Anda di halaman 1dari 17

SESUNGGUHNYA DI ATAS AL HAQ

ADA CAHAYA

PENULIS
AL USTADZ MUHAMMAD AFIFUDIN
SESUNGGUHNYA DI ATAS AL HAQ
ADA CAHAYA

Al Hakim dalam Mustadroknya meriwayatkan dari Mu'adz


bin Jabal radhiyallahu’anhu beliau berkata:
ً ‫لى ْال َحق ُن‬
‫ورا‬ َ ‫َفإ َّن َع‬
ِ ِ
“Sesungguhnya di atas al-haq ada cahaya.”
(Dihukumi sahih oleh al-Hakim dan disetujui oleh adz-
Dzahaby).
Al haq yang dibawa dan diajarkan Rosulullah ‫ ﷺ‬telah
sempurna, menyeluruh dan bercahaya, dapat dilihat
dengan jelas dan dikenali dengan baik oleh setiap muslim
yang punya iman, ilmu dan fithroh yang masih lurus lagi
bersih.
Cahaya al haq terkadang begitu benderang bagi siapa saja
namun terkadang tertutup oleh kabut tebal ragam
kebathilan, syahwat dan syubhat. Al haq pun menjadi
samar atas kebanyakan pihak bahkan sampai pada tingkat
al haq dianggap al bathil dan al bathil diyakini sebagai al
haq.

1
Hal tersebut sering kali terjadi manakala muncul fitnah
besar lagi dahsyat yang melibatkan pihak-pihak yang
selama ini dikenal sebagai pembawa panji-panji sunnah
dan pengibar bendera al haq. Jangankan kaum muslimin
yang awam, banyak ahlul haq yang mengalami
kebingungan dalam menghadapi situasi yang demikian;
apalagi ketika suasana diperkeruh dengan adanya
fenomena masing-masing pihak mengklaim "KEMBALI
KEPADA BIMBINGAN ULAMA".

Apabila kondisinya sudah sampai pada tingkat ini maka


sangat penting bagi yang mendambakan keselamatan
untuk mengenali cahaya al haq dengan memperhatikan
ciri-ciri berikut:

2
1. BERBUAH KEBAIKAN BUKAN KEJELEKAN
Al haq selalu membuahkan kebaikan, baik pada aqidah,
manhaj, ibadah, dakwah, muamalah, akhlaq, adab maupun
pada perkara-perkara duniawi. Walaupun pada awalnya
membuat "kegaduhan" di tengah-tengah umat dalam
bentuk mengidentifikasi setiap orang, dia di atas al haq
ataukah di atas al bathil? namun kemaslahatan dan
kebaikannya akan dirasakan langsung oleh siapa saja yang
berpegang dengannya, imannya semakin bertambah,
aqidahnya semakin kokoh, manhajnya semakin jelas,
ibadahnya semakin giat, adab dan muamalahnya semakin
bagus, jiwanya pun damai dan tentram di atas sunnah. Di
sisi lain dia akan menjauh dan meninggalkan segenap
kejelekan dan penyimpangan.
Kaidah besar yang disepakati seluruh ulama dan fuqoha :
َْ َ َ‫ين َم ْبن ٌّي َع َلى َج ْلب ْاْل‬
.‫ص ِال ِح َو َد ْر ِء الق َبا ِئ ِح‬ ُ ‫الد‬
ِ ِ ِ
“Agama dibangun di atas prinsip mendatangkan berbagai
kemaslahatan dan menolak beragam keburukan.”
Ketika ada sebagian pihak memunculkan "kegaduhan"
maka bisa dilihat yang dia bawa adalah al haq ataukah al
bathil? dari hasilnya.

3
Kalau yang berpegang dengannya semakin bertambah
iman dan takwanya, semakin kokoh aqidah dan manhajnya,
semakin bagus akhlaq dan adabnya, semakin indah
muamalah dan interaksinya dan membuahkan maslahat
untuk umat maka InsyaAllah itu adalah al haq.
Namun kalau yang terjadi justru sebaliknya, yang
berpegang dengannya menjadi orang yang fanatik, malah
banyak syubhat, terjatuh dalam sikap ghuluw, kotor
ucapannya, keji tingkah lakunya, berani berdusta dll, maka
yakinilah bahwa itu adalah al bathil walaupun yang
membawanya adalah orang yang selama ini dikenal
ilmunya, sunnahnya, dakwahnya dan akhlaqnya sebab dia
sekarang telah mengalami pergeseran manhaj.
.‫نعوذ باهلل من الخذالن‬

4
2. TETAP DI ATAS AL HAQ TIDAK BERUBAH WARNA
Ibnu Abi Syaibah dlm "Al Mushonaf" meriwayatkan dari
Hudzaifah Ibnul Yaman radhiyallahu’anhu beliau
menegaskan:
َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ َ َ َ َّ َّ َ َ َ َ َّ َّ
‫الضالل ِة أ ْن ت ْع ِرف ال َي ْو َم َما ك ْن َت ت ْن ِك ُر ُه ق ْب َل ال َي ْو ِم َوأ ْن‬ ‫ِإن الضاللة حق‬
َّ َ َّ َ َ َ َّ َ ُ ْ َ ُ ْ َ ُْ َ َ َْْ ُْ
ُ َ
‫ّللا َو ِاحد‬ َ َْ
ِ ‫تن ِك َر اليوم ماكنت تع ِرفه ق ْب َل اليو ِم و ِإ َّياك ْم والتل ُّون ف ِإن ِدين‬
"Sesungguhnya kesesatan yang sebenarnya adalah engkau
menganggap munkar pada hari ini apa yang sebelumnya
engkau yakini sebagai ma'ruf dan engkau yakini ma'ruf
pada hari ini apa yang sebelumnya engkau anggap munkar.
Waspadalah kalian dari sikap talawwun! Sebab agama
Allah hanya satu."
Ciri pokok lagi mendasar pada al haq adalah tsabat (kokoh,
tegar), tidak berubah dengan berjalannya masa dan
berpindahnya tempat. Apa yang dikatakan ma'ruf dalam
syari'at maka dia adalah perkara ma'ruf sepanjang masa
dan tempat sampai kiamat. Begitu pula yang dikatakan
munkar dalam Islam maka dia adalah perkara munkar
sampai kiamat.
Ahlul haq dengan sifat-sifatnya selamanya dikatakan
sebagai ahlul haq kecuali ketika ada individu yang bergeser
dan menyimpang, begitu pula ahlul bathil dengan atribut-
atributnya, selamanya diyakini sebagai ahlul bathil kecuali
bila ada individu yang bertaubat.
5
Cara mudah mengenali al bathil adalah dari sikap
talawwun (berubah warna) saat fitnah mendera:
a. Orang yang selama ini diyakini sebagai ahlul fitan,
ahlul masyakil bahkan ahlul bid'ah dan selama ini
dijauhi dan ditahdzir, sekarang diyakini sebagai
ahlul khoir was sholah ahlus sunnah, didekati,
dijadikan sahabat, dirangkul kembali bahkan dipuji,
padahal belum ada taubat yang nasuha pada orang
tersebut.
b. Dahulu akhlaqnya baik, muamalahnya bagus namun
sekarang berani berdusta, arogan dalam muamalah.
Dan yang lainnya dari perubahan warna, dulunya di atas
cahaya al haq namun sekarang penuh warna kebathilan.

6
3. KEMANA ULFAHNYA?
Ulfah adalah kecondongan hati secara alami karena
kesamaan aqidah, manhaj, dakwah, profesi dan lainnya
yang memunculkan kenyamanan untuk bersahabat,
bermajlas, berjalan bersama dan saling membantu.
Dalam Shohih Al Bukhory dan lainnya dari Abu Hurairoh
dan Aisyah radhiyallahu’anhum Rosulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ
‫اح ُج ُنود ُم َج َّن َدة ف َما ت َع َارف ِم ْن َها ائ َتلف َو َما ت َناك َر ِم ْن َها اخ َتلف‬
ُ ‫األ ْر َو‬

"Ruh-ruh bagaikan tentara yang terhimpun. Jika saling


mengenal maka akan bersatu, dan jika saling mengingkari
maka akan berpisah."
Secara alami seorang mukmin bersama dengan mukminin,
seorang kafir bersama kafirin, seorang munafiq bersama
munafiqin, seorang sunny salafy bersama salafiyyin dan
seorang hizby bersama dengan hizbiyyin yang semisal.
Ketika ada seorang sunny bisa berbasa-basi dengan hizby
atau maftun maka itu karena kemunafikan, sebagaimana
yang ditegaskan oleh Fudhoil bin Iyadh.
Ketika terjadi sesuatu atau ada sesuatu yang baru dan
membuat kehebohan, fitnah dan kegaduhan lalu banyak
pihak yang sulit menilai dan memutuskan maka konsep
ulfah dipakai salaf untuk membongkar kedok semua pihak
dengan alami tanpa bisa ditutupi dan direkayasa.
7
Ahlul Haq akan bersama dengan Ahlul Haq dan Ahlul Bathil
akan bersama Ahlul Bathil.
Kita bisa melihat secara alami:
• Siapa yang gembira dengan fitnah tersebut?
• Siapa yang bergabung dengan fitnah tersebut?
• Kepada siapa dia bermajlas?
• Siapa yang mendatangi dia?.
Banyak dari ulama yang mengatakan, seperti Imam
Ahmad, Al Auza'iy dll:
ُْ َ َ ْ َ َ َ
‫َم ْن َست َر َع َّنا ِب ْد َع َت ُه ل ْم تخف َعل ْي َنا أل َف ُت ُه‬
"Siapa saja yang tersamarkan atas kita kebid'ahannya,
tidak tersamarkan atas kita ulfah nya."
Jangan bangga dengan banyak pihak yang menyahut dan
menyambut kalau ternyata mereka adalah orang-orang
yang dikenal sebagai Ashabul Masyakil Wal Fitan.
Seharusnya sadar dan segera taubat manakala Salafiyyin
Ahlul Khoir justru sedih dan menjauh darinya sebab itu
semua pertanda bahwa apa yang dibawa adalah
penyimpangan dan kejelekan.
Jangan merasa dapat angin ketika memperoleh penjelasan
sebagian ulama yang sedikit mendukung kalau buah dan
hasilnya adalah fitnah, semua itu adalah fatamorgana,
apalagi banyak ulama kibar lain tidak menyepakati.
8
4. ITTIBA' BUKAN TAQLID DAN ASHOBIYYAH
Syi’ar Ahlus Sunnah Salafiyyun adalah Ittiba' bukan taqlid
dan ashobiyyah.
Ittiba' ada 2 macam:
a. Ittiba'us sunnah atau ittiba'ur rosul.
b. Ittiba' kepada selain rosul baik itu ulama, dai, ustadz dan
yang lainnya dengan dalil-dalil dan hujjah-hujjah
syar'iyyah.
Dalil tentang masalah ini sangat banyak dan masyhur di
kalangan para pencari ilmu. Ketika terjadi sebuah
peristiwa dan kejadian yang menimbulkan fitnah dan
kehebohan maka syiar ahlus sunnah dalam semua
keadaan dan kasus adalah ittiba', selalu berjalan dengan
dalil, selalu bersama ulama kibar DENGAN HUJJAH-
HUJJAHNYA, tidak terjatuh pada taqlid buta atau
ashobiyyah pada seseorang baik ustadz, syaikh ataupun
yang lain.
Ciri sebuah fitnah dan penyimpangan adalah berjalan
dengan apa dan siapa saja yang sesuai dengan hawa
nafsunya, melahirkan sikap taqlid dan ashobiyyah yang
sebelumnya tidak pernah ada. Jika diberitahu kesalahan-
kesalahan orang yang dia bela, dengan penuh ashobiyyah
dia akan mencari segudang alasan untuk membelanya,
tidak segan untuk berdusta, tidak takut untuk mencaci
9
maki, tidak malu untuk berkata dan berbuat keji..
"pokoknya dia benar tidak salah!!"
Jika mendapat sedikit fatwa yang sedikit mendukungnya
maka dengan semangat berapi-api memuji Syaikhnya
seolah lupa dengan ulama lainnya, semangat pula
menyebarkannya tanpa pertimbangan maslahat dan
madhorot, tanpa melihat fatwa tersebut dia dapatkan di
majlis khusus ataukah majlis umum, tanpa berfikir fatwa
tersebut diizinkan untuk disebar atau tidak...
"pokoknya syaikh fulan!!", tidak peduli fatwa tersebut
dengan hujjah atau tidak...
"pokoknya fulan tamat dengan fatwa ini!!",
"pokoknya fulan sang pembela pihak yang selama ini
'tertindas'..!!".

10
5. WASATHIYYAH TIDAK GHULUW
Syiar Ahlus Sunnah Salafiyyun dalam semua hal baik
urusan agama ataupun dunia adalah sikap wasathiyyah,
pertengahan di atas alhaq, tidak ghuluw ataupun tafrith
(kurang).
Dalinya juga sangat masyhur di kalangan para pencari
ilmu. Wasathiyyah dalam menyikapi, wasathiyyah dalam
menilai dan menghukumi. Semua dengan dalil dan hujjah,
penuh pertimbangan dan ketelitian, jauh dari sikap
tergesa- gesa dan ghuluw.
Bukti sebuah kejadian yang menghebohkan adalah fitnah
yang menyesatkan apabila orang yang terbawa fitnah
tersebut jatuh dalam sikap ghuluw atau tafrith, baik dalam
bersikap, menilai maupun menghukumi, sesuatu yang
terkadang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan tanpa
risih dia menjuluki dainya sebagai:
ْ َّ ُ َ ْ ُ ْ
‫الش ْي ُخ ال َو ِال ُد‬ ‫األستاذ‬
Sebuah julukan yang hanya kita dengar untuk alim kabir
sekelas Syaikh Robi' dan Syaikh Ubaid. Tanpa hujjah dan
malu menjuluki seorang ustadz yang selama ini dia kagumi
dan memang masyhur sebagai seorang ustadz salafy, dia
juluki dengan :
َّ َ
‫ك ــذاب‬

11
atau: ustadz latah... dll.
Sebuah tindakan yang tidak pernah ada sebelumnya dan
bahkan tidak pernah dilakukan pada dai-dai hizbiyyin.
.‫نعوذ باهلل من الخذالن‬
Al 'Allamah As Syaikh Abdurrahman As Sa'dy ‫رمحه هللا‬
berkata:
َُ
‫ َو َم ْع ِرفة‬،‫اب‬ َّ َ َ ْ َ ‫الص َو‬
َّ ‫الد ْي ُن ُه َو ِد ْي ُن ْال ِح ْك َم ِة َّالت ْي ه َي َم ْعر َف ُة‬ َ
ِ ‫اب والعم ِل ِبالص ِو‬ِ ِ ِ ِ ِ ‫ف‬
َ ُ ْ ْ ْ
.‫ال َح ِق َوال َع َم ُل ِبال َح ِق ِف ْي ك ِل ش ْيء‬
"Maka agama ini adalah agama hikmah yaitu mengenali
kebenaran dan mengamalkan kebenaran, mengenali al haq
dan mengamalkan al haq dalam segala sesuatu". (Taisiirul
Lathiif Al Mannaan hal. 50)
Abu Muhammad Ibnu Hazm ‫ رمحه هللا‬menegaskan:
ْ َ ْ َ َ َ َْ َ َ َ َ َ َْ
‫هللا ت َعالى َعلى اْل ْر ِء أ ْن َيط َب َع ُه َعلى ال َع ْد ِل َو ُح ِب ِه َو َعلى ال َح ِق‬
ِ ‫أفض ُل ِنع ِم‬
َ
.‫َو ِإ ْيث ِار ِه‬
"Seutama utama kenikmatan Allah atas seorang hamba
adalah Allah anugerahkan kepadanya tabiat adil dan
mencintai keadilan, di atas al haq dan mencintai al haq".
(Mudaarootun Nufuus hal. 31)

12
Al Imam Ibnul Qoyyim ‫ رمحه هللا‬juga menjelaskan:
َ
‫اط ِل َو ِإ ْيث ِار ِه‬ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ ‫ال ْاْل ْن َسان َّي َم َد ُار ُه َع‬ َ ْ َّ َ
ِ ‫مع ِرف ِة الح ِق ِمن الب‬: ‫لى أصلي ِن‬ ِ ِ َ ‫ف ِإن الك َم‬
َ
‫َعل ْي ِه‬
"Sesungguhnya kesempurnaan seorang insan porosnya di
atas 2 prinsip:
➢ Mengetahui yang haq dari yang bathil
➢ Lebih mendahulukan al haq atas al bathil."
(Al Jawwabul Kaafy hal. 139).
Dari penjelasan para ulama di atas dapat diambil
kesimpulan ilmiah dan faedah besar yang wajib kita ilmui,
kita wujudkan dan kita amalkan:
1. Agama Islam adalah agama hikmah, mengajarkan
sikap hikmah dalam segala hal.
2. Yang dimaksud hikmah adalah mengenali al haq
dan mengamalkannya.
3. Kewajiban mengetahui al haq dalam segala hal
untuk diyakini dan diamalkan, dan kewajiban
mengenali al bathil untuk di tinggalkan dan di jauhi,
4. Kewajiban mendahulukan al haq dalam segala hal
atas al bathil.
5. Prinsip di atas merupakan nikmat dan anugerah
Allah yang paling utama atas seorang hamba.
6. Prinsip di atas adalah lambang kesempurnaan
seorang insan.

13
7. Kewajiban bersikap adil dalam semua perkara.
8. Al haq akan membuahkan keadilan dan al bathil
akan membuahkan kedzoliman, oleh karena itulah
al haq dan al ‘adl disandingkan.
Setelah uraian panjang di atas, maka ana nasehatkan
kepada diri ana pribadi dan kepada segenap tholabah wal
ikhwah agar senantiasa mengevaluasi segala ucapan dan
tindakan kita agar senantiasa di atas al haq dan jauh dari
al bathil. Manakala terjadi fitnah maka perhatikan hal-hal
berikut:
❖ Selalu berta'awwudz (berlindung) kepada Allah dari
semua fitnah, memohon keteguhan dan istiqomah,
jangan sekali-kali bersandar kepada kemampuan
pribadi.
❖ Saat hendak bicara, mengeluarkan __statement__,
memberi komentar atau sanggahan maka evaluasi
terlebih dahulu hal-hal berikut:
✓ Apa niatan dan motivasi kita?
Ikhlas karena Allah? dalam rangka membela dakwah
salafiyyah? dalam rangka membela ahlul haq?
ataukah karena dendam pribadi? tendensi pribadi dan
duniawi? luapan amarah dan emosi?
✓ Ilmiahkah ucapan kita?

14
Pastikan ada dasarnya dalam al kitab, as sunnah dengan
paham salaf!
Pastikan benar penafsirannya, shahih syarahnya! semua
diambil dari kitab dan uraian ulama sunnah.
✓ Sudahkah di atas bimbingan ulama?
Minta bimbingan baru bicara!
Sampaikan dengan jujur, detail, fokus pada inti masalah
dan siap menerima arahan, baik itu sesuai atau tidak
dengan kita!
Pastikan minta bimbingan ulama untuk dapat faedah bukan
untuk mencari pembenaran!
✓ Adakah maslahatnya?
Tidak semua yg kita tahu langsung disampaikan! tidak
semua yg kita ilmui layak sebar!
yang benar-benar menghormati dakwah salafiyyah ini
tidak akan bicara kecuali yang jelas maslahatnya untuk
dakwah, jelas maslahatnya untuk ahlus sunnah dan tidak
dijadikan senjata oleh ahlul fitan dan ahlul bid'ah untuk
menyerang dakwah salafiyyah!
✓ Semoga Allah merahmati seseorang yg tahu kadar
dirinya.

15
Bercerminlah! siapa kita sehingga harus berkomentar?! Di
mana maqom kita sehingga harus berdebat?!
Sungguh memalukan dan memilukan ketika kita mendapati
seseorang yang selama ini tidak dikenal kapasitas ilmunya,
kredibilitas dakwahnya dan kedalaman pemahamannya
tiba-tiba tampil dalam kancah fitnah seolah dia adalah
Imam Ahmad atau Syaikh Al Albany atau Syaikh Ibn Baaz
atau Syaikh Muqbil atau.. dia berkomentar, menilai,
menghukumi, menyanggah, mendebat dll. Sebuah
fenomena yang membuat miris hati dampak negatif dari
sebuah fitnah!!
Jangan lupa segala sesuatunya akan dipertanggung
jawabkan di hadapan Allah!!
Jangan mencari ridho manusia dengan kemurkaan Allah!!
namun gapailah ridho Allah semata walau semua manusia
memusuhi!
.‫نسأل هللا الثبات و اْلستقامة على الحق حتى نلقاه‬
.‫و صلى هللا و سلم على نبينا محمد و على آله و صحبه‬
Sabtu, 6 Robi'ul Awwal 1439H / 25 November 2017M
Ditulis oleh Al Ustadz Abu Abdillah Muhammad Afifudin
Sumber: WA Thullab Albayyinah

16

Anda mungkin juga menyukai