Anda di halaman 1dari 2

Sepuluh Rukun Bai’at Hasan Al Banna

Sepuluh rukun bai’at. Bagi mereka yang terlibat dalam aktivitas dakwah, hal ini mungkin bukan sesuatu
yang baru. Bagi Ikhwanul Muslimin atau Gerakan yang terinspirasi olehnya (gerakan tarbiyah, PKS salah
satunya) risalah kecil itu telah menjadi pokok kajian gerakan. Risalah itu telah memberi arahan
metodologis bagi strategi perubahan sosial dan pembentukan organisasi yang kohesif.

Berikut adalah hasil refleksi mengenai sepuluh rukun bai’at itu. Refleksi yang distimulasi dari permintaan
untuk mengisi sebuah acara di Jati Pulo. Refleksi ini adalah apa yang saya pahami dari keterangan, buku
dan diskusi terkait dengan isi dari risalah ini.

Pertanyaan awal adalah apa yang dimaksud dengan rukun bai’at ? Rukun sebagaimana kita ketahui
terkait dengan sah tidaknya sebuah aktivitas. Membaca al fatihah, rukuk, sujud adalah rukun sholat. Jika
tidak dilakukan, sholat menjadi tidak sah. Apa makna rukun dalam rukun bai’ah ? Aktivitas yang jika
tidak dikerjakan, sebuah tujuan bisa tidak bernilai. Dalam hal ini tujuan dari rukun bai’at ini adalah
komitmen terhadap sebuah gerakan. Apa makna bai’at, barangkali ini sering menjadi hal yang tabu
untuk dibicarakan karena konotasi tertentu? Janji setia. Kenapa butuh bai’at, apakah syahadat saja tidak
cukup bagi kita ? Janji setia terkait dengan pekerjaan besar yang ingin dicapai dan butuh komitmen
tinggi untuk mencapainya. Di zaman Rasulullah juga terjadi beberapa bai’at, bai’tur ridhwan salah
satunya.

Apa tujuan Hasan Al Banna menuliskan rukun bai’at ini ? Dalam kata pengantarnya, risalah ini ditujukan
untuk anggota Ikhwanul Muslimun dalam kategori pejuang (aktivis). Tujuan risalah ini adalah mengubah
status afiliatif seseorang menjadi partisipatif dan kontributif dalam organisasi Ikhwan (menggunakan
skemanya Anis Matta).

Rukun pertama. Dimulai dari Fahm. Pemahaman. Kenapa bermula dari sini ? Prioritas. Ilmu mendahului
perkataan dan perbuatan. Kenapa tidak diungkapkan dengan ilmu ? Karena faham adalah tujuan dari
ilmu (Yusuf Qardawi). Ilmu sesungguhnya bukan dengan banyaknya hafalan tetapi dalamnya
pemahaman. Skema pemahaman dasar yang diinginkan dimiliki oleh ikhwan disebutkan dalam Ushul
‘Isyrin (Dua puluh prinsip pemahaman Islam Ikhwanul Muslimun). Faham adalah prinsip pengetahuan.

Ikhlas. Prinsip motivasi. Motivasi internal yang memberi energi untuk selalu bekerja.
Amal. Buah dari fahm dan ikhlas. Tertib amal dari memperbaiki pribadi sampai dengan menjadi guru
peradaban. Tertib amal ini terbagi menjadi amal individu (fardi) dan amal kolektif (kolektif). Dalam rukun
ini tertib amal yang disebutkan merupakan refleksi cita-cita besar Ikhwan. Mimpi hari ini adalah
kenyataan esok hari.

Jihad. Semangat keunggulan. Amal yang dilakukan tidak cukup dilakukan sekedarnya, tetapi perlu
dikerjakan hingga memenuhi kualitas jihad.

Tadhhiyah. Mencapai keunggulan perlu pengorbanan. Spirit untuk selalu memberi. Ruhul badzl. Tidak
ada jihad tanpa pengorbanan.

Taat. Semangat yang menggebu, pengorbanan yang banyak tidak boleh salah arah. Karena kerja
dilakukan secara kolektif, dalam organisasi, ada kerangka strategi yang perlu diperhatikan. Taat adalah
mentaati strategi yang telah ditetapkan.

Tsabat. Determinasi diri. Istiqamah. Sabar. Terus bekerja, meski waktu demikian lama. Waktu adalah
bagian dari solusi.

Tajarrud. Totalitas. Loyalitas terhadap ideologi. Shibghah, mencelupkan diri aqidah secara total.

Ukhuwah. Spirit cinta. Hati dan ruh yang berpadu dengan Ikatan aqidah. Dimulai dari lapang dada
(salamatus shodr) hingga mengutamakan orang lain (itsar).

Tsiqah. Tenangnya hati terhadap kompetensi dan kejujuran pemimpin. Peran pemimpin sebagai orang
tua dalam ikatan hati, guru dalam memberi ilmu, syaikh dalam pendidikan ruhani dan komandan dalam
menentukan kebjakan dakwah.

Anda mungkin juga menyukai