Anda di halaman 1dari 40

Trik dan Tips Membimbing Anak Untuk Meraih Nilai

Tertinggi
Rabu, 01 September 2010 10:39 Administrator

Anak-anak pada masa pertumbuhan harus selalu diawasi dan selalu mendapat bimbingan dari
orang yang terdekat di lingkungan tempat ia tumbuh,yakni orang tua.Hasil penelitian
psikologi menunjukkan, keterlibatan orangtua merupakan faktor penentu keadaan anak-anak
di sekolah dalam hal prestasi dan kecepatannya menangkap sesuatu yang dilihat. Anak tanpa
bimbingan orang tua akan berbeda pada pertumbuhan intelegensi dan kecerdasannya,tapi
hati-hati berilah perhatian anak sesuai dengan proporsinya atau dalam kata lain tidak
berlebihan.

Setidaknya ada 10 cara yang dapat Anda lakukan untuk membantu anak Anda agar berhasil
dalam kelasnya :

1.    Ciptakan lingkungan yang mendorong semangat belajar dan Nyaman Bagi Anak

. Bisa dengan menyediakan berbagai macam kesempatan sehingga mereka lebih senang
belajar, misalnya dengan menyediakan benda-benda seperti puzzle sampai melukis di
komputer. Hal ini penting untuk merangsang keingintahuan mereka.

2.    Menyediakan kehidupan yang seimbang.

Rumah yang stabil, lingkungan yang kondusif dan penuh cinta, merupakan dasar yang kuat
untuk membantu anak mendapat nilai yang baik di sekolah. Ini termasuk kesempatan anak
mendapat tidur  yang cukup dan makan teratur dengan gizi cukup. Batasi televisi dan video
game agar waktu mereka tidak tersita oleh hal-hal yang tidak bermanfaat.

3.    Membaca setiap hari untuk anak Anda.

Kebanyakan proses belajar yang dilakukan di sekolah mencakup masalah membaca. Secara
tidak langsung dengan membacakan cerita kepada anak juga turut mengajar mereka
membaca. Bacakan dengan suara keras bahan-bahan yang sulit untuk mereka baca sendiri
agar bisa memperluas serta memperkaya kosa kata dan pengalaman mereka. Berikanlah
ekspresi dengan gerakan dan bahasa tubuh hal ini menyebabkan perkembangan emosi anak
akan selalu terjaga dan anak lebih mudah menangkap apa yang kita bacakan

4.    Dorong mereka membaca lebih dalam.

Saat anak Anda melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, mereka akan mempelajari segala
hal yang berasal dari bahan yang dicetak. Semakin banyak anak membaca, kemampuan
membacanya akan semakin baik. Pastikan terdapat beragam bacaan yang menarik di rumah
Anda untuk mendorong kebiasaan membaca. Usahakan mahan yang dibaca tersebut bahan
yang kreatif seperti Cara melukis binatang, cara berhitung cepat, rahasia melipat kertas dan
lain sebagainya ini pun dapat merangsang anak untuk menumbuhkan kreatifitasnya

5.    Tunjukan bagaimana mengorganisir sesuatu.


Anak-anak yang terbiasa teratur lebih mudah untuk sukses di sekolah. Salah satu cara terbaik
untuk mengajarkan kemampuan mengorganisir sesuatu adalah melalui contoh. Tunjukkan
kepada anak-anak bagaimana menggunakan alat-alat yang berhubungan dengan
pengorganisiran seperti tabel tugas, kalender, buku catatan, binder dan tas punggung. Dan
tunjukkan padanya sebelum mengerjakan sesuatu harus terdapat rencana dan preparation
(walau dalam bentuk sedarhana)

6.    Ajari mereka kemampuan belajar efektif.

Kemampuan belajar dengan baik penting untuk mendapat nilai baik. Pastikan anak Anda tahu
bagaimana membaca buku teks, merangkum secara garas besar pokok pelajaran,
mempersiapkan ujian, menghapal dan juga menggunakan waktu mereka secara efisien.
Dorong mereka agar memiliki waktu rutin untuk belajar dengan menyediakan tempat belajar
yang bebas dari gangguan.dan yang perlu di Ingat usahakan anak tidak melulu terpaku pada
suatu jalan pengerjaan soal, berikan soal-soal tambahan yang bervareasi hal ini untuk
mengembangkan daya penalaran anak

7.    Dorong anak untuk mendengarkan dan berpartisipasi dalam kelas.

Mendengarkan dalam kelas adalah jalan mudah bagi anak-anak untuk belajar. Nasihatkan
anak Anda untuk rajin mencatat dan rajin bertanya apa-apa yang mereka tidak mengerti.
Karena hal ini berguna bagi mereka agar dapat berkonsentrasi terhadap apa yang dikatakan
oleh guru. Dorong pula anak Anda untuk ikut berpartisipasi dalam kelas – ini akan
meningkatkan keinginan mereka dalam belajar.Dan yang paling penting tanamkan filosofi
dengan bertanya kamu akan semakin pintar!

8.    Bantu anak Anda mempelajari bagaimana menyelesaikan pekerjaan rumah.

Mengerjakan pekerjaan rumah menguatkan apa yang telah dipelajari anak di sekolah.
Tunjukkan kepada mereka bagaimana mengerjakannya. Dengan demikian pekerjaan rumah
bisa menjadi bagian dari tanggungjawab mereka. Bantu mereka mempelajari tugas apa yang
harus didahulukan. Beri penekanan bahwa setiap tugas itu merupakan pengalaman belajar.

9.    Bicarakan mengenai sekolah kepada anak-anak Anda. Anak Anda menghabiskan
banyak waktu di sekolah setiap hari. Banyak hal yang akan terjadi selama waktu tersebut.
Tunjukkan Anda tertarik mendengarkan cerita mereka dengan bertanya apa yang telah
mereka lakukan di sekolah. Dan juga perbincangkan mengenai tugas-tugas yang dibawa ke
rumah. Jika terjadi masalah, coba cari pemecahannya bersama anak Anda.

10.    Bangun hubungan yang baik dengan guru anak Anda.

 Komunikasi yang baik antara rumah dan sekolah membantu anak berkelakuan baik di
sekolah dan membuat lebih mudah melihat suatu masalah. Pastikan untuk menghadiri
pertemuan antara guru dan orangtua. Kunjungi pula kelas anak Anda. Menjadi sukarelawan
di sekolah mereka juga bisa dilakukan untuk menolong para guru. Dan jangan lupa untuk
mengekspresikan apresiasi Anda terhadap guru-guru atas apa yang telah mereka lakukan
untuk anak-anak Anda. Usahakan tanya pendapat anak mengenai guru yang mengajar,
tentang sikap,cara mengajar jalin hubungan antara anak-orang tua dan guru hal ini sangat
membantu apabila anak dalam kesulitan menerima mata pelajaran dan tidak mengalami
trauma karena pelajaran ini terlalu sulit atau guru ini terlalu galak!
 

Sumber data :

http://pandjiwinoto.co.cc/2009/12/03/trik-membimbing-anak-untuk-meraih-nilai-tertinggi/

http://www.dinaspendidikan-parepare.info/index.php?
option=com_content&view=article&id=278:trik-dan-tips-membimbing-anak-untuk-meraih-nilai-
tertinggi&catid=58:partisipasi-masyarakat&Itemid=1

Pendidikan Bermutu di tengah Pentas Budaya Instan


Selasa, 31 Agustus 2010 13:51 Administrator

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan


pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab
tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan
demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral
yang baik.

Zaman sudah berubah. Semua orang maunya serba cepat. Jadinya, cenderung mengabaikan
proses tapi ingin segera mendapat hasil. Apalagi di negara dengan etos kerja rendah seperti
Indonesia. Akibatnya, budaya instan mulai masuk ke setiap kehidupan kita. Hidup di zaman
modern seperti sekarang ini segala sesuatu dapat kita dapatkan dengan mudah, praktis dan
cepat. Kemajuan teknologi telah memanjakan kita. Mau ngobrol dengan rekan atau saudara
yang bermukim di belahan dunia lain, tinggal angkat telepon atau buka internet. Ingin belanja
atau makan di restoran tapi malas keluar, tinggal pesan lewat telepon atau beli lewat situs.
Mau transaksi —transfer uang, bayar listrik, kartu kredit, beli pulsa— tidak perlu susah-susah
ke bank atau ATM. Semua bisa dilakukan lewat handphone. Bagi cewek-cewek yang ingin
rambut panjang tidak perlu harus menunggu sampai berbulan-bulan. Cukup tunggu ½ jam
saja dengan teknik hair extension, rambut bisa panjang sesuai keinginan.

Maklum, orang makin sibuk. Malas direpotkan dengan hal-hal ribet. Maunya serba instan.
Salahkah itu?, selama masih mengikuti hukum alam, serba instan itu sah-sah saja. “Hidup
yang baik dan sukses adalah hidup yang sesuai dengan proses alam”. Sampai level tertentu
teknologi bisa kita pakai untuk mempercepat hal-hal yang bisa dipercepat sesuai hukum
alam. Kemajuan teknologi dan tuntutan zaman, memungkinkan kita mendapatkan sesuatu
serba cepat. Tetapi tidak asal cepat. Kualitas harus tetap terjaga. “Padi 100 hari baru panen itu
bagus”. Tapi ingat itu ada yang bisa dipercepat. Mestinya, hasilnya harus lebih baik. Jadi,
cepat, baik dan bermutu harus berlangsung bersama.

Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Mendapatkan sesuatu dengan mudah membuat
orang enggan bersusah payah. Tak mau melewati proses. Alias malas. Yang penting cepat !.
Bermutu atau tidak, itu urusan nanti. Berorientasi hanya pada hasil. Proses tidak penting.
Parahnya, “virus” itu sudah menyebar ke berbagai aspek kehidupan. Ingin sukses dengan cara
instan. Jadilah, banyak orang korupsi, punya gelar palsu, beli skripsi, ijazah aspal, asal lulus,
cepat kaya lewat penggandaan uang dan lain sebagainya. Kalau memang berat,
membosankan dan ketinggalan zaman mengapa kita harus bermutu? Kalau ada cara cepat
yang memberi hasil, mengapa tidak dicoba?. Lebih lanjut, sekarang ini sudah terjadi
pergeseran nilai di masyarakat. Orang makin individualis dan cenderung melecehkan hak
orang lain. Untuk mengejar kesuksesannya, orang tak ragu-ragu mengorbankan orang lain.

Pendidikan Cenderung Dibisniskan.

Munculnya berbagai cara yang mengarah pada pelanggaran etika akademik yang dilakukan
perguruan tinggi kita untuk memenangkan persaingan, menunjukkan bahwa pendidikan kini
cenderung dipakai sebagai ajang bisnis. Pola promosi yang memberikan kemudahan dan
iming-iming hadiah merupakan suatu gambaran bahwa perguruan tinggi tersebut tidak ada
inovasi dalam hal kualitas pendidikan. Kecenderungan tersebut akan menghancurkan dunia
pendidikan, karena akhirnya masyarakat bukan kuliah untuk meningkatkan kualitas diri,
melainkan hanya mengejar gelar untuk prestise. Kondisi pendidikan tinggi saat ini cukup
memprihatinkan. Ada PTS yang mengabaikan proses pendidikan. Bahkan ada PTS yang
hanya menjadi mesin pencetak uang, bukan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Hal Ini
yang membuat persaingan menjadi semakin tidak sehat.

Produk lulusan perguruan tinggi yang proses pendidikannya asal-asalan dan bahkan akal-
akalan, juga cenderung menghalalkan segala cara untuk merekrut calon mahasiswa sebanyak-
banyaknya, dengan promosi yang terkadang menjebak dengan iming-iming hadiah yang
menggiurkan. Apakah ini gambaran pendidikan berkualitas ?. Bahkan ada beberapa PTS di
Jakarta yang memainkan range nilai untuk meluluskan mahasiswanya, karena mereka takut,
ketika selesai ujian akhir (UTS/UAS) banyak mahasiswanya yang tidak lulus alias IP/IPK
nasakom. Sehingga mereka lulus dengan angka pas-pasan yang sebenarnya mahasiswa
tersebut tidak lulus. Inilah gambaran proses PEMBODOHAN BANGSA secara laten. Dalam
hal ini semua pihak harus melakukan introspeksi untuk bisa memberi pelayanan pendidikan
yang berkualitas. Kopertis, harus bersikap tegas menindak Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
yang melanggar dan mensosialisasikan aturan yang tak boleh dilanggar oleh PTS. Pengelola
perguruan tinggi juga harus menghentikan semua langkah yang melanggar aturan. Kunci
pengawasan itu ada secara bertahap di tangan Ketua Program Studi, Direktur, Dekan, Rektor
dan Ketua Yayasan.

Tantangan Lulusan Sarjana di Era Informasi.

Ketika para sarjana memadati berbagai arena bursa kerja untuk menawarkan ilmu dan ijazah
mereka, iklan-iklan penerimaan mahasiswa baru juga nyaris memenuhi halaman-halaman
surat kabar. Dua fenomena tersebut ironis. Promosi Perguruan Tinggi untuk menjaring calon
mahasiswa sama “gencarnya” dengan peningkatan pengangguran lulusan. Di sisi lain, perlu
diajukan pertanyaan, kualifikasi apakah sebenarnya yang disyaratkan oleh para pencari
tenaga kerja lulusan sarjana Perguruan Tinggi ini ?
Jawaban yang diperoleh para peneliti umumnya adalah campuran kualitas personal dan
prestasi akademik. Tetapi pencari tenaga kerja tidak pernah mengonkretkan, misalnya,
seberapa besar spesialisasi mereka mengharapkan suatu program studi di Perguruan Tinggi.
Kualifikasi seperti memiliki kemampuan numerik, problem-solving dan komunikatif sering
merupakan prediksi para pengelola Perguruan Tinggi daripada pernyataan eksplisit para
pencari tenaga kerja. Hasil survei menunjukkan perubahan keinginan para pencari tenaga
kerja tersebut adalah dalam hal kualifikasi lulusan Perguruan Tinggi yang mereka syaratkan.

Tidak setiap persyaratan kualifikasi yang dimuat di iklan lowongan kerja sama penting
nilainya bagi para pencari tenaga kerja. Dalam prakteknya, kualifikasi yang dinyatakan
sebagai “paling dicari” oleh para pencari tenaga kerja juga tidak selalu menjadi kualifikasi
yang “paling menentukan” diterima atau tidaknya seorang lulusan sarjana dalam suatu
pekerjaan.

Yang menarik, tiga kualifikasi kategori kompetensi personal, yaitu kejujuran, tanggung
jawab, dan inisiatif, menjadi kualifikasi yang paling penting, paling dicari, dan paling
menentukan dalam proses rekrutmen. Kompetensi interpersonal, seperti mampu bekerja sama
dan fleksibel, dipandang paling dicari dan paling menentukan. Namun, meskipun sering
dicantumkan di dalam iklan lowongan kerja, indeks prestasi kumulatif (IPK) sebagai salah
satu indikator keunggulan akademik tidak termasuk yang paling penting, paling dicari,
ataupun paling menentukan.

Di sisi lain, reputasi institusi Pendidikan Tinggi yang antara lain diukur dengan status
akreditasi program studi sama sekali tidak termasuk dalam daftar kualifikasi yang paling
penting, paling dicari, ataupun paling menentukan proses rekrutmen lulusan sarjana oleh para
pencari tenaga kerja.

Ada kecenderungan para pencari tenaga kerja “mengabaikan” bidang studi lulusan sarjana
Dalam sebuah wawancara, seorang kepala HRD sebuah bank di Cirebon menegaskan,
kesesuaian kualitas personal dengan sifat-sifat suatu bidang pekerjaan lebih menentukan
diterima atau tidaknya seorang lulusan Perguruan Tinggi. Misalnya, posisi sebagai kasir bank
menuntut kecepatan, kecekatan, dan ketepatan. Maka, lulusan sarnaja dengan kualitas ini
punya peluang besar untuk diterima meskipun latar belakang bidang pendidikannya tidak
sesuai. Kepala HRD itu mengatakan, “Saya pernah menerima Sarjana Pertanian dari Bogor
sebagai kasir di bank kami dan menolak Sarjana Ekonomi manajemen dari Bandung yang
IPK-nya sangat bagus.”

Kualifikasi-kualifikasi yang disyaratkan dunia kerja tersebut penting diperhatikan oleh


pengelola Perguruan Tinggi untuk mengatasi tidak nyambung-nya antara Perguruan Tinggi
dengan dunia kerja dan pengangguran lulusan. Jika pembenahan sistem seleksi mahasiswa
baru dimaksudkan untuk menyaring mahasiswa sesuai kompetensi dasarnya, perhatian pada
kualifikasi yang dituntut pasar kerja dimaksudkan sebagai patokan proses pengolahan
kompetensi dasar tersebut. Untuk itu semua, kerja sama Perguruan Tinggi dan dunia kerja
adalah perlu.

Sumber data :
Tata Sutabri S.Kom, MM
Deputy Chairman of STMIK INTI INDONESIA
Jl. Arjuna Utara No.35 – Duri Kepa Kebon Jeruk
Jakarta Barat 11510 Telp. 5654969

http://edu-articles.com/pendidikan-bermutu-di-tengah-pentas-budaya-instan/

http://www.dinaspendidikan-parepare.info/index.php?
option=com_content&view=article&id=260%3Apendidikan-bermutu-di-tengah-pentas-budaya-
instan&catid=44%3Akurikulum&Itemid=1

6 Karakter Guru Sukses


Jumat, 10 Desember 2010 10:06 Administrator

Untuk melahirkan murid-murid yang sukses, maka dimulai dari para guru. Ibarat membuat
batu bata. Kalau kita ingin agar batu batanya berbentuk kotak, maka kita harus
mempersiapkan cetakan berbentuk kotak. Masalah nanti ternyata ada batu bata yang tidak
berbentuk kotak, itu masalah lain. Bisa dibilang kemungkinannya 1001.

Namun, bila cetakannya sudah bulat, maka bisa dibilang mustahil akan terbentuk batu bata
yang kotak. Nah berikut ini saya tuliskan 6 karakter guru yang sukses.

1. Selalu siap untuk meningkatkan pengetahuan seputar materi pelajarannya, yaitu


dengan membaca dan melakukan pembahasan dengan mendalam, hingga dia bisa
menggabungkan materi tersebut dengan pengetahuan yang baru. Di samping itu, dia
memiliki metode yang baik untuk memberikan pemahaman kepada murid-muridnya.
2. Mengenal dengan baik sarana-sarana modern dalam pendidikan, sehingga dirinya
dapat mentransfer pengetahuan-pengetahuan yang ada dengan mudah.
3. Mengetahui beberapa karakter pertumbuhan jiwa para murid, sehingga dia mampu
menghadapi perbedaan antara setiap individu dari sisi jiwa, akal dan emosional.
Dengan hal ini, sang guru menjalankan proses pendidikan sesuai dengan arah
perkembangan kejiwaan murid, bukan bertolak belakang dengan perkembangan jiwa
mereka.
4. Bersikap obyektif. Dengan arti, bersikap sama kepada semua murid; tidak pilih kasih,
atau memberikan satu stempel kepada salah seorang murid. Menjauhi sikap condong
kepada sebagian murid dan menafikan yang lain.
5. Memiliki sifat inovatif dan kreatif. Dengan kata lain, memakai sarana-sarana terbaru
dalam mendidik.
6. Murid-murid merasa dihormati dan dihargai ketika bersamanya. Di samping itu, para
murid merasa bahwa gurunya adalah pemilik kemuliaan karena dialah yang telah
memberikan ilmu kepadanya, menunjukkan akhlak yang baik, bahkan membantu
mereka dalam menyelesaikan permasalahannya; baik berhubungan dengan materi
pelajaran maupun tentang kehidupan sosial.
Kebahagiaan sejati seorang guru adalah ketika melihat anak didiknya sukses, sukses di dunia
juga sukses di akhirat.

Sumber: al Madkhal fi al Manahij li at Tadris, diterbitkan oleh lembaga pendidikan bagian


metodologi dan saran pendidikan Universitas al Azhar.
http://www.dinaspendidikan-parepare.info/index.php?
option=com_content&view=article&id=320%3A6-karakter-guru-sukses&catid=43%3Apendidik-dan-
tenaga-kependidikan&Itemid=1

7 Cara Menjadi Guru yang Profesional Dalam Bersikap


Sabtu, 11 Desember 2010 09:09 Administrator

1. Anda sedang berada diruang guru untuk beristirahat atau sekedar berkumpul dengan
rekan sejawat? Sedikit demi sedikit ubah kebiasaan untuk membicarakan hal dan
topik diluar areal kita sebagai pendidik professional. Pertama kali anda mungkin akan
dianggap aneh, namun sebagai guru jangan khawatir dianggap aneh jika yang kita
maksudkan adalah demi perbaikan pola pikir dalam bersikap dan berkarier. Sekarang
mana yang lebih penting, membicarakan gosip artis terbaru atau menganalisa pola
pikir pemilih pemula dalam pemilu yang baru lalu yang nota bene adalah siswa-siswi
kita? Tidak itu saja banyak topik yang jika kita renungkan, tidak layak didiskusikan
oleh guru sebagai pendidik. Jika anda masih merasa sulit untuk melakukan hal diatas,
caranya gampang, cukup cari bacaan yang bermanfaat, bacalah maka anda akan
terhindar dari pembicaraan yang sia-sia di ruang guru.
2. Jika anda punya rekan baru, bimbinglah dan berikan support dan dukungan untuk
maju dengan cara selalu berkomentar positip untuk hal-hal yang dilakukannya.
Tempatkan diri anda pada dirinya, maka anda akan menjadi rekan kerja yang
supportif dan mau mengerti.
3. Saat rapat, usahakan lah memberikan ide yang terbaik, masalahnya bukan pada
diterima atau tidak, tapi sudahkah anda belajar meyakinkan orang lain bahwa ide
andalah yang terbaik. Hal yang terbaik ketika meyakinkan rekan sekerja adalah
dengan menggunakan data yang berupa hasil riset.
4. Jadilah guru yang berpikiran terbuka atas ide atau pendapat orang lain, menyadari
kelemahan dan kekuatan diri kita sendiri, dijamin makin hari wawasan dan kualitas
diri kita sebagai guru akan bertambah.
5. Ciptakan jaringan bagi diri sendiri yang membuat anda semakin hari berubah kearah
guru yang lebih baik. Gunakan situs pertemanan seperti facebook untuk membuat
jaringan pada pribadi-pribadi yang membuat anda bersemangat untuk maju. Jangan
gunakan situs pertemanan untuk pelarian ketika anda mempunyai masalah dengan
rekan sekerja di sekolah. Sambil berusaha sedikit demi sedikit menyelesaikan hal
yang mungkin menjadi ganjalan , buktikan bahwa jika anda tidak mendapatkan
support yang baik disekolah anda bisa mendapatkannya dengan bantuan teknologi.
6. Semua guru berbeda, seperti juga terhadap siswa, sebagai rekan kita semestinya
menjadikan perbedaan itu sebagai anugrah. Dengan menyadari perbedaan, pikiran kita
akan lebih cepat terbuka ketika menerima kritik, masukan dan ide dari rekan sekerja.
Saat yang sama kita menjadi lebih jujur mengenai kelebihan dan tidak malu
mengatakan kekurangan sebagai pribadi.
7. Jangan takut untuk dibicarakan oleh orang lain ‘dibelakang’. Terkadang sebagai guru,
hanya karena takut dibicarakan orang lain dibelakang, guru menjadi malas untuk
berinovasi dan melakukan sesuatu dengan cara yang kreatif dan beda. Padahal jika
sebagai guru, kita yakin bahwa hal yang kita lakukan demi kebaikan siswa, untuk apa
pusing mendengarkan pendapat orang lain. Mari mensucikan niat bahwa semua hal
yang terbaik yang kita lakukan adalah demi mempersiapkan masa depan siswa, bukan
demi karier, demi dipuji rekan, atasan dan orang tua siswa.

Sumber data : http://gurukreatif.wordpress.com/2009/04/13/7-cara-menjadi-guru-yang-


profesional-dalam-bersikap/
http://www.dinaspendidikan-parepare.info/index.php?
option=com_content&view=article&id=329%3A7-cara-menjadi-guru-yang-profesional-dalam-
bersikap&catid=43%3Apendidik-dan-tenaga-kependidikan&Itemid=1

Modal Dasar Seorang Guru


Selasa, 08 Februari 2011 12:24 Rhani Mahrani

Sebenarnya, modal apa sajakah yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru agar benar-benar
mampu menjadi terdepan dalam perubahan jaman? Berikut adalah sejumlah kriteria yang
menjadi bahan pertimbangan bagi guru maupun bagi calon guru agar mampu tampil
sempurna di depan anak didiknya;

1. Kecerdasan spiritualnya memadai, kecerdasan spiritual merupakan modal dasar bagi


seorang guru untuk menjadi sosok yang diharapkanmampu memberikan pencerahan
batin bagi anak didiknya.
2. Kecerdasan emosinya cukup; kemampuan emosional merujuk pada kecakapan untuk
mengelolah batinnya sendiri dan batin anak didiknya dan kemampuan untuk
memberikan motivasi,baik kepada dirinya sendiri maupun kepada anak didiknya.
3. ecerdasan Intelektualnya lumayan; Yang dimaksud lumayan itu apabila ia mampu
menguasai bidang yang diajarkan dengan baik. Disamping itu nalarnya tidak mandeg
sehingga tanggap terhadap perkembangan baru terutama yang berkaitan dengan
bidangnya.
4. Memiliki kemampuan berbicara ; Yang dimaksud memiliki kemampuan berbicara
adalah apabila ia menerangkan, dapat diterima dan dimengerti oleh anak didiknya.
5. Sabar menghadapi anak didiknya; Seorang guru mestinya identik dengan seorang
yang matang jiwanya. Mampu berpikir dewasa dan sabar dalam menghadapi kendala
apapun yang menghalangi tugas-tugasnya.
6. telaten membimbing anak didiknya ; Ketelatenan akan mengubah apa yang tidak
mungkin menjadi mungkin. Semua guru seyogyanya memiliki sifat telaten dalam
membimbing anak didiknya. jangan terburu-buru karena ingin nyambi di tempat lain
atau ingin segera cepat-cepat pulang untuk cari obyekan.Yang kasihan adalah anak
didik , mereka tak mungkin menangkap dengan baik materi yang diajarkan.
7. Memiliki kedisiplinan yang tinggi; Disiplin merupakan faktor penting pembentuk
karakter para anak didik.Profesionalisme seorang guru bisa diukur dari tingkat
kedisiplinannya dalam menjalani profesinya Disiplin bukan hanya terbatas oleh soal
waktu, namun juga menyangkut perilaku yang lain seperti kerapian berpakaian, dan
lain sebagainya.
8. Komunikatif ; Seorang guru dituntut untuk mampu komunikatif dengan anak
didiknya. Ia harus berusaha menghilangkan kesenjangan psikologis yang biasanya
menghambat hubungan antara guru dan anak didik. Guru harus membangun
kedekatan dengan anak didiknya , namun tetap menjaga wibawanya sebagai seorang
guru.
9. Memiliki kepekaan dan kepedulian ; Kepedulian, betapa langkanya sekarang. Ketika
setiap orang cenderung memikirkan perutnya sendiri, para guru bahu membahu
membantu anak didiknya agar bisa terus sekolah. Diantaranya ada yang harus
membagi gajinya untuk membantu biaya transportasi anak didiknya yang rumahnya
jauh dari sekolah dan harus berjalan kaki karena tidak punya sepeda.
10. Memiliki jiwa pendidik ; Berbeda dengan profesi lain yang lebihbanyak mengelola
benda-benda mati, tugas guru jauh lebih berat. karena mereka langsung berhadapan,
dan bukan sekedar berhadapan tetapi juga berdialog dengan kewajiban mencerdaskan
obyek yang diajak berdialog tersebut.Guru berkewajiban mengelola potensi
manusiawi yang berupa murid yang semula tidak tahu apa-apa menjadi tahu
segalanya. Disini diperlukan sebuah "jiwa"/ "ruh", sehingga proses belajar-mengajar
tidak terkesan formalitas.Dengan kata lain, guru berkewajiban memiliki jiwa pendidik
dalam dirinya.

Sumber data : http://rhanimahrani.blogspot.com/

http://www.dinaspendidikan-parepare.info/index.php?
option=com_content&view=article&id=385%3Amodal-dasar-seorang-guru&catid=43%3Apendidik-
dan-tenaga-kependidikan&Itemid=1

Media Permainan Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa


Selasa, 14 Desember 2010 09:48 Administrator

Media Permainan Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Oleh Indah Rahmawati SPd


Guru SMA Darul Islam Gresik
Sering guru mengeluh, banyak siswa motivasi belajarnya rendah walaupun guru sudah
berupaya menggunakan berbagai metode. Penerapan media permainan bisa digunakan
sebagai salah satu alternative untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Banyak orang yang
beranggapan bahwa bermain dan belajar adalah sesuatu yang bertolak belakang. ” Banyak
bermain akan mengurangi waktu belajar”, begitu kata para orangtua. Sedangkan menurut
anak, ” bermain itu menyenangkan dan belajar itu menjemukan!”. bermain kadang disamakan
dengan main-main yang lebih bernada sepele, tidak serius dan dianggap sebagai tindakan
yang hanya dilakukan oleh anak kecil. Padahal, banyak aspek yang terkandung dalm bermain
terlebih bermain yang memiliki unsur pendidikan .

Bermain mengandung aspek kegembiraan, kelegaan, kenikmatan yang intensif, bebas dari
ketegangan atau kedukaan, bersifat memerdekakan jiwa. Permainan manusia sangat erat dan
ekspresi diri, spontanitas, melatih pribadi untuk siap melewati persaingan, siap menerima
kemenangan sekaligus siap menerima kekalahan, dan aktualisasi diri. Oleh karena itu,
permainan bersifat mendewasakan. Melalui bermain, seseorang belajar banyak tentang
kehidupan baik itu belajat kemandirian, keberanian, sosialisasi, kepemimpinan dan
menyadari arti akan eksistensi dirinya .

Dave Meier, dalam The Accelerated Learning Handbook, mengatakan kata fun itu dalam
kata-kata menarik berikut ini : menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan
gembira bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Ini tidak ada hubungannya
dengan kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Kegembiraan disini
berarti bangkitnya minat adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman
(penguasaan atas materi), dan nilai yang membahagiakan bagi diri si pembelajar. Itu semua
adalah kegembiraan dalam melahirkan sesuatu yang baru. Penciptaan kegembiraan ini jauh
lebih penting daripada segala teknik atau metode atau medium yang mungkin anda pilih
untuk digunakan.

Riset-riset otak mutakhir menunjukkan hasil-hasil luar biasa berkaitan dengan Learning dan
Brain. Misalnya, Peter Kline, dalam The Everyday Genius mengatakan bahwa proses belajar
akan berlangsung sangat efektif apabila seseorang berada dalam keadaan yang fun. “Bapak
Accelerated Learning” asal Bulgaria, Georgi Lazanov. Lazanov merumuskan pandangan ini
dalam istilah “membangun sugesti positif”. Proses pemercepatan belajar akan bisa dicapai
apabila kondisi kelas menyenangkan. Salah satu cara praktis membangun suasana kelas yang
menyenangkan, yang diusulkan oleh Lazanov, adalah lewat musik .

Ditengah permainanlah kita paling dekat dengan kekuatan penuh kita. Kesenangan bermain
tidak terhalang terlepaskan segala macam indofrin positif dalam tubuh, melatih
kesehatanndan membuat kita merasa hidup sepenuhnya. Beberapa manfaat bermain dan
belajar adalah sebagai berikut :

 Menyingkirkan keseriusan yang menghambat,


 Menghilangkan sterss dalam lingkungan belajar,
 Mengajak orang terlibat penuh,
 Meningkatkan proses belajar.

Penggunaan Media Permainan


Salah satu media yang dapat digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah media
permainan. Permainan adalah setiap konteks antara pemain yang berinteraksi satu sama lain
dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula.
Permainan dapat menjadi sumber belajar atau media belajar apabila permainan tersebut
bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran.

Anak dapat belajar berbagai kesempatan dan kegiatan baik didalam sekolah maupun diluar
sekolah. Permainan dapat membuat suasana lingkungan belajar menjadi menyenangkan,
segar, hidup, bahagia, santai namun tetap memiliki suasana belajar yang kondusif . Menurut
Piageat, bermain adalah manifestasi penyesuaian , salah satu dasar proses-proses mental
menuju pada pertumbuhan intelektual dan bermain merupakan suatu mekanisme penyesuaian
yang penting bagi perkembangan atau pertumbuhan manusia.

Menurut Sadiman (2006) sebagai media pembelajaran, permainan mempunyai beberapa


kelebihan, yaitu : permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan, sesuatu
yang menghibur dan menarik. Permainan memungkunkan adanya partisipasi aktif dari siswa
untuk belajar. Permainan dapat memberikan umpan balik langsung. Permainan
memungknkan siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata. Permainan
memberikan pengalaman-pengalaman nyata dan dapat diulangi sebanyak yang dikehendaki,
kesalahan-kesalahan operasional dapat diperbaiki. Membantu siswa meningkatkan
kemampuan komunikatifnya. Membantu siswa yang sulit belajar dengan metode tradisional.
Permainan besifat luwes, dapat dipakai untuk bernagai tujuan pendidikan. Permainan dapat
dengan mudah dibuat dan diperbanyak.

Hasil Penerapan Media Permainan

Dalam pelaksanaan Lesson Study berbasis sekolah di SMA Darul Islam Gresik pada tanggal
22 Desember 2008 telah dilakukan pembelajaran kimia dengan media permainan yaitu suatu
permainan outdoor periodic table carpet, yaitu suatu media permainan Outdoor Periodic
Table Carpet yang berupa karpet besar berukuran 5 m x 4 m yang terdiri dari 44 kotak yang
masing-masing kotak berukuran 40 cm x 40 cm. Kotak kotak tersebut bergambar lambang-
lambang unsur dari golongan utama (IA-VIIIA).

Media permainan ini dilengkapi dengan:

1. Karpet yang terbuat dari banner

Karpet ini terbuat dari banner dengan ukuran 5 m x 4 m yang terdiri dari 44 kotak masing-
masing kotak berukuran 40 cm x 40 cm dan berisi lambang, nama, serta unsur-unsur
golongan utama (IA-VIIIA) masing- masing kotak terdiri dari warna yang berbeda, warna
tersebut menunjukkan jenis pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Merah : Perkembangan tabel periodik
b) Biru : Partikel dasar penyusun atom (proton, elektron, dan neutron)
c) Kuning : Massa atom relatif dan massa molekul relatif
d) Hijau : Isotop, isoton, dan isobar
e) Orange : Konfigurasi elektron dan elektron valensi
f) Ungu : Sifat keperiodikan unsur
g) Pink : Perkembangan teori atom

2. Bola pimpong putih sebanyak 44 buah.


Pada bagian depan masing-masing bola ditulis angka yang menunjukkan nomor atom
golongan utama. Pada bagian belakang ditulis abjad dari A-O sesuai dengan indikator
pembelajaran.

3. Kartu Periodic Table Carpet

Kartu ini berukuran 8,7 cm x 6,3 cm yang terdiri dari tiga macam kartu yaitu :
a. Element Card sebanyak 44 kartu
Element Card ini terdiri dari dua sisi. Pada sisi muka terdapat nama unsur, lambang unsur,
nomor atom, massa atom relatif, serta gambar unsur. Pada sisi belakang terdapat poin dan
keterangan mengenai konfigurasi elektron, afinitas elektron, keelektronegatifan, jari- jari
atom, energi ionisasi, dan isotop.

b. Question Card sebanyak 44 kartu


Question Card ini terdiri dari dua sisi. Pada sisi muka terdapat nama unsur, lambang unsur,
nomor atom, massa atom relatif, serta gambar unsur. Pada sisi belakang terdapat pertanyaan
dengan empat pilihan jawaban beserta kunci jawabannya.

c. Struggle Card sebanyak 14 kartu


Struggle Card ini berisi pertanyaan berebut beserta kunci jawaban, pertanyaan pada Struggle
Card ini merupakan pertanyaan essay.

d. Aturan permainan Outdoor Periodic Table Carpet


1) Permainan ini diikuti oleh satu kelas yang dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 6-7 siswa dengan dua orang sebagai juri yaitu satu orang sebagai
pemegang kartu, satu orang sebagai pemegang bola dan sebagai pencatat skor.

2) Juri memulai permainan dengan menawarkan satu bola yang bertulis nomor atom dari
nomor atom siswa menyusun konfigurasi untuk menentukan unsur yang sesuai dengan nomor
bola dan masing-masing kelompok diwakili satu orang berebut dengan kelompok lain
menempati kotak unsur yang sesuai dengan nomor unsur pada bola.

3) Kelompok yang menempati Periodic Table Carpet pertama dinamakan kelompok pertama.

4) Kelompok pertama diberi kesempatan untuk menentukan lawannya dengan mengambil


satu bola yang bertulis nomor atom dan membacakan nomor atom tersebut pada lima
kelompok lain yang belum menempati Periodic Table Carpet, kelima kelompok tersebut
masing-masing diwakili satu orang berebut menempati kotak unsur sesuai dengan nomor
unsur pada bola.

5) Kelompok yang menempati Periodic Table Carpet kedua dinamakan kelompok penantang .

6) Kedua kelompok yang berhasil menempati kotak unsur berhak untuk mendapatkan
Element card dan Question card sesuai dengan posisi unsur yang dia tempati.

7) Kelompok pertama dan kelompok penantang saling memperebutkan Element Card di atas
Periodic Table Carpet dengan terlebih dahulu menjawab pertanyaan pada Question Card
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) kelompok pertama berhak bertanya terlebih dahulu pada kelompok penantang
b) Jika kelompok penantang tidak dapat menjawab pertanyaan maka Element Card kelompok
penantang akan menjadi milik kelompok pertama dan kelompok penantang harus keluar dari
Periodic Table Carpet
c) Jika kelompok penantang dapat menjawab maka kelompok penantang mendapat
kesempatan untuk merebut Element Card kelompok pertama dengan mengajukan pertanyaan
pada kelompok pertama.
d) Jika kelompok pertama tidak dapat menjawab maka Element Card kelompok pertama akan
menjadi milik kelompok penantang dan kelompok pertama harus keluar dari Periodic Table
Carpet.
e) Jika kelompok pertama dapat menjawab maka akan mendapat pertanyaan rebutan
(Struggle Card), kelompok yang dapat menjawab berhak mendapatkan Element Card milik
kelompok yang tidak dapat menjawab, dan kelompok yang tidak dapat menjawab harus
keluar dari Periodic Table Carpet sedangkan kelompok yang bisa menjawab tetap bertahan.

8) Kelompok yang tetap bertahan harus mengganti anggotanya dan berhak melangkah satu
kotak dengan memilih salah satu kotak unsur (kanan, kiri, depan, belakang dari unsur yang
dia tempati).

9) Kelompok yang bertahan berhak menentukan penantang selanjutnya dengan cara


mengambil satu bola lagi dan menawarkan pada lima kelompok yang tidak menempati
Periodic Table Carpet, masing-masing kelompok diwakili satu orang berebut dengan
kelompok lain menempati kotak unsur yang sesuai dengan nomor unsur pada bola.

10) Pada permainan ini setiap peserta diberi waktu 30 detik untuk menjawab pertanyaan pada
Question Card. Masing-masing kelompok akan mendapatkan tiga macam pilihan bantuan
yaitu:
a) Fifty- Fifty :P emain akan mendapat dua pilihan jawaban
b) Asking friends : Pemain berhak bertanya pada kelompoknya
c) Open the Book :P emain diperbolehkan membuka buku/LKS

11) Permainan ini dimainkan selama 45 menit, kelompok pemenang yaitu kelompok yang
mengumpulkan poin tertinggi yang diperoleh pada Element Card. Pada pengambilan bola
tidak boleh mengambil bola yang tertulis huruf abjad yang sama kecuali semua abjad sudah
terambil sedangkan waktu permainan masih tersisa.

12) Semua pertanyaan pada Question Card yang tidak bisa dijawab oleh kelompok yang ada
di atas Periodic Table Carpet akan dilemparkan pada kelompok lain yang tidak menempati
Periodic Table Carpet dan kelompok yang bisa menjawab akan mendapat poin separuh dari
poin yang ada pada Element Card .

Berdasar observasi selama pembelajaran menunjukkan bahwa 82% siswa terlibat dalam
pembelajaran, 70% siswa terlihat ceria dan tidak tertekan. Beda sekali saat pembelajaran
tanpa menggunakan media permainan, nampak siswa lebih banyak tidak terlibat, guru
terkesan mendominasi pembelajaran.

Hasil observasi tersebut memperlihatkan siswa dapat termotivasi belajar, hal itu juga
didukung hasil angket siswa yang memperlihatkan bahwa 80% siswa menjawab senang
mengikuti pembelajaran, 40% siswa menyatakan agar mata pelajaran lain menggunakan
media permainan.

Simpulan
Atas dasar uraian di atas, dan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa media permainan
dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Tentu penggunaan media permainan tidak untuk setiap pembelajaran, perlu dirancang pada
waktu-waktu tertentu dan topik atau sub pokok bahasan tertentu. Media bisa mengadopsi dari
berbagai jenis permainan yang sudah dikenal oleh siswa, namun materi atau pertanyaan-
pertanyaan bisa disesuaikan dengan indikator pembelajaran. Misalnya permainan ular tangga,
permainan bantumi, permainan monopoli, permainan coklak serta permainan interaktif atau
berbasis komputer juga bisa digunakan. Email: grisee_indah@yahoo.co.id

Daftar Pustaka

* Mahmuda, Lailatul. 2008. Pengebangan Permainan Out door Periodic Table Carpet sebagai
Media Pembelajaran Kimia Pada Pateri Pokok Strukutr Atom an Sistem Periodik Unsur.
Skripsi Tidak Dipublikaskan. Surabaya: FMIPA Unesa.
* Sadiman, Arif. 2006. Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatan.
Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.
* Widhiartha, Putu Ashintya dkk. 2008. Lesson Study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu
Pendidik Pendidikan Nonformal. Surabaya: Guna Widya.

Sumber data : http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/09/media-permainan-meningkatkan-


motivasi-belajar-siswa/

http://www.dinaspendidikan-parepare.info/index.php?
option=com_content&view=article&id=335%3Amedia-permainan-meningkatkan-motivasi-belajar-
siswa&catid=59%3Aartikel-pembelajaran&Itemid=1

Tips, Pedoman, dan Strategi Belajar untuk Pelajar


Kamis, 09 Desember 2010 09:39 Administrator

Ingin jadi pelajar yang sukses kan?!

Sebagai seorang pelajar, seorang siswa, seorang pembelajar semestinya sudah memiliki
pedoman dan strategi yang biasa digunakan untuk mengikuti proses belajar dan memahami
apa yang dipelajarinya. Bagaimana belajar yang efektif, konsentrasi, menggunakan daya
ingat secara efektif, memetakan informasi, bagaimana menghadapi ujian, mengatur waktu
yang efektif untuk belajar dan lain-lain.

Selama menjadi siswa atau pelajar kadang sering kali mendapati masalah dan tentu ingin
sekali menyelsaikan masalah itu. Di sekolah yang baik tentu bisa memanfaatkan “jasa” guru
bimbingan konseling. Sayangnya tidak semua sekolah memiliki guru bimbingan konseling.
Kalaupun ada tidak menjamin guru-guru tersebut benar-benar bisa menjadi “sahabat” siswa
dalam menyelesikan permasalahan belajarnya.
Beruntung sekali kalau setiap guru mata pelajaran mau memberikan tips dalam belajar dan
memberikan alternatif solusi terhadap masalah yang dihadapi siswa, terutama yang terkait
dengan mata pelajaran yang di ampu-nya. Namun sayang juga tidak setiap guru bisa
menjalankan tugasnya sebagai konselor.

Oleh karena itu temukan solusi persoalan belajar, tips dan trik belajar sehingga anda sukses
untuk bisa menyelesiakan studi dengan gemilang. Coba kunjungi web yang banyak
memberikan tips dan pedoman serta strategi belajar yang benar di http://www.studygs.net/ .

Pada situs tersebut kita bisa memilih modus bahasa yang paling mudah kita mengerti. Pilihan
bahasa Indonesia juga tersedia.

Selamat menjelajah, semoga solusi permasalahan belajar anda bisa terselesaikan dengan
smart.

Selamat belajar siswa Indonesia yang hebat!

Sumber data : http://urip.wordpress.com/2010/11/25/tips-pedoman-dan-strategi-belajar-


untuk-pelajar/

http://www.dinaspendidikan-parepare.info/index.php?
option=com_content&view=article&id=317%3Atips-pedoman-dan-strategi-belajar-untuk-
pelajar&catid=46%3Apeserta-didik&Itemid=1

Peningkatan Mutu Pendidikan


Jumat, 27 Agustus 2010 09:23 Administrator

Salah satu isu penting dalam penyelenggaraaan pendidikan di negara kita saat ini adalah
peningkatan mutu pendidikan, namun yang terjadi justru kemerosotan mutu pendidikan dasar,
menengah, maupun tingkat pendidikan tinggi. Hal ini berlangsung akibat penyelenggaraan
pendidikan yang lebih menitikberatkan pada aspek kuantitas dan kurang dibarengi dengan
aspek kualitasnya.

Peningkatan kualitas pendidikan ditentukan oleh peningkatan proses belajar mengajar.


Dengan adanya peningkatan proses belajar mengajar dapat meningkat pula kualitas
lulusannya. Peningkatan kualitas proses pembelajaran ini akan sangat tergantung pada
pengelolaan sekolah dan pengajaran/pendekatan yang diterapkan guru.

Berdasarkan kajian teori, kepemimpinan kepala sekolah terbukti mempengaruhi


implementasi dan pemeliharaan perubahan dan berkolerasi dengan hasil belajar murid.
Kualitas lulusan pendidikan dipengeruhi oleh kualitas manajemen sekolah atau manajemen
pengelolaan pendidikan. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh fasilitas pendukung, proses
belajar mengajar, dan pengajaran.

Kemampuan sosial ekonomi orang tua siswa yang tinggi akan berkorelasi dengan penyediaan
fasilitas belajarnya, yang akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajar. Dalam proses
pembelajaran, motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar.

Mutu pendidikan tidak dipengaruhi oleh faktor tunggal, ada sejumlah variabel yang dianggap
saling berhubungan/ mempengaruhi. Hal ini perlu sebuah kajian yang akan mengidentifikasi
secara empirik hubungan langsung atau tidak langsung dalam suatu rangkaian dari sistem
pendidikan.

Referensi:
Idris, Jamaludin. 2005. Analisis Kritis Mutu Pendidikan. Suluh Press, Yogyakarta.

Sumber data : http://edu-articles.com/peningkatan-mutu-pendidikan/#more-38

http://www.dinaspendidikan-parepare.info/index.php?
option=com_content&view=article&id=256%3Apeningkatan-mutu-
pendidikan&catid=44%3Akurikulum&Itemid=1

Trik dan Tips Membimbing Anak Untuk Meraih Nilai


Tertinggi
Rabu, 01 September 2010 10:39 Administrator

Anak-anak pada masa pertumbuhan harus selalu diawasi dan selalu mendapat bimbingan dari
orang yang terdekat di lingkungan tempat ia tumbuh,yakni orang tua.Hasil penelitian
psikologi menunjukkan, keterlibatan orangtua merupakan faktor penentu keadaan anak-anak
di sekolah dalam hal prestasi dan kecepatannya menangkap sesuatu yang dilihat. Anak tanpa
bimbingan orang tua akan berbeda pada pertumbuhan intelegensi dan kecerdasannya,tapi
hati-hati berilah perhatian anak sesuai dengan proporsinya atau dalam kata lain tidak
berlebihan.

Setidaknya ada 10 cara yang dapat Anda lakukan untuk membantu anak Anda agar berhasil
dalam kelasnya :

1.    Ciptakan lingkungan yang mendorong semangat belajar dan Nyaman Bagi Anak
. Bisa dengan menyediakan berbagai macam kesempatan sehingga mereka lebih senang
belajar, misalnya dengan menyediakan benda-benda seperti puzzle sampai melukis di
komputer. Hal ini penting untuk merangsang keingintahuan mereka.

2.    Menyediakan kehidupan yang seimbang.

Rumah yang stabil, lingkungan yang kondusif dan penuh cinta, merupakan dasar yang kuat
untuk membantu anak mendapat nilai yang baik di sekolah. Ini termasuk kesempatan anak
mendapat tidur  yang cukup dan makan teratur dengan gizi cukup. Batasi televisi dan video
game agar waktu mereka tidak tersita oleh hal-hal yang tidak bermanfaat.

3.    Membaca setiap hari untuk anak Anda.

Kebanyakan proses belajar yang dilakukan di sekolah mencakup masalah membaca. Secara
tidak langsung dengan membacakan cerita kepada anak juga turut mengajar mereka
membaca. Bacakan dengan suara keras bahan-bahan yang sulit untuk mereka baca sendiri
agar bisa memperluas serta memperkaya kosa kata dan pengalaman mereka. Berikanlah
ekspresi dengan gerakan dan bahasa tubuh hal ini menyebabkan perkembangan emosi anak
akan selalu terjaga dan anak lebih mudah menangkap apa yang kita bacakan

4.    Dorong mereka membaca lebih dalam.

Saat anak Anda melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, mereka akan mempelajari segala
hal yang berasal dari bahan yang dicetak. Semakin banyak anak membaca, kemampuan
membacanya akan semakin baik. Pastikan terdapat beragam bacaan yang menarik di rumah
Anda untuk mendorong kebiasaan membaca. Usahakan mahan yang dibaca tersebut bahan
yang kreatif seperti Cara melukis binatang, cara berhitung cepat, rahasia melipat kertas dan
lain sebagainya ini pun dapat merangsang anak untuk menumbuhkan kreatifitasnya

5.    Tunjukan bagaimana mengorganisir sesuatu.

Anak-anak yang terbiasa teratur lebih mudah untuk sukses di sekolah. Salah satu cara terbaik
untuk mengajarkan kemampuan mengorganisir sesuatu adalah melalui contoh. Tunjukkan
kepada anak-anak bagaimana menggunakan alat-alat yang berhubungan dengan
pengorganisiran seperti tabel tugas, kalender, buku catatan, binder dan tas punggung. Dan
tunjukkan padanya sebelum mengerjakan sesuatu harus terdapat rencana dan preparation
(walau dalam bentuk sedarhana)

6.    Ajari mereka kemampuan belajar efektif.

Kemampuan belajar dengan baik penting untuk mendapat nilai baik. Pastikan anak Anda tahu
bagaimana membaca buku teks, merangkum secara garas besar pokok pelajaran,
mempersiapkan ujian, menghapal dan juga menggunakan waktu mereka secara efisien.
Dorong mereka agar memiliki waktu rutin untuk belajar dengan menyediakan tempat belajar
yang bebas dari gangguan.dan yang perlu di Ingat usahakan anak tidak melulu terpaku pada
suatu jalan pengerjaan soal, berikan soal-soal tambahan yang bervareasi hal ini untuk
mengembangkan daya penalaran anak

7.    Dorong anak untuk mendengarkan dan berpartisipasi dalam kelas.


Mendengarkan dalam kelas adalah jalan mudah bagi anak-anak untuk belajar. Nasihatkan
anak Anda untuk rajin mencatat dan rajin bertanya apa-apa yang mereka tidak mengerti.
Karena hal ini berguna bagi mereka agar dapat berkonsentrasi terhadap apa yang dikatakan
oleh guru. Dorong pula anak Anda untuk ikut berpartisipasi dalam kelas – ini akan
meningkatkan keinginan mereka dalam belajar.Dan yang paling penting tanamkan filosofi
dengan bertanya kamu akan semakin pintar!

8.    Bantu anak Anda mempelajari bagaimana menyelesaikan pekerjaan rumah.

Mengerjakan pekerjaan rumah menguatkan apa yang telah dipelajari anak di sekolah.
Tunjukkan kepada mereka bagaimana mengerjakannya. Dengan demikian pekerjaan rumah
bisa menjadi bagian dari tanggungjawab mereka. Bantu mereka mempelajari tugas apa yang
harus didahulukan. Beri penekanan bahwa setiap tugas itu merupakan pengalaman belajar.

9.    Bicarakan mengenai sekolah kepada anak-anak Anda. Anak Anda menghabiskan
banyak waktu di sekolah setiap hari. Banyak hal yang akan terjadi selama waktu tersebut.
Tunjukkan Anda tertarik mendengarkan cerita mereka dengan bertanya apa yang telah
mereka lakukan di sekolah. Dan juga perbincangkan mengenai tugas-tugas yang dibawa ke
rumah. Jika terjadi masalah, coba cari pemecahannya bersama anak Anda.

10.    Bangun hubungan yang baik dengan guru anak Anda.

 Komunikasi yang baik antara rumah dan sekolah membantu anak berkelakuan baik di
sekolah dan membuat lebih mudah melihat suatu masalah. Pastikan untuk menghadiri
pertemuan antara guru dan orangtua. Kunjungi pula kelas anak Anda. Menjadi sukarelawan
di sekolah mereka juga bisa dilakukan untuk menolong para guru. Dan jangan lupa untuk
mengekspresikan apresiasi Anda terhadap guru-guru atas apa yang telah mereka lakukan
untuk anak-anak Anda. Usahakan tanya pendapat anak mengenai guru yang mengajar,
tentang sikap,cara mengajar jalin hubungan antara anak-orang tua dan guru hal ini sangat
membantu apabila anak dalam kesulitan menerima mata pelajaran dan tidak mengalami
trauma karena pelajaran ini terlalu sulit atau guru ini terlalu galak!

Sumber data :

http://pandjiwinoto.co.cc/2009/12/03/trik-membimbing-anak-untuk-meraih-nilai-tertinggi/

http://www.dinaspendidikan-parepare.info/index.php?
option=com_content&view=article&id=278%3Atrik-dan-tips-membimbing-anak-untuk-meraih-nilai-
tertinggi&catid=58%3Apartisipasi-masyarakat&Itemid=1
Mengantar dan Membimbing Siswa Menuju Olimpiade Fisika Internasional

Pelajaran fisika telah menjadi ‘momok’ di sebagian besar kalangan siswa SMA di Indonesia.
Rumus-rumus sulit yang hanya bisa dipahami orang-orang jenius mungkin menjadi gambaran
yang terlintas pertama kali di benak siswa ketika membayangkan subjek ini. Hal itu menjadi
penyebab minimnya prestasi siswa SMA Indonesia pada mata pelajaran fisika. Padahal pada
kenyataannya, pelajaran ini bisa dipahami cukup dengan menggunakan penalaran mudah
yang realitanya dapat dilihat dari kejadian sehari-hari.

Hal ini memacu saya untuk menjelaskan pada siswa bahwa fenomena fisika ada di sekeliling
mereka dan bukan hanya berisi teori-teori kompleks dengan perumusan panjang. Diharapkan
dengan pendekatan tersebut, siswa dapat menyadari bahwa fisika itu menyenangkan sehingga
mereka terangsang untuk bisa mengaplikasikannya pada lingkungan di sekelilingnya.

Melalui metode pengajaran yang tepat, siswa dapat membuka belenggu potensi dan siap
meraih prestasi dengan ikut serta dalam kompetisi pelajaran di luar sekolah. Dukungan dari
semua pihak terutama kepala sekolah yang dipadu dalam suatu jaringan kerja sama tidak
hanya akan membantu siswa, tetapi juga pihak-pihak itu sendiri untuk meraih yang dicita-
citakan. Prestasi yang diraih seperti pada kompetisi fisika paling bergengsi, yakni olimpiade
tingkat Asia (APhO) dan olimpiade tingkat dunia (IPhO), otomatis akan mengangkat nama
baik sekolah, bangsa, dan negara, khususnya dalam bidang pendidikan fisika.

Modal Dasar Peningkatan Prestasi Siswa


Seleksi masuk yang ketat mengakibatkan input sekolah ini merupakan siswa-siswa SLTP
yang berkualitas. Guru-guru yang berdedikasi tinggi turut mendukung pelaksanaan proses
belajar mengajar dengan tetap melakukan koordinasi antar sesama demi kemajuan siswanya.
Sekolah tersebut juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dapat menggali potensi
dalam diri siswa. Selain itu, kepala sekolah juga sangat mendukung kemajuan guru-guru
untuk meningkatkan potensi diri. Berbagai cara dilakukan oleh kepala sekolah untuk
kemajuan guru-guru, misalnya dengan diikutsertakan dalam berbagai pelatihan dan seminar.

Dalam situasi yang sedemikian kondusif tentu saja sangat membantu untuk menerapkan
strategi pengajaran yang telah disusun. Meski kualitas siswa yang masuk sudah memadai,
pasti selalu saja ada ruang untuk kemajuan. Dengan memberikan pemahaman konsep yang
mudah dipahami ditambah contoh-contoh soal yang aplikatif diharapkan siswa mampu
menyelesaikan bermacam variasi soal. Tidak kalah penting adalah pembentukan kelompok-
kelompok belajar di kelas untuk menumbuhkan kebiasaan berdiskusi dalam penyelesaian
masalah-masalah fisika. Untuk menambah motivasi anak didik, saya juga sering
menceritakan kisah-kisah mengenai kehebatan penemuan-penemuan fisika berikut
dampaknya dan juga tentang prestasi kakak-kakak kelas mereka yang telah berhasil dalam
kompetisi fisika. Target yang ingin dicapai setelah pembinaan, yang Alhamdulillah selama
ini memperlihatkan keberhasilan yang cukup signifikan, adalah siswa yang menyukai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Jalan Menuju Olimpiade Fisika
Tidak dapat disangkal bahwa kebahagiaan tertinggi bagi seorang guru adalah melihat anak
didiknya meraih kesuksesan. Salah satu contoh kecil yang dapat dijadikan tolok ukur
langsung adalah keberhasilan siswa dalam memenangkan kompetisi-kompetisi di luar
sekolah. Di sana siswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat sekaligus
mendapatkan gambaran objektif tentang kemampuan dirinya dengan siswa dari sekolah lain
sebagai pembanding. Tentu saja peran aktif seorang guru sebagai pembina dan pengarah
mutlak diperlukan untuk membimbing anak ke arah tersebut. Sebab hasil yang maksimal
diraih bukan dengan cara menggantungkan semua beban ke pundak seorang siswa, tetapi
dengan suatu teamwork dimana setiap komponen turut membantu semaksimalnya sesuai
dengan peran masing-masing.

Langkah pertama dimulai dengan mencari siswa berpotensi di berbagai kelas di sekolahnya.
Caranya adalah dengan melihat rapor evaluasi siswa atau meminta pendapat guru lain,
termasuk kawan siswa, tentang siapa siswa yang mereka anggap berprestasi.

Langkah berikutnya adalah dengan mengikutsertakan siswa pada kompetisi di luar sekolah.
Tidak lupa untuk memperkenalkan situasi lomba dan juga untuk menggembleng moral, saya
sertakan siswa kelas 1 SMA untuk mendampingin kakak-kakak kelasnya dalam berlomba.
Diharapkan mereka dapat menjadi teladan bagi adik kelas mereka sehingga dari awal sudah
timbul keinginan untuk serius mengimprovisasi diri. Kompetisi-kompetisi semacam ini saya
anggap sangat berguna untuk perkembangan mental dan tekad siswa, sekalipun harus pulang
tanpa membawa piala. Dengan modal pengalaman serta mental yang kuat, sekitar beberapa
minggu sebelum seleksi ujian masuk TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia) nasional, anak-
anak yang telah dipersiapkan tersebut mulai dibimbing secara intensif.

Pada saat penentuan tiba, semuanya berangkat dengan wajah ceria. Tidak ada rasa cemas
karena semua sudah berusaha mempersiapkan segala sesuatunya dengan maksimal. Saya
ingatkan mereka supaya memulai mengerjakan soal dengan menenangkan hati dan mengucap
doa semoga diberikan kemudahan dalam mengerjakan soal. Di tempat itu biasanya kami
saling bertukar cerita tentang soal yang tadi diujikan. Tidak peduli hasil yang akan keluar
nantinya, selalu saya tekankan kepada mereka untuk terus belajar, belajar, dan belajar tanpa
ada rasa putus asa.

Apabila anak didik saya yang lolos seleksi TOFI dan masuk karantina untuk penggemblengan
lebih lanjut, saya tetap memberikan mereka dukungan dari jauh. Di tempat karantina mereka
diajar di bawah bimbingan Prof. Yohanes Surya berikut asisten-asistennya.

Tanpa terasa beberapa bulan kemudian momen puncak tersebut dating. Pihak sekolah
memberikan dukungan dengan memberikan uang saku kepada murid, termasuk izin bagi guru
pembimbingnya. Berbagai dukungan juga datang dari berbagai pihak seperti departemen
pendidikan, beberapa pejabat, kepala sekolah, guru-guru, teman-teman siswa sampai orang
tua murid.

Kesimpulan
Guru bukanlah seorang yang hanya bisa mengajar materi di kelas, tetapi juga sebagai
pendidik yang mampu memotivasi, mengarahkan, dan menggali potensi yang ada pada siswa
sehingga siswa tahu akan bakat dan minatnya hingga bisa mengembangkan dan memberikan
kontribusi kepada masyarakat.
Dalam rangka menambah wawasan di dunia pendidikan yang dinamis, seorang guru juga
dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan pengetahuan melalui berbagai media dan
wadah pelatihan. Sebagai bagian dari suatu jaringan yang saling menunjang, seorang guru
berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi perannya sebagai guru yang bisa bekerja
sama untuk membangun sekolah. Melalui peningkatan prestasi siswa diharapkan dapat
meningkatkan motivasi siswa yang lain hingga mampu berkompetisi di dunia internasional,
khususnya di bidang fisika dalam membangun teknologi Indonesia. Diharapkan pemerintah
dapat memfasilitasi siswa-siswa yang berpotensi dengan memberi beasiswa penuh sesuai
dengan bakat dan minat siswa sehingga tidak diambil oleh lembaga pendidikan di negara
asing.

http://ompol-babi.blogspot.com/2008/05/mengantar-dan-membimbing-siswa-menuju.html

Winnie, Raih Emas Olimpiade Bermodal Ketekunan


Oleh : Khaerudin

Raut muka malu-malu ditunjukkan Winnie Jesslyn (12) saat diberi ucapan selamat atas suksesnya
meraih gelar The Best Experiments pada ajang Olimpiade Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Internasional di Jakarta, 11-17 November 2007. Namun, ketika ditanya soal zat-zat kimia, Winnie
dengan percaya diri menjelaskan proses eksperimentasinya dengan bidang yang ditekuninya itu.

Ihwal kemampuannya melakukan berbagai eksperimen dengan catatan terperinci inilah yang
mengantar Winnie meraih medali emas sekaligus gelar The Best Experiments pada Olimpiade
Matematika dan IPA Internasional Ke-4. Ajang yang dikenal sebagai International Mathematics and
Science Olympiad (IMSO) ini diikuti sembilan negara, yaitu Malaysia, Indonesia, Singapura, Filipina,
Hongkong, Sri Lanka, Brunei Darussalam, Thailand, dan Taiwan.

Berbekal pengalaman melakukan berbagai uji coba di laboratorium sekolah itulah, Winnie, siswa
kelas 6-G Sekolah Dasar Sutomo 1 Medan, mengalahkan pesaing ketatnya dari Singapura.

Sebelum meraih prestasi internasional pertamanya ini, Winnie sudah menyabet medali emas pada
bidang studi IPA dalam Olimpiade Sains Nasional di Surabaya, September 2007. Sukses itu
mengantarkan Winnie menjadi salah satu pelajar yang mewakili Indonesia di ajang IMSO Ke-4.

Dua soal uji coba dapat dilewati Winnie dengan sangat baik. Untuk soal eksperimen pertama, para
juri meminta Winnie merangkai beberapa sirkuit elektronik. Dia diharuskan menyusun rangkaian
sirkuit dengan papan dilengkapi sakelar serta indikator led dan baterai. Enam rangkaian sirkuit itu
bisa diutak-atik Winnie disertai penjelasan tentang reaksi elektronik setiap rangkaian.

"Rata-rata semua peserta bisa melewati ujian eksperimen ini dengan baik," katanya.
Disediakan juri

Uji coba kedualah yang mengantarkan Winnie menjadi yang terbaik. Ia diminta melakukan uji coba
terhadap beberapa zat kimia dengan peralatan seadanya yang disediakan juri.

"Peralatannya termos air panas, selang, termometer, tempat air yang mirip gulungan rol film, dan
gelas kosong. Bahan yang disediakan ragi, dua jenis tepung halus, bentuknya seperti gula dan garam,
serta zat pewarna," ujarnya.

Petunjuk yang diberikan sederhana. Dia diminta membuat semacam reaksi kimia dengan zat dan
peralatan yang disediakan. "Awalnya gugup sekali karena saya takut salah mengerjakan
eksperimennya," katanya.

Beruntung, ragi bukanlah zat asing buat dia. Di laboratorium sekolah, beberapa kali Winnie
mengerjakan eksperimen kimia berbahan ragi. "Saya pernah melakukan uji coba fermentasi ragi
untuk menggelembungkan balon," ujarnya.

Uji coba itu kurang berhasil meski balon bisa digelembungkan berkat CO2 (karbon dioksida) yang
keluar dari fermentasi ragi di tabung Erlenmeyer. Namun, ini perlu waktu cukup lama.

Berbekal pengalaman beruji coba dengan ragi, Winnie melakukan hal yang sama saat mengerjakan
soal eksperimen keduanya. "Bedanya, sekarang tidak ada tabung Erlenmeyer dan balon. Cuma ada
selang dan tempat air yang mirip gulungan rol film," tuturnya.

Satu per satu Winnie mencatat langkah eksperimen yang dia lakukan. Air panas dalam termos dia
masukkan ke dalam tempat air, lalu dicampur dengan ragi dan dua zat berbentuk tepung yang tak
diketahui Winnie. Setelah ditutup rapat, ia menyambungkannya dengan selang.

Hasilnya, air dalam tempat itu terdorong keluar melalui selang. Anak kedua pasangan Annie Widjaja
dan Husin Ngadimin ini mencatat kesimpulan terakhirnya. "Reaksi fermentasi ragi menghasilkan CO2
yang mendorong air dari tempatnya ke luar melalui selang," kata Winnie yakin.

Dari mana dia tahu CO2 yang mendorong air? "Dari buku-buku yang Winnie baca," jawabnya.

Suka buku IPA

Minat baca Winnie termasuk tinggi untuk anak seusianya. Saat teman-temannya masih berkutat
dengan novel Harry Potter, Winnie malah lebih tertarik dengan buku-buku tentang IPA. "Harry Potter
suka sih, tetapi enggak sampai mengoleksi," katanya.

Buku-buku pelajaran IPA jadi santapan Winnie. "Asal diberi buku tentang IPA, seperti biologi, kimia,
fisika, atau astronomi, pasti dia baca," ujar Juliarni, salah seorang guru pembimbing Winnie.

Winnie memang dikondisikan sekolah agar bisa meraih prestasi di ajang olimpiade sains tingkat
nasional hingga IMSO. Kepala SD Sutomo 1 Medan Helen menuturkan, sejak tiga tahun terakhir di
sekolah itu ada science centre, semacam kelas tambahan bagi pelajar dengan prestasi ekstra. Hanya
pelajar yang duduk di kelas IV dan V yang mendapat bimbingan ekstra di sini.

"Karena mereka yang ikut lomba biasanya duduk di kelas V. Science centre untuk pelajar kelas IV
menjadi semacam penggodokan awal. Winnie bisa berprestasi seperti di ajang IMSO salah satunya
berkat scince centre," katanya.

Di kelas, Winnie bukan yang terbaik. Namun, ketekunan dan kemauan keras dia yang mengantarnya
meraih prestasi internasional.

"Di kelas Winnie ranking dua dari 50-an siswa. Sayang, siswa yang meraih ranking satu tak mau
bergabung di science centre karena takut ketinggalan pelajaran kelas," ujar Titis Sri Irfan, guru
pembimbing science centre untuk siswa kelas V.

Winnie tak pernah mengeluh dengan beban pelajaran. Hampir sebagian waktu dia habiskan untuk
belajar. Sepulang sekolah pukul 12.10, ia punya waktu sekitar dua jam untuk beristirahat. Pukul
14.00-18.00 dia habiskan di tempat les pelajaran sekolah. Setelah pulang waktunya dia gunakan
untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan belajar untuk pelajaran esok hari.

Waktu bermainnya pada akhir pekan. Biasanya dia ke rumah kakeknya atau berenang. Bermain
dengan teman sebaya dilakukannya saat di sekolah. "Saya paling suka ngobrolin soal guru, selain soal
PR," kata Winnie.

Tak sia-sia dia menghabiskan sebagian besar waktu untuk belajar. Prestasi internasional sudah
disandangnya. Ia menjadi incaran kelas khusus tambahan mata pelajaran seperti Matematika, Fisika,
Kimia, dan Biologi di SMA Sutomo 1 Medan, sekolah yang beberapa kali siswanya menjadi anggota
Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) maupun tim olimpiade sains lainnya.

Ketika dewasa kelak, Winnie ingin menjadi dokter. Ihwal cita-citanya itu, dia punya alasan. "Karena
dokter banyak membantu orang. Winnie suka pekerjaan yang bisa bermanfaat untuk orang banyak,"
ujarnya.

Hadiah uang tunai sebesar Rp 5 juta yang diraih karena prestasinya di IMSO ini akan dia serahkan ke
panti asuhan. Alasannya sederhana, "Winnie mimpi, kalau bisa dapat juara, hadiahnya harus
diberikan ke panti asuhan."

Sumber : Kompas, Senin, 14 Desember 2007

http://bukan-tokohindonesia.blogspot.com/2009/06/winnie-jesslyn-winnie-raih-emas.html

 
Senin, 01 November 2010 , 08:56:00
Mendidik dengan Cinta
Oleh: Aswandi
DI suatu ketika, Prof. Dr. Yohannes Surya salah seorang yang ditugaskan melahirkan sang
juara pada berbagai event olimpiade sains berskala internasional menyampaikan kisah
tentang seorang anak asuhnya yang berasal dari pedalaman papua. Anak asuh tersebut pada
mulanya bukanlah anak yang berprestasi akademik tinggi, melainkan prestasi di bawah rata-
rata anak di desanya. Akan tetapi setelah menjalani proses pembelajaran efektif di sebuah
sekolah swasta favorit di ibu kota, anak tersebut mampu mencapai prestasi akademik tinggi
menyamai siswa di kelasnya. Hal ini adalah bukti bahwa proses pembelajaran efektif
mempengaruhi prestasi akademik.

Banyak orang sukses atau mencapai prestasi puncak di dunia ini berasal dari kalangan yang
kurang beruntung dan terlahir dalam kondisi tidak berdaya, misalnya Oscar Pistorius, terlahir
sebagai bayi tanpa kaki. Ia berkata, “Orang tuaku hanya bisa menangisi keadaanku.
Jangankan berlari, berjalan sempurna saja aku tidak mampu”. Namun kemudian, ia tercataat
pemecah rekor dunia lari dan peraih tiga medali emas olimpiade karena dilatih oleh seorang
yang punya hati dan cinta. Hirotada Ototake terlahir dalam kondisi  Tetra Melia, sebuah
kelainan bawaan yang membuatnya hampir tidak memiliki tangan dan kaki, tercatat sebagai
salah seorang pakar politik dan ekonomi dari Universitas Waseda Jepang dan sejak tahun
1999 bekerja sebagai co-presenter di sebuah program TV. Michio Inoue terlahir seberat 500
gram (1/2 kg) dan buta, berhasil menjadi pemenang lomba mengarang tingkat nasiona di
negerinya Jepang, Ibunya berkata, “Anakku telah mengajarkan bahwa kelembutan dan cinta
akan membuka kemampuan seseorang untuk bertahan walaupun tidak sempurna. Miyuki,
terima kasih kau mau lahir dari rahim ibu”. Hee Ach Lee terlahir hanya dengan empat jari
tangan (dua di tangan kiri dan dua di tangan kanan) dan kaki sebatas lutut, tetapi ia mahir
memainkan piano dari karya Mozart dan Chopin karena aku punya seorang ibu yang luar
biasa mencurahkan kasih sayangnya dan membuat aku mampu melampau keterbatasanku”. 

Helen Keller adalah contoh lain dari seorang anak yang sejak usia dua tahun mengalami
kebutaan, kemudian setelah dewasa mencapai prestasi akademik tertinggi (summa cum
laude) dari sebuah universitas bergensi di dunia ini, yakni Harvard University. Ia tercatat
sebagai seorang wanita pertama dengan prestasi akademik tertinggi sekalipun dalam kondisi
buta karena diasuh oleh Sulivan seorang suster yang mengasuhnya dengan penuh cinta
kasih.Sheila, Dave Pelzer, Benjamin Carson, bukti lain dari anak manusia yang sejak kecil
telah terluka dan terbelenggu hatinya, namun setelah besar mereka mencapai sukses di dunia
ini, bahkan kesuksesan mereka melebihi dari kesuksesan yang pernah diraih oleh orang lain.
Mereka dibesarkan oleh seseorang yang memiliki tangan penuh barokah.   
Pertanyaannya, mengapa kita yang normal dan secara materi berkecukupan tidak mencapai
prestasi, sementara mereka yang serba kekurangan dan keterbatasan itu berhasil mencapai
prestasi luar biasa. Satu diantara jawabannya adalah karena mereka dibesar, diasuh, dilatih
dan dididik dengan penuh kasih sayang dan tulus ikhlas. Anehnya, para pendidik dan guru
yang penuh cinta kasih dan tulus ikhlas tersebut ternyata tidak mesti orang tuanya sendiri.
Mereka adalah sedikit diantara orang tua, pendidik yang memiliki kesadaran identitas tinggi
dan menjalankan proses pendidikan, pengasuhan dan pembelajaran efektif.Pembelajaran yang
efektif tidak dapat disederhanakan menjadi bentuk, teknik, dan metode pembelajaran belaka,
pengajaran yang baik berasal dari identitas/jati diri dan integritas guru. Dalam artian
pembelajaran yang efektif berasal dari orang yang efektif pula. Ketika kita makin memahami
siapa diri kita, kita bisa mempelajari teknik yang bisa mengungkap, dan bukannya
menyembunyikan identitas kita menjadi sumber pembelajaran yang baik, dikutip dari Parker
J. Palmer (2009) dalam bukunya “The Courage to Teach”.
Arthur F. Carmazzi (2006) dalam bukunya “Identity Intelligence” menyatakan bahwa
identitas adalah unsur utama pemberi semangat dalam berbagai hal dan benar-benar tidak
mempunyai motivasi dalam hal lainnya.
Pendapat lain menyatakan, “identitas adalah jaringan di seputar diri kita dimana semua
kekuatan yang membangun hidup kita terkumpul dalam jati diri kita, bukan hanya pada
karakter kita yang luhur atau pada amalan baik dan gaya pemberani yang kita lakukan untuk
menutupi dan menyembunyikan kekurangannya sebagaimana sering dilakukan oleh banyak
orang yang kurang percaya diri. Identitas itu juga berkaitan dengan bayangan kita,
kekurangan dan keterbatasan kita, rasa sakit hati kita, rasa ketakutan kita, dan kemampuan
serta kekuatan kita”, dikutip dari Parker J. Palmer (2009).
Kesuksesan dan kegagalan dalam hidup ini dipengaruhi oleh kecerdasan identitas, yakni hasil
perpaduan antara memupuk kesadaran yang lebih besar tentang cara dan alasan seseorang
bereaksi terhadap lingkungannya dan kesadarannya tentang siapa dirinya sesungguhnya”.
Sehubungan dengan itu, maka mengenali dan menemukan identitas diri sangatlah penting,
karena di sana ditemukan sebuah kebenaran. Menemukan identitas diri berarti menemukan
kunci keselarasan yang kemudian membebaskan diri dari kebiasaan dan sifat yang menjadi
penghalang untuk memperoleh semua yang diinginkan. Jika kebebasan muncul, maka
kemampuan menggunakan lebih banyak otak untuk melihat lebih banyak kesempatan dalam
lingkungan dimana ia berada.
Untuk bisa mengajar secara efektif, lebih mengenal peserta didik dan bidang ilmu yang
diajarkan sangatlah tergantung pada kemampuan dan kesadaran kita mengenali identitas diri
kita sendiri. Semakin kita mengenal identitas/jati diri atau siapa diri kita sebenarnya, maka
semakin efektif pengajaran yang kita berikan dan semakin mudah pula kehidupan kita.
Frank McCourt (2009) dalam bukunya “Teacher Man, a Memoir” membenarkan pendapat di
atas, ia menyatakan bahwa; “Sebelum siswa memasuki ruang kelas, seorang pendidik harus
memutuskan dimana posisinya (sikap dan penempatan), serta siapa dirinya (identitas dan
citra). Seorang pendidik tidak akan dapat mengajar dengan kualitas tinggi, kecuali mereka
tahu posisi diri mereka, untuk itu para pendidik harus mengetahui identitas atau jati dirinya
selaku seorang pendidik, dan siswa tidak peduli terhadap gelar akademik yang disandang
gurunya, berapa banyak buku yang telah dibaca dan ditulisnya, serta penelitian yang
dilakukannya. Yang lebih mereka (peserta didik) rasakan dan pentingkan adalah apakah
gurunya benar-benar ada bersama mereka dan dari perasaan itulah mereka merespons
pengajaran yang disampaikan gurunya. Menjadi semakin jelas, bahwa pada setiap tingkat dan
jenis pendidikan, identitas diri seorang pendidik menjadi kunci keberhasilan pengajaran.
Beberapa tahun lalu, penulis bertemu seorang guru berprestasi tingkat nasional karena
terbukti berhasil mengantarkan siswa-siswinya menjadi juara olimpiade sains internasional
yang sangat membanggakan kita semua. Guru berprestasi tersebut sangat sederhana, ia
tinggal bersama keluarga di sebuah rumah yang sangat kecil tetapi berfungsi ganda tanpa
sedikitpun merasa malu karena serba kekurangan dan keterbatasan tersebut., ia jalini profesi
sebagai guru dengan penuh tanggungjawab (Penulis, Dosen FKIP Untan)  

http://www.pontianakpost.com/index.php?mib=komentar&id=42022

''Learning is Attractive and Meaningful''Kiat Sukses SD Santo Yoseph 1 DenpasarSD Santo Yoseph 1
Denpasar sepertinya tak diragukan lagi, baik di bidang akademik (kurikuler) maupun
nonakademiknya (ekstrakurikuler). Boleh dibilang sekolah ini adalah ''gudangnya'' anak-anak
berprestasi. Di bidang akademik, sekolah ini tak pernah absen ikut olimpiade mulai tingkat lokal,
nasional hingga internasional mulai dari matematika, IPA dan lain sebagainya. Dan, hasilnya anak
didiknya membawa kejuaraan ketika pulang.

Ditemui usai acara Misa Kudus yang dipimpin langsung Rm Kris Ratu, SVD., Kepala SD 1 Santo Yoseph
Denpasar R.Y. Hendriyathi, S.Pd. mengatakan, tak ada kunci istimewa bisa ''mencetak'' anak-anak
berprestasi. Sebab, kurikulum yang diterapkan di sekolah ini tak jauh beda dengan SD lainnya.
''Hanya model pembelajarannya diubah menjadi belajar yang menyenangkan dan bermakna atau
learning is attractive and meaningful,'' ucapnya.

Rupanya dengan cara itu, anak-anak yang belajar di sekolah ini tidak merasa terbebani dengan
pelajaran yang diberikan para guru. Di samping itu, dalam proses pembelajaran, para guru
memanfaatkan IT. ''Kami menggunakan LCD dalam proses belajar-mengajar,'' tuturnya. Di LCD itu
diselipkan ilustrasi-ilustrasi menarik yang berkaitan dengan pelajaran, sehingga anak-anak selalu
senang belajar. Di samping itu, ada lab komputer, setiap anak menggunakan satu komputer, serta
kewajiban anak membaca apa saja di perpustakaan selama satu jam setiap hari secara bergilir.

Ia menambahkan, untuk melatih kecakapan dan keterampilan siswa, diadakan beberapa program
unggulan. Di antaranya, science club (klas III sampai V meliputi matematika, IPA, bahasa Inggris dan
Mandarin), English club, computer club, English day. Selain itu ada kegiatan ekstrakurikuler seperti
marching band, paduan suara, band sekolah, karawitan Bali, tari Bali, modeling, melukis, teater
sekolah, pramuka, dan olahraga. Kiat lainnya, menyertakan guru-guru meningkatkan kualifikasinya
ke S-2. Kini ada lima guru sedang studi S-2. ''Kunci terakhir yang paling penting diterapkan di sekolah
ini yakni disiplin. Ini tak boleh ditawar, karena dengan disiplin kami bisa mengantar anak-anak ke
gerbang kesuksesan,'' tuturnya.

Anak-anak SD Sato Yoseph 1 yang berprestasi dalam lima tahun terakhir, di antaranya Harfiyanto
Dharma Santoso meraih medali emas dalam HEMIC di Hongkong dan medali perunggu Olimpiade
Matematika Internasional, Hendrawijaya meraih perunggu Olimpiade Matematika Internasional,
Deas Prouditya Raharjo meraih emas Olimpiade Sains Nasional, Giovanna Prajatri Surialim meraih
perak Olimpiade Matematika dan Sains Internasional, dll. Tahun 2011, Agung Krisna meraih juara I
Olimpiade Kota Denpasar, Margareta Asri Sawitri juara I bahasa Inggris dan Matematika Cerebrofort,
Diva Angelina juara I Olimpiade SD se-Densel, Davin Tandy juara II Olimpiade Matematika se-Densel
dan juara II Olimpiade Matematika SMP St. Santo Yoseph Denpasar, Agnes Aditya Rahajeng meraih
The Favorit Winnerlomba Bahasa Inggris 45 tahun SMAN 2 Denpasar, Maria Cristabella juara I siswa
Berprestasi se-Denbar, juara I paduan suara se-Denbar, juara I dan II lomba news reading Tk SD se-
Kota Denpasar. Tahun ini tiga siswanya sedang mengikuti pemantapan di Kota Denpasar untuk ikut
Olimpiade Matematika dan IPA. (r)

http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaindex&kid=10&id=49360

PRESTASI AKADEMIK INDONESIA DI KALANGAN


INTERNASIONAL
Adrienne T Sulistyo dan Vici R Tedja
Kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, telah membuat Adrienne T Sulistyo dan Vici R
Tedja, meraih medali perak Olimpiade Proyek Lingkungan di Azerbaijan pada 1-6 April
2008 lalu. 2 siswi kelas 3 IPA SMU Santa Laurensia, Alam Sutra, Tangerang ini berhasil
menemukan solusi sederhana dan murah meriah untuk mengatasi limbah styrofoam yang tak
terdaur ulang atau terurai. Tanpa teknologi yang rumit, mereka membuktikan bahwa ekstrak
kulit jeruk mampu mengolah limbah berbahan styrofoam sehingga bisa diurai oleh alam.

Terrenz Kelly Tjong dan Lynn Kaat Kurniawan

Siswi kelas 2 dan 3 SMU Santa Laurensia Tangerang ini telah mengharumkan nama
Indonesia sebagai pasangan ilmuwan muda di ajang The 15th International Conference of
Young Scientists, di Chernivtsi, Ukraina, 18-23 April 2008 lalu. Keprihatinan pada masalah
ledakan jumlah penduduk di Indonesia, mengantarkan mereka untuk merebut medali perak
pada konferensi ilmuwan muda tingkat dunia itu. Keduanya berhasil membuktikan lewat
serangkaian penelitian, bahwa ekstrak kulit buah manggis, berpotensi untuk menjadi alat
kontrasepsi atau KB bagi pria yang efektif.

Ttrio jagoan Fisika Kevin Winata, Thomas A Nugraha Budi dan Tyas Kokasih dan
Matematika Nanang Susyanto

Sementara jika fisika dan matematika adalah 2 mata pelajaran yang ditakuti oleh kebanyakan
siswa sekolah, hal itu tidak berlaku bagi trio jagoan fisika dan matematika ini. Mereka yang
semuanya tidak suka pelajaran menghapal ini, sukses menorehkan prestasi membanggakan di
dunia fisika internasional. Mereka bertiga keluar sebagai peraih medali emas, perak dan
perunggu pada ajang Olimpiade Fisika Internasional di Mongolia pada 20-28 April lalu.
Sedangkan Nanang adalah jagoan matematika yang berasal dari keluarga buruh tani di
kawasan Temanggung, Jawa Tengah. Nanang yang nyaris putus sekolah setamat SD itu,
beberapa kali mengikuti olimpiade matematika tingkat internasional. Prestasi tertingginya
antara lain finalis olimpiade matematika di Yunani pada 2004 dan peraih perunggu di
olimpiade matematika Bulgaria tahun 2005. Kini lulusan MIPA UGM itu memilih mengabdi
sebagai pendamping dan pembimbing tim olimpiade matematika Indonesia, sembari
menunggu kerja sebagai dosen di UGM.

Zefrizal Nanda Mardani

Bagi dia tak terbayangkan bahwa akhirnya dia menyukai dan menggeluti dunia perbintangan.
Anak pasangan guru di Trenggalek Jawa Timur ini, menjadi peraih penghargaan tertinggi
Olimpiade Astronomi Internasional di Ukraina pada Oktober 2007 lalu. Zef yang sebenarnya
mendaftar untuk olimpiade sains itu, terdampar sebagai peserta olimpiade astronomi, bidang
yang sama sekali tak pernah dikenalnya sebelumnya. Namun berkat kecemerlangan otak Zef,
dengan waktu pelatihan dan bimbingan yang singkat, mampu mengantarkannya sebagai
peraih medali emas pada ajang itu.

Farid Firmansyah dan Masruri Rahmat

Mereka menjadi juara 1 kelompok usia 15 tahun dan juara 3 kelompok usia 11 tahun di
Kejuaraan Dunia Catur Pelajar ke-3 di Yunani pada 28 April-5 Mei 2007. Farid, mengasah
bakat caturnya sembari menunggui gerobak rokok bapaknya, yang mangkal di depan Sekolah
Catur Utut Adianto. Sementara Masruri diajari catur oleh bapaknya yang sopir bajaj, sebagai
aktivitas harian sepulang sekolah, supaya tidak melakukan kegiatan yang tipikal dilakukan
oleh anak sebayanya di lingkungan permukiman kumuh sekitarnya. Dan kini, kedua pelajar
SD dan SMP ini telah menjadi Master Catur Dunia!

Di tahun 2004, Septinus George Saa, siswa SMUN 3 Wamena, Jayapura, berhasil menjadi
juara I lomba Internasional Eksperimen Fisika The First Step to Nobel Prize in Physics 2004.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, tim FE UI berhasil meraih Golden Prize dalam
Kompetisi Bisnis Dunia Oreal E-Strat Challenge 4.

Di akhir 2004, Indonesia dibuat bangga oleh 8 dari 12 siswa SLTP yang berkiprah dalam
International Junior Science Olympiade (IJSO) atau yang lebih dikenal sebagai olimpiade
sains. Indonesia pun meraih medali emas. Bahkan , 5 anak Indonesia diantara mereka
menempati urutan 5 besar utama.

Mereka bersaing ketat dengan 85 peserta dari 30 negara di 5 benua. Apalagi dua Negara lain
seperti Korea & China dikenal sebagai gudang anak- anak jenius. Diptarama, salah satu
peserta dari Indonesia meraih gelar absolute winner (nilai tertinggi dari keseluruhan tes).
Begitu pula Stephanie Senna yang meraih Best Experimental Winner (nilai tertinggi di uji
eksperimen). Indonesia pun tercatat saat International Young Phisicist Tournament (IYPT) di
Brisbane Australia, Indonesia meraih emas dengan urutan ke-5.

Dari beberapa data tersebut, membuat kita paham bahwa kemampuan akademis, kecerdasan
& daya analisis generasi muda kita sangat besar.

Prestasi yang diraih oleh putra- putri Indonesia tidak hanya pada bidang akademis, tapi juga
olahraga. Pada kejuaraan renang Asia ke-7, Indonesia menjadi salah satu peserta dari 20
negara yang ikut berpartisipasi. Beberapa atlet junior menunjukkan kebolehannya, seperti
Alvin Daniel Yus (Jabar), Andika Surya Adi (Jateng), Harizal (Sumbar), serta beberapa atlet
putri. Namun, pada ajang ini hanya 1 orang wakil dari Indonesia yang mampu mencapai
final.

Prestasi Lain yang diraih Pelajar Indonesia di tingkat Internasional :

1. Peringkat Pertama Olimpiade Fisika Internasional ke-37 Tahun 2006.


2. Meraih Gelar The Absolute Winner pada Olimpiade Fisika Internasional ke-37 atas nama
Jonathan Pradana Mailoa.
3. Juara Olimpiade Biologi dan Olimpiade Kimia Tahun 2006
4. Para pelajar Indonesia berkali-kali mendapat peringkat atas dalam First Step to Nobel
Prize.
5. Indonesia menempati peringkat 20 besar dalam bidang komputer dan sering membawa
pulang medali perak dan perunggu.
6. Pelajar Indonesia sering menjuarai kompetisi komputer seperti di India, Las Vegas dan
lainnya.
7. Juara Dunia Catur Pelajar KU-15 pada tahun 2007 di Yunani atas nama Farid Firmansyah.
8. Juara Dunia Catur Pelajar KU-9 pada tahun 2005 di Yunani atas nama Aston Taminsjah.
9. dan lain-lain.

Nah, sudah lihat kan banyaknya prestasi Indonesia (tentunya dengan jerih payah
mereka dan kekuatan serta kelebihannya). Akhir kata, teruslah kembangkan
potensimu, karena usaha dapat mengalahkan bakat yang luar biasa sekalipun, dengan
kita berusaha, pasti ada jalan menuju kesuksesan…!!
http://tingdongwok.blogdetik.com/2010/01/11/prestasi-akademik-indonesia-di-kalangan-
internasional/

‘HOW CAN WE UNDERSTAND OUR WATER RESOURCES?

Teaching The Science


Process Skills
What Are the Science Process Skills?

S cience and teaching students about

science means more than scientific


knowledge. There are three dimensions
of science that are all important. The first
of these is the content of science, the basic
concepts, and our scientific knowledge. This
is the dimension of science that most people
first think about, and it is certainly
very important.
The other two important dimensions of science
in addition to science knowledge are processes
of doing science and scientific attitudes. The
processes of doing science are the science
process skills that scientists use in the process
of doing science. Since science is about asking
questions and finding answers to questions,
these are actually the same skills that we all
use in our daily lives as we try to figure out
everyday questions. When we teach students
to use these skills in science, we are also
teaching them skills that they will use in the
future in every area of their lives.
The third dimension of science focuses on the
characteristic attitudes and dispositions of
science. These include such things as being
curious and imaginative, as well as being
enthusiastic about asking questions and
solving problems. Another desirable scientific
attitude is a respect for the methods and
values of science. These scientific methods and
values include seeking to answer questions
using some kind of evidence, recognizing the
importance of rechecking data, and understanding
that scientific knowledge and theories
change over time as more information
is gathered.
SIX BASIC PROCESS SKILLS
The science process skills form the foundation
for scientific methods. There are six basic
science process skills:
• Observation
• Communication
• Classification
• Measurement
• Inference
• Prediction
These basic skills are integrated together when
scientists design and carry out experiments
or in everyday life when we all carry out fair
test experiments. All the six basic skills are
important individually as well as when they
are integrated together.
The six basic skills can be put in a logical
order of increasing sophistication, although
even the youngest students will use all of the
TEACHING THE SCIENCE PROCESS SKILLS 6/5
HOW CAN WE UNDERSTAND OUR WATER RESOURCES?
skills alongside one another at various times.
In the earliest grades students will spend a
larger amount of time using skills such as
observation and communication. As students
get older they will start to spend more time
using the skills of inference and prediction.
Classification and measurement tend to be
used across the grade levels more evenly,
partly because there are different ways to do
classifying, in increasingly complex ways, and
because methods and systems of measuring
must also be introduced to children gradually
over time.
Integrating the basic science process skills
together and gradually developing abilities to
design fair tests is increasingly emphasized in
successive grade levels, and is an expectation
of students by fourth grade. The Virginia
Standard of Learning (SOL) 4.1 for fourthgraders
includes, for example, creating
hypotheses and identifying and manipulating
variables in simple experiments. At this level,
the students are beginning to really ask and
answer their own questions in a scientific
sense. The following Designing an Experiment
and Analyzing Experimental Data sections will
focus on using the integrated science process
skills to design experiments and reach
conclusions.
In the Virginia Standards of Learning, the first
science SOL (x.1) at every grade level K – 12
tells which of the science process skills should
be introduced and emphasized at that grade
level. For grades K–6, where the SOL at each
grade includes content from all areas of
science, organized in strands across these
grade levels, the science process skills SOL
falls in the Scientific Investigation, Reasoning,
and Logic strand. For grades 7–12 (Life
Science, Physical Science, Earth Science,
Biology, Chemistry, then Physics) the SOL are
no longer organized in vertical strands, but the
first SOL at each of these grade levels still
defines the science process skills to be taught
and practiced at that grade level. For all grade
levels K – 12, the intention is that the science
process skills be taught and practiced by
students in the context of the content SOL
for that grade level. Students will work on
different content areas of science during the
year, and all year long they will continue to
use and develop further the science process
skills for their grade level.
SCIENCE BEGINS WITH OBSERVATION
Observing is the fundamental science process
skill. We observe objects and events using
all our five senses, and this is how we learn
about the world around us. The ability to
make good observations is also essential to
the development of the other science process
skills: communicating, classifying, measuring,
inferring, and predicting. The simplest observations,
made using only the senses, are
qualitative observations. For example, the leaf
is light green in color or the leaf is waxy and
smooth. Observations that involve a number
or quantity are quantitative observations. For
TEACHING THE SCIENCE PROCESS SKILLS 6/6
HOW CAN WE UNDERSTAND OUR WATER RESOURCES?
example, the mass of one leaf is five grams
or the leaves are clustered in groups of five.
Quantitative observations give more precise
information than our senses alone.
Not surprisingly, students, especially younger
children, need help in order to make good
observations. Good, productive observations
are detailed and accurate written or drawn
descriptions, and students need to be prompted
to produce these elaborate descriptions.
The reason that observations must be so full of
detail is that only then can students increase
their understanding of the concepts being studied.
Whether students are observing with their
five senses or with instruments to
aid them, we can guide them to make better
more detailed descriptions. We can do this
by listening to students’ initial observations
and then prompting them to elaborate. For
example, if a student is describing what he or
she can see, they might describe the color of an
object but not its size or shape. A student
might describe the volume of a sound but not
its pitch or rhythm. We can prompt students to
add details to their descriptions no matter
which of the five senses they are using. There
are other ways that we can prompt students
to make more elaborate descriptions. For example,
if something is changing, students should
include, before, during, and after appearances
in their observations. If possible, students
should be encouraged to name what is being
observed.
OBSERVATION AND COMMUNICATION
GO HAND IN HAND
As implied already, communication, the
second of the basic science process skills,
goes hand in hand with observation. Students
have to communicate in order to share their
observations with someone else, and the
communication must be clear and effective
if the other person is to understand the
information. One of the keys to communicating
effectively is to use so-called referents, references
to items that the other person is already
familiar with. For example, we often describe
colors using referents. We might say sky
blue, grass green, or lemon yellow to describe
particular shades of blue, green, or yellow.
The idea is to communicate using descriptive
words for which both people share a common
understanding. Without referents, we open the
door to misunderstandings. If we just say hot
or rough, for example, our audience might have
a different idea of how hot or how rough. If a
student is trying to describe the size of a
pinecone they might use the size of his or her
shoe as a referent. The pinecone could be
either larger or smaller than his shoe.
The additional science process skill of measuring
is really just a special case of observing
and communicating. When we measure some
property, we compare the property to a defined
referent called a unit. A measurement statement
contains two parts, a number to tell us
how much or how many, and a name for
TEACHING THE SCIENCE PROCESS SKILLS 6/7
HOW CAN WE UNDERSTAND OUR WATER RESOURCES?
the unit to tell us how much of what. The
use of the number makes a measurement a
quantitative observation.
Students can communicate their observations
verbally, in writing, or by drawing pictures.
Other methods of communication that are
often used in science include graphs, charts,
maps, diagrams, and visual demonstrations.
CLASSIFYING INTO GROUPS
Students in the early grades are expected to be
able to sort objects or phenomena into groups
based on their observations. Grouping objects
or events is a way of imposing order based on
similarities, differences, and interrelationships.
This is an important step towards a better
understanding of the different objects and
events in the world.
There are several different methods of classification.
Perhaps the simplest method is serial
ordering. Objects are placed into rank order
based on some property. For example, students
can be serial ordered according to height, or
different breakfast cereals can be serial ordered
according to number of calories per serving.
Two other methods of classification are binary
classification and multistage classification. In a
binary classification system, a set of objects is
simply divided into two subsets. This is usually
done on the basis of whether each object has
or does not have a particular property. For
example, animals can be classified into two
groups: those with backbones and those without
backbones. A binary classification can also
be carried out using more than one property at
once. Objects in one group must have all of
the required properties; otherwise they will
belong to the other group.
A multi-stage classification is constructed by
performing consecutive binary classifications
on a set of objects and then on each of the
ensuing subsets. The result is a classification
system consisting of layers or stages. A
multi-stage classification is complete when
each of the objects in the original set has
been separated into a category by itself. The
familiar classifications of the animal and
plant kingdoms are examples of multi-stage
class-ifications. A useful activity for younger
children could be to create a multi-stage classification
of some local animals using physical
and/or behavioral similarities and differences.
The Virginia Science SOL match the different
classification skills to the different grade
levels. In kindergarten, children are expected
to sequence a set of objects according to size.
The kindergarteners are also expected to
separate a set of objects into two groups based
on a single physical attribute. (See Science
SOL K.1.) In first grade, students should
classify and arrange both objects and events
according to various attributes or properties
(1.1). In second grade, students should classify
items using two or more attributes (2.1). In
third grade, students should classify objects
with similar characteristics into at least two
sets and two subsets, and they should also
TEACHING THE SCIENCE PROCESS SKILLS 6/8
HOW CAN WE UNDERSTAND OUR WATER RESOURCES?
asking students questions about their observations
we can encourage the students to think
about the meaning of the observations.
Thinking about making inferences in this way
should remind us that inferences link what
has been observed together with what is
already known from previous experiences. We
use our past experiences to help us interpret
our observations.
Often many different inferences can be
made based on the same observations. Our
inferences also may change as we make
additional observations. We are generally
more confident about our inferences when
our observations fit well with our past experiences.
We are also more confident about
our inferences as we gather more and more
supporting evidence. When students are trying
to make inferences, they will often need to
go back and make additional observations
in order to become more confident in their
inferences. For example, seeing an insect
release a dark, sticky liquid many times
whenever it is picked up and held tightly
will increase our confidence that it does this
because it is up-set and trying to defend itself.
Sometimes making additional observations
will reinforce our inferences, but sometimes
additional information will cause us to modify
or even reject earlier inferences. In science,
inferences about how things work are continually
constructed, modified, and even rejected
based on new observations.
sequence natural events chronologically (3.1).
In fourth grade, students should classify
data to create frequency distributions (4.1);
in fifth grade, students should identify rocks,
minerals, and organisms using a classification
key (5.1); and in sixth grade, students should
develop a classification system based on
multiple attributes (6.1).
MAKING INFERENCES AND PREDICTIONS
Unlike observations, which are direct evidence
gathered about an object, inferences are explanations
or interpretations that follow from the
observations. For example, it is an observation
to say an insect released a dark, sticky liquid
from its mouth, and it is an inference to state,
the insect released a dark, sticky liquid from its
mouth because it is upset and trying to defend
itself. When we are able to make inferences,
and interpret and explain events around us,
we have a better appreciation of the environment
around us. Scientists’ hypotheses about
why events happen as they do are based on
inferences regarding investigations.
Students need to be taught the difference
between observations and inferences. They
need to be able to differentiate for themselves
the evidence they gather about the world as
observations and the interpretations or inferences
they make based on the observations.
We can help students make this distinction
by first prompting them to be detailed and
descriptive in their observations. Then, by
TEACHING THE SCIENCE PROCESS SKILLS 6/9
HOW CAN WE UNDERSTAND OUR WATER RESOURCES?
Making predictions is making educated guesses
about the outcomes of future events. We are
forecasting future observations. The ability
to make predictions about future events
allows us to successfully interact with the
environment around us. Prediction is based
on both good observation and inferences made
about observed events. Like inferences, predictions
are based on both what we observe and
also our past experiences the mental models
we have built up from those experiences. So,
predictions are not just guesses! Predictions
based on our inferences or hypotheses about
events give us a way to test those inferences or
hypotheses. If the prediction turns out to be
correct, then we have greater confidence in our
inference/hypothesis. This is the basis of the
scientific process used by scientists who are
asking and answering questions by integrating
together the six basic science process skills.
In summary, successfully integrating the
science process skills with classroom lessons
and field investigations will make the learning
experiences richer and more meaningful for
students. Students will be learning the skills
of science as well as science content. The
students will be actively engaged with the
science they are learning and thus reach a
deeper understanding of the content. Finally
active engagement with science will likely lead
students to become more interested and have
more positive attitudes towards science.
RESOURCES
• A Key to Science Learning. Yockey, J. A.
(2001). Science & Children, 38(7), 36-41.
An article at the elementary school level,
describing a simple writing technique to help
students communicate the important science
concepts they have learned.
• Centimeters, Millimeters, & Monsters.
Goldston, J. M., Marlette, S., & Pennington,
A. (2001). Science & Children, 39(2), 42-47.
An article at the elementary school level,
describing a humorous way to teach
metric units.
• Drawing on Student Understanding. Stein,
M., McNair, S., & Butcher, J. (2001).
Science & Children, 38(4), 18-22.
This article, at the elementary school level,
describes how children can use drawings
to communicate their understanding of
animals. In the process, student learning
about the animals is reinforced, as the
children are encouraged to think deeply
about what they know and have observed.
• Learning and Assessing Science Process
Skills. Rezba, R. J., Sprague, C. S., Fiel, R.
L., Funk, H. J., Okey, J. R., & Jaus, H. H.
(3rd Ed.). (1995). Dubuque, IA:
Kendall/Hunt Publishing Company.
TEACHING THE SCIENCE PROCESS SKILLS 6/10
HOW CAN WE UNDERSTAND OUR WATER RESOURCES?
A comprehensive text describing both the
basic science process skills and the integrated
science process skills in detail, along
with suggestions of activities incorporating
the skills with science content and appropriate
assessment methods.
• Oh Say Can You See? Checkovich, B. H., &
Sterling, D. R. (2001). Science & Children,
38(4), 32-35.
An article at the elementary school level,
describing a simple strategy for improving
students’ observation skills.
• Teaching & Learning The Basic Science Skills:
Videotape Series. Rezba, R. J. (1999). Office
of Elementary and Middle School Instructional
Services, Virginia Department of
Education, P.O. Box 2120, Richmond, VA
23218-2120. Call media office for copies of
videotapes at 804-225-2980.
• When a Hypothesis is NOT an Educated
Guess. Baxter, L. M., & Kurtz, M. J. (2001).
Science & Children, 38(7), 18-20.
An article at the elementary school level,
discussing the difference between making a
prediction (an educated guess about the outcome
of a test) and forming a hypothesis (an
educated guess about why the outcomes
occurred).
TEACHING THE SCIENCE PROCESS SKILLS 6/11
TEACHING THE SCIENCE PROCESS SKILLS 6/12

Problem Solving and Science Process Skills

Science Investigation Skills is Important for Problem


Based Learning
 Aug 24, 2008
 David R. Wetzel

Science Problem Solving - 123dan321

Students must develop the ability to conduct science investigations using prior knowledge and
experiences, along with treating science investigations as problem solving.

Problem solving is the essence of scientific investigations. Students are given a problem or
they identify a problem, then they follow the guidelines of problem based learning (PBL) to
solve in the problem. As they follow the investigative process, they use the science process
skills which are the methods and procedures of scientific investigation.

Problem solving relies heavily on the effective use of the science process skills by students to
complete an investigation. Problem based learning, like problem solving, also relies on the
proper use of the science process skills by students to solve problems.

Problem Solving in Science

Problem solving in science is typically referred to as the scientific habits of mind. These
include:

Ads by Google

XML to PDF Engine On the fly XML to PDF conversion, supports Visual Design. Try now!
www.ecrion.com

Root Cause Analysis Root Cause Training that Changes the way People Think! www.failsafe-
network.com

 Asking Questions – based on observations and prior knowledge and experience.


 Constructing Hypotheses – to guide an investigation.
 Designing – and conducting a science investigation.
 Repeated Trials – conducting an investigation several times to average the data and
determine the legitimacy of the data.
 Accurate Records – keeping accurate data for all observations and investigations.
 Drawing conclusions – based on the scientific investigation and prior knowledge and
experiences.
 Using data – to develop reasonable explanations of scientific investigations.
 Realizing – that different conclusions can be drawn from the same set of data and are still
correct.

The Science Process Skills

The science process skills are the foundation of problem solving in science and the scientific
method. These skills are separated into two categories – basic and integrated. The six basic
science process skills (grades K-12) are:

 Observing – using the 5 senses to find out information about objects: an object’s
characteristics, properties, similarities, and other identification features.
 Classifying – the process of grouping and ordering objects.
 Measuring – comparing unknown quantities with known quantities, such as: standard and
non-standard units of measure.
 Communicating – using multimedia, written, graphs, images, or other means to share
findings.
 Inferring – forming ideas to explain observations.
 Predicting – developing an assumption of the expected outcome.

The five integrated science process skills (grades 5-12) include:


 Formulating a Hypothesis – making a prediction (educated guess) based on evidence of prior
research and investigations.
 Variables – naming and controlling for the independent, dependent, and control variables in
an investigation.
 Operational Definitions – develop specific terms to describe what is happening in the
investigation based on observable characteristics.
 Experimenting – carrying out an investigation.
 Interpreting Data – analyzing the results of an investigation.

Recommended Problem Based Learning Skills

After reviewing both problem solving in science and the science process skills, you can see
that these approaches to science investigations have similar characteristics. Considering this,
the following are recommended strategies for conducting science investigations:

Read on 
 Scientific Method and Problem Based Learning
 Science Fair Projects Incorporating Technology
 Web Based Science Inquiry Learning Centers

 Ask Questions – have students reflect on prior knowledge and experiences to develop their
questions as they analyze the problem at hand.
 Problem Statement – a hypothesis of based on the results of answers to questions and prior
knowledge and experiences.
 Isolate and Control Variables – work with one independent and dependent variable at a time
to avoid confusion and erroneous data. Be sure they identify variables that do not change
throughout the investigation – control variables.
 Record Keeping – accurately record answers to questions for comparison with data
collected.
 Reason by Analogy – an inference that findings are related to similar findings in a related
investigation.
 Model – use diagrams, concept maps, graphs, pictures, physical models, and other means to
explain an investigation’s findings.

This procedure is an advanced step to conducting scientific investigations using an inquiry-


based approach to problem solving in science.

Visit Scientific Method and Problem Based Learning for additional information regarding the
connection between these two methods. Also, visit Understanding Scientific Inquiry for
additional ideas regarding student problem solving in science.

Read more at Suite101: Problem Solving and Science Process Skills: Science Investigation Skills is
Important for Problem Based Learning | Suite101.com http://www.suite101.com/content/problem-
solving-and-science-process-skills-a65807#ixzz1LXIZfrmj

http://www.suite101.com/content/problem-solving-and-science-process-skills-a65807
Olimpiade Sains Nasional adalah ajang berkompetisi dalam bidang sains bagi para siswa
pada jenjang SD, SMP, dan SMA di Indonesia. Siswa yang mengikuti Olimpiade Sains
Nasional adalah siswa yang telah lolos seleksi tingkat kabupaten dan propinsi dan karenanya
adalah siswa-siswa terbaik dari propinsinya masing-masing.

Pelaksanaan Olimpiade Sains Nasional ini didasarkan pada kesuksesan Indonesia sebagai
tuan rumah Olimpiade Fisika Internasional (IPhO - International Physics Olympiad) yang
diselenggarakan di Bali pada tahun 2002.

Olimpiade Sains Nasional diadakan setiap tahun di kota yang berbeda-beda. Kegiatan ini
merupakan salah satu bagian dari rangkaian seleksi untuk mendapatkan siswa-siswi terbaik
dari seluruh Indonesia yang akan dibimbing lebih lanjut oleh tim bidang kompetisi masing-
masing dan akan diikutsertakan pada olimpiade-olimpiade tingkat internasional.

http://id.wikipedia.org/wiki/Olimpiade_Sains_Nasional

SMPN 2 ROGOJAMPI

Banyak sekali perubahan, inovasi dan perkembangan telah terjadi di SMPN 2 Rogojampi ini.
Selama menjadi Sekolah Terakreditasi sampai Rintisan SSN di bawah kepemimpinan Ibu
Dra. Hj. Ratnaningsih, MMPd. kini semakin nampak dan nyata perubahan kearah positif yang
langsung dapat dirasakan oleh siswa, bapak/ibu guru dan masyarakat, ada beberapa kiat
sukses yang sudah dijalankan seperti menerapkan sistem pembelajaran PAKEM.
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh
suatu sistem pendidikan. Ia ibarat jantung dari proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik
cenderung menghasilkan lulusan yang baik pula demikian pula sebaliknya.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan keseluruh pelosok tanah air
adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan atau disingkat PAKEM.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya. Belajar memang merupakan suatu proses
aktif dari si siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya
menerima ceramah dari guru tentang pengetahuan saja. Peran aktif dari siswa sangat penting
dalam rangka pembentukan generasi yang aktif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk
kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru dapat menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Efektif, yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran siswa
berlangsung.
Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa
memusatkan perhatiannya secara penuh pada pelajaran sehingga waktu curah perhatiannya
(“time on task”) tinggi. Menurut hasil penelitian tingginya waktu curah perhatian dapat
meningkatkan hasil belajar.
Selain kiat-kiat tersebut di atas juga adanya:
> Keberanian Kepala Sekolah melakukan perubahan
> Berpikir logis dalam melakukan perubahan
> Melaksanakan pola kemitraan dalam melakukan perubahan
> Pengambilan kebijakan dengan pola partisipatif
> Memberikan kebebasan berinovasi kepada warga sekolah
> Pemberdayaan Komite Sekolah ikut serta menyusun RAPBS, menangani pembuatan
tempat wudlu, pembutan urinoir, wc sekolah, pembuatan ruang multi media, pemasangan
keramik selasar dan keramik ruang lobi, merehab ruang guru; membongkar tembok pemisah
gudang di tembus dengan ruang guru sehingga ruang guru manjadi lebih luas.
> Menjalin kerja sama dengan dunia wirausaha : Seperti membangun kantin sekolah,
menggunakan dana dari partisipasi para guru dan Komite Sekolah.
Setiap hari Sabtu siswa melaksanakan istighosah bersama Bapak-Ibu guru dengan membaca
Asma’ul Husnah, juga mewajibkan siwa untuk melaksanakan kegiatan membaca di
perpustakaan.

http://smpn2rog.blogspot.com/2008/11/kiat-menuju-sukses.html

Anda mungkin juga menyukai