Anda di halaman 1dari 64

# PROSES 6 #

IMPLEMENTASI DAN
PENGENDALIAN OPERASIONAL

REVISI I
No. Dok 006/CSMS/STS/IX/2021 Kepemimpinan dan Akuntabilitas

Revisi 16 September 2021


Tanggal -

IMPLEMENTASI DAN PENGENDALIAN OPERASIONAL


CV. SENTOSA

LEMBAR PENGESAHAN

Pengesahan Nama Penyusun /Jabatan

Dibuat
HUSNI A PRATAMA
Administrasi

Diperiksa
MAHYUDI
Manager HSSE

Disetujui

GUNUNG
Direktur

REVISI I
A
Perusahaan memiliki system pengelolaan perubahan (
Management Of Change ) terkait perubahan personil,
peralatan, proses, dokumentasi

REVISI I
Management Of Change (MOC)

Manajemen Perubahan (Management of Change)

– Perubahan-perubahan sering dilakukan di tempat kerja untuk meningkatkan produktifitas


atau mengurangi tingkat risiko, perubahan bisa terjadi pada metode, proses, perubahan
sementara atau pada fasilitas yang digunakan untuk bekerja. Perubahan-perubahan ini bisa
berpotensi menciptakan bahaya baru di tempat kerja. Meskipun tujuan utama dari perubahan
yang diusulkan pasti untuk hal yang lebih baik, namun perlu analisa yang terstruktur untuk
menganalisa potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari perubahan yang dilakukan. Cara
untuk mengelola dan memantau perubahan agar tidak menimbulkan bahaya baru perlu dibuat
prosedur yang mengatur tentang perubahan tersebut, prosedur itu sering dikenal dengan
Management of Change (MOC)

Beberapa jenis perubahan di tempat kerja dapat berupa Perubahan administratif, perubahan
organisasi, Perubahan Sementara dan juga perubahan teknis.

1. Perubahan Administrasi
Perubahan administrasi bisa terjadi seperti pada perubahan prosedur, sebagai contoh adalah perubahan
frekuensi pemeriksaan atau perubahan perawatan pada unit-unit produksi. Perubahan pada prosedur
mungkin dianggap tidak perlu dibuatkan MOC oleh sebagian orang karena tidak memberikan dampak
yang signifikan, namun akan sangat dibutuhkan karena tidak semua fungsi atau pekerja mengetahui
adanya perubahan, sehingga hal ini dapat membahayakan bagi pekerja yang lain.

2. Perubahan Organisasi
Perubahan struktur organisasi secara besar-besaran memerlukan analisa dampak yang
mendalam, perubahan organisasi yang perlu dilakukan analisa seperti:
1. Perubahan gilir kerja atau penambahan jam kerja karyawan
2. Perubahan jumlah pengawas yang mempengaruhi kualitas pengawasan
3. Merubah filosofi perubahan
4. Penggunaan kontraktor untuk melakukan pekerjaan.
3. Perubahan Teknis
Perubahan teknis yang memerlukan MOC adalah perubahan teknis yang mempengaruhi operasional,
seperti merubah bentuk peralatan atau desain, merubah proses, menambah atau mengurangi material
atau dosis, merubah fungsi peralatan

Penerapan Management Of Change (MOC)


Manajemen Perubahan atau Management of Change (MOC) merupakan bagian dari sistem
manajemen yang dapat berfungsi sebagai alat untuk melakukan kontrol terhadap perubahan
yang dilakukan sehingga tidak menimbulkan bahaya baru.
Untuk menerapkan MOC perlu komitmen yang kuat dari manajemen perusahaan dan semua
pekerja, prosedur terkait MOC harus dibuat dan dikomunikasikan ke seluruh pekerja. Tujuan
dari prosedur MOC adalah untuk memastikan bahwa langkah-langkah perubahan dari mulai
dicetuskan, dimulai, dilaksanakan, dievaluasi, dan sampai ditindak lanjutin telah diketahui
dan disetujui oleh pihak-pihak yang kompeten dan bertanggung jawab terhadap perubahan
yang dilakukan agar tetap aman.

REVISI I
Keuntungan Menerapkan Management Of Change (MOC)

1. Keuntungan Bagi Keselamatan Kerja (Safety)


Safety merupakan alasan utama yang perlu dipertimbangkan untuk melakukan suatu
manajemen perubahan (MOC), dengan dilakukannya MOC dapat mengurangi jumlah
kerugian dan kecelakaan yang disebabkan karena:
 Bahaya yang timbul dari perubahan lebih cepat teridentifikasi
 Mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat perubahan yang dilakukan
mungkin saja menyebabkan bahan beracun terlepas ke lingkungan

2. Keuntungan Bagi Produksi dan Perusahaan


Dengan adanya MOC perubahan yang dilakukan bisa menunjang peningkatan
produktifitas tanpa mengalami kerugian yang banyak, baik dari proses produksi maupun
dari penggunaan material. Selain itu juga MOC dapat mengurangi kerugian akibat
perbaikan yang sering terjadi.
Peningkatan produktifitas dan berkurangnya kerugian tentu akan memberikan keuntungan
bagi perusahaan, selian itu citra perusahaan akan meningkat.

Perubahan Yang Memerlukan Management of Change


Banyak perubahan yang terjadi di tempat kerja kita, namun tidak semua perubahan yang
terjadi memerlukan MOC, berikut beberapa kriteria yang dapat membantu Anda untuk
menentukan suatu perubahan memerlukan management of change atau tidak.

1. Perubahan Yang Sejenis / Tidak Sejenis


Jika perubahan yang dilakukan adalah mengganti peralatan dengan peralatan lain yang
memiliki fungsi dan spesifik yang sama, maka perubahan ini tidak memerlukan MOC.
Perubahan dikatakan sejenis jika:
 Spesifikasinya sama (dimensi, berat, dan lain-lain)
 Peralatan atau material baru yang setara dengan yang aslinya, bukan perubahan pada
model atau dari pemasok yang baru. Pergantian pemasok harus dianalisa dengan
menggunakan MOC.
 Pergantian yang menjadi bagian dari perbaikan rutin, perubahan item yang sejenis
yang telah diketahui masa penggunaannya (life time). Jika perubahan sejenis yang
dilakukan mengalami kegagalan maka perlu dilakukan analisa dengam MOC.
 Semua kondisi dan proses tetap sama dengan yang aslinya, tidak memerlukan
perubahan pada pemeliharaan dan pemeriksaan.

Dengan demikian, jika perubahan dilakukan dengan peralatan yang tidak sejenis maka
perlu dilakukan analisa dengan menggunakan proses MOC.

2. Perubahan Yang Kritikal


Perubahan yang dianggap penting (critical) adalah perubahan yang dapat menyebabkan
kecelakaan fatal jika tidak dikelola dengan benar. Perubahan critical ini perlu diawasi dari
awal dimulai sampai dievaluasi hasilnya.Sehingga memerlukan Management of change

REVISI I
(MOC).Perubahan critical yang membutuhkan biaya yang mahal perlu dilakukan Analisa
Risiko yang sistematis agar menjadi pertimbangan perlu atau tidaknya perubahan
dilakukan dengan melihat risiko yang ditimbulkan. Penting atau tidaknya suatu perubahan
maka perlu dilihat dengan proses MOC.

3. Perubahan Darurat
Perubahan darurat merupakan perubahan yang dilakukan karena pertimbangan dari
manajemen bahwa potensi bahaya akan lebih besar jika tidak dilakukan perubahan.
Perubahan darurat dilakukan karena alasan berikut:
 Jika tidak dilakukan perubahan akan menyebabkan kecelakaan pada pekerja,
kerusakan lingkungan, kerugian operasional, dan kerusakan harta benda.
 Perubahan harus dilakukan agar tidak melanggar regulasi pemerintah
 Perubahan harus dilakukan agar tidak ada pengaduan dari masyarakat

4. Perubahan Sementara
Perubahan yang bersifat sementara dengan tujuan untuk uji coba yang dapat berdampak
pada kecelakaan atau gagalnya operasional harus dibuatkan MOC. Perubahan sementara
juga bisa berupa perubahan sementara operasional dari yang biasanya dilakukan seperti
by-pass. Perubahan ini memiliki batasan waktu yang ditentukan sebelumnya.

5. Perubahan Yang Jarang Dilakukan


Perubahan yang jarang dilakukan yang sebelumnya pernah dilakukan dan akan diulangi
dalam jangka waktu yang lama, jika pada saat pertama perubahan sudah dilakukan MOC,
maka untuk yang selanjutnya tidak memerlukan MOC. Kecuali jika pada perubahan
pertama terjadi kegagalan.

6. Perubahan Instrumen / Teknologi


Perubahan ini biasanya terjadi karena adanya teknologi baru yang memungkinkan
pekerjaan atau aktifitas dilakukan lebih dekat dari batas aman yang telah ditentukan. 

7. Perubahan Besar / Perubahan Kecil


Perubahan besar biasanya melibatkan banyak modifikasi peralatan, sistem instrumen dan
prosedur administrasi, hal ini harus memerlukan proses MOC. 
Namun, perubahan kecil tidak memerlukan MOC karena mereka dapat diimplementasikan
dengan cepat dan dengan syarat tidak menimbulkan dampak yang signifikan pada
operasional.

Manajemen Perubahan (Management of Change) – Itulah sekilas mengenai Management of


Change (MOC), bahwa hampir semua perubahan yang terjadi harus dinalisa dengan
menggunakan proses MOC. Namun kembali lagi ke perusahaan masing-masing, perusahaan
dapat menentukan sendiri kriteria perubahan yang memerlukan MOC. Dasar untuk
menentukannya adalah besarnya dampak yang dapat ditimbulkan dari perubahan yang akan
dilakukan, baik dari segi operasional maupun keselamatan pekerja. Lakukan langkah-langkah
management of change yang benar agar tidak ada yang terlewatkan sehingga terjadi
kegagalan pengawasan.

Medan, 16 September 2021

REVISI I
Pimpinan Perusahaan,
CV. SENTOSA

GUNUNG
Direktur

Management Of Change terkait perubahan personil atau pekerja


di dalam perusahaan

REVISI I
Tenaga kerja di Indonesia mulai didominasi oleh Generasi Milenial dan Gen Z. Beberapa
studi menyebutkan bahwa dua generasi ini memiliki minat pada pengembangan karier di
perusahaan. Ini membuat beberapa HRD perlu memikirkan sebuah program atau strategi
yang dapat mendukung perkembangan karier karyawan di perusahaan.

Salah satu strategi yang bisa dicoba adalah dengan Rotasi Pekerjaan. Hal tersebut karena
rotasi pekerjaan memiliki beberapa manfaat untuk mengembangkan potensi karyawan. Rotasi
pekerjaan terdengar mudah, tapi tidak bisa dilakukan sembarangan

Prosedure dan Manfaat Management Of Change Perubahan Personil atau


Pekerja
Dimaksud dengan Rotasi Kerja
Rotasi kerja adalah perubahan tempat atau jabatan karyawan tetapi masih dalam tingkatan
yang sama dalam suatu organisasi yang sama.
Secara sederhana, rotasi kerja adalah strategi di mana pekerjaan karyawan akan ditukar,
namun masih dalam perusahaan atau divisi yang sama. Dalam rotasi kerja, karyawan akan
diminta mengerjakan tugas baru dalam jangka waktu tertentu sebelum kembali ke
tugas/pekerjaan awal.
Melalui strategi rotasi kerja, karyawan akan mendapatkan pengalaman dan keterampilan baru
dengan mengambil tanggung jawab baru. 
Rotasi kerja dimaksudkan untuk meningkatkan fleksibilitas, keterlibatan, keterampilan
hingga retensi karyawan.

Penting Melakukan Rotasi Pekerjaan Di Organisasi


Dalam dunia organisasi, rotasi pekerjaan dianggap sebagai salah satu langkah penting dalam
menjalankan strategi HR. Rotasi pekerjaan adalah tentang menempatkan karyawan di
tempat yang tepat, di mana mereka dapat memberikan hasil yang maksimal.
Dalam dunia yang sangat kompetitif saat ini, rotasi kerja dapat dibuktikan sebagai strategi
terbaik untuk menemukan karyawan yang paling cocok dan memindahkan mereka untuk
mengemban tanggung jawab di tingkat posisi yang lebih tinggi. 
Rotasi pekerjaan membantu manajer SDM menentukan siapa yang dapat diganti oleh siapa
dan menciptakan kecocokan yang sesuai dan bermanfaat.Bisa kita bayangkan efektivitas
kelanjutan dari hasil maksimal strategi ini

7 Manfaat Rotasi Pekerjaan Di Lingkungan Kerja

1. Menciptakan Keseimbangan dalam Organisasi


Rotasi pekerjaan mampu menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan jabatan
yang ada dalam organisasi. Hal ini dapat menjamin terbentuknya kondisi organisasi yang
stabil (organizational stability). Di masa banyak ketidakpastian seperti saat ini, organisasi

REVISI I
yang stabil menjadi tujuan banyak pemimpin.Ingat, kata kuncinya adalah rotasi pekerjaan
menunjukkan pada kita tentang ‘orang yang tepat berada di posisi yang tepat

2. Perencanaan Suksesi
Konsep perencanaan suksesi adalah ‘Siapa yang akan menggantikan siapa’. Tujuan dari
rotasi kerja ini untuk mengidentifikasi dan mengembangkan karyawan agar dapat
ditempatkan di jabatan yang lebih tinggi ketika seseorang senior masuk masa pensiun
atau meninggalkan perusahaan atau organisasinya.
Ini akan menghindarkan perusahaan dari ‘salah menempatkan’ pemimpin di masa depan.

3. Menguji Keterampilan dan Kompetensi Karyawan


Menguji dan menganalisis keterampilan atau kompetensi karyawan dan kemudian
menugaskan mereka pada pekerjaan yang mereka kuasai adalah salah satu fungsi utama
dari proses rotasi pekerjaan. Strategi ini juga bisa membantu perusahaan dalam
mengidentifikasi pada divisi atau bagian mana karyawan bisa bekerja secara maksimal.

4. Memberikan Imbalan Terhadap Prestasi Kerja


Suatu job rotation dapat dipergunakan untuk memberikan imbalan sebagai penghargaan
kepada tenaga kerja yang berprestasi. Perusahaan bisa memberikan peluang bagi
karyawan untuk mengembangkan dirinya dengan mengambil tanggung jawab di divisi
lain. Tentu hal ini akan dihargai oleh karyawan dan meningkatkan engagement.

5. Mengurangi Rasa Bosan dan Menghindarkan Kemungkinan Resign Karyawan


Apabila seorang tenaga kerja terus menerus dari tahun ke tahun memegang jabatan yang
sama, maka akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan yang akibatnya dapat
menurunkan gairah serta semangat kerjanya. 
Rotasi Pekerjaan dapat mengurangi rasa bosan karyawan, karena karyawan diberikan
tanggung jawab dan pengalaman yang baru. Alasan resign untuk mencari pengalaman
baru pun bisa dihindarkan.

6. Menambah Pengetahuan Karyawan terhadap Perusahaan


Memperluas dan menambah pengetahuan, merupakan kebutuhan dari karyawan. Rotasi
pekerjaan dapat menambah pengetahuan karyawan akan perusahaan. Dengan begitu, ia
dapat memahami bagaimana pekerjaan yang ada di divisi tertentu di dalam perusahaan. 
Ini akan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memahami cara kerja
organisasi dan berbagai masalah yang mungkin muncul pada saat bekerja.
Tentunya, pengetahuan ini dapat bermanfaat bagi karyawan ketika ia menerima tanggung
jawab yang lebih besar atau ketika mendapatkan promosi jabatan.

7. Memotivasi Karyawan untuk Menghadapi Tantangan Baru


Ketika karyawan dihadapkan pada pekerjaan yang berbeda atau diberi tugas baru, mereka
mencoba memberikan yang terbaik untuk secara efektif menghadapi tantangan yang
menghampiri mereka. 
Rotasi kerja dapat mendorong karyawan untuk tampil lebih baik di setiap tahap. Maka hal
ini akan menimbulkan persaingan yang sehat dalam organisasi di mana setiap orang ingin
selalu bekerja lebih baik.

Pimpinan Perusahaan,

REVISI I
CV. SENTOSA

GUNUNG
Direktur

REVISI I
B
Perusahaan memiliki system pengelolaan sub kontraktor yang
mensyaratkan pemenuhan aspek HSSE selama proses kontrak

SYSTEM PENGELOLAAN SUB KONTRAKTOR

Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management merupakan


pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke kegiatan
operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen. Istilah supply
chain management pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982.
Supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan–perusahaan yang terlibat dalam

REVISI I
memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir,
supply chain management adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. Definisi
Supply Chain Management juga diberikan oleh James A. dan Mona J. Fitzsimmons, yang
menyatakan bahwa supply chain management adalah sebuah sistem pendekatan total untuk
mengantarkan produk ke konsumen akhir dengan menggunakan teknologi informasi untuk
mengkoordinasikan semua elemen supply chain dari mulai pemasok ke pengecer, lalu
mencapai tingkat berikutnya yang merupakan keunggulan kompetitif yang tidak tersedia di
sistem logistik tradisional. Sedangkan definisi Supply Chain Management menurut Chase,
Aquilano, Jacobs adalah sistem untuk menerapkan pendekatan secara total untuk mengelola
seluruh aliran informasi, bahan, dan jasa dari bahan baku melalui pabrik dan gudang ke
konsumen akhir. Oleh Robert J. Vokurka, Gail M. Zank dan Carl M. Lund III supply chain
management didefinisikan sebagai, “all the activities involved in delivering a product from
raw material through the customer including sourcing raw material and parts, manufacturing
and assembly, warehousing and inventory tracking, order entry and order management,
distribution across all channels, delivery to the customer, and the information system
necessary to monitor all of the activities” . Stevenson mendefinisikan supply chain
management sebagai suatu koordinasi strategis dari rantai pasokan dengan tujuan untuk
mengintegrasikan manajemen penawaran dan permintaan. Russell dan Taylor mendefinisikan
bahwa supply chain management adalah mengelola arus informasi, produk dan pelayanan di
seluruh jaringan baik itu pelanggan, perusahaan hingga pemasok .Dengan demikian,
berdasarkan berbagai definisi supply chain management sebagaimana telah disampaikan,
dapat ditarik hal umum bahwa supply chain management adalah semua kegiatan yang terkait
dengan aliran material, informasi dan uang di sepanjang supply chain. Lebih jauh cakupan 
supply chain management akan meliputi hal-hal berikut:

Bagian Cakupan kegiatan antara lain


Pengembangan produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan
supplier dalam perancangan produk baru
Pengadaan Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier, melakukan
pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk,
membina dan memelihara hubungan dengan supplier
Perencanaan & Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan
Pengendalian kapasitas, perancanaan produksi dan persediaan
Operasi / Produksi Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
Pengiriman / Distribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman,
mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa
pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi

Tujuan Strategis Supply Chain Management

        Rantai pasokan bagaikan darah dari setiap organisasi bisnis karena menghubungkan
pemasok, produsen, dan pelanggan akhir di jaringan yang sangat penting untuk penciptaan
dan pengiriman barang dan jasa. Dalam mengelola rantai pasokan memerlukan suatu proses
yaitu, proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian operasi rantai pasokan. Tujuan
manajemen rantai pasokan adalah dengan menyelaraskan permintaan dan penawaran

REVISI I
seefektif dan seefisien mungkin. Masalah-masalah utama dalam rantai pasokan terkait dengan
(Stevenson, 2009):
1.    Menentukan tingkat outsourcing yang tepat
2.    Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3.    Mengelola pemasok
4.    Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5.    Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6.    Mengelola risiko

Pimpinan Perusahaan,
CV. SENTOSA

GUNUNG
Direktur

PROSEDUR PENGELOLAAN SUB KONTRAKTOR

TUJUAN
1. Untuk memastikan bahwa semua subkontraktor di area Project memenuhi persyaratan
K3 sebelum tender/bid.

REVISI I
2. Untuk memastikan bahwa terdapat kontrol yang cukup untuk mengelola dan
mengendalikan semua subkontraktor secara efektif.
3. Untuk memastikan bahwa semua subkontraktor memenuhi dan menerapkan seluruh
standar dan persyaratan K3 Perusahaan.

RUANG LINGKUP
Prosedur ini mengatur mengenai tata cara menyeleksi dan memilih subkontraktor yang akan
bekerja dengan PT Alfata Delta Persada yang sesuai dengan persyaratan K3 yang telah
ditentukan.
TANGGUNG JAWAB

1. Operation Manager
Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa subkontraktor yang bekerja di ‘wilayah
wewenangnya’, mengikuti semua persyaratan K3 yang telah ditetapkan.

2. Project Manager
a. Bertanggung jawab menyetujui Subkontraktor yang telah lolos seleksi.
b. Bertanggung jawab memantau perkembangan kinerja K3 Subkontraktor dalam Safety
Committee Project Meeting.

3. Subkontraktor
a. Menerapkan dan memenuhi semua persyaratan K3 yang telah ditetapkan dalam Safe
Coalindo sistem ketika bekerja di Project/Site manapun dalam wilayah Perusahaan.
b. Memenuhi persyaratan dalam standar ini pada waktu mengajukan tender.

DEFINISI
a. Subkontraktor
Subkontraktor yang dimaksud dalam prosedur ini adalah orang/badan hukum yang diberi
pekerjaan tertentu di area Project/daerah oleh Perusahaan (PT Alfara Delta Persada )
melalui Surat Perintah Kerja (SPK) atau Perjanjian.
URAIAN
A. Prakualifikasi – Keputusan dan Persetujuan Atas Kontrak
1. Sebelum Project Manager/Operation Manager atau Kepala Departemen Kantor Pusat
memberikan suatu pekerjaan melalui kontrak, maka semua subkontraktor yang akan
mengikuti tender harus melalui proses prakualifikasi.
2. Semua subkontraktor harus mengajukan informasi terinci, minimal sebagai berikut
(informasi ini disertakan bersama dokumentasi ‘Aplikasi Tender’) :
1. Statistik kinerja K3 untuk tiga tahun terakhir (dalam statistik ini harus memuat
informasi mengenai Frequency Rate/FR, Severity Rate/SR, Loss Time
Injury/LTI dan Kerugian harta benda).
2. Program Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
3. Uraian tugas/job description dari Safety Officer/Representative.
4. Mampu memenuhi persyaratan yang diminta dalam CK-OSHMS dan
persyaratan yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

3. Kepala Bagian Purchasing/Procurement, Project Manager dan Kepala Departemen


Kantor Pusat yang bersangkutan harus memastikan bahwa : (lihat Prosedur
‘Koordinasi, Komunikasi & Pertemuan K3’)

REVISI I
1. Semua rincian yang berhubungan dengan persyaratan K3 bagi setiap
kontrak/subkontrak harus disertakan dalam dokumen tender/bid kontrak.
2. Semua rincian yang berhubungan dengan persyaratan K3 untuk semua
kontrak/subkontrak harus didiskusikan mendetail dalam pertemuan dan
diskusi-diskusi prakontrak.
3. Semua kontrak/subkontrak harus diputuskan dan disetujui dengan benar. Form
‘Keputusan dan Persetujuan Kontrak’ yang standar harus digunakan.
4. Kontrak hanya bisa disetujui oleh :
1. Kepala Bagian Purchasing/Procurement (untuk Kontrak di bawah kontrol
Kantor Pusat)
2. Project Manager (untuk kontrak di bawah kontrol tingkat Project/Site)

B. Persyaratan Prakontrak
1. Kepala Bagian Purchasing/Procurement atau Kepala Departemen yang bersangkutan
harus memastikan bahwa :
1. ‘Kick-off Meeting’ kontrak dilakukan segera setelah kontrak diberikan
(sebelum subkontraktor tersebut diijinkan bekerja di Project/Site).
2. Persyaratan kerja, khususnya persyaratan K3 atas pekerjaan, dibicarakan
secara terinci dalam ‘Kick-off Meeting’ tersebut.
3. Subkontraktor harus memahami dan mengerti mengenai Manajemen
Risiko/Job Safety Analysis yang telah dibuat oleh Safety Officer PT ADP
terutama untuk ruang lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya
namun bila belum tersedia, maka subkontraktor membuat Manajemen
Risiko/Job Safety Analysis dengan bantuan dari Safety Officer Project/Site
yang meliputi semua proses dan juga situasi darurat yang mungkin terjadi.
4. Subkontraktor menunjuk seorang Safety Officer penuh waktu yang memenuhi
syarat (untuk 100 orang karyawan atau lebih) atau seorang Safety
Representative (untuk kurang dari 100 karyawan).
2. Subkontraktor harus memastikan bahwa disediakan alat pelindung diri (APD) yang
diperlukan bagi semua karyawannya pada saat mereka tiba di Project/Site dan
sebelum bekerja
3. Manajemen/Pejabat dari Subkontraktor harus melengkapi Form ‘Daftar Hadir’ pada
Kick-off Meeting

C. Kedatangan di Project/Site
1. Segera setelah tiba di Project/Site, Manajemen dari Subkontraktor dan seluruh anak
buahnya harus melapor pada Project Manager dan Safety Officer.
2. Semua karyawan dan Manajemen dari Subkontraktor harus mengikuti ‘Pelatihan
Pengenalan K3’ dari Safety Officer.
3. Karyawan (subkontraktor) yang tidak menghadiri ‘Pelatihan Pengenalan K3’ harus
dikeluarkan dari Project/Site segera setelah ditemukan untuk kemudian mengikuti
pelatihan yang dimaksud.
4. Safety Officer/Safety representative dan Manajemen dari subkontraktor harus
mengikuti pelatihan khusus mengenai Safety Management System versi Perusahaan
(Safe Coalindo sistem) dari Safety Officer.

REVISI I
5. Manajemen dari subkontraktor yang membawa mesin, alat dan unit ke Project/Site,
maka harus melaporkan kepada Safety Officer untuk di data dan dilakukan ‘Inspeksi
Pemeriksaan K3 Awal (daftar lengkap peralatan harus diserahkan).
6. Mesin, alat dan unit yang telah diperiksa dan dinyatakan layak pakai/dalam keadaan
aman maka harus ditandai ‘hijau’ dan seterusnya dapat digunakan.
7. Sedangkan mesin, alat dan unit yang dinyatakan tidak layak pakai/tidak dalam keadaan
aman maka harus ditandai ‘merah’ dan harus dikeluarkan segera dari Project/Site
untuk diperbaiki di workshop atau tempat lain.
8. Hanya Safety Officer yang memiliki wewenang untuk memasang dan melepas label
‘hijau’ dan ‘merah’ dari peralatan milik subkontraktor.
9. Orang yang ditemukan merusak label tersebut harus mendapatkan peringatan dan
dikeluarkan dari Project/Site.
10. Setiap mesin, alat dan unit yang pada awalnya tidak untuk digunakan di Project/Site
(tidak masuk dalam daftar) namun kemudian di bawa ke Project/Site untuk digunakan,
maka harus dilaporkan kepada Safety Officer untuk dilakukan ‘Inspeksi Pemeriksaan
K3 Awal’.
11. Setiap mesin, alat dan unit yang ditemukan tanpa ijin di Project/Site maka akan segera
dikeluarkan dari Project/Site sampai ijin penggunaannya dikeluarkan.

D. Pemantauan Perkembangan Bulanan (Lihat Prosedur ‘Koordinasi, Komunikasi &


Pertemuan K3’)
1. Project Manager bertanggung jawab memantau dan mengevaluasi penerapan K3
subkontraktor berdasarkan Safe Coalindo sistem.
2. Pertemuan ini dilakukan pada saat pelaksanaan pertemuan Safety Committee
Project/Site dimana perwakilan dari subkontraktor yang harus hadir adalah Wakil
Manajemen dan Safety Officer/Safety Representatives.
3. Subkontraktor (Safety Officer/Safety representative) harus menyerahkan laporan
statistik bulanan K3 kepada Safety Officer Project/Site paling lambat tiga hari
sebelum pertemuan dilaksanakan.

Medan, 16 September 2021


Pimpinan Perusahaan,
CV. SENTOSA

GUNUNG
Direktur

REVISI I
C
Perusahaan memiliki system pemeliharaan peralatan untuk
memastikan redlines dan kelayakan fungsinya

PROSEDUR SISTEM MAINTENANCE (PEMELIHARAAN)

Maintenance (pemeliharaan) adalah semua aktivitas yang berkaitan untuk mempertahankan


peralatan system dalam kondisi layak bekerja. Sebuah system pemeliharaan yang baik akan
menghilangkan variabilitas system. Taktik pemeliharaan adalah :

REVISI I
1. Menerapkan dan meningkatkan pemeliharaan pencegahan
2. Meningkatkan kemampuan atau kecepatan perbaikan

Untuk mengukur kesuksesan manajemen pemeliharaan, maka ada dua unsur yang harus
ditentukan terlebih dahulu, yaitu keterlibatan karyawan dan prosedur pemeliharaan.

Factor karyawan dalam hal pemeliharaan dapat dilihat dari informasi yang dimiliki karyawan,
keahlian yang dimilikinya, kompensasi yang diterima sebagai factor penguat motivasi dan
kekuatan sinergi yang perlu dilakukan. Sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan
informasi dan keahlian dalam kaitannya dengan kegiatan pemeliharaan, maka pihak
manajemen dapat menempuh beberapa hal yaitu :

 Pertukaran informasi. Melalui penciptaan iklim yang kondusif, misalnya adanya bank
data ( bank prosedur) yang berisikan data serta prosedur tentang pemeliharaan segala
jenis mesin dalam system manufaktur.
 Pelatihan keahlian. Bagi karyawan yang belum memiliki keahlian yang diharapkan,
perusahaan dapat memilih untuk mengirimkan ke training center yang menawarkan
pelatihan-pelatihan atau langsung dilatih di perusahaan melalui on the job training.

Adapun tentang prosedur pemeliharaan mesin-mesin, factor yang perlu diperhatikan adalah
prosedur pembersihan dan pelumasan. Pembersihan ini ditujukan untuk menghindari korosi,
kemacetan akibat adanya kotoran dan kegiatan ini dilakukan secara rutin. Sedangkan
pelumasan bertujuan agar tidak terjadi gesekan material mesin secara langsung,
mendinginkan panas mesin pada kondisi tertentu, dan memperpanjang umur mesin.

Prosedur berikutnya adalah monitor dan penyesuaian. Monitor harus dilakukan secara
kontinu dengan jadwal yang sudah ditentukan. System monitor yang baik akan mampu
melakukan penyesuaian yang diperlukan.

Manfaat dari adanya kegiatan pemeliharaan ( maintenance) antara lain :

1. Perbaikan terus-menerus. Kegiatan ini menjadi kajian yang penting dalam manajemen
operasi, baik manufaktur maupun jasa, terutama pabrik-pabrik yang menggunakan
mesin yang berputar dan beroperasi setiap saat.
2. Meningkatkan kapasitas. Dengan adanya perbaikan yang terus-menerus, maka tidak
aka nada pengerjaan ulang / proses ulang, sehingga kapasitas akan meningkat.
3. Mengurangi persediaan. Karena tidak perlu ada tumpukan bahan baku yang harus
disiapkan untuk melakukan produksi ulang.
4. Biaya operasi lebih rendah. Akibat kapasitas yang meningkat disertai dengan
persediaan yang rendah, maka secara otomatis akan mengakibatkan biaya operasi
lebih rendah. Tidak perlu penyimpanan bahan baku dan tidak perlu adanya biaya
tambahan karena proses pengerjaan ulang.
5. Produktivitas lebih tinggi. Jika biaya operasi lebih rendah, maka dari rumus
produktivitas adalah output/input akan diperoleh bahwa produktivitas akan lebih besar
(dengan catatan output konstan). Tentunya produktivitas akan lebih besar lagi jika
output semakin besar.
6. Meningkatkan kualitas. Akan tercipta cost advantage, artinya dengan kualitas yang
sama baik, harga dapat ditetapkan menjadi lebih murah.

REVISI I
Terdapat dua jenis taktik pemeliharaan : pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan
kerusakan.

(I) Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance)

Pemeliharaan pencegahan sebuah rencana yang meliputi pemeriksaan rutin, pemeliharaan,


dan menjaga fasilitas tetap dalam kondisi baik utuk mencegah kegagalan.
Sebuah tingkat kegagalan awal yang tinggi, dikenal sebagai tingkat kematian dini (infant
mortality), yang mungkin terjadi pada banyak produk. Yang dimaksud tingkat kematian dini
sendiri yaitu tingkat kegagalan di awal kehidupan sebuah produk atau proses.

Hasil yang cacat / gagal akan menyebabkan tambahan biaya karena harus diproses kembali
dan yang lebih besar resikonya adalah kurangnya kepercayaan konsumen kepada perusahaan
akibat produk gagal. Tambahan yang timbul menyebabkan biaya produksi membengkak
( tidak minimal). Jika biaya produksi membengkak, maka harga barang menjadi tinggi.

Pemeliharaan yang periodic dan terencana sangat diperlukan pada fasilitas-fasilitas produksi,
jika tidak akan mengakibatkan kerusakan “ Unit Kritis” dikarenakan :

 Kerusakan fasilitas tersebut akan menyebabkan terhentinya seluruh aktivitas proses


produksi.
 Kerusakan fasilitas tersebut akan mempengaruhi kualitas produk.
 Investasi yang ditanamkan dalam fasilitas tersebut cukup besar.
 Kerusakan fasilitas tersebut akan membahayakan pekerja, baik kesehatan maupun
keselamatannya.

Preventive maintenance ini dapat mengatasi kerusakan yang tiba-tiba terjadi. Hal ini
dikarenakan preventive maintenance ini dapat mendeteksi dan menangkap sinyal kapan suatu
system akan mengalami kerusakan serta menentukan kapan suatu system memerlukan service
( perbaikan).

Dengan teknik pelaporan yang baik, perusahaan dapat menjaga arsip proses, mesin, atau
peralatan individu. Arsip seperti itu dapat menyediakan profil yang berisi baik jenis
pemeliharaan yang diperlukan maupun waktu pemeliharaan yang dibutuhkan. Sejarah
pemeliharaan peralatan merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah system
pemeliharaan pencegahan, seperti halnya catatan mengenai waktu dan biaya perbaikan. Arsip
seperti ini juga memberikan informasi serupa tentang keluarga peralatan begitu juga
pemasok.

(II) Pemeliharaan Kerusakan / Perbaikan

Pemeliharaan kerusakan adalah pemeliharaan secara langsung yang terjadi ketika peralatan
gagal dan harus diperbaiki dalam kondisi darurat atau dengan dasar prioritas.

Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan mesin produksi, yaitu :

 Pemilihan rancang bangun yang tidak sesuai


 Keterampilan operator dan petugas pemeliharaan yang tidak mendukung dalam
pegoperasian mesin produksi

REVISI I
 Kelalaian dalam pemeliharaan dasar, seperti kebersihan dan pelumasan
 Kondisi mesin atau peralatan yang sudah aus akibat gesekan, dan
 Kesalahan menjaga kondisi operasi mesin pada saat beroperasi

Kerusakan yang disebabkan beberapa hal di atas, akan mengakibatkan :

1. Inefisiensi operasi, karena harus melakukan pemrosesan ulang.


2. Reputasi yang buruk, karena berubahnya cara pandang konsumen terhadap produk.
3. Rendahnya profitability, karena berkurangnya permintaan konsumen dalam jangka
panjang.
4. Kehilangan pelanggan yang beralih ke produk lain, karena produk yang gagal.
5. Menurunnya kualitas produk, karena produk yang gagal.
6. Karyawan menjadi tidak puas, karena menghasilkan produk yang gagal.
7. Keuntungan menjadi semakin rendah akibat menurunnya permintaan.

Karena itu perlu untuk meningkatkan kemampuan memperbaiki. Memperbesar atau


meningkatkan fasilitas pemeliharaan dapat menjadikan system bekerja secara lebih cepat.
Sebuah fasilitas pemeliharaan yang baik memerlukan enam fitur berikut :

1. Personel yang terlatih dengan baik


2. Sumber daya yang cukup
3. Kemampuan untuk menetapkan sebuah rencana perbaikan dan prioritas
4. Kemampuan dan otoritas untuk melakukan perencanaan material
5. Kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab kerusakan
6. Kemampuan untuk mendesain cara untuk memperluas mean time between failures
(waktu rata-rata kegagalan).

Pemeliharaan Produksi Total

Dengan memadukan manajemen kualitas total dengan pandangan strategis pemeliharaan dari
sisi perancangan proses dan peralatan untuk pemeliharaan pencegahan.

Sebagai tambahan, pemeliharaan produktif total mencakup:

 Perancangan mesin yang andal, mudah dioperasikan, dan mudah dalam pemeliharaan
 Menekankan biaya kepemilikan total di saat membeli mesin, sedemikian rupa
sehingga biaya pelayanan dan pemeliharaan sudah termasuk dalam biaya pembelian
tersebut
 Membuat rencana pemeliharaan pencegahan yang memanfaatkan praktek operator
yang terbaik, departemen pemeliharaan, dan depot pelayanan.
 Melatih pekerja untuk mengoperasikan dan memelihara mesin mereka sendiri.

PROGRAM PEMELIHARAAN PERALATAN PERUSAHAAN

NO URAIAN JADWAL KETERANGAN


1 Perusahaan melakukan 1 bulan sekali Berjalan
pemeriksaan APD, Alat Ukur dan

REVISI I
kunci-kunci sheet di gudang
penyimpanan
2 Pemeriksaan APAR 2 bulan sekali Berjalan
3 Memeriksa peralatan kerja yang
1 bulan sekali Berjalan
dipakai untuk bekerja
4 Memeriksakan kendaraan / mesin
3 bulan sekali Berjalan
operasional di lapangan
5 Memeriksa rambu – rambu dan
Seminggu sekali Berjalan di lokasi kerja
kampanye K3LL dilokasi kerja

Pimpinan Perusahaan,
CV. SENTOSA

GUNUNG
Direktur

DOKUMENTASI CHECK PERALATAN KELAYAKAN PERUSAHAAN

REVISI I
REVISI I
D
Perusahaan memiliki dan menerapkan Sistem izin kerja untuk
mengendalikan bahaya

Sistem Ijin Kerja / Surat Ijin Kerja Aman (SIKA)

REVISI I
Izin kerja (work permit) dan keperluannya

Izin kerja (dikenal juga dengan istilah work permit, permit to work, atau surat izin kerja
aman) adalah sebuah dokumen atau izin tertulis yang digunakan untuk mengontrol jenis
pekerjaan tertentu yang berpotensi membahayakan pekerja. Izin kerja diperlukan untuk
mengidentifikasi pekerjaan yang akan dilakukan, potensi bahaya yang berhubungan dengan
pekerjaan yang akan dilakukan, dan tindakan pencegahan atau pengendaliannya.
Izin kerja juga biasanya dilengkapi dengan dokumen pendukung seperti job safety analysis
(JSA) dan tool box checklist. Contoh pekerjaan yang membutuhkan izin kerja adalah
pekerjaan yang mengharuskan pekerjanya masuk dan bekerja di ruang terbatas, kegiatan
memperbaiki, memelihara atau memeriksa instalasi listrik, dan pengoperasian alat berat.
Yang berwenang mengeluarkan izin kerja

Izin kerja dikeluarkan oleh pengawas/ supervisor/ pelaksana kepada subkontraktor/ mandor
atau pekerja yang akan memasuki area berbahaya atau melaksanakan pekerjaan yang
dianggap berbahaya. Sebelum memberikan izin kerja, pengawas/ supervisor/ pelaksana
biasanya akan melakukan pemeriksaan terhadap hal-hal berikut ini:
 Kesehatan pekerja
 Kelengkapan sarana dan prasarana kerja (termasuk APD yang berhubungan dengan
pekerjaan yang hendak dilakukan)
 Kondisi terbaru di lokasi pekerjaan, apakah terdapat hal-hal yang membahayakan atau
tidak
 Hal-hal yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lokasi
kerja tersebut.

Bila hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada hal-hal yang dapat membahayakan pekerja
dan lokasi kerja dinyatakan aman, maka izin kerja harus di tanda tangani oleh orang yang
berwenang (authority person) dan pekerja yang terlibat di lapangan.

izin kerja diperlukan

Izin kerja diperlukan jika:


 Pekerjaan dilaksanakan oleh kontraktor
 Terdapat potensi kekurangan oksigen (oxygen deficiency) atau kadar oksigen berlebih
 Terdapat potensi atmosfer mudah terbakar atau meledak
 Terdapat potensi suhu ekstrem atau tekanan tinggi
 Terdapat paparan bahan kimia berbahaya dan beracun
 Memasuki ruang terbatas
 Bekerja di ketinggian
 Melakukan kegiatan perbaikan, pemeliharaan, atau pemeriksaan instalasi listrik
 Melakukan kegiatan perbaikan atau pemeliharaan peralatan atau di lokasi yang
mengandung bahan atau kondisi berbahaya
 Melakukan kegiatan penggalian
 Mengoperasikan alat berat
 Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan mesin berputar atau bergerak
 Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bahan radioaktif
 Melakukan kegiatan penguncian atau isolasi sumber energi berbahaya

REVISI I
Jenis-jenis izin kerja yang biasanya dibuat sebelum memulai pekerjaan

Jenis izin kerja ditentukan berdasarkan sifat pekerjaan yang akan dilakukan dan bahaya yang
harus dikontrol atau dihilangkan. Pasalnya satu jenis izin kerja tidak selalu berlaku untuk
berbagai kegiatan dan lokasi pekerjaan. Berikut jenis-jenis izin kerja yang paling sering
digunakan di tempat kerja:
 Izin kerja pekerjaan panas (hot work permit) – Diperlukan apabila akan
melaksanakan pekerjaan panas, contohnya: pengelasan, pemotongan dengan api,
pengeboran logam, dan sandblasting.
 Izin kerja pekerjaan dingin (cold work permit) – Diperlukan apabila akan
melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan perbaikan,
pemeliharaan, atau konstruksi yang sifatnya tidak rutin (sesuai ketentuan pekerjaan
tersebut) dan tidak menggunakan peralatan yang dapat menimbulkan api terbuka atau
sumber nyala. Contohnya pengecatan, pekerjaan bangunan, dan pekerjaan sipil.
 Izin kerja memasuki ruang terbatas (confined space entry permit) – Diperlukan
apabila akan memasuki dan melakukan pekerjaan di ruang terbatas, seperti silo, tanki,
atau saluran tertutup.
 Izin kerja pekerjaan listrik (electrical work permit) – Diperlukan apabila akan
melakukan perbaikan, pemeliharaan, atau pemeriksaan yang berhubungan dengan
kelistrikan.
 Izin kerja khusus (special permit) – Diperlukan apabila akan melaksanakan
pekerjaan melibatkan kondisi berbahaya, seperti bekerja dengan paparan bahan
radioaktif, bekerja di ketinggian, penggalian, atau melaksanakan pekerjaan dengan
tingkat potensi bahaya tinggi lainnya.

Informasi yang harus tercantum dalam surat izin kerja


 Surat izin kerja harus memuat beberapa informasi mencakup:
 Nama pekerja (bisa lebih dari satu pekerja)
 Detail lokasi pekerjaan
 Pekerjaan yang akan dilakukan
 Tanggal dan waktu pekerjaan (waktu memulai dan berakhirnya pekerjaan)
 Daftar potensi bahaya
 Daftar persiapan, seperti kelengkapan peralatan yang diperlukan, pengujian atmosfer,
isolasi sumber energi berbahaya, dll.
 Detail urutan prosedur kerja
 Tindakan pencegahan yang diperlukan
 Alat pelindung diri yang dibutuhkan
 Peralatan darurat yang dibutuhkan
 Nomor telepon darurat dan lokasi telepon terdekat diletakkan
 Tanda tangan orang yang berwenang/ petugas yang mengeluarkan izin kerja (bisa
lebih dari satu)
 Tanda tangan pekerja (bisa lebih dari satu) yang menunjukkan bahwa mereka sudah
memahami bahaya yang terlibat dan mengetahui tindakan pencegahan yang harus
dilakukan
 Tanggal dan waktu izin kerja dikeluarkan.

Masa berlaku izin kerja

REVISI I
Izin kerja harus dibuat secara spesifik dan hanya berlaku bila kondisi pekerjaan tidak
berubah. Izin kerja biasanya hanya berlaku singkat, selama 8 jam atau satu shift, dan berlaku
tidak lebih dari satu hari. Rentang waktu yang ditetapkan dalam izin kerja biasanya dimulai
pukul 07.00 pagi hingga pukul 17.00 waktu setempat atau jam kerja yang berlaku di tempat
tersebut.

Bila kondisi lingkungan pekerjaan berubah (hujan, pergantian shift, dll.), maka izin kerja
harus diperiksa kembali sesuai kondisi lingkungan kerja saat itu. Izin kerja sebelumnya harus
diganti dengan izin kerja baru atau bila ada perubahan lingkungan dianggap tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap keselamatan kerja, maka izin kerja dapat
dipergunakan kembali.

Apabila pekerjaan yang sedang berlangsung memerlukan perpanjangan waktu melebihi


waktu yang telah ditetapkan pada surat izin kerja, Anda harus memperbaharuinya dan
disahkan oleh pengawas pekerjaan di lokasi tersebut.

Medan, 16 September 2021


Pimpinan Perusahaan,
CV. SENTOSA

GUNUNG
Direktur

Prosedur pembuatan izin kerja (SIKA)


Izin kerja biasanya dibuat rangkap dua atau rangkap tiga. Ketika dibuat rangkap dua, satu
salinan disimpan sebagai dokumentasi dan satu salinan lagi diberikan untuk pekerja.
Sedangkan, untuk izin kerja yang dibuat rangkap tiga, salinan ketiga disimpan manajemen K3

REVISI I
perusahaan untuk keperluan audit, apakah persyaratan izin kerja yang selama ini diterapkan
sudah terpenuhi atau belum.

Izin kerja harus dibuat sebelum pekerja memulai pekerjaan yang dianggap berbahaya. Izin
kerja harus diserahkan kembali kepada orang yang berwenang (yang mengeluarkan surat
tersebut) saat pergantian shift atau saat pekerjaan selesai dilaksanakan.

Dalam membuat atau mengeluarkan izin kerja, pekerja atau supervisor juga harus cermat dan
teliti, pasalnya banyak dari mereka yang belum kompeten memahami pentingnya izin kerja
dimasukkan ke dalam program K3 di tempat kerja. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
sistem izin kerja di perusahaan tidak efektif:

 Jenis atau format izin kerja tidak mencakup semua potensi bahaya
 Prosedur penerbitan izin kerja tidak memadai
 Orang yang menandatangani izin kerja tidak memeriksa kondisi operasi di lapangan,
apakah sumber energi berbahaya sudah benar-benar diisolasi atau pengujian atmosfer
sudah dilakukan
 Pekerja tidak mengikuti atau memahami persyaratan izin kerja, terutama perihal masa
berlaku izin kerja
 Manajemen K3 perusahaan tidak melakukan audit terhadap sistem izin kerja
 Izin kerja baru dibuat setelah pekerjaan dimulai atau sedang berlangsung
 Petugas yang bertanggung jawab tidak memeriksa kondisi operasi di lapangan setelah
izin dikeluarkan
 Sistem izin kerja yang terlalu rumit

Intinya, izin kerja merupakan alat yang efektif untuk membantu mengidentifikasi dan
mengendalikan bahaya, mencegah cedera, dan menghindari kecelakaan fatal di tempat kerja.
Semua pekerja harus memahami persyaratan izin kerja dan mengapa izin kerja diperlukan
sebelum memulai pekerjaan.

Medan, 16 September 2021


Pimpinan Perusahaan,
CV. SENTOSA

GUNUNG
Direktur

Lampiran Surat Ijin Kerja Aman (SIKA).

REVISI I
Pimpinan Perusahaan,
CV. SENTOSA

GUNUNG
Direktur

No. Dok : 001/SIB/HSSE/STS/IX/2021


CV. SENTOSA
Terbit :
No. Rev :

REVISI I
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Lokasi Project

NOTULEN RAPAT SOSIALISASI INDIKASI BAHAYA DAN POTENSI BAHAYA


CV. SENTOSA

Hari / Tanggal : Kamis / 16 September 2021


Lokasi : Kantor CV. SENTOSA
Pembicara : MAHYUDI
Jabatan : Manager HSSE
Hal : Sosialisasi indikasi dan potensi bahaya di lokasi kerja

Notulen Rapat :

Masalah yang dibicarakan :

1. Prosedur sistem izin kerja


2. Sosialisasi indikasi bahaya di lokasi kerja
3. Sosialisasi potensi bahaya dan cara mengatasinya

Mengetahui; Disusun oleh,


CV. SENTOSA

GUNUNG MAHYUDI
Direktur Manager HSSE

No. Dok : 002/SIB/HSSE/STS/IX/2021


CV. SENTOSA
Terbit :
No. Rev :

REVISI I
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Lokasi Project

ABSENSI RAPAT SOSIALISASI INDIKASI BAHAYA DAN POTENSI BAHAYA


CV. SENTOSA

Hari / Tanggal : Kamis/ 16 September 2021


Lokasi : Kantor CV. SENTOSA

NO NAMA JABATAN TANDA TANGAN

1 GUNUNG Direktur 

2 MAHYUDI Manager HSSE 

Pengawas 
3 ANGGA
Lapangan

4 HUSNI A PRATAMA Administrasi

Disusun Oleh,
MANAGER HSSE

MAHYUDI

No. Dok : 003/SIB/HSSE/STS/IX/2021

CV. SENTOSA Terbit :


No. Rev :
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Lokasi Project

REVISI I
DOKUMENTASI RAPAT SOSIALISASI INDIKASI
BAHAYA DAN POTENSI BAHAYA

# PROSES 7 #

JAMINAN PEMANTAUAN,
PENGUKURAN DAN AUDIT

REVISI I
REVISI I
B
PERUSAHAAN ANDA TELAH MELAKUKAN
INSPEKSI TERHADAP PERALATAN YANG
DIGUNAKAN

REVISI I
INSPEKSI TERHADAP PERALATAN
NOTULEN INSPECTION

POKOK BAHASAN

 INSPECTION INSPEKSI/ AUDIT


DILAKUKAN UNTUK
MEMERIKSA DAN
MENGECEK KEADAAN DAN
KONDISI ALAT-ALAT KERJA
YANG DIGUNAKAN, YANG
BERTUJUAN UNTUK
MENGHINDARI DAN
MEMINIMALKAN
KECELAKAAN AKIBAT
KONDISI ALAT YANG TIDAK
LAYAK DIGUNAKAN

Medan, 16 September 2021


Mengetahui;
CV. SENTOSA

MAHYUDI
Manager HSSE

REVISI I
No. Dok : 001/INSP/HSSE/STS/IX/2021

CV. SENTOSA Terbit :


No. Rev :
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Lokasi Project

NOTULEN INSPEKSI PERALATAN KERJA


CV. SENTOSA

Hari / Tanggal : Kamis / 16 September 2021


Lokasi : Kantor CV. SENTOSA
Pembicara : MAHYUDI
Jabatan : Manager HSSE
Hal : Temuan Audit, Inspeksi dan Rekomendasi Peralatan Kerja

Notulen Rapat :

Masalah yang dibicarakan :

1. Mengevaluasi semua peralatan kerja yang sudah lama.


2. Merencanakan pembelian peralatan kerja yang baru.
3. Membuat program – program yang berkenaan dengan pelatihan pemakaian peralatan
kerja.

Mengetahui; Disusun oleh,


CV. SENTOSA

GUNUNG MAHYUDI
Direktur Manager HSSE

REVISI I
No. Dok : 002/INSP/HSSE/STS/IX/2021

CV. SENTOSA Terbit :


No. Rev :
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Lokasi Project

ABSENSI INSPEKSI PERALATAN KERJA


CV. SENTOSA

Hari / Tanggal : Kamis / 16 Septemeber 2021


Lokasi : Kantor CV. SENTOSA

NO NAMA JABATAN TANDA TANGAN

1 GUNUNG Direktur 

2 MAHYUDI Manager HSSE 

3 HUSNI A PRATAMA Administrasi 

Pengawas 
4 ANGGA
Lapangan

Disusun Oleh,
MANAGER HSSE

MAHYUDI

REVISI I
No. Dok : 003/INSP/HSSE/STS/IX/2021

CV. SENTOSA Terbit :


No. Rev :
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Lokasi Project

DOKUMENTASI INSPEKSI PERALATAN KERJA

REVISI I
C
TEMUAN – TEMUAN AUDIT, INSPEKSI DAN
REKOMENDASI INVESTIGASI KECELAKAAN
TELAH DITINDAKLANJUTI OLEH PERUSAHAAN

REVISI I
No. Dok : 001/INSP/HSSE/STS/IX/2021

CV. SENTOSA Terbit :


No. Rev :
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Lokasi Project

NOTULEN TEMUAN AUDIT, INSPEKSI DAN REKOMENDASI INVESTIGASI


KECELAKAAN KERJA
CV. SENTOSA

Hari / Tanggal : Kamis / 16 September 2021


Lokasi : Kantor CV. SENTOSA
Pembicara : MAHYUDI
Jabatan : Manager HSSE
Hal : Temuan Audit, Inspeksi dan Rekomendasi Peralatan Kerja

Notulen Rapat :

Masalah yang dibicarakan :

1. .Menghimbau serta memberikan arahan terkait kecelakaan kerja


2. Merencanakan program audit
3. Membuat program – program yang berkenaan dengan pelatihan atau seminar tentang
kecelakaan kerja

Mengetahui; Disusun oleh,


CV. SENTOSA

GUNUNG MAHYUDI

REVISI I
Direktur Manager HSSE

No. Dok : 002/INSP/HSSE/STS/IX/2021

CV. SENTOSA Terbit :


No. Rev :
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Lokasi Project

ABSENSI RAPAT TEMUAN AUDIT, INSPEKSI DAN REKOMENDASI INVESTIGASI


KECELAKAAN KERJA
CV. SENTOSA

Hari / Tanggal : Kamis / 16 September 2021


Lokasi : Kantor CV. SENTOSA

NO NAMA JABATAN TANDA TANGAN

1 GUNUNG Direktur 

2 MAHYUDI Manager HSSE 

3 HUSNI A PRATAMA Administrasi 

Pengawas 
4 ANGGA
Lapangan

Disusun Oleh,
MANAGER HSSE

MAHYUDI

REVISI I
No. Dok : 003/INSP/HSSE/STS/IX/2021

CV. SENTOSA Terbit :


No. Rev :
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Lokasi Project

DOKUMENTASI TEMUAN AUDIT, INSPEKSI DAN


REKOMENDASI INVESTIGASI KECELAKAAN KERJA

REVISI I
D
Perusahaan telah mengkomunikasikan kasus-kasus insiden
yang terjadi ( di Perusahaan dan diluar Perusahaan anda )
sebagai pembelajaran terhadap seluruh pekerja agar kejadian
tersebut tidak terulang

REVISI I
INSIDEN YANG MENJADI PEMBELAJARAN BAGI PARA PEKERJA

Peristiwa terjadi pada hari Rabu, tanggal 1 Agustus 2018 pukul 13.30 WIB. Pekerjaan box
culvert untuk overpass di STA 10+300 sedang dilakukan pembongkaran scaffolding yang
terdiri dari 876 unit perancah. Pembongkaran dilakukan oleh 5 (lima) orang pekerja. Pada
saat kejadian salah seorang pekerja terpeleset dan mengalami kehilangan keseimbangan
sehingga terjatuh yang mengakibatkan lima baris scaffolding yang masih berdiri ikut roboh
dan menimpa korban. 1 (satu) orang pekerja meninggal karena tertimpa material scaffolding.
Rentetan peristiwa kecelakaan konstruksi dan kegagalan bangunan di atas sudah selayaknya
menjadi perhatian bersama untuk meningkatkan kesadaran terkait Keselamatan dan
Keamanan Konstruksi.  Kecelakaan kerja sering kali terjadi karena diabaikannya hal- hal
yang dianggap sederhana di metode kerja. Kerjasama seluruh pihak dibutuhkan untuk mampu
menghindari kejadian yang sama terulang di masa depan.

REVISI I
No. Dok : 001/SPI/HSSE/STS/IX/2021

CV. SENTOSA Terbit :


No. Rev :
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Lokasi Project

NOTULEN INSIDEN KECELAKAAN KERJA


CV. SENTOSA

Hari / Tanggal : Kamis / 16 September 2021


Lokasi : Kantor CV. SENTOSA
Pembicara : MAHYUDI
Jabatan : Manager HSSE
Hal : Temuan INSIDEN Kecelakaan Kerja

Notulen Rapat :

Masalah yang dibicarakan :

1.Membahas tentang kecelakaan kerja yang di alami oleh perusahaan rekanan


bisnis.
2.Mengevaluasi tentang kecelakaan kerja yang di alami oleh perusahaan
rekanan bisnis
3.Membuat metode kerja yang aman sesuai dengan K3LL

Mengetahui; Disusun oleh,


CV. SENTOSA

GUNUNG MAHYUDI
Direktur Manager HSSE

REVISI I
No. Dok : 002/SPI/HSSE/STS/IX/2021

CV. SENTOSA Terbit :


No. Rev :
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Lokasi Project

ABSENSI RAPAT SOSIALISASI PELAPORAN INSIDEN


CV. SENTOSA

Hari / Tanggal : Kamis/ 16 September 2021


Lokasi : Kantor CV. SENTOSA

NO NAMA JABATAN TANDA TANGAN

1 GUNUNG Direktur 

2 MAHYUDI Manager HSSE 

3 HUSNI A PRATAMA Administrasi 

Pengawas 
4 ANGGA
Lapangan

Disusun Oleh,
MANAGER HSSE

MAHYUDI

REVISI I
No. Dok : 003/SPI/HSSE/STS/IX/2021

CV. SENTOSA Terbit :


No. Rev :
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Lokasi Project

DOKUMENTASI PELAPORAN INSIDEN

REVISI I
E

PERUSAHAAN ANDA TELAH MENERIMA


SERTIFIKASI SISTEM PENGELOLAAN HSSE DARI
LEMBAGA SERTIFIKASI

REVISI I
PROSEDUR PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN HSE

Pada intinya, penerapan sistem manajemen apapun sama. Dimulai dari komitmen top level
manajemen, perencanaan, penerapan, pemeriksaan sampai pada tindak lanjut. Bedanya tentu
pada fokus. Untuk sistem manajemen HSE/K3, fokusnya adalah keselamatan dan kesehatan
kerja, lengkap dengan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari persyaratan-persyaratan
yang terkandung dalam OHSAS-18001.

Ada 24 tahapan penerapan mengenai sistem manajemen OHSAS-18001 :

1.      Membuat kebijakan K3

Tiga komitmen yang harus ada dalam kebijakan K3 dalam OHSAS-18001 adalah komitmen untuk
mencegah cidera dan gangguan kesehatan, peningkatan berkelanjutan dan mencapai kesesuaian
dengan persyaratan yang berlaku terkait K3. Tentu, kebijakan harus sesuai dengan sifat dan skala
resiko keselamatan dan kesehatan kerja di organisasi yang tentu berbeda-beda. 

2.      Membentuk team

Ada banyak pekerjaan dalam pengembangan sistem manajemen keselamatan yang perlu dilakukan
bersama-sama. Misalnya, dalam mengidentifikasi proses-proses yang dilakukan organisasi, dalam
mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko bahaya, menentukan pengendalian dan sebagainya.
Aktifitas-aktifitas tersebut membutuhkan pengetahuan dan pertimbangan dari beberapa pihak. Itulah
perlunya team. Anggota team paling tidak merepresentasikan semua fungsi dalam organisasi,
perwakilan pihak manajemen dan juga perwakilan dari karyawan . Baik sekali bila juga melibatkan
serikat pekerja. 

3.      Pelatihan dasar

Pelatihan dasar perlu diberikan pada team untuk membekali mereka dalam tugas-tugas selanjutnya
terkait pengembangan sistem manajemen K3. Paling tidak, team harus dibekali dengan pemahaman
yang baik tentang persyaratan-persyaratan yang terkandung dalam OHSAS-18001, metoda-metoda
dalam identifikasi dan penilaian resiko bahaya, aspek-aspek keselamatan yang relevan dengan
aktifitas organisasi. 

4.      Mengidentifikasi dan menilai resiko bahaya

REVISI I
Bahaya keselamatan bisa datang dari berbagai aktifitas yang dilakukan organisasi, penggunaan
peralatan, ataupun elemen-elemen yang datang dari luar organisasi. Semuanya harus dinilai untuk
menentukan tingkat resikonya terhadap pekerja.

Tahap pertama adalah identifikasi bahaya. Untuk organisasi yang sudah menerapkan ISO-9001
dan/atau 14001, akan lebih mudah bila identifikasi bahaya dilakukan dengan melihat proses-proses
yang dilakukan. Ini tentunya ada dalam manual mutu. Hanya langkah awal, untuk selanjutnya akan
ada pengembangan-pengembangan karena biasanya tidak semua proses dalam organisasi dicantumkan
dalam manual mutu. Selanjutnya, masih dalam tahap identifikasi bahaya, perlu dilakukan penggalian
secara lebih mendalam dari proses-proses, bisa dengan aktifitas semacam safety tour, melihat proses
dari dekat: alat yang digunakan, bagaimana melakukan, dalam kondisi apa dilakukan dan sebagainya.
Selain itu, perlu juga dilihat catatan-catatan kecelakaan yang pernah terjadi, catatan-catatan nyaris
celaka (near miss) dan masukan-masukan dari karyawan terkait.

Tahap kedua, setelah berbagai bahaya teridentifikasi, dilakukan penilaian resiko dari setiap bahaya.
Cara yang paling sederhana adalah memberi skala kuantitatif untuk 2 parameter: tingkat bahaya
(severity): dari 'tidak mengakibatkan apa-apa' sampai 'mengancam hilangnya nyawa' dan tingkat
kemungkinan (probability): dari 'tidak mungkin terjadi' sampai 'hampir pasti terjadi'. Kedua parameter
tersebut lalu dikalikan untuk membentuk angka resiko. Gambar berikut adalah contoh form untuk
penilaian resiko bahaya.

Metoda-metoda lain yang dapat digunakan dalam menilai resiko suatu bahaya:

 What-if Analysis
 HAZOP (Hazard and Operability Study)
 FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
 FTA (Fault Tree Analysis)
 ETA (Event Tree Analysis
 dan sebagainya.

5.      Menetapkan pengendalian operasional.

Setelah mengetahui tingkat resiko dari setiap bahaya yang teridentifikasi, selanjutnya adalah
menetapkan bagaimana cara pengendalian resiko.Tentu, prioritas harus diberikan kepada bahaya
dengan tingkat resiko tinggi. Itulah gunalah penilaian resiko: menentukan prioritas. Sejauh
memungkinkan, cara pengendalian yang harus dipilih adalah menghilangkan resiko. Pilihan terakhir
adalah penggunaan peralatan-peralatan pengaman. Perlu diingat bahwa pilihan 'menghilangkan resiko'
selalu terkait dengan perubahan suatu aktifitas, entah cara kerja, entah disain mesin / peralatan, entah
material. Pilihan ini tentu wajib melibatkan pihak-pihak yang berkompeten dalam perancangan
proses.

6.      Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi persyaratan-persyaratan


K3

Pertama organisasi harus menentukan cara bagaimana mengakses/memperolah persyaratan-


persyaratan legal terkait K3. Kedua organisasi harus memilah mana persyaratan-persyaratan yang
harus diberlakukan. Ada puluhan persyaratan K3 yang dikeluarkan pemerintah, dari yang bersifat
umum untuk semua organisasi sampai yang membahas suatu pekerjaan dan hal-hal yang spesifik yang
relevan hanya bila organisasi mempunyai suatu aktifitas tertentu saja.

7.      Menetapkan sasaran dan program

REVISI I
Dasar dari penetapan sasaran adalah persyaratan-persyaratan K3 yang berlaku dan tingkat resiko dari
bahaya yang ada.  Sasaran kinerja bisa terkait lagging  indicator (hasil akhir yang ingin dicapai)
seperti penurunan tingkat kecelakaan karena bahan kimia, penurunan tingkat kecelakaan dalam proses
produksi, Penurunan tingkat kecelakaan terkait listrik dan sebagainya, bisa juga terkait leading
indicator, yaitu apa yang membuat suatu lagging indicator menurun seperti peningkatan kompetensi
K3 karyawan, kesesuaian pemeliharaan peralatan listrik dengan jadwal dan sebagainya.

Program adalah rencana kerja untuk mencapai sasaran mencakup apa harus dilakukan, siapa yang
melakukan, kapan harus dilakukan dan diselesaikan. Program harus ditinjau secara berkala. 

8.     Menyediakan infrastruktur dan teknologi yang diperlukan untuk penerapan sistem
manajemen K3.

Fokus tentu saja harus diberikan pada sumber daya yang diperlukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan, berdasarkan tingkat resiko bahaya yang ada.
Masalah keselamatan adalah tanggung jawab semua pihak. Top level management memberikan
komitem dan sumber daya, tetapi yang menjalan sistem adalah karyawan di semua tingkatan.
Tanggung jawab dan wewenang diperlukan agar setiap fungsi memahami dengan jelas apa yang
menjadi tanggung jawabnya terkait dengan K3.

Contoh tanggung jawab terkait K3:

Manager :

 Mengorganisasikan pekerjaan di departemennya dan menjamin pekerjaan dilakukan dengan


cara yang aman
 Berkonsultasi dengan karyawan terkait masalah-masalah K3
 Memeriksa dan menyetujui aturan-aturan terkait K3
 Merencanakan peralatan yang dibutuhkan untuk menjamin keselamatan kerja
 Menjadi anggota dalam komite K3
 Memimpin dengan memberi contoh

9.      Menunjuk Management Representative

Tugas utama MR dalam sistem manajemen K3 sama saja dengan MR di sistem manajemen mutu
maupun lingkungan: menjamin sistem diterapkan dan diperlihara dan melaporkan kinerja sistem
kepada pihak menajemen. Tambahan yang menarik dalam OHSAS-18001 adalah bahwa identifitas
dari MR ini harus tersedia bagi semua orang yang berkerja dibawah kontrol organisasi. Tentu
persyaratan ini ada maksudnya, misalnya: Bila ada suatu masalah mendesak dan keterlibatan
seseorang yang dapat mengambil suatu keputusan, maka setiap orang tahu siapa orang yang harus
dihubungi. 

10.  Mengembangkan kompetensi yang diperlukan personil, baik lewat pelatihan ataupun cara
lain

Kompetensi apa yang dibutuhkan?

  Pengetahuan dasar tentang sistem manajemen K3, khususnya untuk team yang merancang
sistem.
 Pengetahuan dan skill untuk mengidentifikasi dan menilai resiko dari bahaya, untuk team
yang bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan ini.

REVISI I
 Pengetahuan tentang aspek-aspek keselamatan yang spesifik yang sesuai dengan aktifitas
yang ada dalam organisasi. Misalanya, aktifitas yang melibatkan bahan-bahan berbahaya dan
beracun, aktifitas transportasi, aktifitas di ketinggian (umumnya untuk organisasi jasa
konstruksi) dan banyak lagi lainnya aktifitas yang spesifik.
 Pengetahuan dan skill untuk melakukan pekerjaan yang mempunyai resiko bahaya, sesuai
dengan prosedur atau kontrol operasional yang ditetapkan, untuk personil yang melakukan
pekerjaan tersebut.
 Pengetahuan dan skill untuk penanggulangan kondisi darurat
 Pengetahuan tentang persyaratan-persyaratan K3 yang berlaku, untuk satu atau beberapa
orang yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan-persyaratan
tersebut.

11.  Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengembangkan kesadaran K3

Persyaratan ini similar dengan ISO-14001 (terkait prosedur pengembangan kesadaran lingkungan).
Dalam ISO-9001 juga ada persyaratan demikian tetapi tidak mencantumkan kebutuhan adanya
prosedur.

Membangun kesadaran selalu penting tapi bukanlah pekerjaan yang mudah. Membangun kesadaran
berarti merubah apa yang ada dalam kepala orang. Tadinya orang percaya bahwa A adalah benar, kita
ingin agar kepercayaannya berubah: B lah yang benar. Atau, tadinya orang tidak terlalu percaya
bahwa B adalah penting, kita ingin mereka percaya bahwa B benar-benar penting. Kepercayaan atau
belief inilah yang akhirnya akan melahirkan kecenderungan perilaku.
           Bukanlah pekerjaan yang mudah untuk membangun kesadaran dan sebetulnya tidak dapat
dicakup dalam sebuah prosedur. Yang bisa dilakukan oleh organisasi adalah menentukan berbagai
upaya yang dapat menstimulir berkembangnya kesadaran tentang pentingnya K3. Poster, penyebaran
informasi perlu untuk 'mengenalkan' dan mengingatkan. Pelatihan dan briefing-briefing perlu sebagai
alat rational persuation. Keterlibatan karyawan dalam beberapa bagian pekerjaan perencanaan aturan
juga perlu untuk membangkitkan rasa tanggung jawab yang muncul dari dalam diri sendiri. Dan yang
tidak kalah penting, adalah keteladanan. Sangat tidak mungkin bila, misalnya, seorang manajer ingin
membangun kepercayaan karyawan akan pentingnya K3 sementara dia sendiri tidak menganggapnya
penting.

12.  Menetapkan dan menerapkan prosedur komunikasi internal dan eksternal terkait K3

Persyaratan ini similar dengan apa yang ada dalam ISO-14001. Organisasi harus menentukan cara-
cara untuk mengkomunikasikan hal-hal terkait K3 ke internal organisasi. Misalnya, penggunaan
bulletion board, atau newsletter untuk menyebarkan informasi tentang kinerja sistem manajemen K3.
Komunikasi dengan pihak eksternal terkait K3 juga perlu diatur. Misalnya, siapa yang bertanggung
jawab dan bagaimana menginformasikan aturan-aturan terkait K3 kepada kontraktor, siapa yang
mewakili organisasi untuk berhubungan dengan instansi terkait K3, bagaimana melibatkan
masyarakat sekitar dalam penanganan kondisi darurat.

13.  Menetapkan prosedur untuk mengembangkan keterlibatan karyawan dan konsultasi

Disini saya sengaja mengatakan hanya menetapkan, tanpa tambahan menerapkan karena
sesunggunhyna prosedur ini adalah prosedur yang berisi aturan tambahan untuk prosedur yang lain:
Identifikasi dan penialaian resiko bahaya, perencanaan kontrol, perencanaan tanggap darurat dan lain-
lain yang merupakan proses-proses inti dari sistem manajemen K3. Dalam prosedur ini harus
disebutkan bagaimana keterlibatan karyawan dibangun. Misalnya, apakah dalam aktifitas-aktifitas
tersebut diatas setiap karyawan yang terlibat langsung dengan pekerjaan yang mempunyai potensi

REVISI I
bahaya diikutsertakan dalam pembahasan (direct involvment), ataukah hanya perwakilannya saja yang
diundang (idirect involvement), apa peranan dari serikat kerja harus ditentukan dan sebagainya.

Terkait konsultasi, intinya adalah pihak manajemen perlu berkonsultasi dengan pihak-pihak karyawan
dalam mengambil keputusan-keputusan penting terkait K3. Tentu yang dimaksud konsultasi disini
adalah pertukaran pandangan dan pertukaran gagasan.
Mengapa OHSAS-18001 memunculkan persyaratan semacam ini? Jawaban yang sederhana adalah
karena pihak manajemen cenderung berpikir apa yang baik bagi bisnis sedang karyawan di pihak lain
memikirkan dalam tingkat yang lebih banyak aspek-aspek keselamatan dan kesehatan mereka dalam
melakukan suatu pekerjaan. Persyaratan tentang keterlibatan dan konsultasi dimaksudkan agar kedua
pihak saling memahami kedua kecenderungan tersebut.

14.  Penyusunan manual K3.

Sebetulnya OHSAS-18001 tidak secara eksplisit mensyaratkan adanya manual tetapi dokumen ini
dapat digunakan untuk memuat kebijakan K3, lingkup sistem manajemen K3 dan juga elemen-elemen
inti yang terdapat dalam sistem serta acuannya ke dokuman-dokumen lain.

15.  Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian dokumen

Ini tentu mudah untuk organisasi yang sudah menerapkan ISO-9001 atau standar sistem manajemen
lainnya. Yang diperlukan hanyalah merubah lingkup prosedur pengendalian dokumen yang sudah ada
sehingga mencakup pula dokumen-dokumen yang diperlukan dalam sistem manajemen K3.

16.  Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi keadaan darurat.

           Proses ini adalah kelanjutan dari proses identifikasi dan penilaian resiko bahaya. Bahaya apa
saja yang dianggap beresiko dan dapat menimbulkan kondisi darurat? Dalam mengidentifikasi ini,
organisasi juga perlu melihat kondisi yang pernah terjadi dan juga pengalaman-pengalaman dari
organisasi yang similar. Kondisi darurat apa yang pernah mereka alami yang dapat diambil pelajaran.

17.  Menetapkan dan menguji secara berkala prosedur-prosedur tanggap darurat.

            Setelah organisasi mengidentifikasi kondisi darurat apa saya yang mungkin terjadi, selanjutnya
adalah merancang rencana tanggap darurat. Siapa harus melakukan apa pada saat kondisi darurat
terjadi dan bagaimana melakukannya. Prosedur ini harus disimulasikan secara berkala untuk
memelihara kesiapan setiap personil dalam menghadapi kondisi darurat sekaligus ntuk menguji
apakah prosedur dapat berjalan dengan baik atau tidak, apakah prosedur perlu diperbaiki atau tidak,
apakah perlu adanya perubahan dalam pengaturan peralatan yang diperlukan atau tidak dan
sebagainya.

18.  Menetapkan dan menerapkan prosedur pemantauan dan pengukuran kinerja K3.

What you can't measure can't be improved. Itu kata pepatah mutu. Berlaku juga tentunya untuk
masalah keselamatan. Organisasi perlu menetapkan apa saja yang diukur, seberapa sering dan
bagaimana cara mengukurnya. Apa yang diukur bisa bersifat quantitatif, bisa juga qualitatif.
Quantitatif misalnya, jumlah kecelakaan yang terjadi, termasuk near miss, parameter-parameter
seperti tingkat kebisingan, getaran, jumlah pemakaian bahan berbahaya (bila ditentukan untuk
diturunkan) dan sebagainya. Qualitatif misalnya penggunaan checklist-checklist untuk pemeriksaan
kesesuaian dengan aturan K3, kepatuhan karyawan dalam penggunaan peralatan keselamatan dan
sebagainya.

REVISI I
Bila organisasi menggunakan peralatan tertentu (misalnya mempunyai alat sendiri untuk mengukur
tingkat kebisingan atau peralatan untuk mengukur suatu parameter variable yang mempengaruhi
keselamatan), organisasi harus mengkalibrasi dan memelihara alat tersebut untuk menjamin
kemampuannya dalam mengukur. Ini bisa dimasukkan dalam prosedur kalibrasi yang biasanya sudah
ada dalam sistem manajemen mutu.

19.  Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan-


persyaratan terkait K3

Persyaratan ini similar dengan persyaratan untuk mengevaluasi pemenuhan persyaratan lingkungan
dalam ISO-14001. Tentu, acuan dalam OHSAS-18001 adalah persyaratan dan perundangan terkait
K3.

20.  Menetapkan dan menerapkan prosedur untuk investigasi insiden

Kecelakaan kerja harus dihindari. Kalaupun terjadi, kecelakaan harus dijadikan pelajaran
yang berharga untuk mengidentifikasi peluang perbaikan.
Apa yang harus diatur dalam investagsi insiden? Beberapa contoh: Siapa yang melakukan investigasi,
siapa yang harus diikut sertakan, informasi apa yang harus dikumpulkan (siapa yang menjadi korban,
dimana, bagaimana terjadinya kecelakaan, kondisi site sebelum terjadinya kecelakaan), bagaimana
mengumpulkan informasi tersebut, prosedur apa yang sudah ada, bagaimana pelaporan harus
dilakukan dan sebagainya. Intinya, pengaturan investigasi kecelakaan dibuat agar investigasi
kecelakaan dilakukan secara sistematis dan dapat menjadi masukan yang berguna bagi perbaikan
sistem.

21.  Menetapkan prosedur tindakan koreksi dan pencegahan

Tahapan yang diperlukan dalam tindakan koreksi dan pencegahan sama saja, apapun masalahnya,
baik terkait mutu, lingkungan ataupun K3. Yang berbeda tentunya adalah kejadian-kejadian yang
men-trigger diperlukannya tindakan koreksi dan pencegahan: Tahap identifikasi non-conformities.
Prosedur ini dapat disatukan dengan prosedur yang sudah ada dalam sistem manajemen mutu, dengan
pengubahan lingkup dan penambahan dalam tahap identifikasi masalah. Dalam tindakan koreksi
terkait 'nonconformities' di sistem manajemen K3, salah satu identifikasi masalah adalah terkait
dengan proses investigasi kecelakaan.

22.  Menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian catatan

Prosedur yang dibutuhkan sama saja dengan prosedur pengendalian catatan dalam ISO-9001.
Organisasi hanya perlu menambah lingkup dari prosedur sehingga juga mencakup catatan-catatan
terkait sistem manajemen K3.

23.  Menetapkan dan menerapkan prosedur audit internal K3

Prinsip-prinsip audit dalam OHSAS-18001 sama dengan ISO-9001 maupun ISO-14001. Organisasi
tak perlu lagi membuat prosedur baru, cukup memperluas lingkup dari prosedur yang sudah ada.

24.  Melakukan tinjauan manajemen

Tinjauan manajemen dilakukan agar pihak manajemen mengetahui perkembangan dalam sistem
manajemen K3 yang telah dibangun. Pihak manajemen harus tahu hasil audit yang telah dilakukan,

REVISI I
kinerja sistem, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi dan sebagainya. Persyaratan tentang tinjauan
manajemen juga similar dengan persyaratan dengan judul yang sama dalam ISO-9001 dan ISO-
14001. Yang menarik dalam OHSAS-18001 adalah bahwa pihak manajemen juga harus mengetahui
bukti-bukti hasil dari partisipasi dan konsultasi. Ini semacam penegasan bahwa partisipasi dan
konsultasi (pertukaran ide dan gagasan antar karyawan dan pihak manajemen) penting sekali dalam
penerapan sistem manajemen K3.

Mengetahui;
CV. SENTOSA

GUNUNG
Direktur

No. Dok : 001/HSSE/STS/IX/2021

CV. SENTOSA Terbit :


No. Rev :
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Kantor CV. SENTOSA

NOTULEN RAPAT PENERAPAN SISTEM MANAGEMEN HSSE


CV. SENTOSA

Hari / Tanggal : Kamis/ 16 September 2021


Lokasi : Kantor CV. SENTOSA
Pembicara : MAHYUDI
Jabatan : Direktur
Hal : Manajemen HSSE

Notulen Rapat :

Masalah yang dibicarakan :

1. Membuat kebijakan K3
2. Menerapkan Prosedur Audit
3. Mengecek ulang data kumpulan HSSE

Mengetahui; Disusun oleh,


CV. SENTOSA

REVISI I
GUNUNG MAHYUDI
Direktur Manager HSSE

No. Dok : 002/HSSE/STS/IX/2021

CV. SENTOSA Terbit :


No. Rev :
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Kantor CV. SENTOSA

ABSENSI RAPAT PENERAPAN SISTEM MANAGEMEN HSSE


CV. SENTOSA

Hari / Tanggal : Kamis / 16 September 2021


Lokasi : Kantor CV. SENTOSA

NO NAMA JABATAN TANDA TANGAN

1 GUNUNG Direktur 

2 MAHYUDI Manager HSSE 

3 HUSNI A PRATAMA Administrasi 

Pengawas 
4 ANGGA
Lapangan

Disusun oleh
MANAGER HSSE

MAHYUDI

REVISI I
No. Dok : 003/HSSE/SL/STS/2021

CV. SENTOSA Terbit :


No. Rev :
Tgl. Rev : 16 September 2021
Lokasi : Kantor CV. SENTOSA

DOKUMENTASI PENERAPAN SISTEM MANAGEMEN HSSE

REVISI I
F

Perusahaan memiliki program observasi dan intervensi aspek


HSSE ( Pengamatan keselamatan kerja )

REVISI I
G
Perusahaan memilki system pemantauan terhadap kinerja
SAFETY Perusahaan secara periodic

REVISI I
REVISI I
PROGRAM KERJA HSSE CV. SENTOSA TAHUN 2012-2021

REVISI I
Program Pembelajaran / Pembelajaran
2018 2019 2020 2021
Teori Praltek K3LL
1, Sosialisasi Kebijakan K3LL
2. Pelatihan Penggunaan APD
3. Pelatihan Penggunaan APAR
4. Safetv Talk Sebelum melakukan
pekerjaan di lokasi project
5. Rapat Rutin diperusahaan
6. Rapat Managemen diperusahan
7. Melakukan Penghijauan dan kerapian
8. Mengikuti seminar Jika ada

Program Pembelajaran/ Pembelajaran


2018 2019 2020 2021
Teori Praktek P3K
1. Melakukan Sosialisasi P3K
2. Pelatihan P3K Setiap ada project
3. Pemeriksaan Peralatan P3K
4. Pemeriksaan Kesehatan Pekerja Setiap ada project
5. Mengikuti seminar P3K Jika ada

Program lnspeksi Managemen HSE 2018 2019 2020 2021


1. Pemeriksaan Kemajuan Pekerjaan Di lokasi project
2. Melakukan lnspeksi Kepada pekeria Di lokasi project
3. Melakukan lnspeksi APD Di lokasi project
4. Melakukan lnspeksi APAR Di lokasi project
5. Melakukan Closing Temuan lnspeksi Di lokasi project

Program Pelatihan dan Teori Keadaan


2018 2019 2020 2021
Darurat
1. Melakukan Sosialisasi Keadaan Darurat Setiap ada project
2. Melakukan Pelatihan Keadaan Darurat Setiap ada project
3. Melakukan Kampanye Keadaan Darurat Setiap ada project
4. Pelatihan Menggunakan APAR Setiap ada project
5. Melakukan Evaluasi Keadaan Darurat
6. Mengikuti seminar K3LL Jika ada

Program Gerakan Hidup Sehat 2018 2019 2020 2021


1. Senam Kesehatan
2. Kebersihan Sekitar kantor / Lokasi Kerja Setiap ada project
3. lkut Gotong Royong disekitar kantor
4. Kampanye tentang Gerakan Hidup Sehat
5. Memeriksa Kesehatan Secara Berkala

Program Kampanye K3LL 2018 2019 2020 2021


1. Pemasangan Sepanduk K3LL Setiap ada project
2. Pemasangan Spanduk Keadaan Darurat Setiap ada project
3. Pemasangan SpandukTentang Hidup Setiap ada project dan di
REVISI I
Sehat ruangan kantor
4. Melakukan kampanye K3ll diperusahaan Setiap ada project dan di
maupun lokasi kerja ruangan kantor
5. Pemasangan sepanduk larangan narkoba Setiap ada project dan di
ruangan kantor
Mengetahui;

CV. SENTOSA

GUNUNG
Direktur

REVISI I
i
APAKAH PERUSAHAAN ANDA PERNAH MENERIA
SANGSI / TEGURAN / KEWAJIBAN UNTUK
MEMPERBAIKI DARI PEMERINTAH AKIBAT
PELANGGARAN ASPEK HSSE YANG DILAKUKAN
OLEH PERUSAHAAN

REVISI I
SURAT PERNYATAAN

Nomor : 001 / SP – CV. STS / IX / 2021


Perihal : Surat Pernyataan

Kami yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : GUNUNG
Jabatan : Direktur
Perusahaan : CV. SENTOSA

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama CV. SENTOSA Selanjutnya disebut
“Perusahaan” yang beralamat di Medan berdasarkan ketentuan dalam Akta perusahaan,
dengan ini menyatakan bahwa sehubungan dengan keikutsertaan perusahaan kami sebagai
Vendor di lingkungan PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR I serta untuk melengkapi syarat
pembuatan administrasi CSMS.
Bersama ini kami menyatakan bahwa perusahaan kami belum pernah menerima sanksi atau
teguran di lingkungan PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR I.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggung
jawabkan sepenuhnya.

Medan, 16 September 2021


CV. SENTOSA

GUNUNG
Direktur

REVISI I

Anda mungkin juga menyukai