untuk membantu pemeriksaan kasus hukum, baik yang
bersifat pidana maupun perdata. Dalam psikiatri forensik, seorang dokter
tidak menempati posisi medis namun menempati posisi legal yaitu dokter
menjadi kepanjangan tangan dari petugas hukum, tugas dokter adalah
memberi bantuan tambahan berupa fakta – fakta pemeriksaan yang akan
digunakan sebagai bukti hukum sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan peradilan. Dokter mendapatkan posisi legal melalui
surat permintaan dari lembaga hukum yaitu Pengadilan, Kejaksaan dan
Polisi untuk memeriksa seseorang dengan status hukum tertentu. Hasil
pemeriksaan dokter ini berupa suatu laporan berbentuk dokumen hukum
yang akan dipakai oleh lembaga hukum yang meminta dalam proses hukum
(peradilan).
Beberapa pemeriksaan yang lazim dilaksanakan dalam Psikiatri
Forensik, antara lain: pemeriksaan kemampuan bertanggungjawab,
pemeriksaan kompetensi (cakap) akan lalu lintas hukum, penentuan
hubungan sebab akibat (kausalitas) antara suatu kondisi dengan timbulnya
suatu gangguan jiwa, kompetensi untuk ditanya dan kelayakan untuk
diajukan di sidang pengadilan dan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya.
2.2.4 Psikiatri Industri
Psikiatri industri atau psikiatri okupasional berkaitan dengan prevensi,
diagnosis, terapi dan rehabilitasi di tempat kerja. Penyakit akibat kerja dan

6
cacat akibat kecelakaan kerja di bidang psikiatri adalah gangguan jiwa yang
bersifat sementara maupun menetap, yang berhubungan dengan pekerjaan.

2.3 Aliran – aliran Psikiatri


2.3.1 Psikoanalisa
Aliran ini dikembangkan oleh Freud dan Erickson. Struktur kepribadian
manusia menurut psikoanalisa terdiri dari id, ego dan superego. Dimana Id
adalah satu – satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek
kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan
primitif. Menurut Freud, Id adalah sumber segala energi psikis. Id didorong
oleh prinsip kesenangan yang berusaha untuk memuaskan segala keinginan
dan kebutuhan. Jika kebutuhan tidak langsung terpuaskan akan
memunculkan kecemasan dan ketegangan. Misalnya, saat individu merasa
lapar, maka muncul keinginan untuk segera makan. Segera memuaskan
kebutuhan tidak selamanya logis.
Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk
menangani realitas. Ego berkembang dari Id dan memastikan bahwa
dorongan dari Id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima
lingkungan sekitar. Fungsi ego di pikiran sadar, prasadar dan tidak sadar.
Ego bekerja berdasarkan realitas yang berusaha memuaskan keinginan Id
dengan cara yang realistis dan sesuai dengan aturan sosial yang berlaku.
Dalam beberapa kejadian, impuls id dipenuhi melalui menunda kepuasan
ego, tentunya dalam waktu yang tempat yang tepat. Namun terkadang untuk
memuaskan keinginan, Ego menemukan objek yang mirip dengan gambaran
mental yang diciptakan oleh Id.
Superego adalah komponen terakhir dari kepribadian. Superego adalah
aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan
cita – cita yang diperoleh dari orangtua dan masyarakat yang menurut
individu itu benar atau salah. Superego memberikan pedoman pada
penilaian. Untuk menjadi pribadi yang sehat, maka Id, Ego dan Superego
harus seimbang.

7
Freud juga menjekaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada
seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak
nafsu atau insting). Ketika seseorang tidak mampu dalam menggunakan
akalanya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma dan agama akan
mendorong ia untuk melakukan penyimpangan perilaku (deviation of
behavioral). Faktor lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah konflik
intrapsikis.
Lalu, konsep kedua yang dikemukakan oleh Freud adalah tentang
kesadaran dan ketidaksadaran. Freud menggambarkan kesadaran dan
ketidaksaran adalah seperti gunung es. Tujuan terapi dari pendekatan
psikoanalisa adalah membuat motif – motif yang tidak sadar menjadi
disadari dan ketika menyadari motif – motif tersebut, manusia bisa
melaksanakan pilihannya.

Gambar 1. Teori Freud Concious dan Unconcious mind

Freud menyatakan bahwa kecemasan pada diri manusia mendorong


manusia memunculkan mekanisme pertahanan ego. Mekanisme pertahanan
ego adalah suatu cara untuk menyangkal atau mendistorsi kenyataan yang
dihadapi.
Psikoanalisa juga menekankan pentingnya masa golden age (lima tahun
pertama masa kehidupan manusia). Hal ini dikaitkan dengan perkembangan
psikoseksual manusia. Dimana Fase oral terjadi pada masa seorang anak

8
berusia 1 tahun. Fase oral ini terjadi pada saat manusia merasakan adanya
pusat kenikmatan berada pada sekitar mulut. Fase kedua adalah fase anal
yang terjadi pada saat seorang anak berusia 1 sampai dengan 3 tahun. Pada
fase anak, pusat kenikmatan manusia berada pada daerah anus. Fase
berikutnya adalah fase falik yang terjadi pada saat manusia berusia 3 sampai
dengan 5 tahun. Pada fase falik, pusat kenikmatan manusia berada pada
sekitar alat kelamin. Pada fase ini perilaku anak yang sering muncul adalah
bermain dengan alat kelaminnya.
Pentingnya tahapan perkembangan individu bagi terapi adalah dengan
menghidupkan dan menggali kembali pengalaman masa anak, klien semakin
menyadari bahwa sikap dan tingkah lakunya dibentuk oleh masa lalu, namun
tidak ditakdirkan menjadi korban masa lalu.
2.3.2 Psikobiologis
Bio-psikolog berupaya menghubungkan variabel psikologis atau
perilaku dengan variabel biologis, genetik, atau fisiologis. Fokus utama bio-
psikolog adalah memahami fungsi otak untuk memahami perilaku, karena
sistem saraf pusat mengontrol atau memengaruhi perilaku manusia. Area
utama dari persepsi & sensasi fokus, ingatan & pembelajaran, kontrol
gerakan, perilaku termotivasi untuk mendapatkan makanan, pakaian &
tempat tinggal, emosi manusia, ritme biologis dan tidur.
2.3.3 Eklektik Holistik
Dalam menyembuhkan penyakit, seorang psikiater harus melakukan
pendekatan eklektik, artinya menelusuri secara rinci namun selektif terhadap
aspek psikis (mental dan emosional), fisik, dan sosialnya. Setiap aspek
tersebut selanjutnya dipandang secara menyeluruh pengaruhnya terhadap
gejala atau gangguan yang dialami individu, itulah yang disebut pendekatan
holistik. Hal tersebut akan menjadi semakin nyata ketika seseorang
menghadapi penyakit – penyakit berat, menahun, yang menyebabkan
kecacatan atau menghadapi kematian, di saat itulah diperlukan kepekaan dan
kepedulian seorang dokter dalam menilai kondisi pasien secara menyeluruh,
termasuk mengantisipasi kemungkinan dampak penyakit/pengobatan
terhadap kehidupan psikososial pasien nantinya.

9
Sebagai contoh, seorang pasien yang mengalami penyakit sirosis hati,
dimana separuh dari hatinya sudah mengalami kerusakan dan tidak bisa
berfungsi lagi. Hal ini menyebabkan kehidupan pasien akan terganggu baik
psikis maupun sosialnya. Dalam hal inilah peran psikiatri dimanfaatkan,
dengan keadaan pasien yang mungkin mengalami depresi atau mengalami
gangguan mental emosional yang berdampak pada perilaku kehidupan
sosialnya sehari-hari, tugas seorang dokter tidak hanya terpaku pada
pengobatan sirosis saja, tetapi juga bagaimana seorang dokter bisa menjaga
kualitas hidup pasien untuk tetap optimal. Dengan menggunakan pendekatan
eklektik dan holistik sebagai dasar pendekatan psikiatri, seorang dokter bisa
mencapai pengobatan pada pasien tersebut secara menyeluruh baik dalam
aspek fisik/organ, psikologi, dan sosial. Dalam hal ini, seorang dokter harus
bisa melakukan pendekatan kepada pasien sehingga dalam menyampaikan
keadaan penyakit kepada pasien tidak memperburuk kondisi mental dan
emosionalnya.
Landasan pendekatan manusiawi yang adekuat dalam hal ini pada
dasarnya tidak lain yaitu Empati. Dimana empati yaitu upaya dan
kemampuan untuk mengerti, memahami, menghayati, dan menempatkan diri
seseorang pada tempat orang lain sesuai dengan identitas, perasaan, cara
berpikir, harapan, nilai dan perilaku seseorang. Berempati berarti tidak
bersikap menghakimi, baik dalam arti kata membenarkan atau menyalahkan.
Dengan kata lain berempati adalah menerima orang lain sebagaimana
adanya, termasuk mengerti, menerima, dan menghargai nilai – nilai pribadi
seseorang. Sehingga ketika seorang dokter menjelaskan keadaan fisik dan
pengobatan penyakit, dokter juga harus memperhatikan kelangsungan
kehidupan sosial dan keadaan psikologis pasien dalam menerima
penyakitnya. Disinilah pentingnya peranan pendekatan psikiatri secara
eklektik dan holistik. Dimana dalam pengobatan pasien harus bersifat
menyeluruh dan utuh untuk meningkatkan kesehatan mental dan kualitas
hidup pasien. Itulah sebabnya psikiatri tidak dapat dipisahkan dari kesehatan
fisik, dan sebaliknya pengobatan fisik pun tidak lepas dari psikiatri.

10
Kedokteran jiwa dan fisik sama – sama dibutuhkan untuk
mengembalikan kesehatan secara optimal. Jadi, peran psikiatri tidak hanya
untuk individu yang mengalami gangguan jiwa saja, tetapi psikiatri juga
harus diterapkan dalam berbagai kondisi penyakit yang membutuhkan
penanganan baik kesehatan fisik, psikis dan sosial untuk melangsungkan
kehidupan dengan lebih baik dan berkualitas.
2.3.4 Behaviorisme
Behaviorisme merupakan lanjutan dari strukturalisme oleh Wundt.
Behaviorisme menolak unsur yang dinyatakan dalam fungsional yaitu
kesadaran. Behaviorisme menyatakan diri mempelajari tentang perilaku
yang nyata. Aliran ini berdasarkan Ivan Pavlov dan William mc Dougall
yang teorinya dikenal dengan sebutan insting. Menurut mereka, insting
merupakan kecenderungan tingkah atau perilaku dalam situasi tertentu
sebagai bawaan lahir yang belum ada dipelajari sebelumnya. Aliran
behaviorisme ini merupakan asumsi kejiwaan dan bukannya materi atau
objek, sehingga tidak dapat diteliti langsung. Penelitian difokuskan pada
tingkah laku dengan asumsi bahwa tingkah laku adlah wujud dari mental
atau kejiwaan manusia.

2.4 Perbedaan Antara Psikiatri dengan Psikologi


Berikut beberapa perbedaan antara psiaktri dengan psikologi, yaitu :

11
Tabel 1. Perbedaan Psikiatri dengan Psikologi

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Psikiatri adalah suatu cabang spesialistik dalam ilmu kedokteran yang
menangani gangguan jiwa serta pengobatannya yang bertujuan untuk
mempelajari aspek mental/manusia baik dalam keadaan sehat maupun sakit
secara khusus meneliti kausa (timbulnya penyakit), diagnosis, prognosis, terapi,
prevensi segala gangguan mental, emosional, juga tingkah laku manusia, dan
rehabilitasinya, serta berusaha menyembuhkan gangguan tersebut atau setidak
– tidaknya menaikkan taraf keadaan jiwanya. Dengan adanya cabang ilmu
psikiatri ini, diharapkan pasien dapat ditangani dengan tepat dan baik sehingga
dapat mengembalikan kualitas hidup mereka seoptimal mungkin.
Ruang lingkup psikiatri, yaitu psikiatri anak dan remaja, psikogeriatri,
psikiatri forensik dan psikiatri industri. Psikiatri anak dan remaja adalah
subspesialisasi dalam disiplin ilmu Psikiatri yan menangani masalah perilaku
anak dan remaja. Psikogeriatri memiliki fokus perhatian terhadap upaya
memperpanjang umur serta mencegah, mendiagnosis dan mengobati gangguan
fisik dan psikologis pada usia lanjut. Psikiatri forensik adalah subspesialisasi di
bidang psikiatri yang menelaah mental manusia dan berfungsi membantu
hukum dan peradilan. Psikiatri industri atau psikiatri okupasional berkaitan
dengan prevensi, diagnosis, terapi dan rehabilitasi di tempat kerja.
Struktur kepribadian manusia menurut psikoanalisa terdiri dari id, ego dan
superego. Untuk menjadi pribadi yang sehat, maka Id, Ego dan Superego harus
seimbang. Freud juga menjekaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada
seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak
nafsu atau insting). Ketika seseorang tidak mampu dalam menggunakan
akalanya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma dan agama akan
mendorong ia untuk melakukan penyimpangan perilaku (deviation of
behavioral). Faktor lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah konflik
intrapsikis.

13
Dalam menyembuhkan penyakit, seorang psikiater harus melakukan
pendekatan eklektik, artinya menelusuri secara rinci namun selektif terhadap
aspek psikis (mental dan emosional), fisik, dan sosialnya. Setiap aspek tersebut
selanjutnya dipandang secara menyeluruh pengaruhnya terhadap gejala atau
gangguan yang dialami individu, itulah yang disebut pendekatan holistik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti, D.M. 2016. “Kategori Pasien Gangguan Jiwa Berdasarkan Triage di

Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”. Doctoral

dissertation. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. “Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III Cetakan Kedua”. Jakarta :

Dapaertemen Kesehatan R.I.

Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto. 2013. “Buku Ajar Psikiatri”. Jakarta :

Badan Penerbit FK UI. Hal.173-198.

Marlina. 2007. “Bahan Ajar Mata Kuliah Psikiatri”. Padang: UNP.

Maslim, Rusdi. 2013. “Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III

dan DSM-V Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas

Kedokteran Unika Atma Jaya”. Jakarta : PT. Nuh Jaya.

Puri B. K., Laking P. J., dan Treasaden I. H. 2011. “Buku Ajar Psikiatri Edisi 2”.

Jakarta : EGC.

Sadock, Benjamin J. 2010. “Buku Ajar Psikiatri Klinis edisi 2” . Jakarta: EGC.

Hal: 154-155.

Susilawati, Luh K. P., dkk. 2017. “Buku Ajar: Materi Kuliah Psikoterapi I”.

Denpasar: Fakultas Kedokteran Udayana.

15

Anda mungkin juga menyukai