Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME

ETIKA BISNIS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN


BUSINESS ETHICS

Kelompok 15:
Marcella Octaviyanti 041711233107
Dea Imara Ghina 041711233242
Dwi Indah Lestari 041711233273

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
STAKEHOLDER

Etika bisnis merupakan penerapan standar perilaku moral dalam situasi bisnis. Konsep etika
bisnis dapat mendekati topik dari dua perspektif berbeda:

1. Penjumlahan deskriptif tentang adat istiadat, sikap, dan aturan yang diamati dalam
bisnis.
2. Evaluasi normatif (atau preskriptif) tentang sejauh mana kebiasaan, sikap, dan aturan
yang diamati dapat dikatakan etis.

Etika bisnis tidak boleh diterapkan sebagai seperangkat standar moral atau konsep etika yang
terpisah dari etika umum. Perilaku etis, menurut pendapatnya, harus sama baik di dalam
maupun di luar situasi bisnis.

Stakeholder merupakan seseorang yang memiliki saham atau kepentingan dalam suatu
perusahaan bisnis. Tidak setiap pemangku kepentingan akan relevan dalam setiap situasi
bisnis. Perhatian yang lebih besar adalah keterlibatan para pemangku kepentingan ini dengan
tindakan organisasi dan sejauh mana mereka akan dipengaruhi oleh perilaku tidak etis.

Stakeholder Interests

Stakeholders Interest in the Organization

Stockholders or shareholders ∙ Pertumbuhan nilai saham perusahaan


∙ Pendapatan dividen

Karyawan ∙ Pekerjaan yang stabil dengan tingkat gaji yang adil


∙ Lingkungan kerja yang aman dan nyaman

Konsumen ∙ “Pertukaran yang adil” —produk atau layanan


dengan nilai dan kualitas yang dapat diterima untuk
uang yang dibelanjakan
∙ Produk yang aman dan andal

Supplier ∙ Pembayaran yang cepat untuk barang yang dikirim


∙ Pesanan reguler dengan margin keuntungan yang
dapat diterima

Retailer ∙ Pengiriman produk berkualitas secara akurat tepat


waktu dan dengan biaya yang wajar
∙ Produk yang aman dan andal

Federal Gov. ∙ Pendapatan pajak


∙ Operasi sesuai dengan semua peraturan yang relevan

Kreditor ∙ Pembayaran pokok dan bunga


∙ Pelunasan hutang sesuai jadwal yang telah
disepakati

Komunitas ∙ Pekerjaan penduduk lokal


∙ Pertumbuhan ekonomi
∙ Perlindungan lingkungan lokal

Stakeholder Impact from Unethical Behavior

Stakeholders Interest in the Organization

Stockholders or shareholders ∙ Informasi keuangan yang salah dan menyesatkan


yang menjadi dasar keputusan investasi
∙ Hilangnya nilai saham
∙ Pembatalan dividen

Karyawan ∙ Kehilangan pekerjaan


∙ Tidak cukup uang untuk membayar paket pesangon
atau memenuhi kewajiban pensiun

Konsumen ∙ Kualitas layanan yang buruk

Supplier ∙ Pembayaran tertunda untuk barang dan jasa yang


dikirim
∙ Faktur yang belum dibayar ketika perusahaan
menyatakan pailit

Federal Gov. ∙ Kehilangan pendapatan pajak


∙ Kegagalan untuk mematuhi semua peraturan yang
relevan

Kreditor ∙ Hilangnya pembayaran pokok dan bunga


∙ Gagal membayar hutang sesuai jadwal yang telah
disepakati

Komunitas ∙ Pengangguran penduduk lokal


∙ Penurunan ekonomi

ETHICAL CRISIS
Tujuan utama dalam memahami perilaku tidak etis adalah untuk mengetahui tindakan
yang harus diambil dan kebijakan apa yang harus ditetapkan dalam mengantisipasi perilaku
tidak etis agar tidak merugikan pemangku kepentingan dalam menjalankan aktivitas bisnis.
Namun sayangnya, beberapa dekade terakhir ini, tidak ada kebijakan dan tindakan tegas yang
diterapkan untuk menghentikan tindakan tidak etis dalam dunia bisnis sehingga standar
dalam mengelola suatu bisnis/perusahaan semakin menurun.
Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya ketidaketisan dalam fundamental
bisnis, diperlukan adanya pihak ketiga yang dapat menjamin bahwa aktivitas bisnis
dapat dijalankan sesuai dengan kebijakan etis yang telah ditetapkan. Pihak ketiga
tersebut dapat merupai lembaga seperti Asosiasi Pejabat Etika dan Kepatuhan, Pusat Sumber
Daya Etika, dan Perhimpunan Kepatuhan dan Etika Korporat, dan lain-lain yang saat ini
menawarkan panduan dan pelatihan etika yang jelas kepada berbagai perusahaan/organisasi.
Indikator yang harus dicapai oleh organisasi bisnis adalah terciptanya kode etik di
kalangan publik. Kode etik ini memiliki dua fungsi, fungsi pertama menunjukkan komitmen
dalam berperilaku etis yang diberikan perusahaan terhadap pemangku kepentingan dan fungsi
kedua adalah sebagai panduan mengenai perilaku yang sebaiknya dilakukan oleh internal
perusahaan seperti manajer dan karyawan dalam mengambil keputusan.

RESOLVING ETHICAL DILEMMAS


Kode etik yang ditampilkan dengan sangat jelas untuk dilihat oleh semua pemangku
kepentingan (dan, mungkin, dapat diyakinkan oleh) menawarkan sedikit panduan ketika
karyawan menghadapi konflik etika dalam kinerja sehari-hari.
Ketika karyawan mengamati perilaku tidak etis (misalnya, penipuan, pencurian properti
perusahaan, atau insentif dibayar di bawah meja kepada pemasok atau mitra tempat) atau
diminta untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai pribadi mereka
(menjual produk atau layanan pelanggan yang tidak mereka butuhkan atau yang tidak
memenuhi kebutuhan mereka), Sejauh mana panduan yang tersedia bagi mereka seringkali
tidak lebih dari serangkaian klise:
● Konsultasikan kode etik perusahaan.
● Lakukan apa yang benar untuk pemegang saham organisasi.
● Lakukan apa yang legal.
● Lakukan apa yang menurut Anda terbaik (gunakan yang pertimbangan terbaik).
● Lakukan hal yang benar.
Namun, dalam banyak kasus, skenario yang dihadapi karyawan bukanlah kasus yang jelas
tentang benar dan salah, tetapi kasus benar versus benar. Dalam skenario ini, dilema etika
melibatkan situasi yang membutuhkan pemilihan antara nilai-nilai yang saling bertentangan
yang penting bagi karyawan atau organisasi.
Penyelesaian dilema etika dapat dicapai dengan terlebih dahulu mengenali jenis konflik yang
Anda hadapi:
● Kebenaran versus loyalitas. Apakah Anda mengatakan yang sebenarnya atau tetap
setia kepada orang atau organisasi yang meminta Anda untuk tidak mengungkapkan
kebenaran itu?
● Jangka pendek versus jangka panjang. Apakah keputusan Anda memiliki
konsekuensi jangka pendek atau konsekuensi jangka panjang?
● Keadilan versus belas kasihan. Apakah Anda menganggap masalah ini sebagai
pertanyaan tentang pemberian keadilan atau belas kasihan? (Mana yang membuatmu
lebih nyaman?)
● Individu versus komunitas. Apakah pilihan Anda akan mempengaruhi satu individu
atau kelompok atau komunitas yang lebih luas?
Setelah Anda mencapai keputusan tentang jenis konflik yang Anda hadapi, tiga prinsip
penyelesaian tersedia untuk Anda:
● End-Based. Keputusan mana yang akan memberikan kebaikan terbesar bagi sebagian
besar orang?
● Rules-Based. Apa yang akan terjadi jika semua orang membuat keputusan yang sama
seperti Anda?
● The Golden Rule. Lakukan kepada orang lain sebagaimana Anda ingin mereka
lakukan kepada Anda.

JUSTIFYING UNETHICAL BEHAVIOR

Saul Gellerman mengidentifikasi "empat rasionalisasi umum yang dapat menyebabkan


kesalahan":

1. Keyakinan bahwa aktivitas tersebut berada dalam batasan etika dan hukum
yang wajar — artinya, aktivitas tersebut "benar-benar" tidak ilegal atau tidak
bermoral. Andrew Young dikutip mengatakan, "Tidak ada yang ilegal jika seratus
pengusaha memutuskan untuk melakukannya." Gagasan bahwa segala sesuatu yang
tidak secara spesifik dilabeli sebagai salah pasti OK adalah ajakan terbuka bagi
pemberi kerja dan karyawan yang memiliki tantangan etis — terutama jika ada
penghargaan eksplisit untuk kreativitas semacam itu dalam batas etika yang baru
diperluas tersebut.
2. Keyakinan bahwa aktivitas tersebut adalah untuk kepentingan terbaik individu
atau perusahaan — bahwa individu tersebut bagaimanapun juga diharapkan untuk
melakukan aktivitas tersebut. Dalam lingkungan yang sangat kompetitif, mengerjakan
target jangka pendek, mudah untuk menemukan justifikasi untuk setiap tindakan yang
dianggap "demi kepentingan terbaik perusahaan".
3. Keyakinan bahwa aktivitas tersebut aman karena tidak akan pernah ditemukan
atau dipublikasikan — masalah klasik penemuan dan kejahatan tentang hukuman.
Perusahaan yang mengandalkan pencegah audit dan pemeriksaan mendadak membuat
kemajuan dalam mencegah perilaku tidak etis (atau setidaknya mendorong orang
untuk berpikir dua kali tentang hal itu).
4. Keyakinan bahwa karena aktivitas tersebut membantu perusahaan, maka
perusahaan akan memaafkannya dan bahkan melindungi orang yang terlibat di
dalamnya. Keyakinan ini menunjukkan kebingungan atas kesetiaan yang
didemonstrasikan di sini. Perusahaan yang terlibat dalam perilaku tidak etis — dengan
sengaja atau tidak — dapat melindungi identitas personel yang terlibat, tetapi hanya
selama itu demi kepentingan terbaik perusahaan untuk melakukannya. Begitu
pelanggaran itu dipublikasikan dan badan pengatur terlibat, kebanyakan kasus
tampaknya menunjukkan bahwa situasi dengan cepat menjadi salah satu dari setiap
orang untuk dirinya sendiri.

CASE 1.1 : PHOENIX OR VULTURE


1. Why would BMW sell millions of pounds of assets for £10 and lend the buyer an
additional £427 million?
Alasan BMW menjual aset yang dimiliki sebesar £10 dan memberikan pinjaman
kepada pembeli sebesar £427 million adalah untuk mendukung pembeli yang telah
berkomitmen untuk mengubah/memperbaiki produksi massal mobil di Inggris dan
meneruskan proyek yang pada awalnya mengalami kegagalan.
2. Why would SAIC want to buy 70 percent of a company that was losing money
for £1 billion?
SAIC ingin membeli 70% dari perusahaan MG Rover karena SAIC dan MG Rover
ingin melakukan joint venture dalam membentuk model mobil yang baru dan
membangun teknologi mobil yang baru.
3. With compensation packages already locked in, do you think the executives were
committed to making the SAIC’s or Tata Motors’ deals work?
Menurut kami tidak, para eksekutif tidak berkomitmen untuk membuat kesepakatan
SAIC dan Tata Motors berhasil. Pada awalnya para eksekutif mencoba membantu
perusahaan mendapatkan keuntungan, tetapi ketika perusahaan menjadi sangat tidak
mungkin untuk bangkit, para eksekutif justru membuat jaring pengaman daripada
berusaha lebih keras untuk bangkit. Kode etik yang ditetapkan tidak menguntungkan
bagi perusahaan, tetapi ditetapkan sesuai dengan motif ego para eksekutif untuk
mengambil keuntungan.
4. If MG Rover had been successful in winning a £120 million loan from the
government rather than a £6.5 million loan, would the outcome of the SFO
investigation have been any different?
Menurut kami akan terjadi perbedaan hasil investigasi, karena jika MG Rover berhasil
memenangkan pinjaman 120 juta dari pemerintah daripada pinjaman 6,5 juta, hasil
investigasi SFO akan berbeda karena jumlahnya besar sehingga mereka akan susah
untuk menyelidiki dan mungkin tidak akan curiga.

5. The Phoenix Four maintain they did nothing wrong. How would you defend
their conduct from a business ethics perspective?
Menurut kelompok kami, bahwa Phoenix Four melakukan semua peluang yang dapat
dilakukan untuk mempertahankan sustain dari perusahaan untuk mempertahankan
eksistensi perusahaan dalam melawan kerugian. Menurut kami hal itu Phoenix Four
tidak melakukan kesalahan apapun karena yang dilakukan mereka merupakan hal
wajar yang akan diambil oleh pihak manajemen demi mempertahankan perusahaan
dari kerugian.
6. What do you think the outcome should have been for the Phoenix Four
Dari berbagai macam financial support yang mereka terima seharusnya Phoenix Four
dapat memberikan outcome yang positif yang dapat meningkatkan kredibilitas
perusahaan sehingga membuat perusahaan dapat bangkit dan bersaing dengan
kompetitor lain.

CASE 1.2 : UNEQUIVOCAL DEDICATION TO BUSINESS ETHICS


1. Visit the Web site for BELA at www.ethisphere.com/bela. Define the four core
values in detail, and explain which one you think will be the hardest for members
to achieve and why.
Four core values yang dimiliki oleh BELA :
● Legal compliance, memiliki kepatuhan terhadap hukum yang ada dan
melawan tindakan yang tidak sesuai dengan hukum
● Transparency, mendorong terciptanya dialog mengenai isu-isu etika dan
memberikan informasi yang lengkap, tepat waktu dan akurat
● Conflict identification, mengidentifikasi dan menangani adanya konflik
kepentingan yang terjadi
● Accountability, menekankan kualitas yang diberikan pada pelanggan serta
integritas dalam rantai pasok.
Diantara keempat nilai ini, menurut kami nilai yang paling sulit dicapai oleh member
dari BELA adalah legal compliance karena member dari BELA harus konsisten dan
berkomitmen untuk menaati hukum yang berlaku dan melawan tindakan yang
menyimpang dari hukum yang dimana kita tahu bahwa saat ini dunia bisnis tidak jauh
dari tindakan menyimpang untuk meraih kesuksesan seperti penyuapan dan lain-lain
untuk mendapat akses lebih mudah dalam mencapai kesuksesan dan mampu bersaing
dengan bisnis lain.

2. Do you think it was a good idea to welcome founding members with such widely
publicized ethical transgressions in their past? Why or why not?
Menurut kami, ide tersebut tidak bermasalah karena kesalahan anggota tersebut sudah
terjadi di masa lalu, dan anggota tersebut memiliki itikad baik untuk menjadi
perusahaan yang lebih baik dalam dunia bisnis dengan cara mengasah ketaatan dan
menumbuhkan nilainya melalui BELA.
3. BELA is a U.S.-driven initiative at the moment. Do you think it will achieve a
wider global acceptance over time? Why or why not?
Menurut kami, seiring berjalannya waktu BELA akan diterima lebih luas secara
internasional atau global jika BELA dapat menunjukkan kepada para anggotanya dan
masyarakat bahwa menjadi bagian dari BELA dapat meningkatkan praktik bisnis
yang etis dan juga meningkatkan nilai pemegang saham, pelanggan, karyawan, dan
kepercayaan masyarakat karena praktik bisnis yang etis.
4. Are the four core values—legal compliance, transparency, identification of
conflicts of interest, and accountability—enough to establish a credible
reputation as an ethical company? What other values would you consider adding
and why?
Menurut kami, empat nilai inti tersebut sudah bagus tapi tidak cukup untuk
membangun reputasi yang kredibel sebagai perusahaan yang etis. Menurut kami, nilai
lain yang perlu ditambahkan adalah Integritas. Integritas dibutuhkan karena menganut
nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan peduli. Perusahaan yang
berintegritas akan selalu konsisten melakukan apa yang benar melalui kejujuran dan
seperangkat prinsip yang memberdayakan karakter mereka untuk berperilaku
konsisten dengan standar nilai yang berlaku.
5. Cynics could argue that this is simply a public relations exercise for companies
that have performed unethical business practices in the past. Optimists could
argue that this is, at the very least, a step in the right direction of restoring the
ethical reputation of business as a whole. What do you think?
Setiap orang akan memiliki perspektifnya masing-masing, baik perspektif positif atau
negatif pada anggota BELA. Hal ini yang perlu diperhatikan adalah, bukti konkrit
yang diberikan oleh anggota BELA pada masyarakat sekitar. Sehingga masyarakat
bisa langsung merasakan apakah anggota BELA sudah sesuai dengan komitmen
awalnya atau mereka malah mengingkari apa yang telah mereka deklarasikan.
6. According to the rules of BELA, members will be audited every two years to
make sure they are in compliance with BELA standards, and can face removal
from the alliance should that audit provide evidence of failure to comply. Do you
think the threat of removal from the alliance will keep members in line? Why or
why not?
Iya, karena pemecatan akan dilakukan ketika ditemukan perusahaan yang tidak
memiliki visi yang sama lagi. Apabila anggota BELA masih bersikeras untuk
mempertahankan perusahaan yang tidak se visi, hal ini akan merusak semua
perencanaan yang telah disepakati dari awal. Sehingga dengan dilakukannya
pengauditan setiap dua tahun untuk memastikan para perusahaan pengikut mematuhi
standar BELA, akan dapat diketahui perusahaan yang masih kompeten seperti di
awal.

DAFTAR PUSTAKA
Ghillyer, Andrew. 2014. Business Ethics Now. Mc Grow Hill. New York.

Anda mungkin juga menyukai