Anda di halaman 1dari 12

Mikropenis

Definisi
Seorang pria dikatakan memiliki mikropenis apabila panjang
penisnya kurang dari 2,5 standar deviasi rata-rata ukuran
penis pria normal pada usia tertentu. Acuan ukuran yang
dapat dipakai adalah apabila ukuran penis kurang dari 2 cm
saat kelahiran, 2,5 cm saat berusia satu tahun, 4 cm pada
masa pubertas, dan 10 cm di akhir masa pubertas atau saat
dewasa.
Usia Rerata SD (cm)
gestasi 30 minggu 2.5 0.4

Cukup bulan 3.5 0.4

0-5 bulan 3.9 0.8

6-12 bulan 4.3 0.8

1-2 tahun 4.7 0.8

2-3 tahun 5.1 0.9

3-4 tahun 5.5 0.9

5-6 tahun 6.0 0.9

10-11 tahun 6.4 1.1

Dewasa 12.4 2.7


EPIDEMIOLOGI
Sekitar 0.6% dari populasi pria menderita mikropenis.

ETIOLOGI
Keberhasilan tata laksana mikropenis tergantung pada penyebab yang
heterogen,sehingga penyebab sering tidak diketahui.
Secara umum, etiologi mikropenis :
1. Defisiensi sekresi testosteron
Hipogonadotropik hipogonadisme.
Keadaan ini disebut juga gangguan gonad sekunder, sehingga diperlukan
terapi pengganti (replacement therapy) yang menetap (irreversible).
Hipergonadotropik hipogonadisme.
Hipergonadotropik hipogonadisme disebut juga dengan gangguan gonad
primer. Pada gangguan gonad primer terjadi produksi androgen yang tidak
adekuat karena defisiensi salah satu enzim sintesis testosteron.
2. Defek pada aksis testosteron.
Kelainan yang termasuk defek aksis testeron adalah defisiensi growth
hormone/insulin like growth factor I, defek reseptor androgen, defisiensi
5 a reduktase, sindrom fetal hidantoin.
3. Anomali pertumbuhan
Kegagalan pada saat embironal yang mengakibatkan tidak turunnya testis
dan tidak berkembangnya penis.

4. Idiopatik
Mikropenis idiopatik diagnosis ditegakkan jika fungsi jaras hipotalamus
gonad normal, penambahan panjang penis yang mendekati normal sebagai
respons terhadap pemberian testosteron eksogen, dan adanya maskulinisasi
normal pada masa pubertas.

5. Paparan zat kimia


Mikropenis dapat diakibatkan oleh zat kimia yang disebut endocrine
disrupter chemicals (EDC) yang dapat mengganggu atau mengubah fungsi
endokrin sehingga terjadi penghambatan kerja androgen, terutama
menggangu substansi yang bertanggung jawab dalam pembentukan organ
seksual dan perkembangan karakteristik sekunder laki-laki.
PATOFISIOLOGI
Pertubuhan dan perkembangan penis terdiri dari 2 tahap, yaitu :
Tahap I (intrauterin)
Formatif phase Linear growth phase Pada akhir formatif phase panjang
penis hanya 3,5 mm. Oleh pengaruh testosteron penis bertambah panjang
10 kali lipat sehingga pada saat lahir panjangnya 3,5 cm.
Tahap II (ekstrauterin)
Sangat dipengaruhi oleh hormon testosteron (gangguan produksi, sekresi,
maupun kerja testosteron dapat mempengaruhi morfogenesis dan atau
ukuran penis). penyebab mikropenis lebih banyak dipengaruhi oleh
kejadian yang mempengaruhi sekresi atau kerja testosteron pada fase ke-
2. Hormonal (LH, FSH, testosteron) dicurigai adanya pan
hipopitutarisme.
Analisis kromosom dilakukan atas indikasi, masalnya pada kasus
mikropenis dengan kongenital anomali lainnya.
GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
Diagnosis
1. Anamnesis
- Riwayat keluarga :adanya riwayat lahir mati atau
hipospadia, kriptorkidismus, infertilitas, atau kelainan
kongenital ke arah kelainan genetik yang diturunkan.
- Riwayat obstetri : berupa penurunan gerakan janin
atau otot bayi yang lemas waktu dilahirkan (sindrom
Prader Willi)
Mikropenis ditegakkan jika hasil pengukuran penis
di bawah rerata 2.5 SD ,Cara engukur penis dapat
dilakukan dalam keadaan lemas (flaccid) dan diregang
(stretched). Inspeksi keadaan genital secara umum
harus dilakukan sebelum pengukuran dimulai.
Cara pengukuran:
Penderita dibaringkan dalam keadaan terlentang.
Glans penis dipegang dengan jari telunjuk dan ibu
jari, ditarik secara vertikal sejauh mungkin. Kemudian
diukur panjang penis mulai dari basis penis (pubis)
hingga glans penis, prepusium tidak ikut diukur.
2. Pemeriksaan fisik
Mencari adanya dismorfik yang merupakan tanda
sindrom malformasi. Ukuran penis kurang dari 2,5 SB
ukuran normal menurut usia tanpa ditemukan
kelainan diferensiasi seksual.
3. Pemeriksaan Penunjang
Hormonal (LH, FSH, testosteron) dicurigai
adanya pan-hipopitutarisme.
Analisis kromosom dilakukan atas indikasi,
masalnya pada kasus mikropenis dengan
kongenital anomali lainnya
PENATALAKSANAAN
Terapi ini dilakukan dengan cara terapi hormon sejak
dini, bahkan dilakukan sejak bayi dengan
menggunakan intramuskular testosteron dan gel
dihidrotestosteron topical. Terapi dilakukan sebelum
masa pubertas atau dibawah usia 14 tahun. Terapi ini
dilakukan selama 4 kali setiap 3 hingga 4 minggu
dengan total suntikan sebanyak 4 kali, yakni 1 kali
setiap terapi.
Khitanan harus dihindarkan, atau sedikitnya ditunda,
sampai evaluasi sesuai, fungsi jenis kelamin jelas, dan
therapy diselesaikan
Terapi hormonal
Tidak ada konsensus mengenai dosis, cara pemberian,
waktu pemberian, dan lama pengobatan androgen pada
pasien dengan mikropenis. Pemberian testosteron
enanthate 25-50 mg intramuskular setiap bulan, selama 3
bulan. Diharapkan rerata penambahan panjang penis
sekitar 2 cm. Dianjurkan pengobatan dimulai pada usia 1
tahun dan jika gagal diulang kembali.
Pengukuran panjang penis dilakukan 2 minggu setelah
suntikan terakhir. Testosteron dapat diberikan secara oral,
topikal, transdermal, tetapi hasilnya tidak memuaskan.
Efek samping pemberian testosteron dapat dikurangi
dengan cara pemberian yang benar dan dosis sesuai yang
dianjurkan berdasarkan pengalaman penelitian Batubara
J.R. mendapatkan bahwa testosteron 25 mg diberikan 4 kali
setiap 3 minggu secara intramuskular tidak mempercepat
usia tulang pasien mikropenis.
Terapi Bedah

Tindakan operasi untuk membesarkan penis


memberikan hasil yang bervariasi. Kesulitan operasi
terutama karena terbatasnya kemampuan untuk
membentuk jaringan korpus penis, untuk fungsi ereksi
dipakai penis buatan. Sebenarnya operasi yang dilaporkan
berhasil dilakukan bukanlah pada kasus mikropenis yang
sebenarnya. Hal ini memang akibat kelemahan cara
mendiagnosis mikropenis itu sendiri.
Ada beberapa keadaan yang membuat penis menjadi atau
kelihatan kecil, seperti inconspicuous penis (penis yang
menghilang), yang diakibatkan oleh berbagai kondisi
seperti buried penis, trapped penis, webbed penis,
concealed penis, dan diminutive penis. Pada semua
keadaan ini sirkumsisi merupakan kontraindikasi.

Anda mungkin juga menyukai