Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DYSORTHOGRAPHIA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah perencanaan karier


yang dibimbing oleh :

NORA YUNIAR SETYAPUTRI, M.Pd.

Disusun Oleh :

ULA NURFAUZIAH 18010302


MOCHAMAD YUSRIL MAHENDRA 18.1.01.01.0008
MOCHAMAD NAUFAL 18.1.01.01.0039

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas tentang
“Dysorthographia” ini dengan baik, meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Serta, kami juga berterima kasih pada Ibu Nora Yuniar Setyaputri, M.pd selaku
Dosen mata kuliah “BK Belajar” yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan kami sangat menyadari bahwa
pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kelancaran tugas makalah selanjutnya. Demikian yang dapat kami
sampaikan dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Cimahi, 04 Oktober 2020

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
2.1 Definisi Dysorthographia..........................................................................3
2.2 Gambaran Klinis Dysorthographia...........................................................3
2.3 Diagnosis Kriteria Dysorthographia.........................................................4
2.4 Metode Terapi Dysorthographia...............................................................4
KESIMPULAN........................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan perkembangan belajar khas adalah suatu gangguan pada pola
normal kemampuan penguasaan keterampilan, yang terganggu sejak stadium
awal dari perkembangan (Specific developmental disorders of Scolastic
Skills). Gangguan dalam belajar ini tidak merupakan hasil langsung dari
gangguan yang lain seperti (redartasi mental, defisit neurologis yang besar,
masalah visus dan daya dengar yang tidak terkoreksi, atau gangguan
emosional), walaupun mungkin terdapat bersamaan dengan kondisi tersebut.
Gangguan belajar khas merupakan suatu kesulitan dalam satu atau lebih
proses psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran
atau tulisan. Gangguan tersebut dapat dalam bentuk gangguan dalam
kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja
atau berhitung. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki
problem belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan
dalam penglihatan, pendengaran, atau motoric.
Penelitian yang dilakukan Young dan Beitcmnen menunjukkan estimasi
prevalensi gangguan belajar berkisar antara 5% sampai 10%
meskipun frekuensi diagnosis ini tampaknya meningkat di wilayah-wilayah
yang lebih sejahtera di AS. Diyakini bahwa hampir 4 juta anak di Amerika
Serikat ditengarai memiliki gangguan belajar tertentu. Tampaknya ada
perbedaan rasial diagnosis gangguan belajar. Kira-kira 1% anak-anak kulit
putih dan 2,6% anak-anak kulit hitam menerima pelayanan untuk maslah-
masalah belajar selama tahun 2001. Tetapi penelitian ini juga
menunjukkan bahwa perbedaan tersebut berhubungan dengan status
ekonomi anak, dan bukan dengan latar belakang etnis mereka.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
a. Apa Definisi Dysorthographia?
b. Apa Saja Gambaran Klinis Dysorthographia?
c. Apa Saja Diagnosis Kriteria Dysorthographia?
d. Apa Saja Metode Terapi Dysorthographia?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu:
a. Untuk Mengetahui Definisi Dysorthographia.
b. Untuk Mengetahui Gambaran Klinis Dysorthographia.
c. Untuk Mengetahui Diagnosis Kriteria Dysorthographia.
d. Untuk Mengetahui Metode Terapi Dysorthographia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Dysorthographia
Ejaan (eja-an) adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi
(kata) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Sedangkan mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata
satu demi satu.
Sekelompok huruf yang sama akan memiliki makna yang berbeda jika
disusun secara berbeda, kelompok huruf “b”, ”i”, dan ”u” misalnya, dapat
disusun menjadi “ibu”, ”bui”, ”iub”; tiga susunan pertama mengandung
makna yang berbeda sedang susunan terakhir tidak mengandung makna. Oleh
karena itu, mengeja pada hakikatnya adalah memproduksi urutan huruf yang
benar baik dalam bentuk ucapan atau tulisan dari suatu kata.
Gangguan mengeja khas (Dysorthographia) adalah kesulitan dalam
mengeja kata. Misalnya, anak mengalami keterlambatan dalam menulis huruf
atau merangkai sebuah kata, juga sering memberikan jarak terlalu rapat atau
terlalu lebar untuk setiap kata.
2.2 Gambaran Klinis Dysorthographia
Gejala gangguan mengeja yaitu, kesalahan mengeja yang dilakukan terus-
menerus, membalikkan huruf, kata, dan angka yang mirip, kesulitan dalam
menulis. Untuk mengetahui kemampuan anak dalam mengeja dapat dilihat
adanya berbagai kesalahan pada tulisan mereka. Adapun beberapa contoh
kesalahan yang sering dilakukan oleh anak-anak dalam mengeja adalah:
o Pengurangan huruf (bekerja ditulis bekeja);
o Mencerminkan kesalahan dialek (sapi ditulis sampi);
o Mencerminkan kesalahan ucap (namun ditulis nanum);
o Pembalikan huruf dalam kata (ibu ditulis ubi);
o Pembalikan konsonan (air ditulis ari);
o Pembalikan konsonan atau vokal (berjalan ditulis berjrlan);
o Pembalikan suku kata (laba ditulis bala).

3
Berikut Tabel Dysorthographia
Gangguan Mengeja Khas Contoh (huruf dalam kata/tulisan)

(a). Pengurangan huruf. “bekerja menjadi bekeja”.


(b). Mencerminkan dialek. “sapi menjadi sampi”.
(c). Mencerminkan kesalahan ucap. “namun menjadi nanum”.
(d). Pembalikan huruf dalam kata. “ibu menjadi ubi”.
(e). Pembalikan konsonan. “air menjadi ari”.
(f). Pembalikan konsonan atau vokal. “berjalan menjadi berjrlan”
(g). Pembalikan suku kata. “laba menjadi bala”.

2.3 Diagnosis Kriteria Dysorthographia


Menegakkan diagnosa tentang adanya gangguan belajar khas salah
satunya yaitu gangguan mengeja khas menggunakan Pedoman Penggolongan
Gangguan Jiwa III (PPDGJ–III), dengan kriteria sebagai berikut:
a) Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya yang khas dan
bermakna dalam perkembangan kemampuan mengeja tanpa riwayat
gangguan membaca khas, yang bukan disebabkan oleh rendahnya usia
mental, pendidikan sekolah yang tidak adekuat, masalah ketajaman
penglihatan, pendengaran atau fungsi neurologis, dan juga bukan
didapatkan sebagai akibat gangguan neurologis, gangguan jiwa, atau
gangguan lainnya.
b) Kemampuan mengeja anak harus secara bermakna dibawah tingkat yang
seharusnya berdasarkan usianya, intelegensia umum dan tingkat
sekolahnya, dan terbaik dinilai dengan cara pemeriksaan untuk
kemampuan mengeja yang baku.
2.4 Metode Terapi Dysorthographia
Metode ini merupakan pendekatan multisensori untuk mengajar membaca,
menulis, dan mengeja. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Anak diberitahu bahwa mereka akan mempelajari kata-kata dan didorong
untuk memilih sendiri kata yang ingin dipelajari.

4
b) Guru menulis kata yang dipilih oleh anak diatas selembar kertas.
c) Anak menulusuri bentuk kata dengan jarinya, mengucapkan kata tersebut
berulang kali.
d) Selanjutnya anak menuliskan kata tersebut dari ingatannya, tanpa melihat
tulisan aslinya.
e) Pada tahapan akhir, anak tidak lagi menulusuri bentuk kata dengan jarinya.
Metode Lainnya:
1) Persepsi dan Memori Auditoris Bunyi-bunyi Huruf
2) Berikan kepada anak latihan untuk mendengarkan bunyi-bunyi huruf,
berikan penekanan pada pengetahuan tentang bunyi-bunyi bahasa dan
analisis susunannya.
3) Persepsi dan Memori Visual Huruf-huruf
4) Berikan kepada anak latihan misalnya dengan menggunakan kartu-kartu
kata, anak disuruh mengeja, makin lama makin cepat.
5) Metode “Tes-Belajar-Tes” Lawan Metode “Belajar-Tes”
6) Metode “tes-belajar-tes” dimulai dengan memberikan tes awal untuk
mengetahui kemampuan anak, setelah itu anak diajari, dan kemudian dites
lagi.
7) Mengeja Melalui Tape Recorder
8) Pengajaran mengeja dapat dilakukan dengan menggunakan tape recorder
menggunakan earphone. Dengan alat ini, anak memperoleh instruksi
secara individual dari guru. Penggunaan eraphone dapat mengurangi
rangsangan auditoris yang dapat mengganggu perhatian anak.
9) Menirukan Kesalahan Anak
10) Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengulang kesalahan anak sebelum
memperbaikinya dapat memberi keuntungan kepada anak dapat
membedakan antara respons yang salah dari respons yang benar.

5
KESIMPULAN

Gangguan mengeja khas (Dysorthographia) adalah kesulitan dalam mengeja


kata. Misalnya, anak mengalami keterlambatan dalam menulis huruf atau
merangkai sebuah kata, juga sering memberikan jarak terlalu rapat atau terlalu
lebar untuk setiap kata. Salah satu solusi penyembuhan untuk anak disleksia
antara lain anak distimuli di bagian otak dengan sejumlah pembelajaran mengeja,
yaitu dengan metode multi-sensory pembelajaran mengeja.

6
DAFTAR PUSTAKA

Fiddin, D. (2017). PAPER PSIKIATRI FIX.


https://www.scribd.com/document/360684057/PAPER-PSIKIATRI-FIX-
docx ( Di akses 19 Oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai