DEFINISI
Kardiomiopati peripartum (PPCM) merupakan penyakit yang langka, idiopatik,
dan merupakan salah satu bentuk kardiomiopati dilatasi yang didefinisikan sebagai
disfungsi sistolik ventrikel kiri yang terjadi pada bulan terakhir periode kehamilan atau
periode awal postpartum. Kardiomiopati merupakan kelainan otot jantungakibat iskemia
dan non-iskemia yang menyebabkan dilatasi ruang jantung terutama ventrikel kiri, tanpa
hipertrofi yang signifikan, sehingga menyebabkan gangguan disfungsi sistolik akibat
penurunan kontraktil miokardium (Honiberg, Givertz, 2019).
Kardiomiopati peripartum juga dapat terjadi pada wanita yang sudah pernah mengalami
kelainan struktural jantung atau gangguan fungsi kardiovaskular, yang fungsi ventrikel
kiri sebelumnya normal (Simahendra, 2013).
Terjadinya peningkatan ini dikarenakan adanya faktor yang menunjang seperti usia ibu
kanjyt, preeclampsia, dan kehamilan multiple. Kemudian meningkatnya prevalensi faktor
kardiovaskular seperti hipertensi, diabetes dan obesitas pada wanita usia produktif.
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama kematian ibu di Ameriaka (25-
30%), yaitu setengah atau 2/3 dari kasus dengan kardiomiopati.
Table 1. worldwide variation in incidence of peripartum cardiomyopathy
(Honiberg, Givertz, 2019).
Tabel diatas merupakan kejadian PPCM secara global. Insiden tertinggi yaitu pada
Negara negeria yaitu (1dari 100 kelahiran hidup), dan Haiti (satu dari 300 kelahiran
hidup). Faktor resiko yang meungkinakan yaitu adanya genetik, tingginya prevalensi
defisiensi selenium, dan di Haiti yaitu tingginya prevalensi defisiensi seng dan
preeclampsia. Perempuan dengan kulit hitam juga merupakan faktor resiko terjadinya
peningkatan PPCM. Penelitian terbaru mengatakan bahwa setengah dari wanita dengan
kulit hitam mengalami PPCM. Insiden ini 3-4 kali lebih tinggi dari pada wanita kulit
putih, dan yang terendah pada wanita hispanik (Honiberg, Givertz, 2019).
Faktor usiajuga mempengaruhi kejadian PPCM. Kejadian PPCM pada wanita usia 20-29
tahun yaitu satu dari 1200 kelahiran hidup, satudari 790 kelahiran hidup pada wanita
berusia 30-39 tahun, dan satu dari 270 kelahiran hidup yaitu usia 40-45 tahun (Honiberg,
Givertz, 2019).
Beberapa faktor predisposisi sudah teridentifikasi sebagai faktor risiko dari PPCM, yaitu
usia maternal yang ekstrem (terlalu tua atau muda) saat kehamilan pertama, multiparitas,
kehamilan multipel, riwayat keluarga, etnis, merokok, diabetes mellitus, malnutrisi,
anemia, riwayat preeklampsia, eklampsia, hipertensi gestasional, penggunaan kronik obat
golongan agonis beta, kokain dan defisiensi selenium (Simahendra, 2013). Kebanyakan
kasus kardiomiopati peripartum tidak ditemukan riwayat keluarga dan sebagian besar
memiliki angka kematian di rumah sakit serta kebutuhan pengobatan lanjut gejala gagal
jantung yang rendah. Wanita keturunan Afrika-Amerika memiliki risiko yang lebih tinggi,
terutama disebabkan oleh tingginya prevalensi hipertensi pada populasi ini. Wanita
keturunan Afrika-Amerika memiliki angka kejadian kardiomiopati peripartum 15,7 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita bukan keturunan Afrika-Amerika (Simahendra,
2013). Selain itu, juga dilaporkan insidensi kardiomiopati peripartum lebih tinggi di
wilayah geografis Afrika yang sebagian besar disebabkan karena faktor malnutrisi dan
kebudayaan lokal pada masa nifas (Simahendra, 2013).
C. ETIOLOGI
Penyebab PPCM masih belum jelas. Penelitian yang mencari hubungan eklampsia
dan hipertensi selama kehamilan telah ditemukan. Namun, mekanisme yang
mendasarinya masih tidak jelas. Faktor resiko seperti etnik Afrika, usia, gangguan
hipertensi terkait kehamilan, multiparitas, kehamilan multipel, obesitas, hipertensi kronis
dan penggunaan tokolitik yang lama ini akan mengakibatkan peningkatan terjadinya
PPCM.
PPCM dicurigai terjadi sebagai konsekuensi ketidakseimbangan proses stress
oksidatif, menyebabkan pemotongan enzimatik hormone laktasi proklatin ehingga
berubah menjadi faktor angiostatik yang bersifat poten. Selain itu, adanya proses
microchimerism fetal, terdapatnya sel fetal yang ,asuk ke dalam sirkulasi maternal dan
menginduksi terjadinya miokarditis autoimun seta abnormalitas (Honiberg, Givertz,
2019).
D. PATOGENESIS
Pathogenesis dari PPCM masih belum jelas. Namun, Miokarditis virus sering
dianggap sebagai penyebab utama PPCM, sebagian besar didorong oleh pengamatan
infiltrate inflamasi yang sering namun bervariasi pada biopsi endomiokardial sisi kanan.
Bagaimanapun, infiltrat yang sama sering ditemukan di biopsi endomiokardial pada 26
pasien dengan PPCM dan 33 pasien dengan kondisi kardiomiopati lainnya. Proporsi
specimen yang sama di masing-masing kelompok (sekitar 30%) terseteksi genom virus.
Biopsy jantung sisi kanan tidak lagi ditujukan dalam pemeriksaan diagnostic PPCM dan
jarang dilakukan. Demikian pula, pelaporan dari MRI jantung pada PPCM fase akut
dalam sebagian kecil pasien menunjukan inflamasi pada sebagian pasien. Meskipun
evaluasi terbaru dari 40 pasien pada studi IPAC menunjukan pola yang menungkinkan
miokarditis berjumlah 1 orang. Manfaat dari MRI dalam diagnosis PPCM tidak pasti saat
ini (Honiberg, Givertz, 2019).
.
Gambar 2. (Honiberg, Givertz, 2019).
E. MANIFESTASI KLINIS
Kasus PPCM seringnya muncul setelah melahirkan, biasanya beberapa minggu
setelah melahirkan, sedangkan sebagian kecil terjadi pada trimester kedua atau ketiga.
Kebanyakan wanita mengalami tanda dan gejala gagal jantung, termasuk ortopnea dan
paroxysmal nocturnal dyspnea. Gejala ini mungkin dapat membingungkan karena mirip
dengan gejala kehamilan normal terutama dalam akhir kehamilan. Hal ini menyebabkan
salah dalam mendiagnosis atau terlambat dan meremehkan kondisi seperti ini.
Pemeriksaan fisik sering menunjukkan tanda gagal jantung, termasuk takikardi,
peningkatan tekanan vena jugular, ronkhi basah pada paru, dan edem perifer. Tanda
dilatasi ventrikel kiri, termasuk suara jantung ketiga dan impuls apikal yang tergantikan
terkadang dapat dikarenakan PPCM walaupun tanpa pembesaran ventrikel kiri. EKG
secara tipikal menunjukan sinus takikardi dengan perubahan non spesifik, dan radiografi
dada sering menunjukan pembesaran jantung dan kongesti vena pulmoner. Keadaan yang
sangan buruk dapat terjadi, dengan distress respirasi yang parah, dan gagal jantung
dengan output yang rendah menunjukan pentinganya dukungan mekanik dan
farmakologis (Arany Zolt; Elkayam Uri. 2016).
Gambar 2. Perbandingan perubahan hemodinamik pada saat dan setelah kehamilan, dicontohkan
pada cardiac output (CO; warna hitam), peningkatan prolaktin dan hormon soluble Fms-like
tyrosin kinase 1 (sFlt1) (merah), dan insidensi peripartum cardiomyopathy (PPCM; batang biru).
Dimodifikasi dari Elkayam dan Liu dan Arany
*Level Prl terus meningkat pada wanita yang menyusui
Honiberg Michael C., Givertz Michael M. 2019. Peripartum Cardiomyopathy. BMJ. USA. Vol;
(1-4).
Simahendra Agus. 2013. Gagal Jantung Pada Masa Kehamilan Sebagai Konsekuensi
Kardiomiopati Peripartum. Diinas Kesehatan Tarakan Kalimantan Timur. Indonesia. Vol; (40)
182-184.
Arany Zolt, MD, PHD., Elkayam Uri, MD. 2016. Peripartum Cardiomyopathy. American Heart
Association. Philladelpia. Vol; 1399-1403.