Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL

BUDGETING) PROGRAM PEMBANGUNAN IRIGASI DI


JAWA BARAT

Pringadi Abdi Surya


Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Abstract

This study will discuss about the feasibility of irrigation development projects , in this case
the tertiary irrigation network, in West Java for the fiscal year 2016 with a capital budgeting
analysis. The aim is to assess whether the irrigation development is feasible or not. The data
collection method was carried out by studying documents and literature. There are three
methods used in this study the method of payback period, NPV and IRR. As a result, the
irrigation development was feasible.

Abstrak

Studi ini akan membahas mengenai kelayakan proyek pembangunan irigasi, dalam hal
ini jaringan irigasi tersier, di Jawa Barat untuk tahun anggaran 2016 dengan analisis
penganggaran modal (capital budgeting). Tujuannya adalah menilai bahwa
pembangunan irigasi tersebut layak dilakukan atau tidak. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan studi dokumen dan literature. Ada 3 metode yang dipakai dalam
penilaian kelayakan investasi yakni metode payback period, Net Present Value (NPV), dan
Internal Rate of Return (IRR). Hasilnya, pembangunan irigasi tersebut layak dilakukan.

Keywords: penganggaran modal, irigasi, analisis biaya dan manfaat

JEL Classification: G31, D61

Alamat Korespondensi: pringadiasurya@gmail.com 21


PENDAHULUAN Kementerian Pertanian, pada tahun
Sektor pertanian menjadi salah satu 2012, didapat tiga provinsi yang
sektor yang penting dan harus menjadi memiliki lahan baku sawah terbesar,
perhatian utama Pemerintah. Hal yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa
tersebut tidak terlepas dari identitas Barat. Jawa Timur memiliki lahan
negara agraris yang pernah disematkan 1.152.875 ha dengan jaringan irigasi
kepada Indonesia. Perhatian tersebut seluas 910.533 ha. Jawa Tengah memiliki
dibuktikan dengan meningkatnya lahan 1.101.851 ha dengan jaringan
anggaran yang diberikan kepada irigasi seluas 902.313 ha. Sementara itu,
Kementerian Pertanian, yakni dari 14 Jawa Barat memiliki lahan 925.565 ha
triliun pada tahun 2015 menjadi sekitar dengan jaringan irigasi seluas 673.991
32,9 triliun pada APBN 2016. Pada ha. 2
tahun-tahun selanjutnya, anggaran ini Irigasi tersebut terbagi menjadi tiga
diperkirakan akan terus bertambah jenis yaitu irigasi primer, irigasi
guna membangun infrastruktur sekunder, dan irigasi tersier.3 Tanggung
pertanian dan mencapai target jawab pengelolaan jaringan irigasi
meningkatkan produksi pangan. tersebut berbeda-beda. Penanggung
Pemerintah telah menetapkan jawab jaringan irigasi primer dan
program swasembada berkelanjutan sekunder ada di tangan Pemerintah
padi, jagung, dan kedelai yang Pusat yakni lewat Kementerian PU dan
ditargetkan dapat dicapai dalam waktu Perumahan Rakyat, Pemerintah Provinsi,
tiga tahun (Kementerian Pertanian, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
2015). Dalam pencapaian program Sedangkan jaringan irigasi tersier
swasembada tersebut, lahan adalah menjadi tanggung jawab petani.4
salah satu faktor produksi utama yang Data Kementerian Pertanian
tidak bisa tergantikan. Selain itu, menunjukkan luas area irigasi di
ketersediaan air yang difasilitasi irigasi Indonesia mencapai 7.145.168 ha yang
amat menentukan keberhasilan terbagi dalam tiga kewenangan yakni
swasembada tersebut. 1 pemerintah pusat, provinsi, dan
Dalam Peraturan Pemerintah No. 20 kabupaten/kota. Total irigasi yang
Tahun 2006, jaringan irigasi menjadi tanggung jawab pemerintah
didefinisikan sebagai saluran, bangunan, pusat seluas 2.374.521 ha. Saat ini dari
beserta bangunan pelengkapnya yang luasan tersebut adalah seluas 734.820
merupakan satu kesatuan yang ha jaringan irigasi tersier yang rusak.
diperlukan untuk penyediaan, Sedangkan yang menjadi kewenangan
pembagian, pemberian, penggunaan, provinsi adalah seluas 1.105.474 ha dan
dan pembuangan air irigasi. jaringan irigasi tersier yang rusak adalah
Menurut hasil audit lahan pertanian seluas 257.575 ha. Sementara itu, irigasi
yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal yang menjadi tanggung jawab
Prasarana dan Sarana Pertanian, pemerintah kabupaten/kota adalah

1
Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis 3
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
2
Kementerian Pertanian. 2013. Laporan Tahunan 4
Ibid.
Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana
Pertanian 2012.

22
seluas 3.663.173 ha dan jaringan irigasi Indeks Pertanaman (IP) di daerah
tersier yang rusak adalah seluas 826.045 tersebut pun mengalami peningkatan
ha.5 minimal 0,5 dan produktivitasnya naik
Selama tahun 2015 hingga tahun minimal 0,3 ton per ha. 7
2017, pemerintah menargetkan akan Kriteria lain yang menjadi
memperbaiki 3 juta ha lahan sawah pertimbangan utama adalah kondisi
irigasi tersier atau per tahun seluas 1 juta jaringan irigasi ada pada tingkat
ha. Dananya berasal dari dana kerusakan ringan atau kerusakannya
kontingensi tahun anggaran 2014 yang kurang dari 30% dan kerusakan sedang
tersebar di dua belas provinsi untuk atau kerusakannya 30-60%, karena
lahan seluas 460 ribu ha dan dana APBN dibutuhkan bisa dengan cepat
2015 untuk lahan seluas 1 juta ha. Kedua beroperasi. Lokasi lahan atau
belas provinsi yang menjadi objek persawahannya adalah minimal memiliki
perbaikan irigasi adalah Sumatera Utara hamparan luas 25 ha, dan penerima
dengan lahan seluas 42.060 ha, bantuan irigas tersier tersebut adalah
Sumatera Barat dengan lahan seluas kelompok tani (Poktan) atau
22.888 ha, Sumatera Selatan dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).8
lahan seluas 27.275 ha, Lampung Dari total 27 kabupaten/kota yang
dengan lahan seluas 32.555 ha, Jawa menjadi daerah irigasi di provinsi Jawa
Barat dengan lahan seluas 56.966 ha, Barat, sebanyak 16 kabupaten/kota
Jawa Tengah dengan lahan seluas yang berhasil diamati oleh Kementerian
87.657 ha, D. I Yogyakarta dengan lahan Pertanian, dari sebanyak 855 daerah
seluas 7.000 ha, Jawa Timur dengan irigasi yang ada, sebanyak 151 daerah
lahan seluas 72.900 ha, Banten dengan irigasi (18%) dalam kondisi sangat baik,
lahan seluas 6.000 ha, Bali dengan lahan 157 daerah irigasi (18%) dalam kondisi
seluas 15.000 ha, Kalimantan Selatan baik, 256 daerah irigasi (30%) dalam
dengan lahan seluas 10.750 ha, dan kondisi kurang baik, dan sisanya,
Sulawesi Selatan dengan lahan seluas sebanyak 291 daerah irigasi (34%) dalam
79.949 ha.6 kondisi sangat kurang baik.9
Hal yang mendasari pemilihan Adapun rincian kondisi irigasi per
daerah sehingga dilakukan rehabilitasi kabupaten/kota adalah sebagai
jaringan irigasi tersier adalah wilayah berikut10:
yang memiliki jaringan irigasi primer 1. Kabupaten Bandung: Kondisi irigasi
dan sekunder yang berfungsi baik. tersier yang sangat kurang baik
Selain itu, jaringan irigasi tersier yang sebanyak 29%, yang kurang baik
direhabilitasi harus telah terkoneksi sebanyak 34% dan yang sangat baik
dengan jaringan irigasi primer dan sebanyak 23%, sedangkan 14%
sekunder yang telah direhabilitasi. irigasi lainnya dalam kondisi baik.

5
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 7
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 03 Tahun
293/KPTS/M/2014 tentang tentang Penetapan 2015 tentang Pedoman Upaya Khusus
Status Daerah Irigasi yang Pengelolaannya Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai
menjadi Wewenang dan Tanggung Jawab 8
Ibid
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan 9
Kementerian Pekerjaan Umum. 2015. Pemetaan
Pemerintahan Kabupaten/Kota. Jaringan Irigasi Daerah Jawa Barat 2014.
6
Ibid 10
Ibid

23
2. Kabupaten Bogor: Kondisi irigasi irigasi tersier dalam kondisi yang
tersier yang kurang baik dan sangat baik.
kurang baik mencapai 67%, dan 12. Kabupaten Sukabumi: 100% kondisi
33% lainnya berada dalam kondisi irigasi tersier kurang baik dan
yang baik dan sangat baik. sangat kurang baik.
3. Kabupaten Cianjur: Kondisi irigasi 13. Kabupaten Sumedang: Kondisi
tersier kurang baik dan sangat irigasi tersier yang kurang baik dan
kurang baik sebanyak 64%, dan 36% sangat kurang baik mencapai 98%,
sisanya dalam kondisi yang baik sedangkan irigasi tersier yang
4. Kabupaten Cirebon: Kondisi irigasi kondisinya baik hanya 2%.
tersier yang kurang baik dan sangat 14. Kabupaten Tasikmalaya: Kondisi
kurang baik mencapai 23%, dan irigasi tersier yang kurang baik dan
kondisi yang baik dan sangat baik sangat kurang baik mencapai 98%
mencapai 77%. dan hanya 2% irigasi tersier dalam
5. Kabupaten Garut: Kondisi irigasi kondisi baik.
tersier yang kurang baik dan sangat 15. Kota Bandung: Seluruh irigasi tersier
kurang baik sebanyak 29%, dan (100%) dalam kondisi yang sangat
kondisi yang baik dan sangat baik kurang baik.
sebanyak 71%. 16. Kota Tasikmalaya: Kondisi irigasi
6. Kabupaten Indramayu: Semua tersier dalam kondisi kurang baik
irigasi tersier dalam kondisi baik. dan sangat kurang baik sebanyak
7. Kabupaten Karawang: Kondisi irigasi 43%, dan yang dalam kondisi baik
tersier yang kurang baik dan sangat dan sangat baik sebayak 57%.
kurang baik sebanyak 79%, dan
sisanya 21% dalam kondisi yang Kegiatan pembangunan irigasi pada
baik dan sangat baik. dasarnya diklasifikasikan dalam belanja
8. Kabupaten Kuningan: Kondisi irigasi modal, yakni dalam akun belanja modal
tersier yang kurang baik dan sangat jalan, irigasi, dan jaringan. Belanja modal
kurang baik sebanyak 35%, dan (capital budget) didefinisikan sebagai
selebihnya 65% irigasi tersier dalam belanja untuk mendapatkan aset, baik
kondisi baik dan sangat baik. itu tetap atau pun aset lain, yang
9. Kabupaten Majalengka: Kondisi memberikan manfaat lebih dari satu
irigasi tersier yang kurang baik dan tahun. Belanja modal ini seharusnya
sangat kurang baik mencapai 41%, membutuhkan pengganggaran modal
selebihnya sebesar 59% dalam (capital budgeting).
kondisi yang baik dan sangat baik. Di dalam penganggaran modal ini
10. Kabupaten Purwakarta: Kondisi kemudian dilakukanlah proses untuk
irigasi tersier yang kurang baik dan menganalisis proyek-proyek secara
sangat kurang baik sebesar 16% menyeluruh dan ditentukan
sedangkan irigasi tersier yang berdasarkan skala prioritas untuk
berada dalam kondisi baik dan dimasukkan ke dalam anggaran modal.
sangat baik mencapai 84%. Artinya, dalam konteks irigasi, sebelum
11. Kabupaten Subang: Kondisi irigasi menjadi belanja modal, pemerintah
tersier yang kurang baik dan sangat harus melakukan pengganggaran
kurang baik sebanyak 91%, dan 9% modal untuk menganalisis kelayakan

24
program-program pembangunan irigasi menggunakan analisis penganggaran
tersier yang akan dilakukan pemerintah. modal yang memadai. Persetujuan
Sayangnya, hal tersebut belum anggaran dilakukan berdasarkan
dilakukan. pemenuhan syarat/kriteria mutlak,
Pengganggaran modal di sektor syarat//kriteria teknis dan syarat/kriteria
publik tidak seperti penganggaran pendukung. Syarat/kriteria mutlak itu
modal di sektor privat yang berorientasi meliputi proposal usulan kegiatan
pada profit, Halim dan Kusufi (2014). Di melalui e-proposal, penyelesaian
sektor privat, capital budgeting biasa temuan pemeriksa (Itjentan, BPK, BPKP,
digunakan untuk menentukan clean and clear pelaksanaan kegiatan
kelayakan suatu proyek. Analisis capital lingkup Ditjen PSP selama 2 tahun
budgeting yang dilakukan dapat sebelumnya. Sementara itu,
berguna untuk melihat pengaruh dari syarat/kriteria teknisnya telah dilakukan
investasi terhadap peningkatan CP/CL, lembar pengesahan, evaluasi
penjualan, laba, maupun ekuitas kinerja tahun sebelumnya (realisasi
perusahaan. keuangan dan fisik), kesesuaian lokasi
Capital budgeting pada perusahaan kegiatan Ditjen PSP dengan lokasi Ditjen
umumnya dilakukan dengan Produksi (keterpaduan pengolahan/
menghitung berapa nilai surplus arus pemasaran dan budidaya), kesesuaian
kas masuk neto yang akan dihasilkan lokasi dengan Renstra Direktorat,
dari investasi. Sementara investasi keterpaduan kegiatan Ditjen PSP di
dalam sektor publik, menurut Futurum pusat dan di daerah,
(2013), analisis yang digunakan untuk keberlanjutan/pengutuhan kegiatan,
opsi investasi adalah Economic penyediaan lahan/bangunan kegiatan,
Evaluation (Evaluasi Ekonomi) dengan rasionalisasi anggaran, konsistensi judul,
alat utamanya Cost Benefit Analysis tujuan, sasaran dan output. Sementara
(CBA). itu data pendukung yang harus
Tantangan dalam Cost Benefit dicantumkan di e-proposal adalah data
Analysis adalah mengukur manfaat. produksi/jumlah komoditas yang akan
Mengukur manfaat dalam proyek diolah/dipasarkan, atau produk yang
pemerintah tidaklah mudah. Manfaat diolah/dipasarkan, sumber daya
dalam setiap proyek pemerintah tertera manusia pelaksana, kelembagaan
di dalam target out come. Pembangunan pengelola kegiatan, peluang pasar
irigasi tersier yang dilakukan oleh produk yang dihasilkan, data alat dan
Kementerian Pertanian memiliki dua out bangunan yang diusulkan, sinergi APBD,
come yang harus dicapai. Pertama, maksudnya adakah dukungan APBD
adalah kenaikan indeks pertanaman (IP) dalam pembangunan tersebut.
sebesar 0,4 dan kedua, target produksi Penelitian ini dilakukan untuk
naik 0,3 ton/ha. Hal itu tercantum dalam menilai kelayakan keputusan
Pedoman Upaya Khusus Peningkatan Pemerintah, dalam hal ini Kementerian
Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di Pertanian, dalam melakukan
Permentan No. 03 tahun 2015. pembangunan jaringan irigasi tersier.
Di dalam penilaian kelayakan Hal itu dilakukan dengan cara
pembangunan irigasi tersebut, membandingkan manfaat yang
Kementerian Pertanian tidak dihasilkan dari pembangunan jaringan

25
irigasi tersier tersebut dengan biaya penganggaran modal ialah proses
yang dikeluarkan Metode yang dipilih secara menyeluruh mulai dari
dalam penilaian kelayakan tersebut perencanaan hingga pengambilan
adalah Metode Payback Period, Net keputusan tentang pengeluaran dana
Present Value, dan Internal Rate of yang jangka waktu pengembaliannya
Return. Metode ini dipilih karena lebih dari satu tahun atau memiliki
menjadi metode yang paling umum jangka yang panjang. Selanjutnya,
digunakan seperti yang dilakukan Syamsudin (2004) menganggap bahwa
Schaum dalam Shiem dan Siegel (1998) penganggaran modal atau capital
ditambah dengan metode Average of budgeting merupakan proses yang
Return dan Profitability Index. Ketiga menyeluruh mulai dari pengumpulan,
metode ini juga digunakan oleh Pranata pengevaluasian, penyeleksian, hingga
(2017), Zattira, dkk. (2018), dan penentuan alternatif penanaman modal
Rejekiningrum dan Saptomo (2015). yang akan memberikan penghasilan
Metode payback period digunakan bagi perusahaan untuk jangka waktu
karena metode ini cukup sederhana lebih dari setahun (capital expenditure).
untuk memilih beberapa alternatif Sedangkan Sartono (2000) memiliki
investasi untuk menentukan lamanya pendapat bahwa penganggaran modal
waktu pengembalian dana yang merupakan keputusan investasi jangka
diinvestasikan akan kembali. panjang, yang memilki karakteristik
Kelemahannya adalah mengabaikan berupa pengeluaran yang besar yang
Time Value Of Money (nilai waktu uang) menciptakan manfaat dalam jangka
sehingga tidak memberikan informasi panjang. Oleh sebab itu, selalu
mengenai tambahan value untuk dibutuhkan perencanaan yang matang
entitas. Karena itulah digunakan juga untuk meminimalisasi risiko kegagalan.
metode Net Present of Value (NPV) dan Untuk membuat keputusan
internal of return (IRR) guna investasi dalam belanja modal, ada
memperhitungkan time value of money beberapa tahap penganggaran modal
tersebut. yang harus dilalui, meliputi:
(1) Penentuan biaya proyek;
TINJAUAN LITERATUR (2) Perkiraan aliran kas yang
Keputusan investasi publik menjadi diharapkan dari proyek, termasuk
suatu hal penting untuk mendukung nilai akhir aset;
pelaksanaan program, kegiatan, dan (3) Penilaian risiko dari aliran kas
fungsi yang menjadi prioritas kebijakan proyek;
(Mardiasmo, 2002). Menurut Sutrisno (4) Penentuan biaya modal (cost of
(2003), keputusan investasi adalah capital) yang tepat;
keputusan untuk jangka panjang, (5) Perkiraan nilai aset dengan nilai
sehingga keputusan yang diambil wajib waktu uang;
dipertimbangkan dengan baik. Proses (6) Pembandingan present value dari
pengambilan keputusan investasi ini aliran kas yang diharapkan dengan
dilakukan melalui penganggaran modal besaran biayanya.
(capital budgeting).
Riyanto (2001) berpendapat bahwa Penganggaran modal berguna
untuk untuk menganalisis dan

26
mengevaluasi perencanaan dari adanya analisis yang membandingkan
investasi belanja modal. Investasi dan memberi usulan suatu kebijakan
tersebut memiliki makna penting bagi dengan cara menghitung total biaya
perusahaan. Anggaran yang dikeluarkan yang bisa dikuantifikasi dalam bentuk
pun cukup besar dan penggunaannya uang dan total manfaat atau
pun dalam jangka waktu yang panjang. keuntungan yang juga bisa
Oleh karena itu, sebelum membuat dikuantifikasi dalam bentuk uang.
keputusan investasi barang modal, Analisis biaya manfaat itu pun
perencanaan yang dilakukan tidak digunakan untuk menentukan apakah
dalam waktu yang singkat demi suatu investasi layak dilakukan. Selain
mendapatkan penilaian yang memadai itu, analisis biaya manfaat memberikan
bahwa investasi yang dilakukan akan dasar untuk perbandingan antar proyek
kembali dan mendatangkan laba yang atau investasi. Kemudian, baru dilakukan
besar dalam jangka panjang (Husnan, pilihan mana saja investasi yang
2000). memberikan manfaat atau keuntungan
Pada akhirnya, seperti kata Brigham yang lebih besar dibandingkan dengan
dan Houston (2003) penganggaran biaya yang dikeluarkan.
modal adalah aktivitas yang menyeluruh Sementara itu, analisis biaya dan
dalam melakukan perencanaan manfaat dalam sektor publik lebih sulit
anggaran untuk mendapatkan benefit di dilakukan karena ada banyak aspek
masa yang akan datang. Dengan yang harus dipertimbangkan terutama
demikian pada dasarnya manfaat dari terkait manfaat sosial dan lingkungan
penganggaran modal/capital budgeting serta faktor efisiensi. Secara terperinci,
adalah sebagai alat untuk menganalisis Pemerintah pun harus mempertimbang-
dan mengevaluasi rencana pengeluaran kan dampak penerapan suatu proyek
atau investasi barang modal. investasi, baik secara langsung maupun
Pada saat menganalisis suatu tidak langsung, ditambah pula dengan
proyek, yang paling disoroti adalah soal faktor eksternalitas dan ketidakpastian,
biaya proyek tersebut. Hansen dan baik itu ketidakpastian dalam
Mowen (2005) menyebutkan biaya penghitungan manfaat dan biaya, risiko.
adalah kas atau setara kas yang Misalnya, pada saat mengerjakan
dikeluarkan atau dikorbankan agar proyek pada tahun tertentu, tiba-tiba
barang/jasa yang diharapkan membawa inflasi lebih tinggi dari asumsi sehingga
keuntungan masa ini dan masa akan mengakibatkan kenaikan harga yang
datang.11 tajam di atas standar biaya. Ketimbang
Oleh karena itu, menurut Darminto mengambil harga rata-rata sebagai
(2005), analisis biaya manfaat atau cost asumsi dalam perhitungan, lebih baik
benefit analysis menjadi cara atau menggunakan harga terendah juga
pendekatan yang paling sering harga tertinggi produk tersebut untuk
digunakan dalam membuat dapat menampilkannya sebagai
rekomendasi kebijakan. Dalam analisis pilihan/alternatif beserta risiko yang
biaya manfaat tersebut, memungkinkan dibawanya.

11
Hansen, Dor. R., Maryane M. Mowen. Salemba Empat, Jakarta. 2005.
Akuntansi Manajemen. Edisi ke-7 buku ke-2,

27
Suatu investasi baru dalam aset Arus Kas Bersih per tahun x 1 tahun
tetap harus diperhitungkan dengan Perlu diperhatikan apabila arus kas
baik. Bila investasi aset tersebut tidak tetap jumlahnya, berarti periode
dilakukan tanpa perhitungan yang baik, pengembalian diperhitungkan dengan
kerugian anggaran bukan saja menjadi cara menambahkan arus kas tahunan
soal administratif tetapi juga menjadi hingga waktu ketika investasi awal
kerugian negara. diperoleh kembali. Jika pembagian satu
Ada 8 metode yang digunakan tahunan diperlukan, diasumsikan bahwa
untuk menilai kelayakan suatu proyek jumlah arus kas adalah tetap setiap
untuk dianggarkan (Ross, 2009). tahun.
Kedelapan metode tersebut adalah
Payback Period, Discount Payback b. Metode net present value (NPV)
Period, Accounting Rate of Return, Net Sebuah usulan proyek investasi
Present Value, Internal Rate of Return, juga harus mempertimbangkan nilai
Modified Internal Rate of Return, waktu. NPV adalah metode yang
Profitability Index, dan Perpetuity Rate of digunakan untuk menghitung nilai
Return. Penelitian ini akan waktu dari uang tersebut. Arus kas yang
menggunakan 3 metode yaitu payback digunakan adalah arus kas yang bersih
period, net present value, dan internal per tahun didiskontokan atas dasar
rate of return. biaya modal atau rate of return
perusahaan/interest rate yang
a. Metode payback period diinginkan.
Sebuah penelitian pada tahun
1960-an dan awal 1970-an menemukan NPV = ∑ Arus kas bersih per tahun/
bahwa metode capital budgeting (1+r)n
payback period lebih dominan
digunakan (Baker dan Beardsley, 1972 – Nilai NPV tersebut akan dijadikan
121). Suatu investasi diukur untuk dasar keputusan untuk menentukan
menentukan seberapa cepat waktu yang usulan proyek investasi diterima atau
dibutuhkan perusahaan untuk kembali ditolak. Apabila nilai NPV positif, itu
mendapatkan modal awal yang berarti anggaran yang diinvestasikan di
dikeluarkan. Metode untuk mengukur dalam proyek tersebut dianggap bisa
hal tersebut disebut metode payback menghasilkan present value cash flow
period. Hasilnya adalah satuan waktu yang lebih besar. Artinya, investasi bisa
seperti bulan dan tahun. diterima. Sebaliknya, apabila nilai NPV
Apabila periode payback-nya lebih negatif, itu berarti anggaran yang
pendek dari pada yang disyaratkan, diinvestasikan di dalam proyek tersebut
berarti proyek tersebut bisa dikatakan hanya menghasilkan present value cash
menguntungkan perusahaan. Begitu flow yang lebih kecil. Artinya, investasi
pula sebaliknya. Semakin pendek tersebut akan ditolak.
periode paybacknya maka semakin
menarik investasi tersebut (Brigham and c. Metode internal rate of return (IRR)
Daves, 2010). Metode IRR menghitung tingkat
Rumus perhitungannya adalah: bunga yang dapat menjadikan NPV
Payback period = Biaya Pembangunan/ sama dengan nol. Hal ini dikarenakan

28
present value dari cash flow pada tingkat 1999. Metode yang digunakan dalam
bunga tersebut sama dengan internal evaluasi proyek pada penelitian tersebut
investasinya. Metode ini juga adalah metode perbandingan yang
memperhitungkan nilai waktu dari uang, membandingkan antara situasi sebelum
sehingga cash flow yang digunakan proyek irigasi dibangun dengan kondisi
telah didiskontokan atas dasar cost of setelah proyek irigasi selesai dikerjakan.
capital/interest rate (Hansen, 2005). Asumsi-asumsi yang digagas
Bila nilai IRR-nya lebih besar atau dalam penelitian tersebut adalah:
sama dengan cost of capital/interest rate, 1. Harga jual produksi selama tahun
itu berarti, investasi yang diusulkan dilakukan analisis adalah tetap;
dapat diterima. Jika nilai IRR-nya lebih 2. Usia manfaat proyek irigasi
kecil dari cost of capital/interest rate, diasumsikan mencapai 25 tahun;
investasi tersebut harus ditolak. 3. Data yang digunakan dalam
Kompleksitas praktik analisis biaya analisis adalah rata-rata per tahun;
dan manfaat dalam sektor publik itu 4. Inflasi tidak diperhitungkan di
pernah ditulis oleh Lapsley (1998) yang dalam analisis.
menjelaskan praktik capital budgeting di Hasil dari penelitian tersebut
sektor privat ke dalam sektor publik. Ada menyebutkan bahwa setelah proyek
dua isu utama dalam hal ini, yakni jaringan irigasi dibangun antara tahun
penilaian benefit dan penentuan tingkat 1996-1998, hasil produk pertanian di
diskonto. Desa Kademangan meningkat sebesar
Menurutnya, menilai benefit dari 5,7%. Kemudian dilakukan juga
output yang dihasilkan dari suatu perhitungan penyusutan nilai proyek
pekerjaan sangatlah sulit. Sebelumnya jaringan irigasi Kedung Kandang yang
pemerintah harus terlebih dahulu terjadi selama 25 tahun yang hasilnya
mendefinisikan outcome. Outcome ini adalah sebesar Rp420.000,00 per tahun,
yang akan dikuantifikasi menjadi dengan nilai sisa/residu dari irigasi
benefit. Dalam menentukan tingkat sebesar Rp4.500.000,00. Selain itu,
diskonto, ada banyak perdebatan. dilakukan pula perhitungan NPV dengan
Tingkat diskonto yang digunakan bisa nilai sebesar Rp2.041.687.650,31,00 dan
direlasikan dengan yang digunakan di bunga dari IRR sebesar 12%. Dari
dalam sektor privat, Akan tetapi, seluruh hasil perhitungan tersebu, hal ini
sebaiknya harus dilakukan penelitian menunjukkan bahwa proyek
lebih lanjut atas preferensi sosial yang pembangunan jarinan irigasi Kedung
ada dan nilai tersebut disesuaikan tiap Kandang memang layak dikerjakan,
tahunnya. dengan waktu dari break even point
Suharto (2001) melakukan (BEP) dari proyek pembangunan
penelitian di Desa Kademangan yang jaringan irigasi ini adalah 5 tahun 6
memiliki daerah Jaringan Irigasi Sumber bulan 11 hari.
Kedung Kandang, yang luas daerah Perbedaan utama penelitian ini
irigasinya mencapai 143 ha. Analisis dengan penelitian tersebut adalah objek
yang dilakukan pada saat itu hanya penelitian. Bambang Suharto
difokuskan pada segi finansialnya saja mengambil objek di satu wilayah saja,
dengan rentang waktu penelitian yakni Kedung Kandang, Kabupaten
dimulai dari tahun 1995 hingga tahun Malang sementara penulis mengambil

29
empat kabupaten di Jawa Barat. Yang Target yang terdapat di Peraturan
dilakukan Bambang Suharto adalah Menteri Pertanian Nomor 03 Tahun
mengevaluasi pembangunan irigasi 2015 itu disesuaikan kembali karena
yang sudah dilaksanakan dengan terdapat perbedaan kondisi tanah dan
membandingkan nilai investasi dengan air di Jawa Barat bagian Utara dan
benefit yang diraih dari peningkatan Selatan. Target kenaikan IP itu menjadi
hasil produksi pertanian kemudian 0,25-0,5 dengan imbas kenaikan
mengonversinya sesuai harga pasar produksi 0,15-0,3 ton/ha.
yang berlaku saat itu. Penulis dalam Benefit yang dapat dirupiahkan
penelitian ini akan menganalisis pada tahun awal akan sejumlah luas
penganggaran modal, atau sebelum lahan yang ada dikalikan dengan
proyek pembangunan irigasi dikerjakan. kenaikan produksi. Kemudian total
Penganggaran modal di sektor kenaikan produksi ini akan dikalikan
publik berbeda dengan penganggaran dengan harga pasar gabah. Harga pasar
modal di sektor privat. Bila di sektor gabah didapat dari prediksi harga
privat, profit menjadi tujuan organisasi. berdasarkan analisis tren dari tahun-
Di sektor publik, yang menjadi tujuan tahun sebelumnya.
adalah benefit atau manfaat yang Alat pengambilan keputusan yang
diterima oleh masyarakat dari pekerjaan bisa dipakai dalam Cost Benefit Analysis
proyek tersebut. adalah Net Present Value (NPV). NPV
Analisis yang dapat digunakan dapat memunculkan present value dari
untuk menentukan nilai benefit tersebut biaya dan manfaat yang akan kita
adalah dengan menggunakan Cost bandingkan. Di dalam NPV diperlukan
Benefit Analysis, yakni mengevaluasi informasi tentang tingkat diskonto.
biaya dan manfaat suatu proyek. Selain itu, dihitung pula payback
Pertama, dengan mengukur manfaat periodenya dan internal rate of return
yang diperoleh dalam bentuk rupiah. (IRR).
Kedua, mengenal dan mengukur biaya Tingkat diskonto sosial ini dihitung
proyek tersebut.. dengan menggunakan formula Ramsey.
Menurut Lapsley (1998), benefit Zhuang (2007) menulis tentang praktik
dalam sektor publik tertera sebagai out tingkat diskonto sosial di negara Asia.
come. Pembangunan irigasi tersier yang Dengan menggunakan formula Ramsey,
dilakukan oleh Kementerian Pertanian ia mendapatkan tingkat diskonto sosial
memiliki out come yakni kenaikan indeks untuk Indonesia adalah 6,1%.
pertanaman (IP). Ketersediaan air Arus kas bersih dihitung dari selisih
melalui irigasi menjadi faktor utama peningkatan manfaat yang dihasilkan
yang dapat menaikkan indeks dikurangi biaya pembangunan irigasi
pertanaman (Sumairni, 1999). Dalam ditambah biaya pemeliharaan per tahun.
Pedoman Upaya Khusus Peningkatan Biaya pemeliharaan irigasi adalah
Produksi Padi, Jagung dan kedelai di Rp400.000,- per hektar per tahunnya.
Permentan No. 03 tahun 2015 Masa manfaat irigasi tersier ini selama
disebutkan bahwa target kenaikan IP 25 tahun.
sebesar 0,5 dan dari kenaikan IP Dalam menghitung NPV, langkah
tersebut, produksi padi akan meningkat yang dilakukan pertama kali adalah
sebanyak 0,3 ton/ha. menentukan nilai sekarang/present

30
value dari setiap arus kas, termasuk arus yang diajukan oleh kabupaten/kota
masuk dan arus keluar, yang terkait dan diperoleh melalui
didiskontokan pada biaya modal proyek. Kementrian Pertanian. Data-data yang
Setelah itu, arus kas yang sudah diperoleh tersebut antara lain luas lahan,
didiskontokan ini harus dijumlah- modal awal investasi dalam proyek
kan. Hasilnyalah yang didefinisikan irigasi, biaya operasional, perkiraan usia
sebagai NPV proyek. manfaat irigasi, perkiraan hasil produksi
Jika nilai NPV adalah positif, proyek petani setelah proyek irigasi, dan harga
tersebut harus diterima. Sedangkan jika jual produksi.
nilai NPV adalah negatif, maka proyek Pengumpulan data dalam penelitian
itu tidak layak. Dan apabila nilai NPV ini dilakukan dengan metode metode
sebesar nol, hal itu menyiratkan bahwa studi dokumen. Dalam metode ini, data
arus kas proyek sudah mencukupi untuk dikumpulkan dengan cara mencari,
bisa membayar kembali modal yang memilih, dan mengunduh dokumen
diinvestasikan dan memberikan tingkat elektronik dari situs tim penilai di
pengembalian yang diperlukan atas Kementerian Pertanian. Hal yang
modal tersebut. Jika proyek memiliki menjadi pertimbangan saat
NPV positif, maka proyek tersebut pengumpulan data adalah
menghasilkan lebih banyak kas dari kesesuaiannya dengan karakteristik data
yang dibutuhkan untuk menutup utang sekunder, yaitu bahwa data tersebut
dan memberikan pengembalian yang sudah sesuai dan cukup. Pertimbangan
diperlukan. itu mencakup definisi, kecocokan
Selanjutnya, payback periode dengan variabel penelitian, dan materi
menghitung waktu periode data.
pengembalian modal tersebut. Apabila Penulis menggunakan metode
waktu yang diperlukan lebih cepat dari kualitatif deskriptif pada penelitian ini.
masa manfaatnya, maka investasi Sevilla, Ochave, Regal, dan Uriarte
tersebut dinilai layak. Begitu pula (1993) menyatakan bahwa metode
dengan IRR yang dihitung apabila NPV deskriptif dibuat untuk mengumpulkan
dengan suku bunga IRR dikurangi informasi tentang keadaan–keadaan
dengan investasi awal mendekati nol. yang nyata saat ini. Artinya, data yang
dikumpulkan harus menggambarkan
METODOLOGI PENELITIAN situasi atau kondisi yang benar-benar
terjadi. Sedangkan metode kualitatif
Objek penelitian ini adalah didasarkan pada pondasi dan
anggaran irigasi tersier di 4 kabupaten paradigma, perumusan masalah, tahap-
di Jawa Barat yakni Subang, Cirebon, tahap dan teknik penelitian, kriteria dan
Karawang dan Ciamis. Empat kabupaten teknik pemeriksaan data, analisis dan
tersebut telah mengajukan proposal penafsiran data (Moleong, 1993). Data
anggaran untuk 2016 dan disetujui oleh yang berhasil dikumpulkan kemudian
penilai dari Kementerian Pertanian. dihitung dengan metode dalam
Dalam penelitian ini, penulis penganggaran modal untuk
menggunakan jenis data berupa data menganalisis biaya dan manfaat yang
sekunder. Data sekunder yang pada akhirnya digunakan untuk menilai
digunakan adalah proposal program kelayakan suatu investasi.

31
HASIL PENELITIAN antara kabupaten lain sehingga
Upaya Khusus (UPSUS) dianggap sudah mewakili analisis.
peningkatan produksi padi, jagung, dan
kedelai dengan pembangunan irigasi Tabel 1. Volume Usulan Irigasi Provinsi
dan sarana pendukungnya adalah Jawa Barat TA 2016
program kerja pemerintah yang Volume
No Kabupaten
(ha)
dicantumkan dalam Peraturan Menteri
1 Bandung 2500
Pertanian Nomor 03 Tahun 2015. Salah
2 Bekasi 6500
satu prioritas di awal pelaksanaan
3 Ciamis 18000
program adalah pembangunan
4 Garut 5000
infrastruktur penunjang proses produksi 5 Garut 3000
demi percepatan swasembada pangan 6 Karawang 40000
tiga tahun ke depan oleh pemerintah. 7 Kuningan 1000
Perbaikan dan pembangunan jaringan 8 Majalengka 4000
irigasi merupakan langkah konkrit 9 Purwakarta 5350
pemerintah untuk mendukung 10 Subang 20000
peningkatan produksi tanaman pangan 11 Sumedang 4000
karena selama ini kekeringan menjadi 12 Sukabumi 15000
permasalahan utama di beberapa 13 Pangandaran 3000
wilayah sentra produksi tanaman 14 Cirebon 20000
pangan khususnya padi, jagung dan 15 Bogor 1000
16 Bandung Barat 2750
kedelai.
17 Kota Bogor 200
Empat kabupaten di Jawa Barat
18 Kota Cirebon 150
dipilih karena pertama, menurut Perum
19 Kota Tasikmalaya 3000
Bulog, Jawa Barat merupakan salah satu
20 Kota Banjar 475
sentra padi terbesar di Indonesia Sumber: Data diolah dari Ditjen PSP,
dengan produksi 540 ton. Berdasarkan Kementerian Pertanian
data, Jawa Barat memiliki luas baku
lahan sawah seluas 925.565 hektar. Dari Total luas area tanam yang
luas tersebut, tiap tahun baru bisa diusulkan oleh provinsi Jawa Barat
ditanami padi antara 1,9-2 juta hektar. melalui e-proposal sampai tanggal 27
Sehingga dengan indeks pertanaman Oktober 2015 adalah seluas 154.925 ha.
(IP) di Jawa Barat rata-rata baru E-proposal tersebut akan dinilai oleh
mencapai 1,6 kali. Tetapi dengan tim penilai dari Direktorat Jenderal
program yang tengah digalakan oleh Prasarana dan Sarana Pertanian,
pemerintah baik provinsi dan pusat Kementerian Pertanian. Sesuai
mengenai perbaikan dan pembuatan dengan Peraturan Presiden Nomor 24
saluran irigasi. Maka produksi padi bisa Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas,
semakin meningkat. Kedua, Kabupaten Dan Fungsi Kementerian Negara Serta
Subang, Karawang, Cirebon dan Ciamis Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
telah mengajukan proposal dan Eselon I Kementerian Negara, Tugas
disetujui oleh tim penilai. Ketiga, nilai Pokok dan Fungsi Ditjen PSP adalah
proyek kabupaten tersebut terbesar di merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di

32
bidang prasarana dan sarana pertanian mudah untuk dimengerti dan
sesuai dengan peraturan perundang- digunakan.
undangan. 3. Dapat diukur: indikator yang
Di sektor privat, perusahaan digunakan diukur dengan skala
menjadikan laba atau keuntungan penilaian tertentu yang disepakati,
sebagai salah satu acuan kinerja. Laba baik berupa kuantitas, kualitas, atau
atau keuntungan dari aktivitas operasi pun biaya.
perusahaan ini yang secara jangka 4. Appropriate: indikator memiliki
panjang menjadi tujuan perusahaan. Di kesesuaian dengan upaya
sektor publik, laba atau keuntungan peningkatan pelayanan/kinerja.
bukanlah tujuan utama pemerintah. 5. Dapat diandalkan: indikator yang
Tujuan utama pemerintah adalah digunakan memiliki keakuratan
memberikan layanan publik kepada dan dapat mengikuti perubahan
masyarakat. Segala sumber daya yang tingkatan kinerja.
dimiliki pemerintah digunakan sebesar- 6. Dapat diverifikasi: indikator yang
besarnya untuk kemakmuran rakyat. digunakan memungkinkan untuk
Pemerintah memberikan konsep dilakukan proses validasi dalam
acuan-acuan manfaat sosial sebagai sistem yang digunakan untuk
tujuan. Benefit/manfaat tersebut menghasilkan indikator.
menjadi ukuran keberhasilan suatu 7. Cost-effective: indikator memiliki
proyek. Dalam logic model, disebutkan manfaat yang sebanding dengan
bahwa hal pertama yang dilihat adalah biaya pengumpulan data.
keberhasilan dalam penyediaan output,
yakni keberhasilan dalam penyediaan Pemerintah melakukan analisis
barang publik. Lalu, dilihat pula terhadap manfaat-manfaat yang bisa
keberhasilan dalam pencapaian manfaat didapatkan masyarakat dari
dari output tersebut. Hal ini dinamakan keberlangsungan suatu investasi.
outcome atau manfaat yang langsung Langkah-langkah yang diperlukan di
didapat dari tersedianya barang/jasa. dalam analisis ini adalah:
Manfaat terusan yang dihasilkan disebut 1. Menentukan dampak dari investasi,
impact atau dampak. yaitu barang dan jasa apa yang
Indikator ditetapkan secara spesifik akan diperoleh dari proyek
untuk mengukur pencapaian kinerja tersebut,
berkaitan dengan informasi kinerja, baik 2. Menyatakan dampak dari investasi
berupa output, outcome, dan impact. tersebut secara kuantitatif
Penetapan indikator kinerja perlu Terdapat kesulitan dalam melakukan
mempertimbangkan beberapa hal analisis. Langkah kedua kerap kali
sebagai berikut: menjadi sangat sulit karena
1. Relevansi: indikator terkait secara berhubungan dengan cara kita
logis dan langsung dengan tugas mengukur manfaat. Untuk itu digunakan
institusi, serta realisasi tujuan dan pendekatan sebagai nilai rupiah
sasaran strategis institusi. maksimum dari orang-orang yang
2. Terdefinisikan dengan baik: bersedia membayarnya karena
indikator memiliki definisi yang memanfaatkan jasa-jasa yang muncul
jelas dan tidak ambigu sehingga dari investasi itu.

33
Kesulitan berikutnya adalah untuk Pembangunan Manusia (IPM), Angka
mengidentifikasi sekaligus Partisipasi Kasar (APK), Angka
membedakan manfaat yang langsung Partisipasi Murni (APM), dan Indeks
diterima dengan manfaat yang tidak Harga Saham Gabungan (IHSG).
langsung. Tidak jarang ditemukan 2. Kelompok data/informasi
adanya berbagai penyimpangan yang dikumpulkan sendiri oleh K/L
menyebabkan perhitungan ganda bersangkutan. Kelompok indikator
dalam menghitung manfaat suatu ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian
proyek. yaitu: merupakan indikator kinerja
Oleh karena banyaknya manfaat kegiatan terpenting, merupakan
tidak langsung yang sulit diidentifikasi, Indeks Komposit dari indikator-
dikarenakan hadirnya manfaat tersebut indikator kinerja kegiatannya, dan
bukan hanya dari faktor keberhasilan merupakan indikator survei penilaian
suatu proyek, melainkan gabungan dari pencapaian kinerja program.
beberapa proyek atau adanya variabel
lain yang tidak termasuk usaha Pembangunan irigasi dan sarana
pemerintah, pemerintah hanya pendukungnya yang dilakukan oleh
memasukkan manfaat langsung sebagai Kementerian Pertanian adalah salah satu
tujuan dari keberhasilan suatu proyek. kegiatan yang dilakukan dalam upaya
Alasan lain adalah kesulitan khusus pemerintah dalam mencapai
pemerintah dalam menguantifikasi swasembada beras. Jika swasembada
manfaat-manfaat lain yang mungkin beras tercapai, dampak yang dihasilkan
ada tersebut. Manfaat langsung yang bukan hanya kesejahteraan petani,
bisa dikuantifikasi dituangkan ke dalam kecukupan pangan bagi masyarakat,
target outcome pada setiap pekerjaan. tetapi juga akan berpengaruh pada
Outcome yang menjadi indikator perekonomian nasional. Namun tentu,
kinerja program adalah manfaat yang dampak-dampak tersebut merupakan
diperoleh dalam jangka menengah yang dampak tidak langsung yang akan
mencerminkan berjalannya kegiatan- sangat sulit dikuantifikasi. Misalnya,
kegiatan yang dilakukan dalam satu berkurangnya impor beras tidak bisa
program. Di dalam Struktur Manajemen dengan mudah dikonversi menjadi
Kinerja outcome adalah sasaran kinerja angka yang langsung dapat dihitung
program yang secara akuntabilitas sebagai manfaat dari pembangunan
berkaitan dengan unit organisasi K/L irigasi tersebut.
setingkat Eselon 1A. Di dalam Pedoman Peraturan
Indikator kinerja program dalam Menteri Pertanian Nomor 03 tentang
kerangka akuntabilitas organisasi Upaya Khusus Pembangunan Irigasi dan
merupakan ukuran pencapaian Sarana Pendukungnya disebutkan
outcome/kinerja program. Metode bahwa manfaat yang akan dihasilkan
pemilihan Indikator Kinerja Program dari pembangunan irigasi adalah
Teknis berdasarkan sumber kenaikan indeks pertanaman (IP). Indeks
ketersediaan dan pengumpulan datanya pertanaman (IP) ini memiliki arti
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: seberapa sering sebidang lahan ditanam
1. Kelompok data/informasi tersedia. dalam setahun. Dalam hal lahan padi, IP
Contohnya adalah Indeks ini menunjukkan berapa kali petani

34
dapat menanam padi di lahan yang pembangunan irigasi ini dituliskan
sama dalam waktu satu tahun. sebesar IP 0,25 saja. Kenaikan IP 0,25 ini
Satuan IP yang biasanya digunakan ekivalen dengan kenaikan produksi 0,15
adalah dalam bentuk ratusan, misalnya ton/ha.
IP 100 yang menunjukkan padi dapat Selanjutnya, penulis mencantum-
ditanam satu kali dalam satu tahun, IP kan kenaikan IP 0,25 sebagai kondisi
200 yang menunjukkan padi dapat pesimis dan kenaikan IP 0,50 sebagai
ditanam dua kali dalam satu tahun, dan kondisi optimis. Dari kedua kondisi ini,
seterusnya. IP juga bisa dinyatakan akan dihitung dan dibandingkan jumlah
dalam bentuk desimal seperti IP 1,00 manfaat setelah dikuantifikasikan.
atau IP 2,00. Dalam penelitian ini, penulis Penghitungan jumlah manfaat
menggunakan IP bentuk desimal, tersebut dilakukan dengan mengalikan
Selanjutnya, ada beberapa faktor kenaikan produksi per hektar per tahun
yang mempengaruhi IP, yaitu dengan harga pasar gabah. Harga pasar
ketersediaan irigasi, hama benih dan gabah yang digunakan adalah harga
teknologi. Hal ini dipertegas Anggraini GKP, bukan harga GKG, apalagi harga
(2014), yang menyatakan ada korelasi pasar beras. Hal ini dilakukan dengan
positif antara pembangunan irigasi alasan adanya faktor lain yang
dengan kenaikan indeks pertanaman mempengaruhi harga, yakni
tersebut. alat/teknologi sarana pertanian yang di
Target kenaikan indeks luar konteks irigasi—pengaruh air dalam
pertanaman yang dicanangkan kenaikan produksi tersebut. Atau
Pemerintah adalah sebesar IP 0,50. Dari dengan kata lain untuk menghindari
kenaikan IP tersebut, Kementerian bias dalam penentuan manfaat.
Pertanian mengekivalensikannya Salah satu data pendukung yang
dengan kenaikan produksi padi per harus dimasukkan ke dalam e-proposal
tahun. Kenaikan IP tersebut ekivalen adalah data mengenai harga padi
dengan kenaikan produksi sebanyak 0,3 setelah panen. Harga padi dapat
ton/ha per tahun. dibedakan menjadi harga GKP, harga
Namun, di dalam pedoman teknis GKG, dan harga gabah kualitas rendah.
tahunan yang dikeluarkan Ditjen GKP adalah gabah yang memiliki kadar
Prasarana dan Sarana Pertanian, target air di antara 14,01%-25,00% dan kadar
tersebut disesuaikan kembali mengingat hampa/kotorannya 3,01%-10,00%.
kompleksitas faktor yang terjadi di Sedangkan GKG memiliki kadar air sama
lapangan. Faktor-faktor seperti faktor dengan 14,00% dan kadar hampa/
alam (adanya el-nino, perubahan cuaca kotoran sama dengan 3,00%. Gabah
yang tidak bisa diprediksi), juga kualitas rendah (di luar kualitas) memiliki
perbedaan kontur antarwilayah semisal kadar air lebih dari 25,00% dan kadar
kontur tanah antara Jawa bagian utara hampa/kotorannya melebihi 10,00%.
dan bagian selatan yang akan Pada September 2015, harga rata-
mempengaruhi debit air, akan rata GKP di Tingkat Petani Jawa Barat
menghasilkan kenaikan indeks sebesar Rp5.116,00,00 per kilogram atau
pertanaman yang berbeda di tiap naik sebesar 4,43% dibandingkan harga
wilayah dan pada tiap tahunnya. Oleh GKP Agustus 2015 yang tercatat sebesar
karena itu, target outcome dari Rp4.899,00,00. Demikian pula harga

35
GKG di Tingkat Petani yang mengalami Harga yang digunakan penulis
kenaikan harga sebesar 1,30% dari sebagai asumsi adalah tetap
Rp5.524,00,00 menjadi Rp5.596,00,00 menggunakan harga yang tercatat di
per kilogram. Sementara itu, harga Badan Pusat Statistik untuk provinsi
gabah kualitas rendah turun 7,53% dari Jawa Barat pada tahun 2015. Ada 3
Rp3.911,00,00 menjadi Rp3.616,60,00. kondisi harga yang menjadi acuan, yakni
Pada bulan yang sama, jumlah harga terendah, harga rata-rata, dan
transaksi yang terpantau melalui Survei harga tertinggi yang ada di Jawa Barat
Monitoring Gabah di Jawa Barat sepanjang 2015. Harga terendah gabah
berjumlah 194 transaksi yang tersebar di gering panen adalah Rp3.825,00, harga
15 Kabupaten Jawa Barat. Di antaranya rata-ratanya sebesar Rp5.116,00 dan
transaksi GKP sebanyak 147 observasi harga tertinggi GKG yakni Rp6.000,00.
(75,77%), transaksi GKG sebanyak 27 Kesemua harga tersebut adalah harga di
observasi (13,92&) dan transaksi gabah tingkat petani, bukan di penggilingan.
kualitas rendah sebanyak 20 observasi Sesuai Hasan (2012), semua
(10,31%). Dari hasil observasi, harga GKP kemungkinan manfaat dan biaya harus
di tingkat petani terendah sebesar diperhitungkan terkait dengan pilihan
Rp3.825,00 per kilogram terjadi di dan risiko yang berbeda. Kondisi indeks
Kabupaten Bogor (1 observasi) dengan pertanaman IP 0,25 akan menghasilkan
harga di tingkat penggilingan sebesar manfaat yang berbeda dengan kondisi
Rp4.000,00 karena adanya ongkos IP 0,50. Dan bila harga pasar GKP yang
angkut dari lokasi transaksi GKP ke fluktuatif kembali terjadi, maka penulis
penggilingan terdekat sebesar Rp175,00 menjadikan pilihan harga terendah,
per kilogram. Di lain sisi, harga GKP rata-rata, dan harga tertinggi sebagai
tertinggi di tingkat petani sebesar alternatif kondisi yang ada di
Rp6.000,00 yang terdapat di Kabupaten masyarakat. Penggabungan antara
Indramayu (1 observasi) dengan harga hubungan kenaikan indeks pertanaman
di tingkat penggilingan sebesar dengan harga ini akan menghasilkan 6
Rp6.100,00. kondisi yang berbeda. Kondisi tersebut
Untuk kualitas GKG di Jawa Barat yakni:
pada September 2015 terhitung rata- 1. Kondisi pesimis minimum, yakni
rata harga GKG di tingkat penggilingan kenaikan IP 0,25 berpadu dengan
sebesar Rp5.807,00 per kilogram. Harga harga terendah.
GKG penggilingan terendah sebesar 2. Kondisi pesimis rata-rata, yakni
Rp5.400,00 per kilogram di Kabupaten kenaikan IP 0,25 berpadu dengan
Tasikmalaya (5 observasi), Harga GKG harga rata-rata.
Penggilingan tertinggi sebesar 3. Kondisi pesimis maksimum, yakni
Rp6.200,00 per kilogram ada di kenaikan IP 0,25 berpadu dengan
Kabupaten Bandung (5 observasi) dan di harga tertinggi.
Kabupaten Indramayu (2 observasi). Dari 4. Kondisi optimis minimum, yakni
hasil observasi pada bulan September kenaikan IP 0,50 berpadu dengan
2015 di Jawa Barat, harga transaksi harga terendah.
gabah untuk seluruh kualitas telah 5. Kondisi optimis rata-rata, yakni
berada di atas Harga Pembelian kenaikan IP 0,50 berpadu dengan
Pemerintah (HPP). harga rata-rata.

36
6. Kondisi optimis maksimum, yakni harga GKP terendah
kenaikan IP 0,50 berpadu dengan = 40.000 x 0,15 x 1000
harga tertinggi. kg x 3.825
Selain itu, penulis melakukan = Rp22.950.000.000,00
simulasi dengan dua situasi lain yang 3. Subang = luas area tanam x
berbeda. Situasi pertama menggunakan kenaikan produksi gabah (kg) x
asumsi lain sebagai berikut: harga GKP terendah
1. Usia guna proyek diperkirakan 25 = 20.000 x 0,15 x 1000
tahun kg x 3.825
2. Dalam analisis, inflasi tidak = Rp11.475.000.000,00
diperhitungkan 4. Cirebon = luas area tanam x
3. Dalam analisis, tidak ada kenaikan produksi gabah (kg) x
perubahan/kenaikan anggaran. harga GKP terendah
4. Dalam analisis, irigasi tersier dapat = 20.000 x 0,15 x 1000
berfungsi dengan baik selama 25 kg x 3.825
tahun penuh tanpa ada renovasi. = Rp11.475.000.000,00
Situasi kedua menggunakan asumsi Dalam kondisi pesimis rata-rata,
sebagai berikut pendapatan yang akan diperoleh petani
1. Usia guna proyek diperkirakan 25 dalam satu tahun, yakni
tahun 1. Ciamis = luas area tanam x
2. Dalam analisis, inflasi kenaikan produksi gabah (kg) x
diperhitungkan sebesar 4,7% harga GKP rata-rata
setiap tahun (berdasarkan asumsi = 18.000 x 0,15 x 1000
inflasi APBN 2016) kg x 5.116
3. Dalam analisis, ada kenaikan = Rp13.813.200.000,00
anggaran 5% per tahun 2. Karawang = luas area tanam x
(berdasarkan tren kenaikan kenaikan produksi gabah (kg) x
anggaran belanja barang 5- harga GKP terendah
10%/tahun). = 40.000 x 0,15 x 1000
4. Dalam analisis, terjadi renovasi kg x 5.116
irigasi primer setiap 10 tahun = Rp30.696.000.000,00
sekali. 3. Subang = luas area tanam x
Untuk situasi pertama, manfaat kenaikan produksi gabah (kg) x
yang akan diterima akan sama setiap harga GKP terendah
tahunnya. Dalam kondisi pesimis = 20.000 x 0,15 x 1000
minimum, pendapatan yang akan kg x 5.116
diperoleh petani dalam satu tahun, yakni = Rp15.348..000.000,00
1. Ciamis = luas area tanam x 4. Cirebon = luas area tanam x
kenaikan produksi gabah (kg) x kenaikan produksi gabah (kg) x
harga GKP terendah harga GKP terendah
= 18.000 x 0,15 x 1000 = 20.000 x 0,15 x 1000
kg x 3.825 kg x 5.116
= Rp10.327.500.000,00 = Rp15.348.000.000,00
2. Karawang = luas area tanam x Dalam kondisi pesimis maksimum,
kenaikan produksi gabah (kg) x pendapatan yang akan diperoleh oleh

37
petani dalam satu tahun yakni: = Rp22.295.000.000,00
1. Ciamis = luas area tanam x 4. Cirebon = luas area tanam x
kenaikan produksi gabah (kg) x kenaikan produksi gabah (kg) x
harga GKP terendah harga GKP terendah
= 18.000 x 0,15 x 1000 = 20.000 x 0,3 x 1000 kg
kg x 6.000 x 3.825
= Rp16.200.000.000,00 = Rp22.295.000.000,00
2. Karawang = luas area tanam x Dalam kondisi optimis rata-rata,
kenaikan produksi gabah (kg) x pendapatan yang akan diperoleh petani
harga GKP terendah dalam satu tahun, yakni
= 40.000 x 0,15 x 1000 1. Ciamis = luas area tanam x
kg x 6.000 kenaikan produksi gabah (kg) x
= Rp36.000.000.000,00 harga GKP rata-rata
3. Subang = luas area tanam x = 18.000 x 0,3 x 1000 kg
kenaikan produksi gabah (kg) x x 5.116
harga GKP terendah = Rp27.626.400.000,00
= 20.000 x 0,15 x 1000 2. Karawang = luas area tanam x
kg x 6.000 kenaikan produksi gabah (kg) x
= Rp18.000.000.000,00 harga GKP terendah
4. Cirebon = luas area tanam x = 40.000 x 0,3 x 1000 kg
kenaikan produksi gabah (kg) x x 5.116
harga GKP terendah = Rp61.392.000.000,00
= 20.000 x 0,15 x 1000 3. Subang = luas area tanam x
kg x 6.000 kenaikan produksi gabah (kg) x
= Rp18.000.000.000,00 harga GKP terendah
Dalam kondisi optimis minimum, = 20.000 x 0,3 x 1000 kg
pendapatan yang akan diperoleh petani x 5.116
dalam satu tahun, yakni = Rp30.696.000.000,00
1. Ciamis = luas area tanam x 4. Cirebon = luas area tanam x
kenaikan produksi gabah (kg) x kenaikan produksi gabah (kg) x
harga GKP terendah harga GKP terendah
= 18.000 x 0,3 x 1000 kg = 20.000 x 0,3 x 1000 kg
x 3.825 x 5.116
= Rp20.255.000.000,00 = Rp30.696.000.000,00
2. Karawang = luas area tanam x Dalam kondisi optimis maksimum,
kenaikan produksi gabah (kg) x pendapatan yang akan diperoleh oleh
harga GKP terendah petani dalam satu tahun yakni:
= 40.000 x 0,3 x 1000 kg 1. Ciamis = luas area tanam x
x 3.825 kenaikan produksi gabah (kg) x
= Rp45.900.000.000,00 harga GKP terendah
3. Subang = luas area tanam x = 18.000 x 0,15 x 1000
kenaikan produksi gabah (kg) x kg x 6.000
harga GKP terendah = Rp32.400.000.000,00
= 20.000 x 0,3 x 1000 kg 2. Karawang = luas area tanam x
x 3.825 kenaikan produksi gabah (kg) x

38
harga GKP terendah Rp400.000,- per hektar per tahun.
= 40.000 x 0,3 x 1000 kg Sama halnya simulasi situasi dalam
x 6.000 penilaian manfaat, dalam penilaian
= Rp72.000.000.000,00 biaya, situasi pertama tidak
3. Subang = luas area tanam x memperhitungkan kenaikan anggaran
kenaikan produksi gabah (kg) x dan tidak memproyeksikan adanya
harga GKP terendah renovasi terhadap jaringan irigasi tersier
= 20.000 x 0,3 x 1000 kg tersebut. Dalam situasi kedua, kedua hal
x 6.000 itu dipertimbangkan. Kenaikan
= Rp36.000.000.000,00 anggaran dibedakan dengan inflasi
4. Cirebon = luas area tanam x karena secara tren, persentase kenaikan
kenaikan produksi gabah (kg) x anggaran tidak sama dengan angka
harga GKP terendah inflasi.
= 20.000 x 0,0,3 x 1000 Dalam situasi pertama, biaya tetap
kg x 6.000 sepanjang tahun, dengan angka yang
= Rp36.000.000.000,00 ada di dalam tabel berikut ini:
Sementara itu, pada situasi kedua
ketika inflasi, kenaikan anggaran dan Tabel Biaya Pemeliharaan Irigasi Tersier
biaya renovasi diperhitungkan, sehingga (dalam jutaan rupiah)
terjadi perbedaaan manfaat yang Luas
No Wilayah Anggaran
(ha)
diterima setiap tahunnya.
1 Ciamis 18.000 Rp7.200.-
2 Karawang 40.000 RP16.000,-
Dalam e-proposal APBN 2016 yang
3 Subang 20.000 Rp8.000.,-
masuk hingga per 27 Oktober 2015,
4 Cirebon 20.000 Rp8.000.,-
total anggaran yang diusulkan adalah Sumber: Data diolah dari Direktorat PSP,
sebanyak Rp154.925.000.000,00 dengan Kementerian Pertanian
total volume usulan seluas 154.925 ha.
Artinya, untuk setiap hektar volume, Pada situasi kedua, akan terjadi
anggaran yang diusulkan adalah perubahan biaya pemeliharaan yang
Rp1.000.000,00 di bawah satuan biaya dikeluarkan setiap tahun. Pada tahun
pada pagu indikatifnya yakni kesepuluh dan tahun keduapuluh, akan
Rp1.600.000,00. Yang menjadi patokan terjadi renovasi irigasi primer. Renovasi
adalah total anggaran, sementara untuk ini sebenarnya menambah nilai manfaat
total volume masih bisa direvisi, atau irigasi. Namun, pada analisis ini, penulis
ditambahkan, disesuaikan degngan membatasi usia manfaat irigasi hanya
maksimal pagu. sampai usia 25 tahun saja.
Selain initial cost yang menjadi Kehadiran pemerintah dalam
biaya awal yang dikeluarkan melalui membantu kelompok/masyarakat tani
DIPA satuan kerja Tugas Perbantuan dari segi penganggaran hanya pada dua
untuk membangun irigasi tersier yang hal tersebut. Pertama, pembangunan
kemudian akan diserahkan kepada irigasi tersier yang pengelolaannya
kelompok/masyarakat tani, terdapat seharusnya dipegang oleh kelompok/
biaya lain yang dapat diidentifikasi, masyarakat tani dibantu penganggaran-
yakni biaya pemeliharaan irigasi. Biaya nya oleh Kementerian Pertanian. Biaya
pemeliharaan irigasi tersebut sebesar

39
pemeliharaan irigasi yang sudah akan bunga atau tingkat diskonto (discount
dibangun tersebut nantinya juga rate), serta menetapkan umur manfaat
dibantu oleh satuan kerja Tugas dari proyek tersebut. Sebab, seringkali
Perbantuan. suatu proyek sudah tidak berfungsi
Kenaikan Indeks Pertanaman (IP) secara ekonomis, tetapi masih berfungsi
sebenarnya tidak berdiri sendiri secara teknis, dan juga sebaliknya.
didasarkan pada faktor air irigasi Tingkat diskonto tersebut
pertanian semata. Irigasi hanyalah satu mencerminkan tingkat pengembalian
dari sapta usaha tani. Sapta usaha tani (rate of return) yang didapatkan dari
yang lain adalah penggunaan bibit investasi dengan tingkat risiko tertentu.
(benih) unggul yang berkualitas, Jika suatu investasi tidak dapat
pengelolaan tanah yang baik guna memberikan keuntungan yang
memastikan tanah yang akan ditanami memadai, investasi tersebut tentu saja
mengandung unsur hara yang lengkap, harus ditolak. Perhitungan tingkat
pemilihan pupuk yang baik, diskonto ini adalah bagian yang
pengendalian hama dan penyakit lumayan rumit dalam analisis investasi di
tanaman, keadaan pascapanen, dan sektor publik.
pemasaran hasil panen tersebut. Sementara itu, di sektor privat
Pemerintah terlibat dalam setiap terdapat dua sumber pendanaan:
elemen sapta usaha tani tersebut. pembiayaan dengan modal dan
Keterlibatan itu misalnya ada dalam pembiayaan dengan utang. Para
pemberian subsidi pupuk, sosialisasi kreditor memperoleh keuntungan
mengenai pengendalian hama dan kreditor dalam bentuk pembayaran
penyakit tanaman, dukungan dalam bunga utang, sedangkan para investor
penelitian untuk menemukan bibit dapat memperoleh keuntungan dalam
unggul dan masih banyak yang lainnya. bentuk dividen dan pengembalian atas
Semua keterlibatan itu memiliki biaya- saham yang dimiliki. Harga pasar saham
biayanya tersendiri karena merefleksikan laba yang diharapkan di
menggunakan sumber daya masa yang akan datang. Di sisi lain,
pemerintah. Namun, biaya-biaya pembiayaan dengan utang mempunyai
tersebut sangat sulit diatribusikan risiko yang lebih rendah apabila
langsung ke dalam proyek ini. Biaya- dibandingkan pembiayaan dengan
biaya itu diatribusikan ke dalam proyek modal. Akibatnya, kreditor tidak akan
lain, dikerjakan oleh direktorat yang lain, meminta tingkat pengembalian yang
meski secara tujuan memiliki target lebih tinggi dibandingkan dengan
outcome yang serupa. investor karena risiko investasi selalu
Manfaat suatu investasi barang berbanding lurus dengan laba investasi.
modal biasanya akan diterima setelah Apabila risiko investasi semakin tinggi,
beberapa tahun proyek tersebut selesai keuntungan yang diharapkan akan
dikerjakan. Bila berhasil, proyek tersebut semakin tinggi pula.
akan selalu memberikan jasa-jasa yang Di samping itu, pembiayaan
dapat diterima dalam jangka panjang. dengan utang juga mempunyai biaya
Salah satu tantangan dalam yang lebih kecil apabila dibandingkan
pergitungan manfaat tersebut adalah pembiayaan dengan modal. Biaya
bagaimana caranya menentukan tingkat modal lebih mahal dari biaya utang

40
sebab pembayaran bunga utang menghitung present value dari manfaat
menjadi biaya yang mengurangi pajak. bersih proyek publik. Dalam sudut
Dengan adanya asumsi bahwa pandang ekonomi, hal ini merefleksikan
seluruh biaya dan manfaat investasi rasio yang mencerminkan keinginan
telah diperhitungkan dengan baik, masyarakat untuk menukar masa kini
masalah berikutnya yang perlu dengan konsumsi di masa depan
dipertimbangkan adalah menentukan (Halicioglu, 2011). Dalam persaingan
tingkat diskonto yang akan digunakan. ekonomi sempurna, tingkat diskonto
Pada dasarnya, biaya dan manfaat sosial adalah suku bunga pasar (Zhuang,
terjadi pada waktu yang berbeda, 2007). Bagaimana pun juga, pasar
sehingga nilai tersebut perlu terdistorsi, suka bunga pasar tidak
didiskontokan selama beberapa periode digunakan untuk proyek investasi
waktu sebelum berbagai alternatif dengan analisis biaya dan manfaat.
investasi dibandingkan untuk SRTP adalah rasio yang
menentukan investasi mana yang akan menunjukkan keinginan masyarakat
dilakukan. untuk menukar konsumsi saat ini untuk
Dalam hal analisis biaya manfaat, konsumsi masa depan (Zhuang, 2007).
perlu digunakan tingkat diskonto sosial Rasio ini sebanding dengan nilai
(social discount rate). Sementara itu, konsumsi dari masyarakat. Metode
ukuran waktu yang digunakan adalah penentuan SRTP berbeda-berbeda.
sesuai dengan masa manfaat irigasi Metode pertama, SRTP ditentukan
dalam akuntansi yakni selama 25 tahun. dengan mempertimbangan suku bunga
Salah satu pendekatan yang dapat utang pemerintah atau risk securities
digunakan adalah dengan rumusan rendah lainnya. Kedua, dan yang paling
social time prefence rate (STPR). STPR ini sering digunakan sebagai pendekatan
menyajikan tingkat yang merefleksikan untuk menentukan SDR, mengacu pada
preferensi masyarakat terhadap manfaat model pertumbuhan ekonomi dikenal
saat ini dibandingkan dengan manfaat sebagai formula Ramsey.
yang akan diterima di masa yang akan Formula Ramsey, formula yang
datang. Namun, perlu diperhatikan pula, ditemukan oleh Ramsey pada tahun
bahwa alasan memilih manfaat saat ini 1928 ini, SRTP dihitung dengan cara:
(current benefit) mungkin dipengaruhi
oleh penilaian individu yang terlalu SRTP = p + e. g
rendah atas manfaat yang akan
diperoleh di masa yang akan datang. di mana:
Sehingga perlu ditetapkan sebuah p : tingkat diskonto utilitas;
asumsi dalam pendekatan STPR, yakni e : elastisitas dari marginal utility of
generasi di masa yang akan datang akan consumption;
lebih sejahtera daripada generasi saat g : rasio pertumbuhan konsumsi per
ini. Pendiskonan merupakan metode kapita.
standar yang diaplikasikan di dalam
kalkulasi finansial dan basis pilihan Masalah utama dari menentukan
intertemporal di dalam ekonomi. Dalam SRTP adalah menentukan parameternya.
sudut pandang matematis, tingkat Tingkat diskonto utilitas (p) dikatakan
diskonto sosial ditujukan untuk sebagai yang tersulit dalam penentuan-

41
nya karena menentukan nilai parameter = 1,5 + 1,3.3,55
ini membutuhkan interfensi berapa = 6,1%
banyak perhatian kemasyarakatan untuk Kritik utama pada penggunaan
masa depan kemasyarakatan mereka SRTP sebagai social discount rate adalah
(Halicioglu, & Karatas, 2011). Di murni ukuran dari social opportunity cost
berbagai literatur disebutkan, utility dalam arti konsumsi yang hilang begitu
discount rate dibagi menjadi dua elemen saja dan mengabaikan fakta bahwa
kesempatan hidup dan tingkat proyek publik dapat
kematian. Tidak ada opini baku untuk dipindahtempatkan, dihapuskan jika
elemen pertama. Hepburn (2006) mereka menyebabkan suku bunga pasar
mengungkapkan, berdasarkan dasar meningka.
etika, elemen ini diekuasikan sebagai Untuk mengevaluasi investasi yang
nol. Zhuang (2007) mengatakan nilainya diajukan, salah satu caranya adalah
0-0,5%. Elemen kedua, Evan dan Sezer dengan metode payback period.
(2005) mengatakan rasio ini berkisar dari Metode ini membagi investasi
0,05 hingga 3%. dengan cash inflow tahunan. Kriteria
Elastisitas dari utilitas magjinal terhadap penerimaan investasi dengan
konsumi mengevaluasi dinamika cara memakai metode payback period
konsumsi setiap waktu. Hal ini dapat ini adalah investasi akan diterima
dikalkulasikan dengan menggunakan 3 apabila payback period yang
pendekatan, yakni metode survei didapatkan memiliki waktu yang lebih
langsung, bukti perilaku tidak langsung singkat/pendek jika dibandingkan
dan nilai sosial yang terungkap. Evan dengan target waktu payback
dan Sezer (2005) mengobservasi bahwa period yang sebelumnya telah
elastisitas ini berada di kisaran 1-4,6% ditentukan.
Sehingga kemudian, kalkulasi SRTP dari
banyak negara yang menggunakan Tabel Payback Period Irigasi
formula Ramsey menunjukkan angka 1,4 Wilayah 1 2 3 4 5 6
hingga 8% tergantung pada ukuran- Ciamis 2072 980 720 482 317 257
hari hari hari hari hari hari
ukuran yang berbeda dari parameter Karawang 2072 980 720 482 317 257
rumus ini. hari hari hari hari hari hari
Dalam hal ini, penulis Subang 2072 980 720 482 317 257
menggunakan p, tingkat diskonto hari hari hari hari hari hari
Cirebon 2072 980 720 482 317 257
utilitas sebesar 1,5% merujuk kepada
hari hari hari hari hari hari
Scott (1977). Angka 1,5% memiliki Sumber: Data diolah oleh penulis
komponen yang merefleksikan myopia
0,5% dan 1,0% perubahan kesempatan Payback period dihitung dengan
hidup berdasarkan risiko total kerusakan cara:
kemasyarakatan. Sedangkan e yang 1. Kondisi 1
digunakan adalah diasumsikan sebesar = Biaya pembangunan irigasi/ (Kas
1,3%. Pertumbuhan konsumsi Indonesia masuk-kas keluar) =
seperti yang sudah ditulis Penn (2004) 18.000.000.000/(10.327.500.000-
ialah rata-rata sebesar 3,55%. 7.200.000.000)
Sehingga: = 5,76 tahun ~ 2072 hari
SRTP = p + e.g

42
pesimis minimum, atau harga pasar GKP
2. Kondisi 2 adalah yang terendah sekalipun,
= Biaya pembangunan irigasi/ (Kas investasi akan kembali dalam waktu
masuk-kas keluar) = 2072 hari atau sekitar 5 tahun 9 bulan.
18.000.000.000/(13.813.200.000- Atau bila terjadi kondisi optimis
7.200.000.000) maksimum, atau kondisi yang paling
= 2,72 tahun ~ 980 hari baik, investasi akan kembali dalam
waktu kurang dari setahun yakni 257
3. Kondisi 3 hari untuk kesemua kabupaten.
= Biaya pembangunan irigasi/ (Kas
masuk-kas keluar) = Sementara itu, metode NVP
18.000.000.000/(16.200.000.000- memberi pertimbangan dari nilai waktu
7.200.000.000) uang. Metode NPV ini merupakan
= 2 tahun ~ 720 hari metode capital budgeting yang banyak
digunakan.
4. Kondisi 4 Suatu investasi dianggap akan
= Biaya pembangunan irigasi/ (Kas menguntungkan apabila nilai NPV
masuk-kas keluar) = positif dan apabila NPV nol maka
18.000.000.000/(20.655.000.000- investasi tersebut berarti dalam kondisi
7.200.000.000) break even point. Apabila nilai NPV suatu
= 1,34 tahun ~ 482 hari proyek negatif, berarti proyek tersebut
tidak layak untuk dilaksanakan.
5. Kondisi 5 NPV Kabupaten Ciamis Tahun 2016
= Biaya pembangunan irigasi/ (Kas kondisi pesimis minimum:
masuk-kas keluar) = 1. Tahun 1 = 3.127.500.000 /
18.000.000.000/(27.626.400.000- (1+0,061)1 = Rp2.947.690.858,-
7.200.000.000) 2. Tahun 2 = 3.127.500.000 /
= 0,88 tahun ~ 317 hari (1+0,061)2 = Rp2.778.219.470,-
3. Tahun 3 = 3.127.500.000 /
6. Kondisi 6 (1+0,061)3 = Rp2.618.491.489,-
= Biaya pembangunan irigasi/ (Kas 4. Tahun 4 = 3.127.500.000 /
masuk-kas keluar) = (1+0,061)4 = Rp2.326,057,246,-
18.000.000.000/(32.400.000.000-
7.200.000.000) Perhitungan tersebut diteruskan
= 0,71 tahun ~ 257 hari hingga tahun ke-25
Tahun 25 = 3.127.500.000 /
Payback period untuk keempat (1+0,061)25 = Rp711.725.819,-
kabupaten sama pada masing-masing
kondisi. Hal ini terjadi dikarenakan Sehingga NPV total adalah total
dalam ekuasi tersebut manfaat dan pendapatan Rp39.602.855.427,-
biaya tetap setiap tahunnya. Dalam dikurangi initial cost -
ekuasi, perbedaaan jumlah volume/area Rp18.000.000.000,- =
persawahan tidak akan membedakan Rp21.602.855.427,-.
hasil dari perhitungan yang ada. Dengan perhitungan yang sama
Apabila yang terjadi adalah kondisi untuk kelima kondisi yang lain didapat

43
NPV: Rp169.308.613.470,-
1. NPV Ciamis 2 = 17. NPV Cirebon 5 =
Rp65.741.519.906,- Rp267.394.534.536,-
2. NPV Ciamis 3 = 18. NPV Cirebon 6 =
Rp95.965.051.587,- Rp334.557.938.271,-
3. NPV Ciamis 4 =
Rp152.377.752.123,- Hasil NPV di atas sama sekali tidak
4. NPV Ciamis 5 = memperhitungkan inflasi, kenaikan
Rp240.655.081.082,- anggaran dan asumsi lain yang perlu
5. NPV Ciamis 6 = ada.
Rp301.102.144.444,- NPV Kabupaten Ciamis Tahun 2016
Begitu pun perhitungan untuk kondisi pesimis minimum:
ketiga kabupaten lain di 6 kondisi yang 1. Tahun 1 = 3.127.500.000 /
berbeda, di dapatlah NPV sebesar: (1+0,061)1 = Rp2.947.690.858,-
1. NPV Karawang 1 = 2. Tahun 2 = 10.327.500.000 x
Rp48.006.345.392,- 1,0471 – 7.200.000.000 x
2. NPV Karawang 2 = 1,051/(1+0,061)2 =
Rp146.092.266.458,- Rp2.889.608.082,-
3. NPV Karawang 3 = 3. Tahun 3 = 10.327.500.000 x
Rp213.255.670.194,- 1,0472 – 7.200.000.000 x
4. NPV Karawang 4 = 1,052/(1+0,061)3 =
Rp338.617.226.940,- Rp2.832.490.645,-
5. NPV Karawang 5 = 4. Tahun 4 = 10.327.500.000 x
Rp534.789.069.072,- 1,0473 – 7.200.000.000 x
6. NPV Karawang 6 = R 1,053/(1+0,061)4 =
p669.115.876.543,- Rp2.776.323.645,-
7. NPV Subang 1 = Perhitungan ini akan terus berlanjut
Rp24.003.172.696,- hingga tahun kedua puluh lima. Namun,
8. NPV Subang 2 = pada tahun kesepuluh dan kedua puluh,
Rp73.046.133.229,- ada perbedaaan perhitungan. Biaya
9. NPV Subang 3 = renovasi dihitung sebesar empat kali
Rp106.627.835.097,- lipat dari biaya pemeliharaan tahun
10. NPV Subang 4 = sebelumnya.
Rp169.308.613.470,- 1. Tahun 10 = 10.327.500.000 x
11. NPV Subang 5 = 1,0479 – 2.482.125 x 18.000
Rp267.394.534.536,- /(1+0,061)10 =
12. NPV Subang 6 = Rp16.076.988.291,- (minus)
Rp334.557.938.271,- 2. Tahun 20 = 10.327.500.000 x
13. NPV Cirebon 1 = 1,04719 – 3.850.591 x 18.000
Rp24.003.172.696,- /(1+0,061)20 =
14. NPV Cirebon 2 = Rp13.644.974.407,- (minus)
Rp73.046.133.229,- NPV yang didapat untuk Kabupaten
15. NPV Cirebon 3 = Ciamis dalam kondisi pesimis minimum
Rp106.627.835.097,- dengan memasukkan semua asumsi tadi
16. NPV Cirebon 4 = adalah Rp11.158.221.025,-

44
Dengan perhitungan yang sama Rp106.627.835.097,-
untuk kelima kondisi yang lain didapat 16. NPV Cirebon 4 =
NPV: Rp169.308.613.470,-
1. NPV Ciamis 2 = 17. NPV Cirebon 5 =
Rp65.741.519.906,- Rp267.394.534.536,-
2. NPV Ciamis 3 = 18. NPV Cirebon 6 =
Rp95.965.051.587,- Rp334.557.938.271,-
3. NPV Ciamis 4 = Kesemua kabupaten dalam keenam
Rp152.377.752.123,- kondisi menunjukkan nilai NPV positif
4. NPV Ciamis 5 = (NPV>0). Net present value akan berarti
Rp240.655.081.082,- sebuah proyek dinilai tidak layak jika
5. NPV Ciamis 6 = NPV negatif (NPV<0), break even point
Rp301.102.144.444,- apabila NPV = 0, dan proyek layak
Begitu pun perhitungan untuk dikerjakan apabila NPV positif (NPV>0)
ketiga kabupaten lain di 6 kondisi yang Namun, hal di atas sangat mungkin
berbeda, di dapatlah NPV sebesar: bias. Bias ini terjadi karena dua hal.
1. NPV Karawang 1 = Pertama, dari sisi Kementerian Pertanian
Rp48.006.345.392,- terkait Pedoman Khusus Upaya
2. NPV Karawang 2 = Swasembada Beras, upaya yang
Rp146.092.266.458,- dilakukan bukan hanya pembangunan
3. NPV Karawang 3 = irigasi tersier saja, tetapi banyak
Rp213.255.670.194,- kegiatan lain dalam rangkaian sapta
4. NPV Karawang 4 = usaha tani. Target outcome kenaikan
Rp338.617.226.940,- indeks pertanaman (IP) 0,50 dan
5. NPV Karawang 5 = kenaikan produksi 0,3 ton/ha
Rp534.789.069.072,- sebenarnya adalah target dari
6. NPV Karawang 6 = R kombinasi berbagai program. Namun,
p669.115.876.543,- target tersebut tidak dibedah ke
7. NPV Subang 1 = masing-masing program untuk
Rp24.003.172.696,- menentukan kontribusi pasti dari tiap-
8. NPV Subang 2 = tiap kegiatan atas tercapainya kenaikan
Rp73.046.133.229,- IP 0,50. Kenaikan IP 0,50 justru
9. NPV Subang 3 = dicantumkan sebagai target dari
Rp106.627.835.097,- masing-masing program, berdiri sendiri.
10. NPV Subang 4 = Akibatnya, perhitungan manfaat yang
Rp169.308.613.470,- ada mengalami bias, over rated, karena
11. NPV Subang 5 = angka tersebut mencerminkan
Rp267.394.534.536,- perhitungan manfaat total dari seluruh
12. NPV Subang 6 = kegiatan dalam upaya khusus
Rp334.557.938.271,- pencapaian swasembada beras tersebut.
13. NPV Cirebon 1 = Sebab bias yang kedua adalah
Rp24.003.172.696,- faktor-faktor lain yang tidak dapat
14. NPV Cirebon 2 = diperhitungkan. Kenaikan indeks
Rp73.046.133.229,- pertanaman berarti naiknya jumlah
15. NPV Cirebon 3 = masa tanam. Misalnya dari IP 1,50

45
menjadi IP2,00 berarti yang tadinya menyediakan pelayanan publik kepada
suatu lahan bisa ditanam dan masyarakat.
mengalami panen tiga kali dalam dua Lebih jauh, analisis penganggaran
tahun menjadi empat kali dalam dua modal dilakukan tidak terbatas hanya
tahun atau dua kali dalam satu tahun. Ini sampai ukuran outcome, namun juga
berarti ada tambahan biaya produksi pada pengukuran dampak. Juga
yang harus diperhitungkan. Namun, dikuantifikasi betul-betul apakah suatu
biaya produksi ini tidak dibebankan ke proyek dengan tujuan pelayanan publik
pemerintah, melainkan dari sisi tadi benar-benar dibutuhkan oleh
kelompok/masyarakat tani itu sendiri. masyarakat di suatu daerah tersebut.
Penganggaran modal dari sisi Namun, bahasan ini di luar penelitian
pemerintah tidak memperhitungkan yang dilakukan kali ini.
biaya-biaya yang keluar selain dari Selanjutnya, metode IRR sering
pemerintah. digunakan sebagai salah satu teknik
Faktor lain di luar hal di atas adalah dalam mengevaluasi alternatif–alternatif
adalah adanya keterkaitan irigasi tersier investasi. Seperti yang dijelaskan
dengan irigasi primer dan sekunder. sebelumnya, IRR merupakan rate
Irigasi tersier tidak akan berfungsi discount yakni nilai present
bilamana irigasi primer dan sekunder value dari cash inflow sama dengan nilai
tidak berjalan dengan baik. Irigasi investasi awal suatu proyek. Dengan
primer dan sekunder berada di bawah kata lain IRR adalah rate discount ketika
pengelolaan Kementerian Pekerjaan nilai NPV dari proyek tersebut = Rp0.
Umum dan Perumahan Rakyat serta IRR juga menggambarkan persentase
Pemerintah Provinsi atau Pemerintah keuntungan yang sebenarnya akan
Kabupaten. Sayangnya, tidak ada sinergi diperoleh dari investasi barang modal
dalam target dan perhitungan manfaat atau proyek yang direncanakan.
yang akan diraih dari keseluruhan air Suatu investasi diterima
irigasi ini. Untuk dapat melakukan menggunakan metode IRR adalah
analisis yang lebih baik, sebaiknya apabila IRR yang dihasilkan lebih besar
dimulai dari strategus penganggaran dibandingkan cost of capital. Sebaliknya,
yang beriring antara irigasi primer, apabila IRR-nya lebih kecil
sekunder, dan tersier. dibandingkan cost of capital, proyek
Ketika bias tersebut berhasil tersebut akan ditolak.
dihilangkan, atau pemerintah dapat Dari perhitungan yang sudah
melakukan analisis betul-betul dengan dilakukan, didapatkan bahwa IRR untuk
memperhitungkan seluruh faktor, 6 kondisi berbeda sebagai berikut:
seluruh komponen biaya dan manfaat 1. Kondisi pesimis minimum: IRR
yang dihasilkan dari suatu proyek, maka 17,035%
nilai NPV akan menyesuaikan diri 2. Kondisi pesimis rata-rata: IRR
dengan seluruh perhitungan tersebut. 36,725%
Bila pun dalam perhitungan, NPV yang 3. Kondisi pesimis maksimum: IRR
dihasilkan negatif, itu bukan berarti 50%
pemerintah tidak akan mengerjakan 4. Kondisi optimis minimum: IRR
proyek tersebut karena tujuan utama 74,75%
pemerintah adalah memberikan, 5. Kondisi optimis rata-rata: IRR

46
113,478% KESIMPULAN DAN SARAN
6. Kondisi optimis maksimum: IRR A. Simpulan
140% Disimulasikan 6 kondisi pada
Enex Consortium 346 yang menjadi penghitungan analisis biaya dan
konsultan Kementerian Pekerjaan manfaat pada pembangunan irigasi
Umum dalam menilai kelayakan usulan tersier di Provinsi Jawa Barat. Kondisi
pekerjaan infrastruktur di seluruh tersebut merupakan kombinasi dari
wilayah Indonesia pada tahun 1976- target kenaikan Indeks Pertanaman
1979 memakai Tentative Incremental IRR dengan sebaran harga gabah kering
Threshold per provinsi yang nilainya panen. Perhitungan payback period
antara 15,0%-25,0% dengan rincian untuk keempat kabupaten pada 6
sebagai berikut: kondisi berbeda tersebut menghasilkan
1. Seluruh Kalimantan, seluruh angka 2072 hari, 980 hari, 720 hari, 482
Sulawesi, seluruh Nusa Tenggara, hari, 317 hari, 257 hari. Ini menunjukkan
serta beberapa provinsi di bahwa investasi pembangunan irigasi
Sumatra: Daerah Istimewa Aceh, tersebut layak dilakukan karena
Sumatera Barat, Riau, Jambi, pengembalian nilai manfaatnya lebih
Bengkulu memiliki nilai 15%. cepat dari usia manfaat proyek irigasi
2. Provinsi Sumatera Selatan, tersier itu.
Lampung, Jawa Timur, dan Bali NPV untuk keenam kondisi di
memiliki nilai 20%. keempat kabupaten menghasilkan nilai
3. Jawa Barat, Jawa Tengah, dan yang positif. Nilai IRR yang didapat pun
Daerah Istimewa Yogyakarta hanya untuk kondisi pesimis minimum
memiliki nilai 25%. saja yang di bawah 25%. Kelima kondisi
Dari ketentuan tersebut, jika terjadi lainnya menunjukkan IRR positif. Lewat
kondisi pesimis minimum, IRR yang dua metode ini, terlihat juga bahwa
dihasilkan sebesar 17,035% lebih kecil keputusan pembangunan irigasi tersier
dari 25% sehingga bisa dikatakan bahwa tersebut layak dilakukan.
proyek tersebut tidak layak. Namun, Ini artinya, proyek tersebut layak
dalam kelima kondisi yang lain nilai dikerjakan. Namun, hal ini terjadi sangat
IRRnya di atas 25% sehingga proyek mungkin karena adanya bias dalam
pembangunan itigasi tersier ini perhitungan biaya dan manfaat. Ada
dikatakan layak untuk dikerjakan. biaya dan manfaat lain yang sulit
Perhitungan IRR ini pun sangat diidentifikasi dan tidak dapat
mungkin bias. Sama halnya dengan diatribusikan langsung ke perhitungan.
NPV, arus bersih dari proyek tersebut Juga ada faktor-faktor lain yang
tidak menunjukkan nilai sebenarnya berpengaruh yang mengakibatkan bias
atau keseluruhan biaya dan manfaat pada perhitungan.
yang benar-benar dapat diatribusikan
ke dalam proyek tersebut. Adanya B. Saran
kesulitan dalam mengidentifikasi Hendaknya pemerintah memulai
komponen-komponen yang harusnya untuk melakukan penganggaran modal
diperhitungkan menjadi keterbatasan dalam setiap investasi sebagai bagian
penulis dalam hal ini. dari penganggaran strategis. Hal ini

47
dilakukan untuk mengantisipasi ketika terhubung antara jaringan irigasi primer,
pemerintah harus menetapkan skala sekunder, dan tersier, sehingga akan
prioritas di antara beberapa proyek yang lebih baik apabila dilakukan penelitian
sama pentingnya, yang sama yang menghitung semua biaya dan
dibutuhkan oleh masyarakat namun manfaat yang diatribusikan dalam satu
dihadapkan pada sumber daya yang jaringan irigasi tersebut. Karena tidak
terbatas, maka pemerintah dapat mungkin, jaringan irigasi tersier dapat
memilih proyek yang harus didahulukan berfungsi tanpa adanya jaringan irigasi
untuk dikerjakan. sekunder, dan jaringan irigasi sekunder
Untuk menghindari terjadinya bias dapat berfungsi karena adanya jaringan
dalam perhitungan analisis biaya dan irigasi primer. Ini menunjukkan bahwa
manfaat, pemerintah harus dapat jaringan irigasi adalah tentang kesatuan
menerakan target outcome dengan baik. biaya dan manfaat.
Dalam hal pembangunan irigasi tersier,
kenaikan IP 0,50 harus dibreak down REFERENSI
lebih lanjut, berapa kontribusi irigasi
Arrow, Kenneth, dkk. (2012). How should
tersier dalam serangkaian upaya yang
benefits and costs be discounted in
dilakukan dalam pencapaian
an intergenerational context?
swasembada beras.
Washington: RFF.
Andrews, Math, dkk. (2014). This is PFM.
IMPLIKASI DAN CID: Harvard.
KETERBATASAN Brigham & Houston. (2003).
Implikasi penelitian ini adalah Fundamental of financial
pemerintah akan dapat mengambil management, 10th edition, 5
keputusan terkait pembangunan proyek shenton way. Singapore: Cengage
irigasi yang sedang digalakkan di Learning Asia, pte. Ltd.
seluruh Indonesia, baik itu irigasi primer, Holmen, M. (2009). Capital budgeting
sekunder maupun tersier. Pemerintah and political risk. Swedia: Uppsala.
lebih jauh dapat memasukkan data-data Halim, A. (2003). Analisis investasi, edisi
terkait yang berhubungan dengan ke-1. Jakarta: Salemba Empat.
manfaat, atau outcome apa saja yang Halim, A. & Kusufi, M. S.
dihasilkan dari pembangunan irigasi. (2014). Akuntansi sektor publik,
Kemudian dijadikan dasar perhitungan edisi kedua. Yogyakarta: Salemba
dalam analisis biaya dan manfaat. Empat.
Untuk penelitian selanjutnya, Hansen, D. R. & Mowen, M. M. (2005).
penelitian bisa disempurnakan dengan Akuntansi Manajemen. Edisi ke-7
memperkaya data Data yang penulis buku ke-2. Jakarta: Salemba Empat.
dapatkan tidak mencakup semua biaya Suad, H. (1998). Dasar-dasar manajemen
dan manfaat yang dapat diatribusikan keuangan, edisi ke-4. Yogyakarta:
kepada proyek pembangunan irigasi Liberty.
tersebut sehingga dapat secara lebih Suad, H. (2000). Pembelanjaan
menyeluruh menghitung biaya dan perusahaan. Yogyakarta: Liberty.
manfaat tersebut. Contohnya, irigasi Ikatan Akuntan Indonesia. (2009).
merupakan jaringan irigasi yang saling Standar akuntansi keuangan.

48
Jakarta: Salemba Empat. Upaya Khusus Peningkatan
Joyowiyonos, M. (1992). Ekonomi teknik Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai.
jilid II. Jakarta: Yayasan Penerbit Jakarta: Kementerian Pertanian.
Pekerjaan Umum. Shim, J, K. & Siegel, J. G., (1998).
Kadariah, Karlina, L, & Gray, C. (1978). Schaum's outline of theory and
Pengantar evaluasi proyek. Jakarta: problems of financial management,
Lembaga Penerbit Fakultas second edition. New York:
Ekonomi Universitas Indonesia. McGraw-Hill
Kieso & Weygandt. (2001). Intermediate Suharto, B. (2001). Studi evaluasi
accounting, edisi ke-10. New York: finansial pada proyek pemeliharaan
John Wiley&Sons, Inc. irigasi (studi kasus pada daerah
Lapsley, I. (1988). Capital budgeting, jaringan irigasi Sumber Kedung
publis service organizations and uk Kandang Desa Kademangan
government policy. Inggris: Elsevier Kecamatan Gondanglegi
Science Publishing. Kabupaten Malang). Jurnal
Mardiasmo. (2009). Akuntansi sektor Teknologi Pertanian, 2(1), 78-86.
publik, edisi ke-4. Yogyakarta: Pranata, M. R. R. (2017). Analisis teknik
Penerbit ANDI. penganggaran modal pada sarana
Kementerian Pertanian. (2013). Laporan evaluasi alternatif investasi irigasi
tahunan direktorat jenderal sarana pada kebun selada di Kampung
dan prasarana pertanian 2012. Cikawari Kecamatan Cimenyan
Jakarta: Kementerian Pertanian. Kabupaten Bandung. Bandung:
Kementerian Pertanian. (2015). Rencana Universitas Katolik Parahyangan.
Strategis Kementerian Pertanian Rejekeningrum, P. & Saptomo, S. K.
Tahun 2015-2019. Jakarta: (2015). Analisis kelayakan finansial
Kementerian Pertanian. pengembangan sistem irigasi
Kementerian Pekerjaan Umum. (2015). cakram otomatis bertenaga surya
Pemetaan jaringan irigasi daerah di Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Jawa Barat 2014. Jakarta: Irigasi 10(2).
Kementerian Pekerjaan Umum. Riyanto, B. (2001). Dasar-dasar
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum pembelanjaan perusahaan.
Nomor 293/KPTS/M/2014 tentang Yogyakarta: BPFE.
tentang Penetapan Status Daerah Zattira, Reza, dkk. (2018). Penganggaran
Irigasi yang Pengelolaannya modal dalam pengambilan
menjadi Wewenang dan Tanggung keputusan investasi jangka panjang.
Jawab Pemerintah, Pemerintah Jember: Universitas Jember.
Provinsi dan Pemerintahan
Kabupaten/Kota. Jakarta:
Kementerian Pekerjaan Umum.
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2006
tentang Irigasi. Jakarta: Republik
Indonesia.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 03
Tahun 2015 tentang Pedoman

49

Anda mungkin juga menyukai