Anda di halaman 1dari 3

KASUS KORUPSI

OLEH:

NURFITRIANI FARADHIBASARI

(PO.71.4.261.17.2.026)

D-IV ALIH JENJANG

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

POLTEKKES MAKASSAR KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2018
Contoh Kasus Korupsi

Seorang Asisten di klinik X membeli barang/alat untuk keperluan klinik di sebuah tokoh
Y. Bukti real uang keluar yang harus asisten tersebut pertanggungjawabkan terhadap klinik
tersebut adalah kuitansi. Supaya asisten tersebut bisa mendapatkan keuntungan, ada beberapa
cara yang bisa dia tempuh. Pertama, barang/alat yang dia beli atau kegiatan yang dia
selenggarakan, dia kecilkan/dia kurangi jumlah maupun mutunya, sementara harganya tetap
dengan bekerjasama dengan toko Y tersebut dengan menjamin agar menjadi langganan tetap
toko Y tersebut. Maka Jumlah yang harus dia bayarkan otomatis juga ikut turun sementara
jumlah yang harus asisten tersebut pertanggungjawabkan ke klinik tetap seperti rencana. Jadi
Selisih jumlah tersebut bisa langsung masuk kantong asisten tersebut. Cara kedua, kalau asisten
tersebut sulit menurunkan jumlah maupun kualitas barang/alat, maka harganya yang justru akan
dia naikkan. Selisih antara harga yang sebenarnya dengan harga yang sudah naik tadilah yang
asisten tersebut kantongi.

1. Ciri Korupsi 
 Melibatkan lebih dari satu orang,
 Korupsi tidak hanya berlaku di kalangan pegawai negeri atau anggota birokrasi negara,
korupsi juga terjadi di organisasi usaha swasta,
 Korupsi dapat mengambil bentuk menerima sogok, uang kopi, salam tempel, uang
semir, uang pelancar, baik dalam bentuk uang tunai atau benda atau pun wanita,
 Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik yang tidak selalu berupa
uang,
 Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau
masyarakat umum,
 Setiap perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggungjawaban dalam
tatanan masyarakat,

2. Pola Korupsi
Pola kuitansi fiktif
Sebenarnya pola ini lebih dikenal oleh masyarakat luas dengan istilah manipulasi alias
penyelewengan. Sesuatu yang kecil dibikin jadi besar. Yang besar dijadikan kecil. Yang ada
dibuat tidak ada. Yang tidak ada diadakan, dan sebagainya. Tapi karena pola ini lebih
banyak mengandalkan pada buku kuitansi dalam rangka menghadapi petugas inspektorat,
audit, maupun pajak, maka saya cenderung menamakannya sebagai pola kuitansi fiktif. Saya
sebut kuitansi fiktif karena kuitansinya memang terbukti ada. Tapi barang atau jasa atau
kegiatan yang dibeli/diselenggarakan justru lain dengan bukti kuitansinya, atau malah sama
sekali tidak ada. Kasus seperti ini boleh dibilang umum dilakukan oleh kantor-kantor
pemerintah, swasta, maupun BUMN.

3. Modus Korupsi

Asisten yang ditunjuk dalam proyek pengadaan barang / jasa di klinik mendekati rekanannya
dan berjanji menggunakan jasa atau barangnya asal harga barang atau nilai kontrak
ditinggikan untuk masuk kantong pribadi.

4. Upaya Pencegahan
Upaya pemberantasan korupsi secara preventif dapat dilakukan melalui:
 Pendidikan moral agama yang ditanamkan sejak dini pada setiap orang, berupa kesadaran akan
bahaya laten korupsi
 Meningkatkan kesadaran moral masyarakat untuk selalu menjaga perbuatannya sehingga tidak
terperosok pada perbuatan kejahatan yang merugikan
 Meningkatkan kesadaran moral pada pejabat apatur negara dan penegak hukum agar
kekuasaannya dijalankan sebagaimana seharusnya dan tidak sewenang-wenang.

Anda mungkin juga menyukai