Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 2

METODOLOGI PENELITIAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

Dosen : Suhanto, M.Si

KONFLIK ANTARA RUSIA DAN UKRAINA TAHUN 2021

Disusun Oleh:

Andi Dwi Cahya Karuniawan (201307516046)

Asyadillah Adrian Althaf (202507516031)

Intan Mustika (203507516067)

Raehan Septian Dwi Putra (203507516075)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS NASIONAL

SEMESTER GASAL 2021-2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Konflik Antara Rusia dan Ukraina
Tahun 2021 ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dengan ditulisnya makalah ini
untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Metode Penelitian Hubungan
Internasional. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Suhanto, M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah MPHI yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
mengenai isu yang sedang terjadi dan dapat mengetahui dari perspektif kami. Kami
menyadari dalam pembuatan makalah penelitian ini masih terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya sebuah kritik
atau saran demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah penelitian ini dapat
dipahami oleh semua orang khususnya bagi pembaca. kami memohon maaf apabila
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Jakarta, 26 januari 2022

Peneliti
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam dunia kenegaraan tentunya kepentingan nasional menjadi sasaran semua


negara di dunia, namun dengan kepentingan yang berbeda-beda, sering kita jumpai
bahwa kepentingan suatu negara juga berbenturan dengan kepentingan negara lain,
sehingga hal ini dapat menimbulkan sesuatu yang merugikan seperti dapat
menimbulkan konflik. Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina berakar pada
eksistensi sejarah bahwa Rusia dan Ukraina merupakan negara pecahan dari Uni
Soviet hal ini berujung pada aneksasi yang dilakukan oleh Rusia di Krimea yang
menyebabkan munculnya ketegangan dari kedua belah pihak dan respon dari dunia
internasional khususnya eropa. Aksi aneksasi yang dilakukan Rusia pada
semenanjung Krimea yang pada saat itu masih merupakan wilayah Ukraina
disebabkan oleh kepentingan Rusia yang ingin menyatukan Kembali negara-negara
bekas Uni Soviet. Pada tahun 2013 muncul gerakan masyarakat di Ukraina untuk
menurunkan jabatan Presiden pada saat itu Viktor Yanukovych yang pro Rusia dan
menunjuk Arseniy Yatsenyuk sebagai pemerintahan sementara, hal ini dianggap
illegal oleh Rusia namun dianggap sah oleh PBB dan Uni Eropa.1 Pada akhirnya
menyebabkan Konflik di kedua belah pihak yang menyebabkan Ukraina kehilangan
control atas semenanjung Krimea akibat aneksasi tersebut, secara de facto Rusia
mengakui bahwa semenanjung krimea dibawah penguasaan pemerintah Federasi
Rusia tetapi hal ini belum diakui PBB. Pada akhir tahun 2021 ketegangan Rusia dan
Ukraina Kembali memanas hal ini disebabkan karena Rusia dituduh bersiap untuk
menginvasi negara-negara bekas Uni Soviet, hal ini diperkuat oleh banyaknya
alutsista dan pasukan Rusia yang bersiaga di dekat perbatasan Ukraina selain itu
Rusia juga menarik diplomat dan mengosongkan kantor kedutaan Rusia untuk
Ukraina pada Januari 2022. Karena hal ini lah banyak aktor internasional yang
merespon seperti Amerika, Uni eropa hingga Nato mengirimkan pasukan untuk
mengantisipasi jika Rusia benar-benar melakukan invasi terhadap Ukraina. Namun

1
Kartini, Indriana. 2014. “Aneksasi Rusia di Krimea dan konsekuensi bagi Ukraina”. Jakarta. Pusat Penelitian
Politik LIPI.
Rusia membantah hal itu karena menurut mereka itu merupakan hal wajar
mengirimkan pasukan dalam daerah territorial mereka sendiri, Rusia menganggap
eropa lah yang memicu kegaduhan yang menyebabkan NATO mengirim pasukan ke
Ukraina, Rusia juga beranggapan dengan NATO mengirim pasukan itulah yang
membuat Rusia merasa terancam.

Rumusan Masalah

“Bagaimana respons aktor internasional terhadap konflik antara Rusia dan Ukraina?”

Metodologi Penelitian

Dalam penulisan makalah ilmiah ini kami memakai metode penelitian kualitatif.
Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan
untuk memahami fenomena yang berkaitan dengan apa yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik
dan dengan upaya deskriptif berupa kata-kata dan bahasa, dalam konteks alami
khusus dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.2 Karena hal itulah,
dalam penelitian ini, kami menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah studi mengenai fenomena atau kelompok tertentu yang diperoleh peneliti dari
subjek yang berbentuk individu, organisasi atau perspektif lain dengan tujuan untuk
menggambarkan fenomena yang diteliti serta menjelaskan ciri-ciri fenomena atau
masalah yang ada. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik studi pustaka, yaitu mengumpulkan data ataupun informasi yang berkaitan
dengan isu yang sedang dibahas di internet.

Kerangka Teori

Dalam menjelaskan permasalahan diatas kami memutuskan untuk memakai


paradigma realisme dan teori Strategi Keamanan karena dalam realisme terdapat 3
asumsi dasar yakni, pertama adalah pandangan pesimis terhadap sifat manusia,
kedua adalah keyakinan atas hubungan antar aktor adalah konfliktual dan konflik
internasional diselesaikan melalui perang, ketiga adalah menjunjung tinggi nilai-nilai
keamanan negara serta kelangsungan hidup negara

-. Strategi Keamanan

2
Lexy, J. M. (2005). In Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Teori strategi keamanan merupakan gabungan dari 2 konsep yakni strategi dan
keamanan, Strategi didefinisikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan dengan
kekuatan yang tersedia di lingkungan tertentu. Adapun penerapannya dapat
menggunakan kekuatan militer untuk keperluan perang militer, menggunakan
kekuatan militer non militer untuk keperluan perang militer. Dan bisa juga merupakan
kombinasi keduanya untuk upaya pembangunan dan kesejahteraan. Pengertian
strategi menurut John Lovell adalah serangkaian langkah-langkah atau keputusan
yang dirancang sebelumnya dalam situasi kompetitif dimana hasil akhirnya tidak
semata-mata bersifat untung-untungan.3 Strategi dirancang tidak didasarkan pada
pertimbangan moralital, keyakinan, atau hal emosional tetap berdasarkan rasionalitas
pembuat keputusan. Hal ini berguna untuk mencapai kepentingan nasional dan
mengcegah timbulnya hambatan.

Komponen strategi ada 2 yakni offensive yaitu bentuk lain dari mendapat perolehan
keuntungan dan defensive yaitu bentuk lain dari mencegah kerugian

Keamanan merujuk pada suasana atau kondisi bebas dari bahaya, ketakutan,
keresahan. Pembebasan dari kegelisahan, atau situasi damai tanpa resiko atau
ancaman apapun. Konsep keamanan dipahami sebagai kemampuan untuk
mempertahankan diri dalam menghadapi ancaman.4 Dalam buku Security: A New
Framework For Analysis, barry buzan dan lainnya menjelaskan isu keamanan tak
hanya ada dalam sektor militer tapi juga ada dalam sektor politik, sektor ekonomi,
sektor kemasyarakatan dan sektor lingkungan. Aktor yang terlibat didalamnya tak lagi
hanya negara melainkan juga Organisasi Internasional, Organisasi Non-
pemerintahan, Kelompok Kepentingan dan Kelompok Penekan. Dalam buku ini pula
mereka menawarkan pendekatan baru dalam memandang isu keamanan, tapi
sebelum menjelaskan pendekatan baru itu, yang awalnya menjelaskan tentang
konsep keamanan tradisional dalam Studi Hubungan Internasional, sehingga tampak
perbedaan jelas antara konsep keamanan tradisional dengan konsep keamanan baru
yang ditawarkan.

3
Mas’oed, Muchtar. 1989. Studi hubungan internasional: tingkat Analisis dan Teorisasi. Yogyakarta. UGM.
4
Barry buzan, dkk. “Security: A New framework For Analysis” dalam Ghenewati wuryandari, dkk. “keamanan di
perbatasan Indonesia-timur leste, sumber ancaman dan kebijakan pengelolaannya”. Yogyakarta
BAB II

PEMBAHASAN

Analisis Data

Runtuhnya Uni Soviet membawa perubahan besar bagi negara-negara


pecahan Soviet dan Eropa Timur. Tatkala rezim sosialis runtuh dan pemerintahan
terpusat mengalami perpecahan, kategorisasi sosial berdasarkan model ideologi
menjadi tidak relevan lagi. Dalam hal ini, kebanyakan identitas nasional di negara-
negara post-Uni Soviet bersifat politis dan didefinisikan oleh negara. Perubahan dari
totalitarianisme menjadi pluralisme politik berhubungan dengan konstruksi negara dan
pembentukan kembali identitas nasional. Masalah formasi dan implementasi strategi
nasional, definisi yang tepat dari prioritas geopolitik dan kepentingan nasional yang
vital telah menjadi faktor yang menentukan dalam sejarah dan masa depan politik
Ukraina.

Perkembangan Ukraina sebagai negara independen menghasilkan perubahan


penting dalam identitas nasional. Terdapat perdebatan panjang mengenai bagaimana
Ukraina menempatkan dirinya dalam lingkungan keamanan Eropa yang baru, apakah
berintegrasi dengan Rusia dan terikat dengan struktur militer Commonwealth of
Independent States (CIS) ataukah (seperti halnya Polandia dan negaranegara Eropa
Tengah) berintegrasi dengan Barat, meningkatkan hubungan dengan NATO, Uni
Eropa, AS dan negara-negara Eropa Barat.Pemerintah Ukraina sendiri telah
mengeluarkan pernyataan-pernyataan seperti memperkuat kerja sama dengan Rusia
di satu sisi, sementara di sisi lain mempererat hubungan dengan NATO secara
simultan. Dalam pandangan Moskow, Ukraina adalah bagian integral dari
“lingkungan” Rusia, dan status independen Ukraina seringkali dipandang sebagai
fenomena temporer. Sementara itu, terdapat ketidakjelasan kepentingan dalam
masalah Ukraina di Barat, dimana hal ini menyulitkan Ukraina untuk menciptakan
orientasi yang pro barat.

Ukraina menempati wilayah strategis di antara Uni Eropa, Federasi Rusia, dan
wilayah Laut Hitam Turki. Dalam sejarah, Ukraina merupakan “battle ground” bagi
kekuatan dunia kala itu13, yakni Grand Duchy Lithuania, Kekaisaran Ottoman, the
Polish-Lithuanian Commonwealth, Crimean Tatar Khanate dan Muscovy. Di masa
modern, wilayah ini merupakan persinggungan antara wilayah kekuasaan Rusia,
Habsburg, dan Ottoman. Dalam batas kontemporer, Ukraina muncul pertama kali
dalam sejarah sebagai negara independen. Semenanjung Krimea terletak di sebelah
selatan Ukraina, memisahkan Laut Azov dari Laut Hitam yang membuat kekuatan
dunia menginginkan kontrol atas wilayah maritim (lihat Peta Krimea). Lokasinya yang
strategis itu menjadi rebutan bagi Kekaisaran Ottoman dan Rusia dan kedua kekuatan
dunia tersebut meninggalkan jejak yang kuat di semenanjung Krimea.

Keterlibatan Rusia dalam politik Krimea, khususnya yang berkaitan dengan


kemerdekaan di semenanjung tersebut, merupakan akibat dari perasaan residual di
antara politisi Rusia bahwa Krimea adalah bagian dari sejarah dan wilayah integral
Rusia. Federasi Rusia sulit menerima kemerdekaan Ukraina setelah pecahnya Uni
Soviet. Persepsi ini diyakini oleh kelompok komunis dan nasionalis radikal Rusia.
Deputi Komunis Duma (Majelis Rusia) dan Deputi Komite Duma untuk geopolitik, Yuri
Nikiforenko memberikan penjelasan mengenai reunifikasi Rusia dan Ukraina dalam
debat pada bulan Maret 1998 mengenai ratifikasi Perjanjian Persahabatan Rusia-
Ukraina. Nikiforenko menegaskan bahwa Rusia tidak menginginkan separuh Ukraina,
melainkan seluruh Ukraina termasuk rakyatnya agar mendukung reunifikasi
tersebut.33 Walikota St. Petersburg, Anatoly Sobchak, berargumen bahwa Krimea
tidak pernah menjadi bagian Ukraina dan tidak ada dasar hukum atau moral bagi
Ukraina untuk mengklaim Krimea.

Menjelang berakhirnya masa jabatan politiknya, Putin bertekad untuk memoles


warisannya dan memperbaiki apa yang telah lama dilihatnya sebagai bencana abad
ke-20: disintegrasi bekas Uni Soviet. Putin ingin menegaskan kekuasaan Moskow
atas Ukraina, sebuah negara berpenduduk 44 juta orang yang sebelumnya
merupakan bagian dari blok Soviet dan berbagi perbatasan 1.200 mil dengan Rusia.
Langkah ini merupakan bagian dari tujuannya untuk memulihkan apa yang ia pandang
sebagai tempat yang layak bagi Rusia di antara kekuatan-kekuatan besar dunia,
bersama dengan Amerika Serikat dan China. Amerika Serikat telah memberikan
bantuan keamanan senilai lebih dari US$ 650 juta ke Ukraina pada tahun lalu dan total
lebih dari US$ 2,7 miliar sejak 2014.
DEKRIPSI OBJEK
konflik antara dua negara yang merupakan Negara pecahan wilayah uni-Soviet yaitu
negara Rusia dan Negara Ukarina, yang mana Rusia mulai aksi untuk melakukan
Invansi terhadap Negara ukraina yang berlandaskan satu wilayah yang sama. kabar
ini membuat warga dunia menggemparkan karena dikhawatirkan terjadinya
peperangan besar antara kedua negara tersebut. Rusia memiliki sekitar 100.000
tentara di dekat perbatasannya dengan Ukraina, meningkatkan ketegangan antara
kedua tetangga dan meningkatkan ancaman invasi. Sementara itu, intelijen AS
mengatakan Rusia siap menyerang dengan 175.000 tentara, sementara pasukan
Ukraina, meskipun dilatih dan diperlengkapi AS, dianggap tak tertandingi. Sementara
itu, Rusia telah mengerahkan lebih dari 127.000 tentara di dekat Ukraina, termasuk
sekitar 21.000 personel udara dan laut, menurut intelijen Kementerian Pertahanan
Ukraina. Rusia juga meningkatkan kegiatan intelijennya, kata Kementerian
Pertahanan Ukraina. Namun, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan hanya
melakukan latihan militer musim dingin reguler di wilayah selatannya, yang sebagian
berbatasan dengan Ukraina.Putin selaku Presiden Rusia sedang menyusun kembali
daerah kawasan batas-batas Eropa Timur setelah pasca-Perang dingin , membangun
zona kemanan yang luas dan menarik kembali negara Ukraina, dengan paksa jika
diharuskan.

Negara AS telah memperitnhakan kepada Kedutaan besar di kawasan Ukraina untuk


kembali kepada negara Amerika Serika mengingat peningkatan konflik antara negara
Rusia dengan Ukraina. Kedutaan Besar AS di Kiev memperingatkan bahwa “Tindakan
militer Rusia dapat dilakukan kapan saja dan pemerintah AS tidak dapat
mengevakuasi warga AS dalam keadaan darurat ini, sehingga warga AS yang saat ini
berada di Ukraina harus merencanakannya dengan tepat.” Menteri Luar Negeri AS
Anthony Blinken Ia bahkan mengatakan bahwa jika " tambahan pasukan Rusia
memasuki Ukraina secara besar-besaran", hal itu dapat memicu reaksi besar.

Ketegangan antara Ukraina dan Rusia sudah membara sejak 2013, ketika Ukraina
berupaya menggulingkan presidennya yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, dan militer
Rusia memasuki wilayah Ukraina. Imbas dari kondisi tersebut, Rusia mencaplok
semenanjung Crimea yang otonom pada 2014 dan mengobarkan pemberontakan
separatis di Ukraina timur. Rusia berdalih, aneksasi Crimea adalah untuk membela
kepentingan warga berbahasa Rusia di sana. Akan tetapi, pencaplokan itu tidak diakui
oleh sebagian besar negara. Tak lama kemudian, separatis pro-Rusia di wilayah
Donetsk dan Luhansk di Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan dari Kiev, sehingga
memicu pertempuran yang sengit selama berbulan-bulan. Gencatan senjata sempat
disepakati pada 2015 tetapi sulit ditegakkan. Perdamaian total tak kunjung didapat di
tengah perang Rusia Ukraina yang menewaskan lebih dari 13.000 tentara dan warga
sipil.5

bersitegang kedua negara ini yang diawalin oleh negara Rusia yang mana menrutu
Vladimir Putin selaku presiden Rusia, Ukraina merupakan bagian dari kawasan
negara Rusia baik secara budaya maupun Historis. Vladimir Putin, 69, juga dikatakan
bertujuan untuk meningkatkan citranya dengan memperbaiki apa yang dia lihat
sebagai momok abad ke-20, runtuhnya Uni Soviet. Ukraina, negara berpenduduk 44
juta yang sebelumnya bergabung dengan Uni Soviet dan berbagi perbatasan
sepanjang 1.900km dengan Rusia, mengatakan Putin dapat meningkatkan
kemampuan negaranya untuk bersaing dengan Amerika Serikat dan China. namun
pada dasarnya antara Ukraina, Rusia dan Belarusia lahir di tepi Sungai Dnieper
hampir 1.200 tahun yang lalu. Kendati demikian, Rusia dan Ukraina berbeda secara
bahasa, sejarah dan politik. Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali
mengklaim kalau Rusia dan Ukraina adalah satu bagian yang merupakan peradaban
Rusia. Namun Ukraina menolak klaim itu. Bahkan Ukraina sudah melakukan dua kali
revolusi pada tahun 2005 dan 2014. Kedua peristiwa ini karena menolak supremasi
Rusia dan Ukraina mencari jalan untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO. 6

Dalam pandangan Internasional memandang sebuah konflik yang terjadi


diperbatasan Ukraina yang mana peristiwa dari konflik tersebut ilalah invansin yang
dilakukan oleh negara Rusia untuk mengambil Kawasan negara kedaulatan Ukraina
dengan alasan negara Rusia ini dengan negara Ukraina memiliki satu cerita sejarah
yang sama jika kita lihat pada 1200 tahun yang lalu. namun, secara budaya dan
Bahasa memiliki perbedaan antara negara Rusia dengan negara Ukraina. besarnya

5
Aditya Jaya Iswara, “Kenapa Rusia-Ukraina Perang dan Apa yang Diincar Putin?”,
(https://internasional.kompas.com/read/2022/01/26/200000970/kenapa-rusia-ukraina-perang-dan-apa-yang-
diincar-putin-?page=all, Diakses pada tanggal 28 Januari 2022 Pukul : 08:51 WIB)
6
Alexander Haryant, “Krisis Ukraina-Rusia Terkini: Soal Perang, Konflik, Apa Masalahnya?”,
(https://tirto.id/krisis-ukraina-rusia-terkini-soal-perang-konflik-apa-masalahnya-gn6m, Diakses pada tanggal
Diakses pada tanggal 28 Januari 2022 Pukul : 09:08 WIB)
peristiwa konflik ini memanas sehingga negara Amerika Serikat dan Nato turut adil di
dalam konflik tersebut untuk mengecam agar negara Rusia untuk menarik kembali
dan mundur dari kawasan tersebut yang mana tentara-tentara Rusia telah bersiap
siaga untuk melakukan aksi invansi, Internasional berpendapat jika kedua negara
besar itu terjadi, perang besar akan terjadi, akan mengakibatkan perang dunia ke-3
karena perang antara 2 negara besar yaitu negara rusia dan negara Amerika yang
bekerja sama dengan Nato akan mungkin terjadi, itu jika konflik tersebut berlarut lama.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Konflik yang terjadi antara Negara Rusia dan Negara Ukraina berakar pada eksistensi
sejarah bahwa Rusia dan Ukraina merupakan negara pecahan dari Uni Soviet. Hal ini
berujung pada aneksasi yang dilakukan oleh Rusia di Krimea yang menyebabkan
munculnya ketegangan dari kedua belah pihak dan respon dari dunia internasional
khususnya eropa. Setiap negara di dunia tentunya memiliki kepentingan nasionalnya
masing-masing, tetapi sering di jumpai bahwa kepentingan suatu negara berbenturan
dengan kepentingan negara lain, sehingga hal ini yang menyebabkan timbulnya
konflik. Ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina sudah terjadi sejak 2013,
ketika Ukraina berupaya menggulingkan presidennya yang pro-Rusia, Viktor
Yanukovych, dan militer Rusia memasuki wilayah Ukraina. Menurut Vladimir Putin
selaku Presiden Rusia, Ukraina merupakan bagian dari kawasan Rusia baik secara
budaya dan historis. Namun, Ukraina menolak klaim tersebut, Bahkan Ukraina sudah
melakukan dua kali revolusi pada tahun 2005 dan 2014. Kedua peristiwa ini karena
menolak supremasi Rusia dan Ukraina mencari jalan untuk bergabung dengan Uni
Eropa dan NATO. Respon yang diberikan aktor internasional seperti Amerika Serikat,
Uni Eropa dan NATO adalah dengan mengirimkan pasukan untuk mengantisipasi jika
Rusia benar-benar melakukan invasi terhadap Ukraina.

DAFTAR PUSTAKA
Aditya Jaya Iswara, “Kenapa Rusia-Ukraina Perang dan Apa yang Diincar Putin?”,
(https://internasional.kompas.com/read/2022/01/26/200000970/kenapa-rusia-
ukraina-perang-dan-apa-yang-diincar-putin-?page=all, Diakses pada tanggal 28
Januari 2022 Pukul: 08:51 WIB)

Alexander Haryant, “Krisis Ukraina-Rusia Terkini: Soal Perang, Konflik, Apa


Masalahnya?”, (https://tirto.id/krisis-ukraina-rusia-terkini-soal-perang-konflik-apa-
masalahnya-gn6m, Diakses pada tanggal Diakses pada tanggal 28 Januari 2022
Pukul: 09:08 WIB)

Barry buzan, dkk. “Security: A New framework For Analysis” dalam Ghenewati
wuryandari, dkk. “keamanan di perbatasan Indonesia-timur leste, sumber ancaman
dan kebijakan pengelolaannya”. Yogyakarta

Kartini, Indriana. 2014. “Aneksasi Rusia di Krimea dan konsekuensi bagi Ukraina”.
Jakarta. Pusat Penelitian Politik LIPI.

Lexy, J. M. (2005). In Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya

Mas’oed, Muchtar. 1989. Studi hubungan internasional: tingkat Analisis dan


Teorisasi. Yogyakarta. UGM.

Mizrokhi, Elena. 2009. “Russian ‘separatism’ in Crimea and NATO: Ukraine’s Big
Hope, Rus57 Ding Ying, “A Fragile Foursome - The Ukrainian Crisis will Persist, but a
Recent Four-Way Agreement May Not”, Beijing Review, 1 Mei 2014. sia’s Grand
Gamble”.

Anda mungkin juga menyukai