PT Hok Tong
PT Hok Tong
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
setiap tahunnya, otomatis kebutuhan pendudukpun akan semakin banyak, selain itu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pun semakin meningkat pesat dan berbanding
lurus dengan pembangunan industri guna untuk memenuhi semua kebutuhan penduduk yang
dinamis dan untuk mendukung keberlangsungan hidup serta kepuasan penduduk.
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, Industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang
jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri yang telah dibangun di Indonesia guna
untuk memenuhi semua kebutuhan penduduk sangat banyak sekali, mulai dari industri
makanan dan minuman, industri properti, industri peralatan elektronik, sampai industri
kebutuhan sehari-hari seperti industri sabun, pasta gigi, termasuk industri tekstil.
Dalam pembangunan dan pendirian industri, tidak pernah terlepas dari aturan
pemerintah mengenai industri, agar semua berjalan selaras dengan meminimalisir semua
risiko akibat operasi industri dan untuk mengurangi serta mengendalikan faktor-faktor
lingkungan kerja yang merugikan, maka dari itu harus dilaksanakannya sanitasi industri dan
Sistem Manajement Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) pada semua industri, karena
kegiatan industri memerlukan pekerja yang sehat dan produktif dengan suasana kerja yang
aman dan nyaman. Kecelakaan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja
dapat timbul karena potensi-potensi berbahaya yang dapat membahayakan,dan
mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit dan bahkan dapat menyebabkan kerugian
jiwa. Oleh karena itu setiap industri harus melakukan program sanitasi industri guna untuk
melakukan upaya pencegahan atau preventif terhadap penyakit akibat kerja ataupun penyakit
akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja, dan hal ini harus diterapkan disemua tempat
kerja yang didalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja,bahaya akibat kerja
dan usaha yang dikerjakan. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi : tenaga kerja dari
semua jenis dan jenjangkeahlian, peralatan dan bahan yang dipergunakan, Faktor-faktor
lingkungan fisik, biologi, kimiawi, sosial, proses produksi dan sifat pekerjaan serta teknologi
1
dan metodologi kerja. Semua aspek ini merupakan tugas dari tenaga ahli K3 untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja termasuk mensosialisasikan bagaimana bekerja secara aman
kepada para pekerja, misalnya mensosialisasikan pentingnya penggunaan APD (Alat
Pelindung Diri). Karena jika hal ini tidak dilakukan akan berdampak buruk sekali bagi
industri, terutama bagi tenaga kerja yang merupakan tulang punggung dari industri.
Catatan International Labour Organization (ILO) menunjukkan bahwa tiap tahun ada
2 juta orang meninggal dan 270 juta orang cidera akibat kecelakaan kerja yang terjadi
diseluruh dunia, dan kecelakaan kerja di negara berkembang semakin tinggi, hal ini terjadi
karena banyak industri padat karya sehingga lebih banyak karyawan yang terpapar pada
potensi bahaya, selain itu banyak perusahaan yang dinilai kurang mampu dalam
mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja (ILO,2003) serta penilaian Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia mengenai kurangnya pembinaan bidang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) oleh perusahaan, dan hal inipun terjadi pada industri
tekstil.
Industri tekstil di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada tahun
1992 menjadi penghasil devisa tertinggi di antara komoditas nonminyak dan nongas dengan
nilai ekspor sebesar US $ 3.5 milyar. Berdasarkan data dari department perindustrian, sampai
dengan taun 2009, penduduk Indonesia yang jumlahnya mencapai 225 juta jiwa
membutuhkan 1,3 ton tekstil pertahunnya. Dari 1,3 juta ton bahan tekstil tersebut, sekitar 432
ribu ton merupakan bahan tekstil dari luar negeri atau barang impor dan 320 ribu diantaranya
merupakan barang impor ilegal yang sebagian besar berasal dari China. Besarnya permintaan
akan tekstil tersebut selain disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk, juga disebabkan
karena trend gaya atau mode yang dapat berubah dengan cepat.
Untuk memenuhi kebutuhan tekstil yang sedemikian besar, tentu saja memerlukan
industri yang tidak sedikit. Indonesia sampai tahun 2006 terdapat 2.656 perusahaan yang
bergerak di industri tekstil.
Industri tekstil adalah tempat untuk mengolah kapas menjadi kain yang siap untuk
digunakan dan dipakai untuk memenuhi kebutuhan akan sandang penduduk yang semakin
pesat, tetapi dibalik peningkatan pembangunan industri tekstil untuk memenuhi kebutuhan
penduduk, industri tekstil pun berisiko negative terhadap lingkungan yang akhirnya akan
berakibat juga terhadap kesehatan manusia, terutama penduduk yang berada disekitar tempat
2
industri, dan risiko yang muncul diantaranya adalah pencemaran debu yang dihasilkan dari
penggunaan mesin berkecepatan tinggi dan limbah cair yang berasal dari tumpahan dan air
cucian tempat pencelupan larutan kanji dan proses pewarnaan, serta berbagai proses yang
dilalui untuk menjadi kain yang siap digunakan. Risiko yang akan terjadi terhadap lingkungan
diantaranya perubahan lingkungan yang akan semakin panas dan banyaknya debu serta air
yang berubah akibat proses pengolahan limbah yang tidak sempurna yang nantinya akan
mempengaruhi populasi dari biota sungai dan mengakibatkan berbagai penyakit baik
karsinogenik maupun non karsinogenik terhadap manusia tergantung dari jenis zat yang
terkandung dalam limbah, lalu infeksi saluran pernapasan akut yang diakibatkan karena debu
yang semakin bertambah banyak, dan risiko inipun bisa terjadi pada semua penduduk, yaitu
penduduk yang berada disekitar industri, terutama penduduk yang bekerja pada industri.
Dari latar belakang tersebut, kami sebagai mahasiswa dan mahasiswi Politeknik
Kesehatan Bandung, khususnya Jurusan Kesehatan Lingkungan sangat tertarik untuk
mengetahui kondisi real dilapangan mengenai aspek sanitasi lingkungan dan program K3
yang sudah berjalan di suatu industri, terutama industri tekstil, maka dari itu kami menjadikan
PT. Bratatex sebagai tempat untuk melakukan praktek belajar lapangan, agar kami dapat
mengiplementasikan teori perkuliahan dan mengetahui gambaran secara umum maupun
spesifik serta mendapatkan pengalaman secara langsung mengenai pengawasan dan
pemeriksaan sanitasi industri serta SMK3 di lapangan.
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja di PT.Hok Tong.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang pentingnya pendidikan dan latihan
prosedur kerja yang baik dan benar khususnya pada perusahaan PT.Hok Tong.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang pelaksanaan K3 di perusahaan PT.Hok
Tong.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang tempat dan cara penyimpanan material di
perusahaan PT.Hok Tong.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang lingkungan kerja dan kebersihan dari
tempat pengolahan air minum di perusahaan PT. Hok Tong.
3
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang cara penanggulangan kebakaran di
perusahaan PT.Hok Tong.
7. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang fasilitas sanitasi di perusahaan PT.Hok
Tong.
8. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang upaya kesehatan kerja dan keselamatan
kerja di perusahaan PT.Hok Tong.
9. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang kebijakan dan prosedur kerja di
perusahaan PT.Hok Tong.
10. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang pengendalian dampak dari lingkungan
kerja di perusahaan PT.Hok Tong.
11. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang penyesuaian lingkungan kerja di
perusahaan PT.Hok Tong.
12. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang keadaan iklim di ruang kerja perusahaan
PT.Hok Tong.
13. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang tingkat kebisingan di perusahaan PT.Hok
Tong.
14. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang vibrasi di perusahan PT.Hok Tong.
4
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
5
Sehingga dianggap perlu untuk meningkatkan kualitas dan kedisiplinan untuk melaksanakan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatankerja.(Achmadi, 1989:21).
Manajemen sebagai salah satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosialtidak terlepas
dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan, maupun
pengambilan keputusan dan organisasi.Baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun
pencemaran lingkungan harus merupakan barisan dari biaya produksi.Sekalipun sifatnya
sosial, setiap kecelakaan atau tingkat keparahannya tidak dapat dilepaskan dari faktor
ekonomi dalam suatu lingkungan kerja.Kebersihan dan kesehatan kerja tidak saja di nilai dari
segi biaya pencegahannya, tetapi juga dari segi manusianya.Antara biaya kecelakaan dan
biaya pencegahan terdapat beberapa pokok yang berakar pada manajemen (Silalahi, 1991:36).
Masalah lemahnya manajemen K3 yang ada di perusahaan dan industri merupakan cikal
bakal terjadinya kecelakaan akibat kerja.Disebabkan karena perusahaan tidak menyediakan
alat-alat pengaman yang seringkali dianggap sebagai suatu yang tidak perlu dan/atau kurang
alat kerja atau alat produksi yang digunakan dalam keadaan tidak baik atau tidak layak
pakai.Karena itulah penyebab utama kecelakaan adalah adanya ketimpangan pada sistem
manajemen (Mendikbud, 1995:22).
Perhatian Pemerintah terhadap manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
diundangkan dalam Undang-undang RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada
paragraf 5 pasal 87. Dengan diundangkannya pasal 87 Undang-undang No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, mengikat perusahaan yang belum melaksanakan SMK3 untuk
segera melaksanakan ketentuan ini. Unsur kejiwaan dari desain pekerjaan memberikan
pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mungkin memberikan kontribusi terhadap
produktivitas karyawan tersebut.Selain faktor-faktor kejiwaan ini, faktor mengenai
keselamatan dan keamana kerja juga mempengaruhi. Perusahaan yang baik adalah perusahaan
yang benar-benar menjaga keselamatan dan kesehatan karyawannya dengan membuat aturan
tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan dan
pimpinan perusahaan
6
B. Pengertian Kesehatan Kerja
Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja melalui berbagai upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan gangguan kesehatan atau penyakit yang mungkin dialami
oleh tenaga kerja akibat pekerjaan atau tempat kerja.
Kesehatan Kerja adalah Suatu usaha-usaha pencegahan ( Preventif ) dan pengobatan
( Kuratif ) terhadap penyakit- penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh pekerja dan lingkungan kerja.
Menurut Darmanto Djojodibroto (1999), kesehatan kerja adalah suatu usaha untuk
menilai, mempertahankan, dan meningkatkan derajat pekerja dengan menerapkan prinsip
preventive medice, emergency medical cere, rehabilitasi dan kesehatan lingkungan
(environmental medice), meningkatkan produktivitas dengan cara menerapkan prinsip-prinsip
human behavior, memberikan perhatian kepada kebutuhan sosial, ekonomi, administrasi baik
individual pekerja maupun kelompok masyarakat pekerja dan melakukan tim keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu dokter, industrial hygienist, perawat, safety personal, dan spesialis-
spesialis lainnya.
7
usaha-usaha pencegahan jauh lebih kecil dibanding dengan biaya-biaya kecelakaan atau
penyakit akibat kerja.Penyebab dasar kecelakaan :
1 Faktor individu :
a Kemampuan phisik/mental kurang.
b Pengetahuan kurang.
c Ketrampilan kurang.
d Stress atau tegang.
e Motivasi yang keliru.
2 Faktor Pekerjaan
a Supervisi yang kurang memadai.
b Rekayasa kurang memadai.
c Pengadaan kurang memadai.
d Peralatan/perkakas kurang memadai.
e Standart kerja kurang memadai.
f Keausan (Wear dan Tear).
g Salah pakai dan perlakuan yang keliru. (Freeport, 1995)
D. Ruang Lingkup K3
Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :
1 Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.
a. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4) Proses produksi
5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) eknologi dan metodologi kerja
b. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan
hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
8
c. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung jawab
atas keberhasilan usaha hyperkes.
9
e. Penerangan yang kurang baik menyebabkan kelelahan pada mata atau indra
penglihatan dan kesilauan yang menyebabkan mudah terjadinya kecelakaan.
2 Golongan Kimia
a. Debu dari serbuk yang meyebabkan penyakit saluran pernafasan.
b. Kabut dari racun serangga menyebabkan keracunan.
c. Gas, misalnya keracunan Karbon Monoksida.
d. Uap yang menyebabkan keracunan atau penyakit kulit.
e. Cairan beracun.
3. Golongan Biologis
a. Tumbuh-tumbuhan yang beracun dan menyebabkan alergi.
b. Penyakit antrax (semacam infeksi) dari hewan atau Brucella pada karyawan
penyamak kulit.
4. Golongan Fisiologis
a Konstruksi mesin atau peralatan yang tidak sesuai dengan mekanisme tubuh
manusia.
b Sikap kerja yang menimbulkan keletihan dan kelainan fisik.
c Cara kerja yang membosankan atau meletihkan.
d Kondisi atau suasana yang monoton.
5. Golongan Mental Psikologis
a Proses kerja yang rutin dan membosankan.
b Hubungan kerja yang terlalu menekan dan menuntut,
c Suasana kerja yang serba kurang aman.
10
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
A. Hasil
1 Gambaran Umum Pemeriksaan PT. Hok Tong
PT.Hok Tong Pontianak adalah badan usah yang bergerak di bidang industri
Crumb Rubbr atau karet remah di Indonesia lebih popular dengan sebutan standar di
Indonesia Rubber (SIR), penanaman modal PT. Hok Tong berasal dari luar yaitu
singapura yang berpusat dilembaga dan telah berdiri sejak zaman penjajahan koloni
Belanda dengan nama NV. Handel MIJ HOK Tong yang begerak di bidang industri
remlling karet alam serta karet Ribbed Sheet (RSS) dengan lokasi di kelurahan Siantan
Tengah. Hasil pengolahan kedua jenis komoditi ini 100% diekspor dalam bentuk Flat
Barak Crepe sedang RSS dieskpor dalam bentuk bale.
Sesuai dengan surat keputas Menteri perdagangan Nomor tanggal 5 November
1968. Tentang Larangan Ekspor Bahan Remling dan Rumah asap, Maka kegiatan
industri dialihkan dari remlling karet alam menjadi industri Crumb Rubbr atau karet
remah di Indonesia lebih popular dengan sebutan standar di Indonesia Rubber (SIR).
Lokasi yang semula berada di kelurahan siantan tengah juga berpindah ke kelurahan
siantan Hulu, kecamatan pontianak utara pada tahun 1997 dengan luas lahan ±2 hektare.
Saat ini Kapasitas terpasang adalah 3000 ton perbulan atau dalam sehari bisa
mencapai 119 ton jika tidak ada kendala atau dengan kata lain sedang lancar dan
menyerap tenaga kerja sebanyak 220 Orang yang terdiri dari atas laki-laki dan
perempuan, pada awalnya PT. Hok Tong Memberlakukan dua shift jam kerja pada
karyawannya namun sekarang hanya satu shift
metode dasar pengolahan dari bahan baku menjadi Crumb Ruuer PT.Hok Tong
Pontianak adalah pembersihan bahan olahan karet dengan Prinsip kerja moderen
11
HASIL PENILAAN PEMERIKSAAN KESELAMATAN KERJA DI PT. HOK TONG
Pertanyaan:
1. Bahan baku apa sajakah yang digunakan dalam proses produksi?
Jawab : Hanya Karet saja
2. Bahan tambahan apa sajakah yang digunakan dalam proses produksi?
Jawab : Tidak ada bahan Tambahan Selain Karet
3. Dampak atau permasalahan apa saja yang bisa timbul dari bahan bahan tersebut?
Jawab : Hanya baunya saja yang menyengat Mengakibatkan sebagian Karyawan yang
baru Mual dll efek belum terbiasa saja . cara menanggulangannya paling hanya
menggunkan masker.
4. Apakah hasil utama dari proses produksi?
Jawab : Karet Remeh (Crumb Rubber )
5. Apakah hasil samping dari produksi?
Jawab : tidak ada hasil Sampingan
6. Bagaimanakah prosedur tetap, proses produksi?
Jawab :
Petunjuk:
1. Berikan tanda (v) untuk pelayanan yang bisa dijawab pada kotak yang nilainya
sesuai.
12
2. Beri tanda (v) pada kolom T/T = tidak terpakai untuk pertanyaan yang tidak bisa
dijawab karena tidak diterapkan perusahaan.
Keterangan:
A= baik sekali
13
dan kesehatan kerja?
8. Apakah ada petunjuk-petunjuk teknik Baik Sekali
untuk melaksanakan pekerja bekerja
berbahaya?
9. Apakah dilakukan analisis risiko Baik
terhadap operasi perusahaan?
10. Apakah perusahaan mengansuransikan Cukup Baik
kebakaran, peledak dan gantirugi yang
lain?
11. Apakah tanda-tanda peringatan Baik Sekali
dipasang ditempat berbahaya?
B. PENDIDIDKAN DAN LATIHAN
1. Apakah para pekerja dilibatkan dalam Baik
regu pemadaman kebakaran?
2. Apakah perusahaan melakukan Baik
pendektesian dini dan pengendalian
bahaya kecelakaan/kebakaran/peledak
dan lain-lain
3. Jika perusahaan menggunakan bahan Baik sekali
kimia, apakah pekerja yang
bersangkutan telat dididk dan dilatih
serta mengetahui cara-cara
menanganinya?
C. PELAKSANAAN K3
1. Apakah ada ahli hygine dan kesehatan Baik Sekali
kerja dalam perusahaan?
2. Apakah ada program pengukuran dan Baik
pengendalian kebisingan?
3. Apakah para pekerja diberikan Baik
penyuluhan mengenai pentingnya
hygine dan kesehatan kerja?
4. Apakah disediakan alat pelindung diri Baik Sekali
yang sesuai dengan bahaya kerja dan
terpelihara dalam keadaan baik untuk
digunakan?
14
5. Apakah tersedia fasilitas P3K sesuai Baik Sekali
ketentuan?
6. Apakah sarana ventilasi untuk Baik Sekali
pengendalian bau, asap, debu dan uap
telah memenuhi persyaratan?
7. Apakah bagian-bagian dari mesin yang Baik
terputar/bergerak diberi perlindungan
yang baik?
8. Apakah semua tombol-tombol stop Baik
berfungsi dengan baik dan diberi label
dengan jelas?
9. Apakah setiap mesin dan peralatan bisa Baik Sekali
dihenikan/dimatikan dan diisolasi untuk
pemeliharaan?
10. Apakah ada bagian-bagian peralatan Baik
mesin yang bergerak tidak
berpengaman?
15
memadai?
7. Bila terdapat resiko kebakaran khusus, Baik Sekali
apakah tersedia peralatan khusus untuk
pemadamannya?
8. Apakah terdapat sistem perngatan Baik Sekali
kebakaran (alarm yang baik terdengar
dan atau terlihat dengan jelas)?
9. Apakah terdapat prosedur evakuasi dari Baik
penyelamatan secara tertulis dan
perpanjang secara tetap?
10. Apakah ada tanda-tanda dilarang Baik Sekali
merokok dipajang ditempat kerja yang
memiliki resiko bahaya kebakaran?
11. Apakah terpasang instruksi-instruksi Baik
dan nomor telepon dalam keadaan
bahaya?
16
lengan panjang, rambut panjang,
untaian perhiasan, cincin dan
sebagainya?
7. Apakah alat pelindung diri dipelihara Baik Sekali
sesuai ketentuan?
Petunjuk: berikan tanda chek (v) pada olom jawaban yang sesuai
F. PENANGGULANGAN KEBAKARAN
17
b. Tidak
G. FASILITAS SANITASI
18
H. UPAYA KESEHATAN KERJA DAN KESELAMTAN KERJA
19
prosedur tertulis lengkap.
3. Tersedia tempat-tempat penyimpanan bahan berbahaya Baik Sekali
dan prosedur tertulis cara penyimpanannya.
a. Tidak ada tempat prosedur
b. Ada tempat, terbatas, tidak aman, tidak ada
prosedur
c. Ada tempat, terbatas, cukup aman, tidak ada
prosedur
d. ada tempat, terbatas, cukup aman, tidak prosedur
e. ada tempat, lengkap aman, ada prosedur
f. ada tempat, lengkap, aman ada prosedur disertai
rambu jelas
4. Tersedia rambu-rambu/tanda-tanda khusus jalan keluar Baik Sekali
untuk evakuasi jika terjadi bahaya
a. tidak ada
b. ada rambu-rambu tidak jelas
c. ada rambu-rambu terbatas cukup jelas
d. ada rambu-rambu memadai dan cukup jelas
e. ada rambu-rambu memadai dan cukup jelas,
disertai sistem kewaspadaan dan denah yang
jelas
f. ada rambu-rambu memadai dan cukup jelas
dilengkapi dengan sistem kewaspadaan dan
denah yang jelas, dilengkapi alat
penyelunjuknya, amatan jiwa khusus yang jelas
pet
20
a. Tidak ada
b. Ada ketentuabn tidak tertulis
c. Ada ketentuan tertulis yang ditetapkan unit kerja
sendiri-sendiri
d. Ada ketentuan tertulis yang ditetapkan oleh
pimpinan perusahaan, disebar luaskan
e. Ada ketentuan tertulis yang ditetapkan oleh
pimpinan perusahaan, disebarluaskan dan
dilaksanakan oleh semua staf
f. Ada ketentuan tertulis yang ditetapkan oleh
pimpinan perusahaan, disebarluaskan dan
dilaksanakan oleh semua staf, dilakukan evakuasi
dan tidak lanjut
2. Adanya program dan jadwal pelatihan dan atau simulasi Baik Sekali
untuk semua pekerja perusahaan dibidang keselamatan
kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana dan
kesehatan lingkungan
a. Tidak ada
b. Ada program, tidak ada pelatihan
c. Ada program, ada pelatihan oleh masing-masing
unit kerja, tidak terjadwal teratur
d. Ada program ada pelatihan oleh masing-masing
unit kerja, terjadwal teratur
e. Ada program, ada pelatihan untuk sebagian besar
pegawai rumah sakit
f. Ada program, pelaksanaan lengkap, ada jadwal
untuk semua pegawai, dievaluasi dan ditindak
lanjuti
21
A. PENGENDALIAN TEKNIK
1. Apakah dilakukan penggunaan bahan pengganti? Baik sekali
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah dilakukan perubahan proses? Baik Sekali
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah dilakukan pemeliharaan alat? Baik Sekali
a. Ya
b. Tidak
B. PENGENDALIAN ADMINISTRASI
1. Apakah dilakukan pencatutan “jam kerja”? Baik Sekali
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah penempatan tenaga kerja sudah sesuai? Baik Sekali
a. Ya
b. Tidak
C. APD
1. Apakah setiap tenaga kerja sudah memakai APD? Baik Sekali
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah APD tersedia dalam jumlah cukup? Baik Sekali
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah APD yang tersedia sudah sesuai dengan bahaya Baik Sekali
kerja serta dalam keadaan baik untuk digunakan?
a. Ya
b. Tidak
22
mencukupi
3. Apakah dilihat cukup kontras pada seluruh Baik Sekali
pandangan yang banyak dipakai?
4. Apakah banyak pemantulan cahaya-cahaya Tidak Ada
ditempat kerja ?
5. Cukup baikah penempatan lampu? Baik
6. Apakah ada gangguan dari warna ditempat Tidak Ada
kerja?
7. Apakah warna keseluruhan ruang tempat Baik
kerja cukup menerangkan dan
menyenangkan?
II. IKLIM RUANG KERJA
1. Suhu udara diruang kerja cukup nyaman? Baik
2. Adakah angin ? Baik
3. Kelembaban faal apakah sesuai dengan syarat Baik
faal?
4. Mesin-mesin pemanas baikah Baik Sekali
penempatannya?
5. Cukupkah pertukaran udara? Baik
III. KEBISINGAN
1. Adakah gangguan kebisingan pada kosentrasi Baik
pada pekerjaan otak?
2. Adakah kebisingan yang dapat menyebabkan Baik
ketulian?
3. Adakah alat-alat peredam ketulian? Baik Sekali
total
Keterangan : x 100 %=hasil
Bobot Skor Max
1. Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
23
780
x 100 %=88
880
2. Pendidikan dan latihan
200
x 100 %=83
240
3. Pelaksanaan K3
700
x 100 %=87
800
4. Tempat dan cara penyimpanan material
680
x 100 %=85
880
5. Lingkungan kerja dan kebersihan
520
x 100 %=92
560
6. Penanggulangan kebakaran
25 + 25 + 25 + 25 = 100
7. Fasilitas sanitasi
83.5
8. Fasilitas sanitasi
Semua variabel BAIK
9. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja
Semua variable BAIK
10. Pengendalian dampak dari lingkungan kerja
a. Pengendalian teknik = 99.9
b. Pengendalian administrasi = 100
c. APD = 99.9
24
Kelompok 3
B. Pembahasan
Pada Praktikum kali ini yang kami lakukan pada PT Hok Tong yang berlokasikan di Jl
Gusti Situt Mahmud Kota Pontianak Pada tanggal 24 April 2019 ,penilaian ini di lakukankan
secara observasi dan wawancara Menggunakan Form Ceklis Survei Lingkungan Kerja yang
ada Pada PT. Hok Tong.
1 Variabel Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Variabel ini kami mendapati petugas K3 yang ada Pada PT Hok Tong sudah
memiliki sertifikat di sana juga telah ada kebijakan umum yang dikeluarkan ,untuk
usaha JAMSOSTEK ,untuk petunjuk teknis bahaya pada pekerja mereka memiliki
Prosedur Sendiri
2 Variabel Pendidikan dan Pelatihan
Pada Variabel ini para pekerja akan di beri Pelatihan selama 1 bulan sekali secara
bergantian kepada berberapa pegawai hingga seluruh pegawai ikut serta dalam
pelatihan tersebut ,bahkan akan membentuk regu tersendiri untuk pemadaman kebaran
3 Variabel Pelaksanaan K3
Pelaksanaan K3 yang ada pada PT Hok Tong sudah termaasuk dalam golongan Baik
karena mereka di sana memiliki lebih dari satu orang petugas K3 nya ,program
pengukuran dan kebisingan yang ada pada PT. Hok Tong di lakukan oleh petugas K3
nyan sendiri , alat pelindungan diri (APD ) yang disediakan sudah cukup memadai
hanya saja pegawainya masih ada yang sering melupakan APD yang di pakai untuk
digunakan,tombol-tombol STOP yang ada sangat berfungsi dengan baik karena
hampir semua mesin menggunkan prinsip Otomatis
4 Variabel Tempat dan Cara Penyimpanan Material
Pada PT Hok Tong sendiri tidak menyediakan tempat penyimpanan material yang
khusus jika tidak terpakai hanya saja pada saat ada barang atau material yang tidak
terpakai lagi tidak digunakan akan di tempatkan di pinggir area kerja bahkan jika
memang sudah tidak dapat di gunakan lagi barang atau material tersebut langsung di
buang pada TPS,Tanda tanda bahaya yang ada pada pabrik ini sudah cukup memadai,
hanya saja untuk tanda bahan kimia hanya ada pada Laboratorium saja , untuk
karetnya setiap bahan di ambil sampelnya untuk di periksa oleh petugas
Laboratoriumnya pada Laboratorium yang ada pada PT Hok Tong
5 Variabel Lingkungan Kerja dan Kebersihan
25
Pada PT Hok Tong menerapakan Prinsip kerja yang bersih karena setiap jam kerja
selesai akan ada beberapa orang petugas yang membersihkan area kerja yang tadi di
gunakan mereka juga menjaga area kerjanya agar selalu dalam keadaaan bersih
sehingga pada variabel ini di rasa sudah sangat memenuhi persyaratan yang ada.
6 Variabel Penanggulangan kebakaran
Pada variabel ini di PT Hok Tong mengadakan Pelatihan setiap satu bulan sekali untuk
pegawainya secara berkala atau bertahap secara bergantian kepada pegawainya serta
mereka juga sering mengadakan simulasi kebakaran untuk menanggulangi kebakaran.
Tersedia hampir 120 buah alat APAR pada masing-masing Unit kerja yang di
peruntukan kebakaran ringan serta ada 12 buat Hidra yang ada di beberapa titik Unit
Kerja
7 Variabel Fasilitas Sanitasi
Untuk fasilitas Sanitasinya pada PT Hok Tong sudah memenuhi syarat yang ada hanya
saja untuk semakin baiknya alangkah baiknya akan selalu di tingkatkan lagi
BAB IV
26
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada Praktikum kali ini kami dapat mengobservasi secra langsung Lingkungan kerja
yang ada pada PT Hok Tong yang berlokasikan Jl Gusti Situt Mahmud Kota Pontianak kami
melakukan Observasi Lingkungan Kerja dan wawancara pada Petugas yang mendampingi
kami .
Berdasarkan Observasi yang kami lakukan kami beberapa asapek sudah memenuhi
syarat seperti petugas K3 yang ada Pada PT Hok Tong sudah memiliki sertifikat di sana juga
telah ada kebijakan umum yang dikeluarkan ,untuk usaha JAMSOSTEK ,untuk petunjuk
teknis bahaya pada pekerja mereka memiliki Prosedur Sendiri.Pelaksanaan K3 yang ada pada
PT Hok Tong sudah termaasuk dalam golongan Baik karena mereka di sana memiliki lebih
dari satu orang petugas K3 nya ,program pengukuran dan kebisingan yang ada pada PT. Hok
Tong di lakukan oleh petugas K3 nyan sendiri , alat pelindungan diri (APD ) yang disediakan
sudah cukup memadai hanya saja pegawainya masih ada yang sering melupakan APD yang di
pakai untuk digunakan,tombol-tombol STOP yang ada sangat berfungsi dengan baik . PT Hok
Tong mengadakan Pelatihan setiap satu bulan sekali untuk pegawainya secara berkala atau
bertahap secara bergantian kepada pegawainya serta mereka juga sering mengadakan simulasi
kebakaran untuk menanggulangi kebakaran. Tersedia hampir 120 buah alat APAR pada
masing-masing Unit kerja yang di peruntukan kebakaran ringan serta ada 12 buat Hidra yang
ada di beberapa titik Unit Kerja
B. Saran
Berdasarkan Observasi yang kami lakukan serta analisis yang ada di atas kami memiliki saran
sebagai solusi yang harus di capai oleh para pekerja yang ada pada PT . Hok Tong untuk
lebih memperhatikan lagi penggunaan APD yang di gunakan meski pun sudah ada beberapa
pekerja yang sudah menerapkan penggunaan APD dengan baik karena APD sangat lah
penting untuk perlindungan diri jika terjadi kecelakaan dalam kerja.
DAFTAR PUSTAKA
27
Hasibuan, Malayu S.P, 2003, Kesehatan dan Keselamatan Kerja , Edisi Revisi, Bumi Aksara,
Jakarta.
Mathis Robert, Jackson John. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Salemba
empat
Ridley, J., 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ikhtisar Edisi Ketiga.Penerbit
Erlangga, Jakarta.
AA. Anwar Prabu Mangkunegara, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Remaja Rosdakarya, Bandung
Husni L, 2005. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Lampiran
28
DOKUMENTASI
Gambar 1. Gambar 2.
Gambar 3. Gambar 4.
29
Gambar 5. Gambar 6.
Gambar 7. Gambar 8.
30