Anda di halaman 1dari 46

CASE

REPORT
Kejang Demam Sederhana
dengan Diare Akut, Dehidrasi,
dan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
adam hilman wibisono
NIM : 0607012010019

Pembimbing :
dr. Hendarti Praharaningsih Edi Saputra, Sp. A
DAFTAR ISI
01 Pendahuluan
03 Diskusi Kasus

02 Laporan Kasus
04 Kesimpulan
PENDAHULUAN
 Kejang demam merupakan penyebab kejang
tersering pada pasien anak

 Sebuah bangkitan kejang yang dapat terjadi


pada anak usia 6 bulan - 5 tahun yang disertai
kenaikan suhu tubuh mencapai 38,0oC

 Disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial

 Terjadi karena faktor umur, suhu badan,


infeksi berulang, dan gangguan keseimbangan
cairan seperti pada pasien diare dengan
dehidrasi

Sumber : Sari Pedatri, 2016


PENDAHULUAN
 Diare adalah suatu keadaan buang air besar
(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair
disertai frekuensi lebih dari tiga kali sehari

 Diare akut menyebabkan adanya kehilangan


cairan (dehidrasi) yang dapat berkomplikasi
menyebabkan kematian atau komplikasi
berat lainnya

 Dehidrasi mengakibatkan demam, karena


cairan dan elektrolit merupakan komponen
yang berperan penting dalam mengatur
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus
anterior

Sumber : World Health Organization (WHO), 2009


PENDAHULUAN
 Infeksi Saluran Kemih (ISK) relatif sering terjadi
pada bayi dan anak kecil terutama pada anak
perempuan

 Uretra wanita lebih pendek sehingga


mikroorganisme penyebab infeksi lebih mudah
memperoleh akses dan masuk ke saluran kemih

 Merupakan salah satu penyakit yang paling


sering menyertai kejang demam dikarenakan
salah satu manifestasi klinisnya adalah demam

Sumber : American Academy of Pediatrics, 1999


LAPORAN
KASUS
IDENTITAS
Nama : An. S. A. Z. S.
Umur/Tanggal Lahir : 2 tahun 1 bulan/09-03-2019
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kedinding Tengah Baru 3/20, SBY
Tanggal MRS : 14/02/2021 pukul 08.00
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
 Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
 Kejang sebanyak satu kali pada tanggal 13/02/2021
pukul 23.00 (9 jam sebelum MRS)
 Kejang terjadi pada seluruh tubuh saat pasien tidur
 Kejang belangsung selama satu menit
 Pasien tidak mengalami episode kejang yang berulang
 Kejang yang pertama kali terjadi pada pasien
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
 Pasien demam dengan suhu 38,0o C sejak tanggal
13/02/2021 pukul 10.00 (22 jam sebelum MRS)
 Demam tidak turun sampai pasien kejang
 Tidak ada ruam pada kulit
 Tidak ada batuk dan pilek
 Nafu makan pasien menurun
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :
 Pasien diare sejak 13/02/2021 pukul 10.00 pagi
(22 jam sebelum MRS)
 Diare sebanyak 3 kali
 Konsistensi BAB cair dengan ampas dan lendir serta
berwarna kekuningan
 Tidak ditemukan darah pada BAB pasien
 Tidak ada mual, muntah, dan nyeri perut
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
 Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu

Riwayat Operasi :
 Pasien tidak memiliki riwayat operasi

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
Anamnesis
Riwayat Imunisasi :
 Riwayat imunisasi pasien lengkap
Usia 0 bulan : Hepatitis B
Usia 1 bulan : BCG, Polio 1
Usia 2 bulan : DPT-HB-HiB 1, Polio 2
Usia 3 bulan : DPT-HB-HiB 2, Polio 3
Usia 4 bulan : DPT-HB-HiB 3, Polio 4
Usia 9 bulan : MMR
Anamnesis
Riwayat Psikososial :
 Pasien belum sekolah
 Ventilasi tempat tinggal pasien cukup
 Air minum pasien air mineral
 Tinggal serumah dengan 3 anggota
keluarga lain yaitu ayah, ibu, dan kakak
Anamnesis
Riwayat Perkembangan :
 Motorik Kasar : sudah bisa melompat
 Motorik Halus : sudah bisa membangun
menara dari 4 kubus
 Bahasa : sudah bisa menyebut 1 gambar
 Sosial : sudah bisa menyuapi boneka
Anamnesis
Riwayat Pemberian Makanan :
 ASI : sejak lahir hingga usia 1 bulan dengan
jumlah sedikit dan frekuensi jarang
 Susu Formula : sejak usia 1 bulan hingga
sekarang dengan jumlah banyak (> 5 kali/hari)
 MPASI : tidak mau ketika diberikan
 Makanan Keluarga : tidak mau keika diberikan
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum (General Survey)


 Kesadaran Umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 Keadaan Sakit : Ringan
 Suara bicara : Normal
Pemeriksaan Fisik
Anthropometri
 Berat badan : 10 kg
 Panjang Badan : 83 cm
 Lingkar Lengan : 13 cm
 Lingkar Kepala : 45 cm
Pemeriksaan Fisik

Grafik Pertumbuhan WHO


 Berat Badan Menurut Usia :
-2 sd < z <0 sd (normal)
Pemeriksaan Fisik

Grafik Pertumbuhan WHO


 Tinggi Badan Menurut Usia :
-2 sd < z <0 sd (normal)
Pemeriksaan Fisik

Grafik Pertumbuhan WHO


 Berat Badan Menurut Tinggi Badan :
-1 sd < z <0 sd (gizi baik)
Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
 Nadi : 120 x/menit, kuat dan teratur
 Pernafasan : 22 x/ menit
 Suhu Aksiler : 37,5 C

Nyeri
 Tidak ditemukan nyeri

Kulit, Rambut, Kuku


 Tonus : Kurang
 Turgor : Turun
 Rambut : Normal
Pemeriksaan Fisik
Kepala Dan Leher (Mata, THT)
 Ubun-Ubun Besar : sudah menutup
Mata Kanan
 Kelopak : Cowong Mata Kiri
 Konjungtiva : Tidak ada kelainan  Kelopak : Cowong
 Sklera : Tidak ada kelainan  Konjungtiva : Tidak ada kelainan
 Pupil : Bulat  Sklera : Tidak ada kelainan
 Kornea : Tidak ada kelainan  Pupil : Bulat
 Lensa : Tidak ada kelainan  Kornea : Tidak ada kelainan
 Lensa : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Fisik
Kepala Dan Leher (Mata, THT)
 Ubun-Ubun Besar : sudah menutup
Mata Kanan
 Kelopak : Cowong Mata Kiri
 Konjungtiva : Tidak ada kelainan  Kelopak : Cowong
 Sklera : Tidak ada kelainan  Konjungtiva : Tidak ada kelainan
 Pupil : Bulat  Sklera : Tidak ada kelainan
 Kornea : Tidak ada kelainan  Pupil : Bulat
 Lensa : Tidak ada kelainan  Kornea : Tidak ada kelainan
 Lensa : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Fisik
Kepala Dan Leher (Mata, THT)
Telinga Kiri
 Bentuk : Tidak ada kelainan
 Lubang Telinga : Tidak ada kelainan
 Processus Mastoideus : Tidak ada nyeri

Telinga Kanan
 Bentuk : Tidak ada kelainan
 Lubang Telinga : Tidak ada kelainan
 Processus Mastoideus : Tidak ada nyeri

Hidung dan Sinus Paranasal


 Tidak ada penyumbatan, sekret, deviasi, dan perdarahan
Pemeriksaan Fisik
Mulut dan Faring
 Bibir : Tidak ada kelainan
 Mukosa : Tidak ada kelainan
 Lidah : Tidak ada kelainan
 Faring : Tidak ada kelainan
 Tonsil : Tidak ada kelainan
 Palatum : Tidak ada kelainan

Leher
 Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran
 Trakea : Letak di tengah dan tidak ada deviasi
 Tiroid : Tidak ada pembesaran
Pemeriksaan Fisik
Thoraks
 Bentuk : Normal
 Payudara : Simetris
 Aksila : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Paru
 Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris pada paru kanan dan kiri
 Palpasi : Bentuk dan pergerakan simetris serta fremitus raba sama
 Perkusi : Ditemukan suara ketok sonor
 Auskultasi : Ditemukan suara napas vesikuler tanpa suara napas tambahan
Pemeriksaan Fisik
Jantung
 Inspeksi : Tidak tampak iktus
 Palpasi : Tidak teraba iktus, tidak teraba pulsasi jantung, dan
tidak ada suara yang teraba
 Perkusi : Batas kanan dan kiri tidak dievaluasi
 Auskultasi : Suara 1 dan 2 tunggal serta tidak ada suara 3 dan 4.
Tidak ditemukan bising jantung dan suara tambahan.
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
 Inspeksi : Tidak ditemukan kelainan bentuk. Umbilicus masuk merata
dan tidak ditemukan kelainan pada kulit abdomen
 Auskultasi : Suara peristaltik usus normal, tidak menurun atau meningkat.
 Perkusi : Ditemukan suara timpani dan tidak ada ascites.
 Palpasi : Turgor normal, tidak ditemukan nyeri, tidak ada undulasi, dan
hepar serta ginjal tidak teraba.
Pemeriksaan Fisik
Genitalia
 Tidak ditemukan hernia dan pembesaran kelenjar limfe
 Tidak ditemukan sekret, sinekia, dan eritema pada vagina
 Tidak ditemukan perdarahan dan tumor pada anus

Ekstremitas
 Atas Kanan : Tidak ditemukan kelainan pada sendi, tidak ditemukan
atrofi otot, dan tidak ditemukan clubbing finger. Refleks
otot bisep dan trisep positif.

 Atas Kiri : Tidak ditemukan kelainan pada sendi, tidak ditemukan


atrofi otot, dan tidak ditemukan clubbing finger.
Refleks otot bisep dan trisep positif.
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas
 Bawah Kanan : Tidak ditemukan kelainan pada sendi, atrofi otot, paresis,
pulsasi pada arteri femoralis, refleks patologis, edema, dan
luka.
 Bawah Kiri : Tidak ditemukan kelainan pada sendi, atrofi otot, paresis,
pulsasi pada arteri femoralis, refleks patologis, edema, dan
luka.

Tulang Belakang
 Tidak ditemukan kifosis, skoliosis, dan lordosis.
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas
 Bawah Kanan : Tidak ditemukan kelainan pada sendi, atrofi otot, paresis,
pulsasi pada arteri femoralis, refleks patologis, edema, dan
luka.
 Bawah Kiri : Tidak ditemukan kelainan pada sendi, atrofi otot, paresis,
pulsasi pada arteri femoralis, refleks patologis, edema, dan
luka.

Tulang Belakang
 Tidak ditemukan kifosis, skoliosis, dan lordosis.
Darah Lengkap
(14Maret 2021)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Hb 11,5 g/dl N: 10,8 – 12,8 g/dl

Eritrosit 4,50 x 106/ul N: 3,60 – 5,20 x 106/ul

Hematokrit 32,8% (L) N: 35,0 – 43,0%

Leukosit 21,70 x 103/ul N: 5,50 – 15,50 x 103/ul

Eosinofil 0,0% (L) N: 1,0 – 5,0%

Basofil 0,1% N: 0 – 1%

Neutrofil 80,6 % (H) N: 32 – 52%

Limfosit 14,0% (L) N: 30 – 60%

Monosit 5,3% N: 1 – 6%
Kimia Darah
(14Maret 2021)

 Natrium Darah : 140 mmol/L (normal)


 Kalium Darah : 4.5 mmol/L (normal)

PCR SARS-CoV-2
(14Maret 2021)

 Negatif
Urinalisis
(14Maret 2021)
 Warna : Kuning (normal)
 pH : 5,5 (normal)
 Leukosit : + 3 (tinggi)
 Eritrosit : 1-3 (normal)
 Nitrit : Negatif (normal)
 Protein : Negatif (normal)
 Glukosa : Negatif (normal)
 Keton : Negatif (normal)
 Urobilinogen : Negatif (normal)
 Bilirubin : Negatif (normal)
Feses Lengkap
(14Maret 2021)

 Konsistensi : Bubur (normal : lembek)


 Warna : Kuning (normal : coklat)
 Darah : Negatif (normal)
 Lendir : Negatif (normal)
 Eritrosit : 0-1 (normal)
 Leukosit : 3-5/lpb (tinggi, normal : 0-1/lpb)
 Telur Cacing : Tidak ditemukan (normal)
 Amuba : Tidak ditemukan (normal)
Daftar Masalah
 Kejang Assessment Awal
 Demam Diagnosis Penyakit Utama
 Diare  Kejang Demam Sederhana
 Muntah
 Dehidrasi Diagnosis Penyakit Komplikasi
 Tidak ada penyakit komplikasi

Diagnosis Penyakit Penyerta


 Diare Akut
 Dehidrasi Sedang
 Infeksi Saluran Kemih
Planning Diagnostik
 Kultur Urine
 Serum Elektrolit

Planning Terapi
 Stabilisasi ABC
 Diazepam oral 0,3-0,5 mg/kgBB/kali atau rektal 0,4-0,6
mg/kgBB, ulangi 20 menit kemudian jika masih kejang
 Paracetamol oral 10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali/hari
 Rencana Terapi B
 Antibiotik Empiris

Planning Edukasi
 Penanganan pertama kejang
 Personal hygiene (cara memebersihkan kemaluan)
 Tatacara rehidrasi di rumah
Diskusi Kasus
Kejang Demam Sederhana

 Pasien Kejang pada seluruh tubuh saat pasien tidur


 Kejang 9 jam sebelum MRS
 Berlangsung selama satu menit
 Tidak ada episode kejang berulang
 Kejang yang pertama kali
 Demam dengan suhu 38,0oC sejak 13 jam sebelum kejang

Berdasarkan Consensus Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah


bangkitan kejang yang terjadi pada bayi dan anak diantara usia 3 bulan
hingga 5 tahun serta berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya
infeksi intrakranial atau penyebab lain.
Sumber : American Academy of Pediatrics, 1999
Diskusi Kasus
Kejang Demam Sederhana

 Kejang demam sederhana adalah kejang pada seluruh tubuh yang berlangsung
singkat/kurang dari 15 menit, tidak berulang dalam waktu 24 jam, dan hanya terjadi
satu kali dalam periode waktu 24 jam setelah munculnya demam pada anak yang
tidak memiliki gangguan neurologis.

 Oleh karena itu, diagnosis utama pada pasien ini adalah kejang demam sederhana.
Sumber : Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak, 2010
Diskusi Kasus
Diare Akut
Dengan Dehidrasi Sedang

 Pasien diare sebelum kejang


 Diare 22 jam sebelum pasien masuk rumah sakit
 Frekuensi diare 5 kali dalam waktu 24 jam
 Nafsu makan berkurang, hanya mau minum susu formula
 Denyut nadi meningkat 120x/menit
 Kelopak mata sangat cowong +/+
 Turgor kulit sedikit berkurang
 Konsistensi feses cair dengan ampas
 Ditemukan leukosit 3-5/lpb pada feses

Sesuai dengan definisi diare menurut World Health Organization (WHO), yaitu suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek
sampai cair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali
atau lebih dalam waktu sehari.
Sumber : World Health Organization (WHO), 2009
Diskusi Kasus
Diare Akut
Dengan Dehidrasi Sedang

 Diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan
jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.
Sumber : World Gastroenterology Organization Global Guidelines, 2005

 Penyebab terbanyak dari dehidrasi adalah diare dikarenakan pada kondisi


diare terjadi sekresi cairan berlebih pada feses akibat adanya kegagalan
absorpsi cairan pada usus besar.
Sumber : Sari Pediatri, 2004
Diskusi Kasus
Diare Akut
Dengan Dehidrasi Sedang

 Berdasarkan skor Maurice King, derajat dehidrasi ditentukan dengan


melihat kondisi keadaan umum, danyut nadi, turgor kulit, kelopak mata,
ubun-ubun besar, dan mukosa mulut pasien pasien.

 Pada pasien ini didapatkan total skor 4 (dehidrasi sedang)

Sumber : : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, 1991


Diskusi Kasus
Diare Akut
Dengan Dehidrasi Sedang

 Dehidrasi  perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler  ketidakseimbangan


potensial membrane ATPase  difusi Na+ & K+ kedalam sel  depolarisasi neuron dan
pelepasan muatan listrik secara cepat melalui neurotransmitter  timbul kejang
Sumber : Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan, 2009

 Kehilangan cairan  elektrolit yang ada pada pembuluh darah ikut berkurang 
metabolisme di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit  fungsi hipotalamus
anterior terganggu  tidak mampu mempertahankan keseimbangan termoregulasi 
demam

 Demam  mengubah keseimbangan dari membran sel neuron  difusi ion kalium dan
natrium melalui membran tersebut  lepasnya muatan listrik  meluas keseluruh sel
maupun membran sel di sekitarnya dengan bantuan neurotransmiter  kejang demam
Diskusi Kasus
Infeksi Saluran Kemih
(ISK)

 Pasien demam dengan suhu 38,0o C


 Leukosituria pada urine sejumlah +3

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau
mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam
jumlah yang bermakna.
Sumber : Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2011

Leukosit dalam jumlah banyak berperan dalam melawan infeksi pada saluran
kemih (ISK), sehingga menyebabkan peningkatan jumlah leukosit pada urin
(leukosituria atau piuria).
Sumber : Maksum Radji, 2015
Kesimpulan
 Berdasarkan hasil anamnesis yang telah dilakukan, didapatkan keluhan pasien
kejang pada seluruh tubuh, berlangsung selama kurang dari 15 menit, dan tidak
ada episode kejang berulang. Selain itu pasien juga mengeluhkan demam kurang
dari tujuh hari dan diare sebelum kejang. Dari pemeriksaan fisik ditemukan
tanda-tanda dehidrasi sedang yaitu denyut nadi meningkat, mata cowong, dan
turgor kulit menurun. Lalu dari pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan
jumlah leukosit di dalam darah, konsistensi feses pasien cair dengan ampas,
ditemukan leukosit pada feses, dan juga leukosituria pada urine pasien. Sehingga
pasien didiagnosis mengalami kejang demam sederhana dengan diare akut,
dehidrasi ringan-sedang, dan infeksi saluran kemih (ISK).
Kesimpulan
 Kejang demam sederhana pasien ini dapat disebabkan oleh kondisi kekurangan cairan pada
dehidrasi akibat penyakit diare akut ataupun infeksi pada infeksi saluran kemih (ISK). Pasien
diberikan tatalaksana untuk kejang demam yaitu antipiretik berupa paracetamol dan anti
kejang yaitu diazepam apabila pasien datang dalam kondisi kejang. Lalu untuk diare akut
dengan dehidrasi ringan-sedang diberikan tatalaksana berupa rehidrasi cairan, pemberian
oralit, zinc, dan dilanjutkan dengan pemberian makanan halus yang bergizi seimbang.
Diketahui pasien juga mengalami infeksi saluran kemih (ISK), sehingga perlu dilakukan
tatalaksana berupa pemberian antibiotik spektrum luas. Edukasi orang tua pasien juga perlu
dilakukan, seperti edukasi penanganan pertama pada pasien kejang, edukasi cara pemberian
oralit, dan edukasi personal hygiene mengenai cara membersihkan area genitalia yang benar
agar tidak terjadi infeksi salruran kemih (ISK) kembali.

Anda mungkin juga menyukai