Disusun Oleh:
UNIVERSITAS NASIONAL
Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Konflik Antara Rusia dan Ukraina
Tahun 2021 ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dengan ditulisnya makalah ini
untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Metode Penelitian Hubungan
Internasional. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Suhanto, M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah MPHI yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
mengenai isu yang sedang terjadi dan dapat mengetahui dari perspektif kami. Kami
menyadari dalam pembuatan makalah penelitian ini masih terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya sebuah kritik
atau saran demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah penelitian ini dapat
dipahami oleh semua orang khususnya bagi pembaca. kami memohon maaf apabila
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
Kartini, Indriana. 2014. “Aneksasi Rusia di Krimea dan konsekuensi bagi Ukraina”. Jakarta. Pusat Penelitian
Politik LIPI.
Rusia membantah hal itu karena menurut mereka itu merupakan hal wajar
mengirimkan pasukan dalam daerah territorial mereka sendiri, Rusia menganggap
eropa lah yang memicu kegaduhan yang menyebabkan NATO mengirim pasukan ke
Ukraina, Rusia juga beranggapan dengan NATO mengirim pasukan itulah yang
membuat Rusia merasa terancam.
Rumusan Masalah
“Bagaimana respons aktor internasional terhadap konflik antara Rusia dan Ukraina?”
Metodologi Penelitian
Dalam penulisan makalah ilmiah ini kami memakai metode penelitian kualitatif.
Menurut Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan
untuk memahami fenomena yang berkaitan dengan apa yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik
dan dengan upaya deskriptif berupa kata-kata dan bahasa, dalam konteks alami
khusus dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.2 Karena hal itulah,
dalam penelitian ini, kami menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah studi mengenai fenomena atau kelompok tertentu yang diperoleh peneliti dari
subjek yang berbentuk individu, organisasi atau perspektif lain dengan tujuan untuk
menggambarkan fenomena yang diteliti serta menjelaskan ciri-ciri fenomena atau
masalah yang ada. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik studi pustaka, yaitu mengumpulkan data ataupun informasi yang berkaitan
dengan isu yang sedang dibahas di internet.
Kerangka Teori
-. Strategi Keamanan
2
Lexy, J. M. (2005). In Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Teori strategi keamanan merupakan gabungan dari 2 konsep yakni strategi dan
keamanan, Strategi didefinisikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan dengan
kekuatan yang tersedia di lingkungan tertentu. Adapun penerapannya dapat
menggunakan kekuatan militer untuk keperluan perang militer, menggunakan
kekuatan militer non militer untuk keperluan perang militer. Dan bisa juga merupakan
kombinasi keduanya untuk upaya pembangunan dan kesejahteraan. Pengertian
strategi menurut John Lovell adalah serangkaian langkah-langkah atau keputusan
yang dirancang sebelumnya dalam situasi kompetitif dimana hasil akhirnya tidak
semata-mata bersifat untung-untungan.3 Strategi dirancang tidak didasarkan pada
pertimbangan moralital, keyakinan, atau hal emosional tetap berdasarkan rasionalitas
pembuat keputusan. Hal ini berguna untuk mencapai kepentingan nasional dan
mengcegah timbulnya hambatan.
Komponen strategi ada 2 yakni offensive yaitu bentuk lain dari mendapat perolehan
keuntungan dan defensive yaitu bentuk lain dari mencegah kerugian
Keamanan merujuk pada suasana atau kondisi bebas dari bahaya, ketakutan,
keresahan. Pembebasan dari kegelisahan, atau situasi damai tanpa resiko atau
ancaman apapun. Konsep keamanan dipahami sebagai kemampuan untuk
mempertahankan diri dalam menghadapi ancaman.4 Dalam buku Security: A New
Framework For Analysis, barry buzan dan lainnya menjelaskan isu keamanan tak
hanya ada dalam sektor militer tapi juga ada dalam sektor politik, sektor ekonomi,
sektor kemasyarakatan dan sektor lingkungan. Aktor yang terlibat didalamnya tak lagi
hanya negara melainkan juga Organisasi Internasional, Organisasi Non-
pemerintahan, Kelompok Kepentingan dan Kelompok Penekan. Dalam buku ini pula
mereka menawarkan pendekatan baru dalam memandang isu keamanan, tapi
sebelum menjelaskan pendekatan baru itu, yang awalnya menjelaskan tentang
konsep keamanan tradisional dalam Studi Hubungan Internasional, sehingga tampak
perbedaan jelas antara konsep keamanan tradisional dengan konsep keamanan baru
yang ditawarkan.
3
Mas’oed, Muchtar. 1989. Studi hubungan internasional: tingkat Analisis dan Teorisasi. Yogyakarta. UGM.
4
Barry buzan, dkk. “Security: A New framework For Analysis” dalam Ghenewati wuryandari, dkk. “keamanan di
perbatasan Indonesia-timur leste, sumber ancaman dan kebijakan pengelolaannya”. Yogyakarta
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis Data
Ukraina menempati wilayah strategis di antara Uni Eropa, Federasi Rusia, dan
wilayah Laut Hitam Turki. Dalam sejarah, Ukraina merupakan “battle ground” bagi
kekuatan dunia kala itu13, yakni Grand Duchy Lithuania, Kekaisaran Ottoman, the
Polish-Lithuanian Commonwealth, Crimean Tatar Khanate dan Muscovy. Di masa
modern, wilayah ini merupakan persinggungan antara wilayah kekuasaan Rusia,
Habsburg, dan Ottoman. Dalam batas kontemporer, Ukraina muncul pertama kali
dalam sejarah sebagai negara independen. Semenanjung Krimea terletak di sebelah
selatan Ukraina, memisahkan Laut Azov dari Laut Hitam yang membuat kekuatan
dunia menginginkan kontrol atas wilayah maritim (lihat Peta Krimea). Lokasinya yang
strategis itu menjadi rebutan bagi Kekaisaran Ottoman dan Rusia dan kedua kekuatan
dunia tersebut meninggalkan jejak yang kuat di semenanjung Krimea.
Ketegangan antara Ukraina dan Rusia sudah membara sejak 2013, ketika Ukraina
berupaya menggulingkan presidennya yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, dan militer
Rusia memasuki wilayah Ukraina. Imbas dari kondisi tersebut, Rusia mencaplok
semenanjung Crimea yang otonom pada 2014 dan mengobarkan pemberontakan
separatis di Ukraina timur. Rusia berdalih, aneksasi Crimea adalah untuk membela
kepentingan warga berbahasa Rusia di sana. Akan tetapi, pencaplokan itu tidak diakui
oleh sebagian besar negara. Tak lama kemudian, separatis pro-Rusia di wilayah
Donetsk dan Luhansk di Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan dari Kiev, sehingga
memicu pertempuran yang sengit selama berbulan-bulan. Gencatan senjata sempat
disepakati pada 2015 tetapi sulit ditegakkan. Perdamaian total tak kunjung didapat di
tengah perang Rusia Ukraina yang menewaskan lebih dari 13.000 tentara dan warga
sipil.5
bersitegang kedua negara ini yang diawalin oleh negara Rusia yang mana menrutu
Vladimir Putin selaku presiden Rusia, Ukraina merupakan bagian dari kawasan
negara Rusia baik secara budaya maupun Historis. Vladimir Putin, 69, juga dikatakan
bertujuan untuk meningkatkan citranya dengan memperbaiki apa yang dia lihat
sebagai momok abad ke-20, runtuhnya Uni Soviet. Ukraina, negara berpenduduk 44
juta yang sebelumnya bergabung dengan Uni Soviet dan berbagi perbatasan
sepanjang 1.900km dengan Rusia, mengatakan Putin dapat meningkatkan
kemampuan negaranya untuk bersaing dengan Amerika Serikat dan China. namun
pada dasarnya antara Ukraina, Rusia dan Belarusia lahir di tepi Sungai Dnieper
hampir 1.200 tahun yang lalu. Kendati demikian, Rusia dan Ukraina berbeda secara
bahasa, sejarah dan politik. Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali
mengklaim kalau Rusia dan Ukraina adalah satu bagian yang merupakan peradaban
Rusia. Namun Ukraina menolak klaim itu. Bahkan Ukraina sudah melakukan dua kali
revolusi pada tahun 2005 dan 2014. Kedua peristiwa ini karena menolak supremasi
Rusia dan Ukraina mencari jalan untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO. 6
5
Aditya Jaya Iswara, “Kenapa Rusia-Ukraina Perang dan Apa yang Diincar Putin?”,
(https://internasional.kompas.com/read/2022/01/26/200000970/kenapa-rusia-ukraina-perang-dan-apa-yang-
diincar-putin-?page=all, Diakses pada tanggal 28 Januari 2022 Pukul : 08:51 WIB)
6
Alexander Haryant, “Krisis Ukraina-Rusia Terkini: Soal Perang, Konflik, Apa Masalahnya?”,
(https://tirto.id/krisis-ukraina-rusia-terkini-soal-perang-konflik-apa-masalahnya-gn6m, Diakses pada tanggal
Diakses pada tanggal 28 Januari 2022 Pukul : 09:08 WIB)
peristiwa konflik ini memanas sehingga negara Amerika Serikat dan Nato turut adil di
dalam konflik tersebut untuk mengecam agar negara Rusia untuk menarik kembali
dan mundur dari kawasan tersebut yang mana tentara-tentara Rusia telah bersiap
siaga untuk melakukan aksi invansi, Internasional berpendapat jika kedua negara
besar itu terjadi, perang besar akan terjadi, akan mengakibatkan perang dunia ke-3
karena perang antara 2 negara besar yaitu negara rusia dan negara Amerika yang
bekerja sama dengan Nato akan mungkin terjadi, itu jika konflik tersebut berlarut lama.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konflik yang terjadi antara Negara Rusia dan Negara Ukraina berakar pada eksistensi
sejarah bahwa Rusia dan Ukraina merupakan negara pecahan dari Uni Soviet. Hal ini
berujung pada aneksasi yang dilakukan oleh Rusia di Krimea yang menyebabkan
munculnya ketegangan dari kedua belah pihak dan respon dari dunia internasional
khususnya eropa. Setiap negara di dunia tentunya memiliki kepentingan nasionalnya
masing-masing, tetapi sering di jumpai bahwa kepentingan suatu negara berbenturan
dengan kepentingan negara lain, sehingga hal ini yang menyebabkan timbulnya
konflik. Ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina sudah terjadi sejak 2013,
ketika Ukraina berupaya menggulingkan presidennya yang pro-Rusia, Viktor
Yanukovych, dan militer Rusia memasuki wilayah Ukraina. Menurut Vladimir Putin
selaku Presiden Rusia, Ukraina merupakan bagian dari kawasan Rusia baik secara
budaya dan historis. Namun, Ukraina menolak klaim tersebut, Bahkan Ukraina sudah
melakukan dua kali revolusi pada tahun 2005 dan 2014. Kedua peristiwa ini karena
menolak supremasi Rusia dan Ukraina mencari jalan untuk bergabung dengan Uni
Eropa dan NATO. Respon yang diberikan aktor internasional seperti Amerika Serikat,
Uni Eropa dan NATO adalah dengan mengirimkan pasukan untuk mengantisipasi jika
Rusia benar-benar melakukan invasi terhadap Ukraina.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Jaya Iswara, “Kenapa Rusia-Ukraina Perang dan Apa yang Diincar Putin?”,
(https://internasional.kompas.com/read/2022/01/26/200000970/kenapa-rusia-
ukraina-perang-dan-apa-yang-diincar-putin-?page=all, Diakses pada tanggal 28
Januari 2022 Pukul: 08:51 WIB)
Barry buzan, dkk. “Security: A New framework For Analysis” dalam Ghenewati
wuryandari, dkk. “keamanan di perbatasan Indonesia-timur leste, sumber ancaman
dan kebijakan pengelolaannya”. Yogyakarta
Kartini, Indriana. 2014. “Aneksasi Rusia di Krimea dan konsekuensi bagi Ukraina”.
Jakarta. Pusat Penelitian Politik LIPI.
Mizrokhi, Elena. 2009. “Russian ‘separatism’ in Crimea and NATO: Ukraine’s Big
Hope, Rus57 Ding Ying, “A Fragile Foursome - The Ukrainian Crisis will Persist, but a
Recent Four-Way Agreement May Not”, Beijing Review, 1 Mei 2014. sia’s Grand
Gamble”.