911 2098 1 SM
911 2098 1 SM
Mikropenis
Supriatmo, Charles D Siregar
Jumlah kasus mikropenis tidak diketahui secara pasti, diduga tidak semua pasien
berobat. Dalam penanganan mikropenis, terapi hormonal dengan testosteron
merupakan pilihan utama. Terapi testosteron 25 mg intramuskular setiap 3 minggu,
4 dosis, dapat langsung diberikan sebelum pemeriksaan kadar testosteron darah.
Jika tidak terjadi penambahan panjang penis, pemberian terapi hormonal dapat
diulangi satu siklus lagi. Terapi operatif dipertimbangkan pada kasus yang gagal dengan
terapi hormonal. Sebaiknya pasien mikropenis diberi pengobatan dalam pengawasan
ahli endokrinologi anak.
ahulu sangat jarang seorang anak laki-laki biaya yang cukup mahal serta kesiapan si orang tua
145
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 4, Maret 2004
146
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 4, Maret 2004
penis dapat dilakukan dalam keadaan lemas (flaccid) bahwa protein reseptor androgen dan enzim 5a-reduktase
dan diregang (stretched).6,8,24 Wessels, dkk24 men- secara signifikan melakukan down regulation pada penis
dapatkan bahwa hasil pengukuran stretched lebih men- selama periode pematangan normal. Sejak diketahui
dekati ukuran sebenarnya sewaktu ereksi. bahwa reseptor androgen dan enzim 5a-reduktase
Inspeksi keadaan genital secara umum harus mempunyai hubungan integral terhadap perkembangan
dilakukan sebelum pengukuran dimulai.24,27 Biasakan penis,21,30 timbul hipotesis bahwa pemberian androgen
meminta izin si anak jika hendak melakukan pe- intermiten secara teratur selama masa bayi, kanak-kanak
meriksaan.27 Pengukuran sebaiknya menggunakan rol dan remaja sebelum masa down regulation dapat
yang tipis dan keras6,24 atau bisa juga menggunakan menghasilkan pertumbuhan penis yang optimal.6,21
spatula kayu dan pinsil untuk menandai batas Pendapat Tietjien dkk didukung oleh Hussman dan Cain22
pengukuran.5 Pengukuran harus dilakukan dengan teliti, yang mendapatkan kenyataan bahwa protein reseptor
karena merupakan hal yang sangat esensial dalam tata androgen dan enzim 5a-reduktase berkurang secara
laksana mikropenis.5,6,24 Penderita dibaringkan dalam progresif pada jaringan korpus penis selama pertumbuhan
keadaan terlentang.5 Glans penis dipegang dengan jari penis normal. McAninch28 dan Aaronson6 menganjurkan
telunjuk dan ibu jari, ditarik secara vertikal sejauh pengobatan dimulai pada usia 1 tahun dan jika gagal
mungkin. Kemudian diukur panjang penis mulai dari diulang kembali. Pengukuran panjang penis dilakukan 2
basis penis (pubis) hingga glans penis, prepusium tidak minggu setelah suntikan terakhir.3,6 Testosteron dapat
ikut diukur. Pengukuran dilakukan tiga kali dan diambil diberikan secara oral,28 topikal,28,35 transdermal,5 tetapi
reratanya. Pada anak gemuk, rol atau spatula yang dipakai hasilnya tidak memuaskan. Efek samping pemberian
harus ditekan sampai ke tulang pubis untuk menekan testosteron dapat dikurangi dengan cara pemberian yang
lemak pubis. 5,6,24 Hasil pengukuran yang didapat benar dan dosis sesuai yang dianjurkan berdasarkan
dibandingkan dengan nilai standar.5-8 pengalaman penelitian.3,6 Batubara J.R.5 mendapatkan
bahwa testosteron 25 mg diberikan 4 kali setiap 3 minggu
Tata laksana secara intramuskular tidak mempercepat usia tulang
pasien mikropenis.
Pasien mikropenis harus diperiksa secara cermat
menyangkut masalah endokrinologi secara umum,3,14,28 Terapi Bedah2,4,34
dan dievaluasi apakah terdapat kelainan pada susunan
saraf pusat.28 Ritzen dan Hintz29 membuat algoritme tata Tindakan operasi untuk membesarkan penis memberikan
laksana mikropenis berdasarkan kelompok umur, untuk hasil yang bervariasi.2,6,34 Kesulitan operasi terutama
bayi baru lahir dan anak di atas 1 tahun hingga pubertas. karena terbatasnya kemampuan untuk membentuk
Dilakukan pemeriksaan terhadap faktor androgen dan jaringan korpus penis,34 untuk fungsi ereksi dipakai penis
di luar androgen.23,30 buatan.6 Sebenarnya operasi yang dilaporkan berhasil
Tata laksana mikropenis dibagi dalam terapi dilakukan bukanlah pada kasus mikropenis yang
hormonal dan pembedahan. sebenarnya. Hal ini memang akibat kelemahan cara
mendiagnosis mikropenis itu sendiri. Ada beberapa
3,31-35
Terapi hormonal keadaan yang membuat penis menjadi atau kelihatan
kecil, 5,6 seperti inconspicuous penis (penis yang
Tidak ada konsensus mengenai dosis, cara pemberian, menghilang), yang diakibatkan oleh berbagai kondisi
waktu pemberian, dan lama pengobatan androgen pada seperti buried penis, trapped penis, webbed penis, concealed
pasien dengan mikropenis.35 Namun, beberapa penulis penis, dan diminutive penis.2,4 Pada semua keadaan ini
seperti Conte dkk,12 Bin Abbas, dkk,8 dan Sutherland, sirkumsisi merupakan kontraindikasi, tetapi justru
dkk19 merekomendasikan pemberian testosteron enanthate banyak dilakukan oleh dokter termasuk ahli bedah.2
25-50 mg intramuskular setiap bulan, selama 3 bulan. Mereka menganggap dengan melakukan sirkumsisi maka
Diharapkan rerata penambahan panjang penis sekitar 2 penis akan menjadi normal atau paling tidak membesar.
cm. Justru hal ini akan menyulitkan apabila akan dilakukan
Jika terjadi kegagalan penambahan panjang penis, operasi rekonstruksi di kemudian hari, karena prepusium
Tietjen dkk.21 menganjurkan untuk mengulang terapi berguna untuk merekonstruksi bagian-bagian penis itu
hormonal. Hal ini berdasarkan penemuan Tietjen dkk sendiri.2,34 Waktu yang tepat untuk melakukan operasi
147
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 4, Maret 2004
148
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 4, Maret 2004
24. Wessel H, Lue TF, McAninch. Penile length in the flac- endocrinology. h. 34-7.
cid and erect state: Guidelines for penile augmentation. 30. Tietjien DN, Uramoto GY, Tindall DJ, Husmann DA.
J Urol 1996; 156:995-7. Micropenis in hypogonadotropic hypogonadism: respose
25. DiGeorge AM. Disorders of the gonads. Dalam : of the penile androgen receptor to testosterone treatment.
Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM, penyunting. J Urol 1998; 160:1054-7.
Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-15. Philadelphia: 31. Gonzalez R. Anomalies of the penis and urethra. Dalam:
WB Saunders Company, 1996. h. 1628-33. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM, penyunting.
26. Job JC. Hypogonadism at adolescence: lack or delay of Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-15. Philadelphia:
sexual development?. Dalam: Lifshitz F, penyunting. WB Saunders Company, 1996. h. 1546-7
Pediatric endocrinology. Edisi ke-3. New York: Marcel 32. American Academy of Pediatrics. Evaluation of the new-
Dekker, 1996. h. 259-65. born with developmental anomalies of external genita-
27. Diamond M, Sigmundson HK. Management of inter- lia (RE 9958). Pediatrics 2000; 106:138-42.
sexuality: guidelines for dealing with individuals with 33. Kipnis K, Diamond M. Pediatrics ethics and surgi-
ambiguous genitalia. J Arch Pediatr Adolesc Med. Dalam: cal assignment of sex. J Clin Ethics 1998. Dalam:
http://www.afn.org/~sfcommed/apamo.htm. http://www.afn.org/~sfcommed/pedethics.html.
28. McAninch JW. Disorder of the penis & male urethra. 34. Woodhouse CRJ. Sexual function in boys born with
Dalam: Tanagho EA, McAninch JW, penyuting. Smith’s exstrophy, myemeningocele, and micropenis. Urol-
general urology. Edisi ke-13. California: Prentice-Hall ogy 1998; 52:3-11.
Inc. h. 594-5. 35. Van Wyk JJ. Should boys with micropenis be reared
29. Ritzen M, Hintz RL. Practical algorithms in pediatric as girls?J Pediatr 1999; 134:537-8.
149