Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

PENGABDIAN MASYARAKAT
PENCEGAHAN STUNTING DALAM 1.000 HARI PERTAMA
KEHIDUPAN
DI DESA LANGGE KABUPATEN BONE BOLANGO

Oleh
PRODI DIII KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas segala nikmat dan rahmat-Nya Tuhan


yang maha pengasih dan penyayang Allah SWT karena dengan izin dan
kuasanyalah kami masih bisa diberikan kesehatan, panjang umur serta kemudahan
yang luar biasa sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Pencegahan Stunting Dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan ” dengan
baik. Tak lupa pula salawat serta salam penulis panjatkan kepada baginda nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya yang telah membawa manusia dari zaman
kegelepan menuju zaman yang terang benderang, dan Insyaa Allah syafaatnya
bisa sampai kepada kita semua yang masih taat terhadap perintahnya, Aamiin
Demikian dan terimakasih.

Gorontalo, 22 November 2021

Penulis
Lampiran 1
Biodata Pelaksana Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
I. Anggota

Koordinator Desa : Irawati Usman

Sekretaris Desa : Putry Indryani Utina

Bendahara Desa : Rindiani Labari

Kooridinatir Dusun 1: Febriani Ismail

Kooridinatir Dusun 2: Syntia Ramadhani Asuna

Kooridinatir Dusun 3 : Miranda Andfiani Husain

Anggota : Anisa Hamzah

Citra Puspita Madina

Cindy Biga

Dian Septalisti Enggoa

Dini Malaiyo

Dwi Rahmatia Bakue

Erika Putri Pilohima

Fatrisia Rahman

Indriyani A. Muti

Maimun Djimadi

Miranda Katili

Nova Febriyanti Mohi

Novika Sri Endang Maleo

Novianita Daud

Nurfadhilah Ramadhani

Nur Ayin

Pebrianti Harun

Rahmawaty S.Malanuwa

Regita Rahman
Siti Masito Nur Azizah Abdullah

Sitti Nurain Vidyanti Maliki

Sri Nurlinda Djapangi

Tri Zein Karim


Lampiran 2
Susunan Kepanitiaan
PEMBINA :
PENANGGUNG JAWAB :
KETUA : Irawati Usman
SEKRETARIS : Putry Indriyani Utina
BENDAHARA : Rindiyani Labari

SEKSI ACARA : Citra Puspita Madina


Fatrisia Rahman
Irawati Usman

SEKSI DOKUMENTASI : Nur Ayin


Miranda Katili

SEKSI KONSUMSI : Cindy Biga


Dini Malaiyo
Indriyani A. Muti
Nova Febriyanti Mohi
Novika Sri Endang Maleo
Pebrianti Harun
Rahmawaty S. Malanuwa

SEKSI PERLENGKAPAN : Anisa Hamzah


Dwi Rahmatia Bakue
Sri Nulinda Djapangi
Lampiran 3
Gambaran Penerapan Penyuluhan yang dilakukan
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa kegiatan penyuluhan ini
diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang dampak dan manfaatnya dapat secara
langsung dirasakan oleh masyarakat pengguna tak terkecuali peningkatan
kesehatan tentang penangulangan stunting.
Dengan pengabdian kepada masyarakat, juga diharapkan dapat meningkatkan

kepekaan dalam kehidupan masyarakat pada pencapaian target SDGs, program

Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga dan gerakan masyarakat hidup sehat.

Salah salah satu bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan adalah melakukan

penyuluhan mengenai penangulangan stunting.

Kepada anak usia sekolah oleh perguruan tinggi harus selalu diarahkan pada

kegiatan-kegiatan yang dampak dan manfaatnya dapat secara langsung dirasakan

oleh ibu untuk peningkatan kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat

sedini mungkin.

Lampiran 4
Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
Lokasi pelaksanaankegiatan penyuluhan adalah di Desa Langge,
Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango
Lampiran 5
Rencana Anggaran Biaya
N NAMA JUML HARGA HARGA
O BARANG AH SATUA TOTAL
N
1 SPANDUK 1 RP. RP. 75.000
BUAH 75.000
2 LIFLET 20 RP. RP. 35.000
LEMB 25.000
AR
3 SNACK 30 DUS RP. RP.
DEWASA 10.000 300.000
4 BISCUAT 30 DUS RP. RP. 60.000
COKLAT 2.000
5 BISCUAT 30 DUS RP. RP. 60.000
VANILA 2.000
6 SUSU KOTAK 30 DUS RP. RP. 75.000
2.500
7 KUE PIE 50 RP. RP.
BUAH BUAH 3.000 150.000
8 AIR MINERAL 1 DUS RP. 25. RP. 25.000
000
9 PISANG 2 SISIR RP. RP. 30.000
15.000
10 KACANG 30 BKS RP. RP. 30.000
GORENG 1.000

JUMLAH RP.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka kecukupan gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan (RDA)
baik yang diterbitkan oleh WIHO, maupun dari Food and Nutriti-on Board
National Academy Of Sciences National Research Council (1979) dan
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1988) yang memuat daftar
kecukupan energi dan zat-zat gizi yang dianjurkan untuk diberikan pada
anak dan orang dewasa bagi tiap golongan umur. Kebutuhan anak berbeda
sekali walaupun umurnya sama, anak laki-laki berbeda dengan anak
perempuan demikian juga dengan kebutuhan gizi anak yang tinggi berbeda
dengan anak yang pendek, yang berkerangka besar berbeda dengan yang
berkerangka kecil. Makanan yang diberikan harus berfungsi sebagai energi
untuk aktivitas otot-ototnya, membentuk jaringan baru, akan tetapi juga
memberikan rasa enak dan puas. Pertumbuhan yang normal bagi kesehatan
diperlukan masukan makanan yang mengandung cukup energi dan zat-zat
gizi esensial (Adriani,dkk, 2016).
Asupan nutrisi yang tidak tepat juga akan menyebabkan anak
mengalami malnutrisi yang akhirnya meningkatkan angka kejadian
morbiditas dan mortalitas. Kurang gizi pada balita dapat berdampak
terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya. Anak kelihatan pendek
dan kurus dibandingkan teman-teman sebayanya yang lebih sehat, ketika
memasuki usia sekolah tidak bisa berprestasi menonjol karena
kecerdasannya terganggu. Gizi memegang peranan penting dalam siklus
hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan
tingkat kecerdasan (Mufidah, 2015).
Pemberian zat gizi yang baik selama 1.000 hari dimulai dari masa
konsepsi hingga anak berumur dua tahun, merupakan masa kritis bagi
kesehatan, kesejahteraan, dan kesuksesan anak pada masa mendatang. Gizi
yang baik selama masa seribu HPK dapat berdampak pada kemampuan
anak untuk tumbuh, belajar, dan keluar dari kemiskinan. Hal tersebut juga
bermanfaat untuk kehidupan sosial karena pemberian gizi yang baik
selama seribu HPK dapat meningkatkan produktivitas dan meningkatkan
prospek ekonomi untuk keluarga dan komunitas (UNICEF, 2012).
Pemberian zat gizi pada individu dimulai saat berada dalam
kandungan, sedangkan status gizi ibu sebelum dan saat masa gestasio,
gestasional dapat berdampak pada fase kehidupan setelahnya. Konsep
nutritional programming pada 1.000 hari pertama menerangkan proses
dan mekanisme gizi serta perilaku makan dan lingkungan selama
kehamilan dan awal kehidupan yang dapat menentukan kesehatan dan
risiko penyakit pada fase kehidupan setelahnya (Permg dan Oken, 2016).
Pemerintah telah berupaya untuk mengurangi stunting, salah
satunya dengan meluncurkan "Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan".
Upaya intervensi dalam "Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan" terdiri
dari dua jenis, yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Dalam
penanggulangan stunting ini, berbagai intervensi gizi spesifik telah
dilakukan, tetapi perlu dioptimalkan lagi dengan pendampingan dan
pengawasan (Depkes, 2013).
Stunting menggambarkan terjadinya kegagalan pertumbuhan yang
terakumulasi sejak sebelum dan sesudah kelahiran yang diakibatkan oleh
tidak tercukupinya asupan zat gizi (Milman, etal., 2005). Stunting atau
pendek merupakan kegagalan pertumbuhan linier dengan defisit, dalam
panjang badan menurut umur <-2 z-score berdasarkan rujukan baku
pertumbuhan World Health Organization (WHO, 2006).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas
penulis menarik rumusan masalah yaitu bagaimana pencegahan stunting
dalam 1.000 hari pertama kehidupan?
C. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan umum
melalui pengabdian masyarakat diharapkan orangtua dapat mengetahui
cara pencegahan stunting dalam 1.000 hari pertama kehidupan
2. Tujuan khusus
a. Ibu mengetahui apa yang dimaksud dengan stunting
b. Ibu mengetahui penyebab stunting
c. Ibu mengetahui pencegahan stunting
d. Ibu mengetahui penanganan stunting
e. Ibu mengetahui gejala stunting
f. Ibu mengetahui dampak buruk stunting
D. MANFAAT KEGIATAN
1. Bagi institusi pendidikan
Memberikan gambaran tentang pendidikan kesehatan mengenai
cara pencegahan stunting yang merupakan salah satu upaya
pencegahan penyakit.
2. Bagi siswa
Memberikan informasi tentang pentingnya cara pencegahan
stunting sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan.

E.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN STUNTING

Stunting menggambarkan terjadinya kegagalan pertumbuhan yang


terakumulasi sejak sebelum dan sesudah kelahiran yang diakibatkan oleh
tidak tercukupinya asupan zat gizi (Milman, etal., 2005). Stunting atau
pendek merupakan kegagalan pertumbuhan linier dengan defisit, dalam
panjang badan menurut umur <-2 z-score berdasarkan rujukan baku
pertumbuhan World Health Organization (WHO, 2006).
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan
oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai
janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua
tahun (Sutarto, dkk, 2018).
Faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian stunting, antara lain
adalah status kesehatan dan status gizi ibu yang buruk serta asupan
makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi, khususnya yang
mencakup kesehatan dan gizi ibu sebelum, selama, dan sesudah
kehamilan, serta perkembangan janin di dalam kandungan. (WH0, 2012).
Stunting pada bayi dan balita di pengaruhi oleh pemberian ASI dan
makanan tambahan. Makanan tambahan yang di berikan sering kali
terbatas jumlah, kualitas, dan keragamannya. Salah satu intervensi yang
paling efektif untuk mencegah dan mengatasi stunting pada masa MPASI
adalah meningkatkan kualitas makanan anak (WHO, 2012). Makanan
dengan kandungan gizi penunjang pertumbuhan sangat dibutuhkan untuk
mencegah dan mengatasi stunting di usia balita.
B. PENCEGAHAN STUNTING

Mencegah Stunting akibat asupan gizi yang kurang dapat


dilakukan dengan memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai, Namun, yang
menjadi pertanyaan adalah, bagaimana jalan yang paling tepat agar
kebutuhan gizi dapat tercukupi dengan baik.

Pencegahan Stunting bisa dilakukan dengan cara-cara berikut ini :

1. Ibu Hamil dengan pemberian suplementasi besi folat, pemberian


makanan tambahan pada ibu hamil KEK, penanggulangan kecacingan
pada ibu hamil, pemberian kelambu berinsektisida dan pengobatan
bagi ibu hamil yang positif malaria
2. Kelompok 0 – 6 Bulan dengan promosi menyusui (konseling individu
dan kelompok)
3. Kelompok 7 – 23 Bulan dengan promosi menyusui, KIE perubahan
perilaku untuk perbaikan MP – ASI, suplementasi Zink untuk
manajemen diare, pemberian obat cacing, fortifikasi besi, pemberian
kelambu berinsektisida dan malaria
4. Berikan anak gizi seimbang agar tubuhnya bisa bertambah tinggi dan
untuk perkembangan otak anak.
5. Melakukan aktivitas fisik, minimal olah raga 30 menit setiap hari.
6. Jangan biarkan anak tidur larut malam agar anak mendapat istirahat
yang cukup (Nifar Nuraida, 2018).

C. PENYEBAB STUNTING

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya


disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun
anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi
pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya
pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi
yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak
usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP- ASI). MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita
berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis
makan- an baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan
nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta
membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem imunologis
anak terhadap makanan maupun minuman.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante
Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan),
Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi
yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia
menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin
menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum
mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah
2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang
memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini
yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di
layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).
3. Masih kurangnya akses rumah tangga / keluarga ke makanan bergizi.
Penyebabnya karena harga makanan bergizi di Indonesia masih
tergolong mahal.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di
lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia
masih buang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah
tangga belum memiliki akses ke air minum bersih (Sutarto, dkk,
2018).
D. PENANGANAN STUNTING

Penanganan stunting dimulai dari menerapkan perilaku hidup sehat


sehingga terhindar dari penyakit infeksi lalu diberikan terapi gizi yang
optimal salah satunya adalah zat gizi mikro. Zat gizi mikro atau
mikronutrien merupakan hal penting dalam petumbuhan anak. Terdapat
beberapa zat gizi mikro yang dapat meningkatkan pertumbuhan linear
pada anak. Zat gizi mikro dapat diberikan secara tunggal maupun multiple
(Ni’mah & Nadhiroh, 2015).
1. Zat gizi mikro tunggal
Seng, seng sangat memiliki peran penting pada banyak proses
fisiologis tubuh (Prasad, 2010). Uji klinis pemberian suplementasi
seng harian pada anak-anak melaporkan terdapatnya efek yang cukup
signifikan pada pertumbuhan linear terutama pada anak-anak yang
terhambat pertumbuhannya (Brown et al., 2009). Seng yang diberikan
dengan dosis 10 mg setiap hari selama 24 minggu pada anak balita
memberikan dampak terbesar yaitu meningkatnya tinggi badan hingga
0,37 cm (Imdad & Bhutta, 2011). Suplemen seng juga ditujukan untuk
mencegah komplikasi pernapasan dan diare pada masa bayi dan itu
sendiri terkait dengan stunting (Ramakrishnan & Nguyen, 2009).
Manfaat seng dapat terhambat jika terjadi penggabungan pengobatan
dengan antiparasit (Rosado et al., 2009).
Belum ada mikronutrien lainnya yang dipelajari berkaitan dengan
pertumbuhan linear seperti seng, namun uji coba dengan skala besar
menilai pentingnya mikronutrien tunggal seperti vitamin A dan zat
besi mempengaruhi pertumbuhan. Kekurangan vitamin A dikaitkan
dengan pertumbuhan yang buruk, namun sebagian besar penelitian
belum melaporkan efek yang signifikan pada pertumbuhan linear.
Suplementasi zat besi digunakan pada gangguan hematologis, dampak
suplemestasi zat besi pada pertumbuhan linier tidak konsisten (Stolfuz
et al., 2010). Zat besi memberikan efek yang signifikan hanya pada
beberapa subpopulasi seperti anak-anak yang berusia diatas 5 tahun, di
daerah hiperendemik malaria dengan pemberian suplemen lebih dari 6
bulan (Sachdev et al., 2010). Kalsium memiliki peran penting dalam
pembentukan tulang. Uji suplementasi kalsium pemberian tunggal
cenderung berfokus pada anak-anak usia sekolah dibandingkan
dengan masa bayi dimana pertumbuhan linier terjadi dengan pesat
(Winzenberg et al., 2011).
2. Zat gizi mikro multiple
Zat gizi mikro multiple atau multiple mikronutrien (MMN) telah
dinilai dalam uji klinis di berbagai belahan dunia. Sebuah tinjauan
pada tahun 2003 dari percobaan suplementasi mikronutrien berbasis
masyarakat menyimpulkan bahwa suplemen yang mengandung seng,
vitamin A dan zat besi memberikani efek positif pada populasi yang
mengalami kekurangan gizi (Rivera et al., 2011). Analisa pada tahun
2004 juga melaporkan efek keseluruhan dari suplemen MMN pada
pertumbuhan berbeda dengan suplemen nutrisi tunggal (Ramakrishnan
et al., 2010).
Analisis termasuk studi yang membandingkan MMN dengan
nutrisi tunggal, terutama zat besi. Analisis ini menyimpulkan bahwa
panjang dan tinggi meningkat sekitar 0,13 (95% CI: 0,055-0,21)
(Allen et al., 2009). Beberapa studi melaporkan MMN efektif hanya
dalam analisis subkelompok; contohnya, di Meksiko multiple
mikronutrien hanya efektif pada anak di bawah 12 bulan (Rivera et al.,
2012). Namun penelitian di Vietnam efek terbesar terjadi pada awal
studi dilakukan (Thu et al., 2010). Menurut beberapa analisis diatas
MMN memberikan efek yang cukup baik pada pertumbuhan panjang
atau tinggi badan, dua analisis terbaru menunjukkan bahwa efek
MMN lebih besar daripada efek mikronutrien tunggal. Mengingat
bahwa berat lahir dikaitkan dengan pertumbuhan bayi postnatal, maka
zat gizi mikro yang diberikan saat kehamilan diharapkan dapat
mengurangi kejadian malnutrisi pada bayi. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa MMN adalah intervensi yang efektif untuk
mencegah atau mengobati stunting pada bayi dan anak kecil (Victoria
et al., 2010) (Revina, 2019).

E. GEJALA STUNTING

1. Pubertas terlambat
2. Tes perhatian kurang fokus
3. Memori belajar lambat
4. Pertumbuhan gigi terlambat
5. Usia 8-10 tahun menjadi pendiam
6. Tidak mau menatap mata
7. Pertumbuhan melambat
8. Wajah lebih muda dari usianya (Dr. Nurlailis, 2020)

F. DAMPAK BURUK STUNTING

1. Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan,


gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh
2. Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk
munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua (Betty,
dkk, 2019)
BAB III

PENUTUP

A. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Diketahuinya dan terlaksananya cara pencegahan stunting dalam
1.000 hari pertama kehidupan.
2. Tujuan Khusus
Agar Ibu dan mengetahui cara pencegahan stunting dalam
1.000hari pertama kehidupan.
B. MANFAAT KEGIATAN
1. Bagi tempat penyuluhan
Diharpkan kegiatan ini dapat membantu pihak masyarakat
khusunya ibu dalam memperoleh pengetahuan tentang cara
pencegahan stunting dalam 1.000hari pertama kehidupan.
2. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan
mengenai cara pencegahan stunting.
C. SASARAN
Sasaran kegiatan Ibu hamil, ibu yang memiliki bayi dan anak
dibawah usia 2 tahun di Desa Langge Kecamatan Tapa Kabupaten
Bonebolango
D. METODE KEGIATAN
1. Persiapan
Mengkoordinasikan kegiatan sekaligus meminta izin ayahanda
Desa Langge Kecamatan Tapa Kabupaten Bonebolango
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan akan dilakukan dalam satu kali kunjungan
meliputi penyuluhan pencegahan stunting dalam 1.000 hari pertama
kehidupan
3. Pemantauan
Pemantauan kegiatan dilakukan selama kegiatan berlangsung.
4. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan berupa penyuluhan
tentang pencegahan stunting dalam 1.000 hari pertama kehidupan
E. KETERKAITAN
Kegiatan ini dilaksanakan atas kerja sama antara Mahasiswa DIII
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Gorontalo dengan…………
F. JADWAL PELAKSANAAN
1. Lokasi dan waktu
a. Lokasi
Desa Langge
b. Waktu
Waktu kegiatan direncanakan pada hari, November 2021.
3. Karakteristik
Dalam kegiatan penyuluhan pencegahan stunting dalam 1.000 hari
pertama kehidupan
G. ANGGARAN
Jumlah anggaran dalam kegiatan ini adalah RP
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Nurlailis Saadah, 2020 “Modul Deteksi Dini Pencegahan Dan Penanganan
Stunting”, Scopindo Media Pustaka : Surabaya
Betty Yosephin, Dkk, 2019 “Buku Pegangan Petugas KUA : Sebagai Konselor
1000 HPK Dalam Mengedukasi Calon Pengantin Menuju
Bengkulu Bebas Stunting”, Deepublish : Yogyakarta
Nifar Nuraida, 2018 “Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan Mencegah
Terjadinya Stunting (Gizi Pendek) Di Indonesia”. Vol. 3 No. 2
Revina Rifda Amelia, 2019 “Prevalensi Dan Zat Gizi Mikro Dalam
Penanganan Stunting”, Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol.
6 No. 2
Siti Helmyati, Dkk, 2020 “Stunting Permasalahan dan Penanganannya”, UGM
PRESS : Yogyakarta
Sutarto, Dkk, 2018 “Stunting, Faktor Resiko, dan Pencegahannya”, Vol. 5 No.
1

Anda mungkin juga menyukai