Anda di halaman 1dari 6

Edukasi Efektif untuk Pasien Hipertensi Lansia pada Bakti

Sosial di Balai Desa Krajan, Gratak, Sukoharjo

Hamzah Haryo Prakoso


Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
hamzah131099@gmail.com

Abstract. Baksos is one of the usual health services. Usually this activity provides free
medical services so that many people are interested in coming to see their health. Elderly
patients are chosen because elderly patients have special treatment and are vulnerable to
life-threatening diseases. whereas hypertensive patients are chosen because the elderly
patients who come are the majority who experience the disease. the condition is
exacerbated by the lack of patient knowledge about hypertension and the patient's
willingness to control routinely. with the existence of good and correct education it is
expected that elderly hypertensive patients can be handled properly.

Keywords: edukasi, hipertensi, lansia

1. PENDAHULUAN
Edukasi atau disebut juga dengan pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoadmojo, 2003 ). Edukasi merupakan
proses belajar dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu (Suliha, 2002). Pendidikan
merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sudah semestinya usaha
dalam menumbuh kembangkan pendidikan secara sistematis dan berkualitas perlu terus di
upayakan, sehingga tujuan dari proses pendidikan dapat dicapai secara optimal. Pendidikan
memiliki arti penting bagi individu, pendidikan lebih jauh memberikan pengaruh yang besar
terhadap kemajuan suatu bangsa.
Dalam konteks relasi sosial, khususnya dalam relasi antara masyarakat yang membutuhkan
pendidikan pada tingkat dan jenjang tertentu melalui pendidikan formal dan pemerintah sebagai
penyedia kebutuhan itu terdapat semacam muatan yang menjadi pengikat dalam relasi itu.
Hubungan antara masyarakat dan pemerintah dengan salah satu muatannya adalah kebutuhan atas
pendidikan dipahami dalam konteks organisasi, keberadaannya dapat dilihat dari sudut pandang
muatan dalam jaringan sosial dalam suatu organisasi sosial (Agusyanto, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan terkait pentingnya edukasi atau
pendidikan itu sendiri dalam penelitian ini dalam merencanakan, memantau, mengaplikasikan
metode, mendeskripdsikan, dan mengevaluasi hasil erhadap pengetahuan akan teknik dan metode
apa saja yang diketahui oleh para responden penelitian yakni khususnya para pengunjung lembaga
penyedia layanan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat diartikan sebagai pemberian informasi,
instruksi, atau peningkatan pemahaman terkait kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat meliputi
jenis pendidikan terkait potensial kesehatan dan bagaimana potensial kesehatan dapat tercapai atau
terkait bagaimana menghindari masalah penyakit tertentu (Carr, et al., 2014).
Tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992
maupun WHO yakni: “meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan baik
pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan
maupun program kesehatan lainnya. Pendidikan kesehatan sangat berpengaruh untuk
meningkatkan derajat kesehatan seseorang dengan cara meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk melakukan upaya kesehatan itu sendiri.
Lansia (Lanjut Usia) adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Data Statistik
Indonesia, 2010). Penggolongan lansia menurut Depkes dibagi menjadi tiga kelom- pok yakni
kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), kelompok lansia (65 tahun ke atas), dan lansia resiko tinggi
(lebih dari 70 tahun).
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia
(aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar
7,18%. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) memperkirakan pada 2025,
lebih dari seperlima penduduk Indonesia adalah orang lanjut usia (Megarani, 2007). Lansia
merupakan kelompok penduduk yang menjadi fokus perhatian para ilmuwan, masyarakat, dan
pemerintah karena membawa berbagai permasalahan yang harus diantisipasi dan dicarikan jalan
keluarnya, termasuk bidang kesehatan (Cunha, 2010).
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang hampir diderita sekitar 25% penduduk
dunia dewasa (Adrogué & Madias, 2007)Hipertensi didefinisika sebagai tekanan darah sistolik
>140 mm Hg atau tekanan diastolik > 90 mm Hg (Chobanian, et al., 2003)Prevalensi utama
hipertensi pada kulit hitam, pria dan pada orang tua (August, 2003). Insidensi hipertensi
meningkat seiring bertambahnya usia, sekitar 60 % dari semua kematian prematur diakibatkan
oleh hipertensi terjadi di antara pasien dengan hipertensi ringan (Williams & Fisher, 1997).
Prevalensi hipertensi diprediksi meningkat 60% pada tahun 2025, yaitu sekitar 1.56 juta
orang penderita. Hal ini merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskuler dan bertanggung
jawab terhadap kebanyakan kematian di dunia. Hipertensi primer atau yang dikenal dengan
hipertensi essensial atau idiopatik merupakan kasus hipertensi terbanyak, yaitu sekitar 95% dari
kejadian hipertensi secara keseluruhan (Adrogué & Madias, 2007). Berdasarkan penelitian WHO-
Comunity Study of the Elderly Central Java menemukan bahwa hipertensi dan penyakit
kardiovaskuler merupakan penyakit kedua terbanyak yang diderita lansia setelah artritis, yaitu
sebesar 15,2% dari 1203 sampel (Nugroho, 2000).
Baksos merupakan kegiatan yang umum dilakukan oleh seorang koass, bahkan ketika masih
menjalani pendidikan pre-klinik. kegiatan tersebut biasanya menawarkan agenda pengobatan
gratis sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk melakukan pengecekan kesehatan.
Sebagian besar pasien yang datang jarang melakukan pengecekan kesehatan rutin. Bahkan
beberapa dari pasien tersebut baru menyadari penyakit yang diderita ketika melakukan pengecekan
kesehatan di Baksos.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimanakah edukasi untuk pasien hipertensi
lansia pada Bakti sosial di Balai Desa Krajan, Gatak, Sukoharjo? Yang kedua adalah hasil apa
yang dicapai dalam dukasi untuk pasien hipertensi lansia pada Bakti sosial di Balai Desa Krajan,
Gatak, Sukoharjo? Kemudaian pa saja yang harus ditekankan dan dihidari dalam dukasi untuk
pasien hipertensi lansia pada Bakti sosial di Balai Desa Krajan, Gatak, Sukoharjo?
Tujuan dari penelitian ini adalah agar pembaca mengetahui bagaimana dukasi untuk
pasien hipertensi lansia pada Baksos di Balai Desa Krajan, Gatak, Sukoharjo. Harapannya dengan
adanya penelitian ini pembaca dapat melakukan edukasi yang lebih efektif pada Baksos yang
akan/sedang pembaca lakukan.

2. METODE
Penilitian deskriptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomenan alamiah maupun fenomena buatan manusia
(Sukmadinata, 2006:72). Data penelitian didapatkan dengan cara melakukan wawancara dan
mengamati cara edukasi koass yang betugas saat melayani pasien pada Baksos di Balai Desa
Krajan, Gatak, Sukoharjo.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Edukasi merupakan komponen penting dalam interaksi antara koass dan pasien.
Kesembuhan dan suksesnya terapi ditentukan dengan seberapa paham pasien mengenai penyakit
yang dideritanya serta apa-apa saja yang harus dilakukan. Dengan pemahaman yang cukup, pasien
akan lebih memahami apa yang sedang dihadapi dan mau bekerjasama untuk menjalani terapi
yang disarankan. Tujuaun dari edukasi ini harapannya pasien mau meminum obat yang diberikan
sesuai dengan arahan, mau memperbaiki pola hidup dan mau datang kembali untuk melakukan
kontrol rutin.
Pasien hipertensi lansia memiliki cara edukasi yang berbeda dengan pasien lain pada
umumnya. Harus diperhatikan bahwa edukasi disampaikan dengan menggunakan bahasa sehari-
hari yang mudah dipahami dan disampaikan dengan cara yang singkat dan lugas. Bahasa yang
digunakan oleh masyarakat disini adalah bahasa daerah yaitu bahasa jawa. Dalam budaya jawa,
bahasa yang digunakan memiliki bermacam-macam tingkatan. Karena dalam kasus ini pasien
merupakan pasien lansia, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang diperuntukkan untuk
berbicara dengan orang yang lebih tua, yaitu bahasa krama inggil. Penyampaian yang singkat dan
lugas bertujuan agar pasien mudah memahamami apa yang disampaikan dan mudah untuk
mengingatnya. Bila perlu, seperti pada kasus pasien memiliki gangguan ingatan dan/atau
komunikasi, isi dari edukasi bisa dituliskan di tempat yang mudah dibaca dan disampaikan ke
keluarga pasien yang biasa merawat.
Namun pada penelitian kali ini koass yang bertugas terkadang masih menggunakan bahasa
indonesia sehingga kurang terjalin komunikasi yang maksimal antara koass dan pasien.
Isi dari edukasi perlu diperhatikan dengan baik berdasarkan hasil penelitian adalah
menjelaskan penyakit secara singkat, perbaikan pola hidup, aturan minum obat dan kontrol rutin.
Ketika pasien sudah didiagnosis menderita hipertensi (berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan tekanan darah), hal pertama yang harus dilakukan adalah menjelaskan secara singkat
penyakit yang diderita pasien. Penjelasan tersebut meliputi Batas normal tekanan darah untuk
lansia, Beberapa penyebab tingginya tekanan darah pasien dan komplikasi yang timbul jika
tekanan darah tinggi tidak diatasi.
Pasien lansia relatif memiliki tekanan darah yang cukup tinggi. Dewasa normal memiliki
tekanan darah berkisar kurang/lebih 120/80 mmHg. Sementara untuk lansia selama masih dibawah
140/90 mmHg masih dikategorikan batas aman. Namun, harus tetap diedukasi untuk memperbaiki
pola hidup karena diangka tersebut memiliki potensi hipertensi yang besar. Diatas 140/90 mmHg
pasien bisa diberitahu bahwa sedang menderita hipertensi dan dapat dilakukan pemberian obat.
Tidak dianjurkan untuk gampang mendiagnosis pasien menderita hipertensi karena hal
tersebut akan menjadi beban pikiran pasien. Sedangkan stress akan memperburuk tekanan darah
pasien.
Pola hidup sehat menjadi kunci penting dalam mengontrol tekanan darah, terlebih pada
usia lansia. Dalam kasus ini, pasien merupakan masyarakat pedesaan yang biasa mengonkumsi
makanan segar serta buah-buahan dan sayuran. Sebagian besar pasien juga memiliki berat badan
yang tidak berlebihan karena memiliki pola makan yang baik. Tuntutan pekerjaan yang mayoritas
sebagai petani dan kuli juga menyebakan pasien sudah memiliki tingkat aktivitas yang tinggi.
Penyebab yang paling sering yang bisa disampaikan adalah konsumsi garam, gula, lemak dan
kaffein berlebih. Seperti teh manis, kopi, masakan rumah dengan bumbu yang relatif banyak,
jeroan (masakan yang terbuat dari organ dalam) dan lainnya.
Hal ini bisa dibilang sangat penting disampaikan. Pastikan pasien benar-benar paham
dengan komplikasi yang mungkin timbul. Hipertensi jika tidak diberikan penanganan yang tepat
dapat menimblkan gagal jantung, serangan janting, gagal ginjal, gangguan mata dan penyakit-
penyakit lain.
Hal selanjutnya adalah perbaikan pola hidup. Ketika mengedukasi pasien terkait pola
hidup, yang paling penting disampaikan adalah untuk menghindari faktor-faktor yang
menyebabkan tekanan darah tinggi. Selain itu, walaupun sebagian besar pasien sudah memiliki
pola hidup yang tergolong sehat, perlu disampaikan lagi pola hidup seperti apa yang baik untuk
mengontrol tekanan darah.
Sebelumnya telah disebutkan makanan-makanan penyebab hipertensi, rekomendasi
makanan yang baik untuk tekanan darah adalah Pisang (karena kandungan kalium nya yang
tinggi), Sayuran hijau, yoghurt dan susu skim (karena kandungan kalsium nya yang tinggi),
Kentang (karena kandungan kalsium dan magnesium yang tinggi. Selain itu kentang juga dapat
menjadi pengganti nasi putih yang memiliki kandungan glikosa yang tinggi.) dan Ikan (karena
kandungan lemak omega 3 yang tinggi. Selain itu kentang juga dapat menjadi pengganti ayam dan
daging merah yang dapat menyebabkan obesitas).
Olahraga penting dilakukan agar sirkulasi darah dapat mengalir lancar dan kerja otot
menjadi baik. Sehatnya jantung dan pembuluh darah dapat mencegah terjadinya hipertensi.
Obesitas dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya hipertensi karena lemak-lemak
tersebut dapat menyumbat pembuluh darah. Menjaga berat badan penting dilakukan untuk
mencegah hipertensi.
Hal selanjutnya adalah aturan minum obat. Apabila pasien memiliki tekanan darah diatas
140/90 dan perbaikan pola hidup tidak dapat menurunkan tekanan darah ke angka mendekati
normal, dapat diberikan pemberian obat. Sampaikan bahwa obat tersebut berfungsi untuk
menurunkan tekana darah. Tekanankan agar obat tersebut harus diminum sesuai dengan arahan
agar efeknya bisa maksimal.
Hal selanjutnya adalah kontrol rutin. Sampaikan kepada pasien bahwa tekanan darah perlu
dikontrol secara rutin, minimal melakukan pengecekan tekanan darah. Dikarenakan Baksos ini
tidak dilakukan secara rutin, tekankan agar pasien melakukan kontrol rutin di puskesmas atau
klinik terdekat.
Kekurangan dari penelitian ini adalah kurangnya data mengenai pasien setelah baksos
selesai. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya data alamat pasien. Data pasien tersebut
mengenai apakah edukasi yang disampaikan efektif atau tidak. Berdasarkan keteraturan minum
obat, perubahan gaya hidup dan kontrol rutin.

4. SIMPULAN
Edukasi disampaikan dengan cara penyampaian langsung antara koass dan pasien. koass
menyampaikan isi edukasi dengan menggunakan bhasa sehari-hari pasien dan dengan cara singkat
dan lugas. Edukasi dikatakan efektif jika pasien benar-benar memahami apa yang disampaikan dan
mau melakukan arahan dengan baik seperti keteraturan minum obat, perbaikan pola hidup dan
melakukan kontrol rutin. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa edukasi merakukan proses
dimana yang tidak tau menjadi tau dan penerima edukasi mau melakukan arahan dari pemberi
edukasi
Edukasi yang dilakukan dalam penelitian ini termask tidak efektif karena koass tidak bisa
memastikan apakah pasien melkukan arahan dengan baik dikarenakan baksos tidak dilakukan
secara rutin. Kendala bahasa dan waktu yang sempit juga menjadi faktor lain dari ketidakefektifan
edukasi.

5. SARAN
Untuk kedepannya, ketika mengadakan Baksos, seharusnya dilakukan secara rutin agar
koass dapat memantau perkembangan pasien. Selain itu dikarenakan kondisi yang ramai
seharusnya pihak yang mengadakan Baksos dapat menyediakan koass yang mencukupi agar waktu
untuk edukasi bisa lebih lama. Kecakapan koass dalam menggunakan bahasa sehari-hari pasien
juga perlu diperhatikan.

6. DAFTAR PUSTAKA
Buku

Agusyanto, R. (2007). Jaringan Sosial dalam Organisasi. Jakarta: Rajawali Press.


Carr, S., et al. (2014). Kesehatan Masyarakat Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Cunha, M. G. (2010). Usia Lanjut di Indonesia: Potensi, Masalah, Kebutuhan (Suatu Kajian
Literatur). Jakarta: EGC.
Notoadmojo. (2003 ). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontologi. Jakarta: EGC.
Suliha, U. ( 2002). Pendidikan Kesehatan. Jakarta: EGC Buku Kedokteran.

Jurnal
Adrogué, H. J., & Madias, N. (2007). Sodium and potassium in the pathogenesis of hypertension.
New England journal of medicine, 356(19), 1966-1978.
August, P. (2003). Initial treatment of hypertension. New England Journal of Medicine, 348(7),
610-617.
Chobanian, A. V., Bakris, G., Black, H., Cushman, W., Green, L., Izzo Jr, J., & Roccella, E.
(2003).
he seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation,
and
treatment of high blood pressure: the JNC 7 report. jama 289(19), 2560-2571.
Williams, G. H., & Fisher, N. (1997). Williams, G. H., & Fisher, N. D. (1997). Genetic approach
to diagnostic and therapeutic decisions in human hypertension. Current opinion in
nephrology and hypertension, 6(2), 199-204.

Lainnya
Megarani, A. M. (2007). Pada 2025, Seperlima Penduduk Indonesia Lansia. Retrieved from http:
//www.Tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/11/12
Data Statistik Indonesia. (2010). Retrieved from http://www.datastatistik-indonesia.com

Anda mungkin juga menyukai